Setelah beberapa hari, Lidya dan Ardiansyah akhirnya bertemu dengan pengacara keluarga Beno. Pertemuan itu berlangsung pada hari Jumat di kantor pengacara di pusat kota. Berdasarkan surat yang mereka terima, keluarga Beno menuntutnya atas dugaan keterlibatan dalam pembobolan perusahaan keluarga Beno yang terjadi beberapa minggu yang lalu.Lidya dan Ardiansyah tidak menyangka bahwa mereka akan terlibat dalam masalah ini. Namun, pengacara keluarga Beno mengatakan bahwa ada bukti yang menunjukkan bahwa Lidya dan Ardiansyah memiliki keterlibatan dalam pembobolan perusahaan keluarga Beno."Lidya, apakah kamu tahu ini?" tanya Ardiansyah dengan nada sedih."Ini tidak mungkin. Kita tidak pernah melakukan pembobolan perusahaan mereka," ucap Lidya sambil menatap tajam pengacara keluarga Beno."Maaf, nona Lidya. Tapi kami harus mengikuti setiap bukti yang ada dalam kasus ini," jelas sang pengacara sambil menggelengkan kepalanya.Lidya dan Ardiansyah merasa sangat tertekan. Mereka tidak memiliki
Hari persidangan tiba. Lidya dan Ardiansyah bersama dengan pengacaranya telah bersiap-siap dengan matang. Mereka yakin bahwa bukti yang mereka miliki cukup kuat untuk membuktikan bahwa mereka tidak terlibat dalam kasus pembobolan perusahaan keluarga Beno.Lidya dan Ardiansyah menyusuri lorong menuju ruang sidang dengan langkah tegap, meski dalam hati mereka bergetar karena takut dihukum atas tuduhan yang tak mereka lakukan.Pengacaranya, Pak Bagus, berjalan di samping mereka, menenangkan pikiran mereka dengan kata-kata yang penuh keyakinan. Ketiganya tiba di ruang sidang dan melihat keluarga Beno beserta pengacaranya sudah menunggu di sana."Lihatlah, itu Lidya dan Ardiansyah! Mereka yang telah merugikan bisnis keluarga Beno!" teriak seorang anggota keluarga Beno yang berpakaian rapi.Wartawan yang memenuhi ruangan tersebut, langsung berdiri dan sesekali mengambil gambar Lidya dan Ardiansyah yang berdiri di depan pengadilan. Mereka menunggu hampir setengah jam sampai hakim masuk ke ru
"Aku memanggil kalian untuk berkumpul. Ada yang perlu kita bicarakan," jawab Kang Dika.Lidya dan Ardiansyah merasa penasaran tapi juga tidak nyaman. Namun, mereka tidak punya pilihan selain mengikuti Kang Dika.Kang Dika membawa mereka ke sebuah ruangan yang terletak di kawasan perumahan yang sepi. Kedua pekerja ini merasa gelisah dan takut."Apa maksudmu membawa kami ke sini?" tanya Lidya."Kami memiliki hutang lama yang harus dibayar," jawab Kang Dika."Hutang apakah itu?" tanya Ardiansyah dengan nada mendesak."Kalian berdua kelihatannya mengerti," sahut Kang Dika.Lidya dan Ardiansyah masih bingung dan tidak mengerti apa maksud Kang Dika."Apa maksudmu?" tanya Lidya dengan tak sabar."Maksudku adalah bahwa kalian berdua harus membayar hutang atas suatu kesalahan yang pernah kalian lakukan pada masa lalu," jawab Kang Dika.Lidya dan Ardiansyah kembali merasa takut dan bingung. Mereka mulai menyadari bahwa Kang Dika tidak hanya membawa mereka ke sini untuk sekedar bertemu."Apa yang
Setelah kasus dengan Beno selesai, Lidya dan Ardiansyah merasa hubungan mereka semakin mendalam. Mereka merasa bahwa mereka telah melewati banyak tantangan dan itu hanya membuat mereka lebih kuat.Meskipun awalnya mereka menikah hanya karena nikah kontrak atau sandiwara dan tidak saling "mencintai", tapi mereka "berhasil" terbuka untuk saling jatuh cinta satu sama lain seiring dengan berjalannya waktu. Mereka belajar untuk saling menghargai, saling mendukung, dan saling mencintai.Pada suatu malam, ketika mereka bersantai di rumah setelah makan malam, Ardiansyah merasa perlu membicarakan sesuatu dengan Lidya."Sayang, sudah lama kita menikah tapi belum pernah aku bilang padamu tentang perasaanku yang sesungguhnya," kata Ardiansyah serius."Apa itu, Ard? Ada apa?" tanya Lidya khawatir.Lidya merasa penasaran dan juga takut. Dia tidak tahu apa yang ingin dikatakan suaminya setelah merasa semuanya baik-baik saja."Aku mencintaimu, Lidya. Aku tahu awalnya aku tidak mencintaimu sedalam ini,
