"Aku memanggil kalian untuk berkumpul. Ada yang perlu kita bicarakan," jawab Kang Dika.Lidya dan Ardiansyah merasa penasaran tapi juga tidak nyaman. Namun, mereka tidak punya pilihan selain mengikuti Kang Dika.Kang Dika membawa mereka ke sebuah ruangan yang terletak di kawasan perumahan yang sepi. Kedua pekerja ini merasa gelisah dan takut."Apa maksudmu membawa kami ke sini?" tanya Lidya."Kami memiliki hutang lama yang harus dibayar," jawab Kang Dika."Hutang apakah itu?" tanya Ardiansyah dengan nada mendesak."Kalian berdua kelihatannya mengerti," sahut Kang Dika.Lidya dan Ardiansyah masih bingung dan tidak mengerti apa maksud Kang Dika."Apa maksudmu?" tanya Lidya dengan tak sabar."Maksudku adalah bahwa kalian berdua harus membayar hutang atas suatu kesalahan yang pernah kalian lakukan pada masa lalu," jawab Kang Dika.Lidya dan Ardiansyah kembali merasa takut dan bingung. Mereka mulai menyadari bahwa Kang Dika tidak hanya membawa mereka ke sini untuk sekedar bertemu."Apa yang
Setelah kasus dengan Beno selesai, Lidya dan Ardiansyah merasa hubungan mereka semakin mendalam. Mereka merasa bahwa mereka telah melewati banyak tantangan dan itu hanya membuat mereka lebih kuat.Meskipun awalnya mereka menikah hanya karena nikah kontrak atau sandiwara dan tidak saling "mencintai", tapi mereka "berhasil" terbuka untuk saling jatuh cinta satu sama lain seiring dengan berjalannya waktu. Mereka belajar untuk saling menghargai, saling mendukung, dan saling mencintai.Pada suatu malam, ketika mereka bersantai di rumah setelah makan malam, Ardiansyah merasa perlu membicarakan sesuatu dengan Lidya."Sayang, sudah lama kita menikah tapi belum pernah aku bilang padamu tentang perasaanku yang sesungguhnya," kata Ardiansyah serius."Apa itu, Ard? Ada apa?" tanya Lidya khawatir.Lidya merasa penasaran dan juga takut. Dia tidak tahu apa yang ingin dikatakan suaminya setelah merasa semuanya baik-baik saja."Aku mencintaimu, Lidya. Aku tahu awalnya aku tidak mencintaimu sedalam ini,
Akhirnya Ardiansyah menjelaskan pada kakeknya, bahwa ia ingin merayakan cinta mereka dengan berbulan madu. Mereka ingin melakukan perjalanan romantis ke luar negeri, sebab rencana yang dulu gagal.Lidya menambahkan bahwa mereka berdua belum pernah pergi berlibur bersama sejak menikah, dan mereka ingin memanfaatkan waktu luang mereka untuk membuat kenangan yang tak terlupakan.Kakek Hendra terlihat bingung untuk beberapa saat, kemudian ia tersenyum dan mengangguk."Baiklah cucuku, kalian harus menikmati hidup sebaik-baiknya. Tapi ada satu permintaan dari kakek, tolong bawa aku ke tempat ini juga," kata kakek Hendra sambil menunjukkan foto berwarna-warni dari sebuah objek wisata yang indah.Ardiansyah dan Lidya melihat foto itu dan sangat terkesan. Mereka berjanji untuk membawa kakek Hendra ke tempat itu juga ketika mereka pergi ke luar negeri."Ini adalah tempat yang ingin kakek kunjungi bersama mendiang nenekmu, tapi belum sempat dilakukan." Kakek Hendra menatap jauh seakan-akan menera
"Hahaha ... aku tentu bisa keluar dengan mudahnya, Ardiansyah. Kita bisa bicarakan semuanya dengan baik-baik, bukan?" tawar Beno dengan senyum sombong di wajahnya.Ardiansyah merasa marah dan kecewa pada dirinya sendiri karena tidak bisa melindungi orang-orang yang dicintainya. Namun, ia tetap tenang dan berusaha menenangkan Lidya yang terlihat ketakutan."Jangan takut, sayang. Aku akan melindungi kamu," ucap Ardiansyah sambil menggenggam tangan Lidya erat-erat.Kakek Hendra juga terlihat tenang di sampingnya, mendukung apapun yang dilakukan oleh cucunya demi keselamatan mereka semua."Jangan khawatirkan aku, cucuku. Aku sudah tua dan siap untuk segala kemungkinan," katanya dengan suara lembut.Ardiansyah memandang Beno dengan tatapan tajam. "Apa yang kamu inginkan, Beno? Apakah kamu ingin meminta uang lagi?"Beno hanya tersenyum sinis. "Oh tidak, Ardiansyah. Aku sudah punya uangku sendiri sekarang. Yang aku inginkan hanyalah kado spesial dari Lidya.""Kado spesial apa?" tanya Ardians
