Stella tercengang.Menikah dengannya? Menjadi istri aslinya?Tidak, Stella tidak berniat untuk menikah. Dia sudah setuju untuk menikah kontrak dengannya dengan pemikiran ini. Sekarang lebih mustahil lagi baginya untuk menghabiskan seluruh hidupnya melakukan hal seperti ini."Pak Billy, maaf, aku nggak punya rencana untuk menikah. Kalau kamu merasa aku perlu memberimu kompensasi, setelah kontrak satu tahun berakhir, aku nggak akan mengambil uang satu miliar itu. Itu untukmu saja sebagai uang kompensasi. Bagaimana menurutmu?"Tatapan Billy sedikit menggelap ketika dia memandang Stella dan sudut mulutnya sedikit terangkat. Dia sudah meremehkan gadis ini. Sepertinya jalan untuk mengejar istrinya masih panjang."Oke, aku bercanda. Hanya wanita yang akan dirugikan dalam masalah seperti ini. Lagian, menurutmu apa aku hanya bernilai satu miliar?"Stella tersenyum canggung. Benar, Billy adalah Direktur Utama Grup Hendrawan."Ini obat yang kubelikan untukmu. Kamu ... bisa menggunakannya, 'kan?"
"Kak Fano, kenapa kamu ada di sini?"Stella memandang Fano yang berdiri di luar pintu dengan heran.Melihat Stella dalam keadaan aman dan sehat, hati Fano akhirnya tenang.Di saat yang sama, Fano juga merasa sakit hati karena keduanya tinggal bersama.Fano menggerakkan kakinya dan berjalan ke arah mereka. "Stella, kamu baik-baik saja?"Stella menarik kerah bajunya, mengalihkan pandangannya dan berkata, "Aku baik-baik saja, Kak. Kemarin aku hampir diserang, untungnya Pak Billy menyelamatkanku."Fano memandang Billy, dengan sedikit kesuraman di matanya yang biasanya lembut."Billy, bolehkah aku berbicara berdua dengan Stella?" tanya Fano.Tatapan dalam Billy berkedip antara Stella dan Fano sejenak, lalu dia mengangguk, "Kalian mengobrolkah, aku akan turun dulu."Setelah Billy pergi, Stella dan Fano masuk ke ruang tunggu di sebelah mereka."Kak Fano, kamu kenal Pak Billy?""Kami adalah sahabat yang besar bersama. Aku nggak menyangka kalau kamu adalah istri kontrak yang dia katakan ...."S
Stella dalam kondisi pikiran yang buruk setelah mengalami mimpi buruk. Setelah mandi dan mengganti bajunya, dia pergi ke dapur untuk mengambil air.Tiba-tiba semburat wangi menembus ujung hidungnya. Stella menoleh ke arah meja makan dan melihat meja yang dipenuhi beberapa menu sarapan, termasuk pangsit favoritnya.Stella tahu Billy pasti ada di sini, jadi dia pergi ke balkon untuk melihatnya."Kamu cari apa?" Suara Billy yang dalam dan magnetis terdengar dari belakangnya.Stella berbalik dan melihat Billy bersandar di pegangan tangan, menatapnya dengan senyuman di bibirnya.Hari ini Billy memakai kemeja putih sederhana dan celana panjang hitam. Kakinya yang panjang dan lurus dibalut dengan celana panjang yang disetrika halus, membuatnya tampak anggun dan elegan.."Pak Billy, kapan kamu datang?" Stella bertanya dengan lembut."Aku baru datang kurang lebih sepuluh menit. Kamu belum bangun, jadi aku nggak membangunkanmu. Ayo makan dulu."Stella mengangguk patuh dan berjalan ke meja makan
Sinar matahari musim kemarau di Kota Dalima sangat menyengat, udaranya pengap dan kering.Stella mengenakan pakaian olahraga lengan pendek berwarna biru dan putih, topi untuk menutupi wajahnya dan rambut hitamnya tergerai di bahunya.Dia yang tampilannya memancarkan aura seorang gadis muda pun berjalan ke Kafe Bintan.Stella memandang sekeliling kafe dan menemukan sebuah meja di sudut ruangan.Tahun ini Stella berusia 22 tahun. Dia baru saja lulus, tapi karena lingkungannya tidak baik serta sulit menemukan pekerjaan, suasana hatinya tidak baik dan dia hanya berbaring di rumah selama beberapa hari.Kemarin saat makan malam, entah bagaimana ayahnya mengusulkannya pergi ke kencan buta dengan orang yang dikenalkan ibu tirinya, Dewi Lingga.Sekarang Stella hanya ingin mencari pekerjaan dan tidak memiliki pemikiran lain. Belum lagi ibu tirinya selalu merasa dirinya mengganggu, dia tidak mungkin begitu baik pada Stella. Jadi, Stella langsung menolaknya.Penolakan itu membuat ayahnya, Santo An
"Selamat kepada kalian berdua, mulai sekarang kalian adalah pasangan yang sah."Stella menerima surat nikah merah yang diserahkan oleh staf. Otaknya sedikit linglung ketika dia berterima kasih dan berbalik untuk berjalan menuju pintu masuk utama.Stella tidak menyangka dia akan menikah dengan pria yang baru saja dia kenal tidak sampai satu hari.Saat di kafe, Stella ingin menyelesaikan kencan buta dan pergi. Tak disangka Billy malah menawarinya pernikahan kontrak.Stella hanya mengatakan dia ingin memikirkannya terlebih dahulu. Namun, dia langsung menyetujuinya begitu mendapatkan tamparan dari ayahnya.Dewi ingin menggunakannya untuk mendapatkan maskawinnya, jadi dia tidak akan membiarkan itu terjadi.Tentu saja ada alasan penting lainnya. Kondisi yang ditawarkan Billy sangat menarik, setelah kawin kontrak ini selesai, Billy akan memberinya satu miliar, dia juga akan memberinya sepuluh juta setiap bulannya selama pernikahan.Masalah pernikahan tidak akan diungkapkan setelah pernikahan.