Akhirnya Ardiansyah menjelaskan pada kakeknya, bahwa ia ingin merayakan cinta mereka dengan berbulan madu. Mereka ingin melakukan perjalanan romantis ke luar negeri, sebab rencana yang dulu gagal.Lidya menambahkan bahwa mereka berdua belum pernah pergi berlibur bersama sejak menikah, dan mereka ingin memanfaatkan waktu luang mereka untuk membuat kenangan yang tak terlupakan.Kakek Hendra terlihat bingung untuk beberapa saat, kemudian ia tersenyum dan mengangguk."Baiklah cucuku, kalian harus menikmati hidup sebaik-baiknya. Tapi ada satu permintaan dari kakek, tolong bawa aku ke tempat ini juga," kata kakek Hendra sambil menunjukkan foto berwarna-warni dari sebuah objek wisata yang indah.Ardiansyah dan Lidya melihat foto itu dan sangat terkesan. Mereka berjanji untuk membawa kakek Hendra ke tempat itu juga ketika mereka pergi ke luar negeri."Ini adalah tempat yang ingin kakek kunjungi bersama mendiang nenekmu, tapi belum sempat dilakukan." Kakek Hendra menatap jauh seakan-akan menera
"Hahaha ... aku tentu bisa keluar dengan mudahnya, Ardiansyah. Kita bisa bicarakan semuanya dengan baik-baik, bukan?" tawar Beno dengan senyum sombong di wajahnya.Ardiansyah merasa marah dan kecewa pada dirinya sendiri karena tidak bisa melindungi orang-orang yang dicintainya. Namun, ia tetap tenang dan berusaha menenangkan Lidya yang terlihat ketakutan."Jangan takut, sayang. Aku akan melindungi kamu," ucap Ardiansyah sambil menggenggam tangan Lidya erat-erat.Kakek Hendra juga terlihat tenang di sampingnya, mendukung apapun yang dilakukan oleh cucunya demi keselamatan mereka semua."Jangan khawatirkan aku, cucuku. Aku sudah tua dan siap untuk segala kemungkinan," katanya dengan suara lembut.Ardiansyah memandang Beno dengan tatapan tajam. "Apa yang kamu inginkan, Beno? Apakah kamu ingin meminta uang lagi?"Beno hanya tersenyum sinis. "Oh tidak, Ardiansyah. Aku sudah punya uangku sendiri sekarang. Yang aku inginkan hanyalah kado spesial dari Lidya.""Kado spesial apa?" tanya Ardians
"Sekalipun kamu memiliki semua kekuatan di dunia ini, Lidya tidak pernah dan tidak akan pernah menjadi milikmu. Kamu telah mengecewakan semua orang, termasuk menghancurkan karir ayahmu sendiri dengan tindakanmu yang tidak terpuji."Ardiansyah yang sudah mulai kehilangan kesabarannya akhirnya menegaskan kembali pendiriannya untuk melindungi Lidya, karena Lidya memang istrinya.Mendengar perkataan Ardiansyah, Beno menjadi semakin marah dan menunjukkan tawa sinis. Hal itu membuat Lidya cemas, ia takut situasi menjadi kacau.Namun, kakek Hendra yang diam-diam sudah memperhatikan segalanya, berdiri dari kursinya dan mengambil kesempatan untuk berbicara."Kamu masih muda dan tak tahu apa-apa tentang kehidupan. Kamu harus belajar tentang kebaikan, tentang cinta, tentang pengorbanan. Jangan hancurkan hidupmu, Beno. Kamu harus berubah!" tegas kakek Hendra dengan nada suara yang lembut namun tegas."Peduli apa dengan hidupku? Itu bukan urusan kalian!" bentak Beno yang sudah tidak memiliki hati
Beberapa minggu setelah konser, Lidya dan Ardiansyah dikagetkan oleh kabar yang tidak terduga. Impian Record, agensi Lidya, tiba-tiba mengalami masalah keuangan yang cukup serius. Mereka mendapatkan banyak kritik dari penggemar, media, dan industri musik secara umum.Lidya merasa khawatir karena ia tidak ingin karirnya terhenti atau bahkan hancur karena masalah di agensinya. Ardiansyah juga merasa tidak tenang dan khawatir terhadap masa depan karir istrinya.Mereka memutuskan untuk segera bertemu dengan Benny, manajer Impian Record, bersama dengan tim manajemen Lidya untuk mencari tahu lebih lanjut tentang situasi tersebut."Saya sangat menyesal, mbak Lid. Kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan agensi kita, tetapi situasi yang tidak menguntungkan ini memang tidak bisa dihindari," kata Benny dengan suara sedih."Apakah ini berarti kita akan kehilangan segalanya?" Lidya merasa semakin khawatir dengan penjelasan dari Benny.Benny menggelengkan kepalanya. "Tentu saja