"Sekalipun kamu memiliki semua kekuatan di dunia ini, Lidya tidak pernah dan tidak akan pernah menjadi milikmu. Kamu telah mengecewakan semua orang, termasuk menghancurkan karir ayahmu sendiri dengan tindakanmu yang tidak terpuji."Ardiansyah yang sudah mulai kehilangan kesabarannya akhirnya menegaskan kembali pendiriannya untuk melindungi Lidya, karena Lidya memang istrinya.Mendengar perkataan Ardiansyah, Beno menjadi semakin marah dan menunjukkan tawa sinis. Hal itu membuat Lidya cemas, ia takut situasi menjadi kacau.Namun, kakek Hendra yang diam-diam sudah memperhatikan segalanya, berdiri dari kursinya dan mengambil kesempatan untuk berbicara."Kamu masih muda dan tak tahu apa-apa tentang kehidupan. Kamu harus belajar tentang kebaikan, tentang cinta, tentang pengorbanan. Jangan hancurkan hidupmu, Beno. Kamu harus berubah!" tegas kakek Hendra dengan nada suara yang lembut namun tegas."Peduli apa dengan hidupku? Itu bukan urusan kalian!" bentak Beno yang sudah tidak memiliki hati
Beberapa minggu setelah konser, Lidya dan Ardiansyah dikagetkan oleh kabar yang tidak terduga. Impian Record, agensi Lidya, tiba-tiba mengalami masalah keuangan yang cukup serius. Mereka mendapatkan banyak kritik dari penggemar, media, dan industri musik secara umum.Lidya merasa khawatir karena ia tidak ingin karirnya terhenti atau bahkan hancur karena masalah di agensinya. Ardiansyah juga merasa tidak tenang dan khawatir terhadap masa depan karir istrinya.Mereka memutuskan untuk segera bertemu dengan Benny, manajer Impian Record, bersama dengan tim manajemen Lidya untuk mencari tahu lebih lanjut tentang situasi tersebut."Saya sangat menyesal, mbak Lid. Kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk mempertahankan agensi kita, tetapi situasi yang tidak menguntungkan ini memang tidak bisa dihindari," kata Benny dengan suara sedih."Apakah ini berarti kita akan kehilangan segalanya?" Lidya merasa semakin khawatir dengan penjelasan dari Benny.Benny menggelengkan kepalanya. "Tentu saja
Saat tiba di kota tersebut, Lidya merasa semakin tertekan, terutama saat melihat kerumunan orang dan panitia yang sedang sibuk menyiapkan panggung besar untuk konsernya. Dia merasa sedang berada di atas gunung es yang siap untuk runtuh kapan saja.Lidya memandang panggung besar di depannya dengan tatapan khawatir. Dia tak pernah tampil di depan kerumunan sebesar ini. Pandangannya beralih pada Ardiansyah dan Natali yang sudah menemani dirinya sepanjang perjalanan.“Apa aku bisa melakukannya?” tanyanya khawatir.“Tentu saja, kamu bisa! Kamu adalah musisi terbaik yang pernah kami ketahui,” ucap Natali dengan senyum hangat.“Bahkan ketika kita pindah ke kota New York, aku akan terus mendukung kamu dengan segala yang ku punya, sayang," tambah Ardiansyah dengan penuh semangat, tapi dengan maksud bercanda.Lidya mengangguk, senyumnya mulai merekah. Dia sangat bersyukur memiliki suami yang selalu ada dan menyempatkan diri untuk berada di sampingn
Saat Lidya benar-benar panik dan ingin pergi menyusul suami, di depan pintu - saat ia membukanya, sudah ada kejutan yang disediakan untuknya. Ada Ardiansyah, Natali dan pihak management penginapan yang menyambutnya.Ternyata berita tentang kepergian Ardiansyah yang tiba-tiba hanya akal-akalan untuk surprise ini.Dengan adanya sebuah kue ulang tahun besar yang telah dirancang dengan cantik. Lidya kaget dan tidak percaya melihat kue ulang tahun tersebut.“Selamat ulang tahun, Lidya! Kita lupa menyambut hari bahagiamu karena sibuk dengan persiapan konser dan semua yang terjadi kemarin. Tapi, kami masih ingin merayakan hari istimewamu ini,” ucap Ardiansyah dengan senyum lebar.Lidya tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Dia merasa begitu dingin dan sesak di dalam dada, tapi kini semua kebahagiaan itu kembali lagi ke dalam hatinya. Lidya terharu dan merasa sangat bersyukur atas hadiah yang dihadiahkan tersebut.Lidya merasakan hatinya melo