Stella buru-buru melangkah maju untuk menjelaskan. "Nenek, aku dan Bi ... Billy sudah sepakat untuk membuat segalanya sederhana. Lagian, cinta sejati nggak memedulikan acara apa-apa! Yang penting hubungan kita baik, 'kan?"Sandra dengan hati-hati mepertimbangkannya, lalu dengan senang hati mengulurkan tangan dan menggenggam tangan Stella. "Ya, ya! Terserah kalian saja, yang penting hubungan kalian baik. Sekarang aku akhirnya bisa merasa lega untuk menemui orang tuaku."Stella tersenyum hangat ke arah Sandra dan dengan lembut menjelaskan, "Nenek pasti berumur panjang! Billy selalu menceritakanmu padaku, aku akhirnya bisa bertemu dengan Nenek hari ini!"Sandra merasa geli. "Hehe, kalau gitu kamu harus lebih sering datang dan mengobrol denganku."Stella menyetujuinya dengan patuh. "Ya, aku akan sering datang mengganggu Nenek."Sandra memandangi kedua anak muda itu sambil tersenyum, tatapannya sangat baik dan ramah.Melihat Stella yang membuat neneknya tersenyum gembira, Billy menatap waja
"Kamu pasti sudah gila, cepat pulang!"Santo jelas tidak memercayai kata-kata Stella. Dia dengan marah berteriak di ujung telepon, lalu menutup teleponnya.Mengetahui mereka pasti tidak akan percaya Stella menikah dalam satu hari, dia berencana untuk kembali besok dan menjelaskannya pada mereka.Keesokan harinya, begitu Stella memasuki pintu, dia melihat dua orang duduk di sofa.Seorang wanita paruh baya yang mengenakan pakaian mewah dan seorang pria muda berusia dua puluhan.Tanpa menunggu Stella bereaksi, Dewi segera menghampirinya dengan penuh kasih sayang dan meraih lengannya, mengabaikan penolakannya, lalu berkata dengan simpati palsu, "Aduh, Stella akhirnya kamu pulang juga. Aku kira kamu pergi ke tempat temanmu dan akan pulang agak malam."Kemudian Dewi menoleh ke arah wanita paruh baya kaya itu dan berkata, "Kak Warni, ini Stella. Gimana? Cantik, 'kan?"Wanita paruh baya itu menatap Stella dari atas ke bawah sambil mengangguk puas."Lumayan."Pria itu menatap Stella seperti men
Kamu .... Aku tahu kamu sedang marah, aku nggak akan bertengkar denganmu. Selama kamu berjanji untuk berpisah dengan pria itu, aku nggak akan memaksamu untuk menikah lagi."Santo tahu Stella keras kepala. Menggunakan cara keras tidak akan berhasil, jadi dia memutuskan untuk melunak."Kami sudah mendaftarkan pernikahan.""Apa gunanya mendaftarkan pernikahan, kamu masih bisa bercerai. Pernikahan kalian adalah masalah besar, pria itu bahkan nggak berkunjung ke rumah, keluarganya pasti miskin. Stella, kamu harus mendengarkan nasihatku, nggak ada gunanya terlihat tampan, kehidupan setelah menikah adalah tentang keberlangsungan hidup dan makan setiap hari, kamu nggak bisa hidup tanpa uang. Cepatlah bercerai selagi nggak ada yang tahu tentang masalah ini."Stella memandangi Santo yang semakin berbeda dan hatinya tidak lagi bergetar."Aku nggak akan setuju."Sekarang ayahnya berdiri di sisi yang sama dengan Dewi. Stella tahu kalau dia menyetujuinya, kehidupannya hanya akan menjadi semakin seng