Dengan berderai air mata Ayu kembali menuju kamarnya yang berada di lantai dua kediaman orangtuanya ini. Kemarin Yudi berpamitan ingin pergi ke luar kota untuk mengurus salah satu cabang cafenya yang tengah dilanda masalah, lalu kenapa ada gugatan cerai?
Sapaan yang terlontar dari Papa Galih maupun Mama Kinanti, Ayu abaikan begitu saja. Tak ada yang dia sahuti. Awan hitam penuh nestapa kian banyak yang berada di atas kepalanya.
Manik mata Ayu tertuju pada bocah kecil yang masih terlelap pulas di pertengahan ranjang berukuran king size miliknya.
Tatapan nanar dan senyum getir tercetak dalam garis wajah cantiknya. Atensi Ayu beralih ke handbag yang semalam dia gunakan. Dengan langkah gontai dia mendekati Zaskia, malaikat kecilnya yang telah menemani hidupnya selama hampir enam tahun. Ayu duduk di bibir ranjang tak jauh dari posisi Zaskia berbaring.
Kemudian Ayu mendaratkan satu kecupan singkat di kening Zaskia Azzahra Khumairah, "Ibu, nggak akan ninggalin kamu seperti Papa dan Ayahmu. Ibu, janji!"
Kemudian wanita yang masih berselimutkan mendung itu kembali mengeluarkan undangan dari dalam handbagnya. Ayu yakin jika undangan yang dia dapatkan semalam dari Akbar adalah penyebab datangnya surat gugatan cerai Yudi atas dirinya.
Tangisnya kembali tumpah sesak dalam dadanya semakin menjadi. Ayu meremas kuat kain berlapis di depan dadanya berharap sesak dalam dadanya berangsur menghilang, tapi nahas dia merasa dadanya semakin terhimpit.
"Jahat kamu, Kak!" Ayu memaki lelaki yang telah menjadi suaminya selama 6 tahun. Ternyata dia salah mengira cinta Yudi padanya semu, palsu, dan tidak nyata.
"Jadi semua itu benar? Semalam itu memang dia?" suara bariton hadir mengagetkan Ayu dalam isak tangisnya yang terdengar memilukan.
Sosok Thareq Akbar Satria datang bak pahlawan, menawarkan pundaknya untuk menjadi sandaran bagi Ayu. Tanpa sepatah kata Ayu menghambur masuk dalam dekapan Akbar dan pria berparas rupawan itu mengerti kalau ini adalah kelanjutan dari drama undangan aqiqah semalam.
Mata Akbar terfokus pada map merah yang sedari tadi berada tak jauh dari posisi Ayu, tapi Akbar paham ini adalah privasi rumah tangga Ayu dan Yudi.
Dirasa telah tenang dalam dekapan Akbar, Ayu pun mengurai pelukannya bersama Akbar.
"Ini," Ayu menyodorkan map merah yang sedari tadi mengusik rasa penasaran Akbar. Akalnya ingin menolak untuk membuka map tersebut, tapi tangannya seolah berkhianat.
Kedua manik mata Akbar telihat membeliak kala membaca point demi point yang Yudi berikan sebagai alasan dia menggugat cerai sang istri.
"Yu, lo harus ingat satu hal dia selingkuh dan nggak ada pembenaran di atas kesalahan." Akbar bangkit lalu meninggalkan Ayu seorang diri. Dia bukan tega, namun dia tahu Ayu butuh waktu sendiri, dia harus menenangkan pikirannya.
Mama Kinanti dan Papa Galih saling menatap satu sama lain, ada hal yang aneh pagi ini. Ke mana putri semata wayang mereka yang cerewet? Kenapa juga Akbar turun sendiri?
"Bar, Ayu mana? Kok, kamu turun sendiri?" tanya Mama Kinanti, kedua bola mata indah wanita paru baya itu menilik tajam ke dalam netra mata Akbar.
"Ayu berangkat sendiri, Pa, Ma."
Kedua orangtua Ayu itu yakin kalau putri semata wayang mereka tidak sedang dalam keadaan yang baik-baik saja.
"AYU!" seru nyaring Papa Galih, tapi yang dipanggil namanya tak sedikit pun menampakkan batang hidungnya, mengindahkan panggilan sang papa pun enggan dia laksanakan.
Tak ingin larut dalam semua ekspektasinya pasangan suami istri yang telah mengarungi biduk rumah tangganya selama 27 tahun lamanya akhirnya melesat menuju kamar Ayu.
Papa Galih dan Mama Kinanti terhenyak kala melihat keadaan Ayu berderai mata? Lalu bagaimana reaksi Papa Galih ketika mengetahui Yudi kembali melempari putri kesayangannya menggunakan arang panas? Putri yang dia jaga sepenuh hati kembali harus terluka hatinya karena kesalahan yang sama dari sang menantu.
Sebelum mulai sesi introgasi dengan sang putri, Mama Kinanti terlebih dahulu memindahkan Zaskia ke kamar utama.
"Kamu kenapa, Nak? Kalau kamu ada masalah, cerita ke Mama dan Papa!" sudah tiga kali Papa Galih menitah putri semata wayangnya agar mau berbagi bebannya, tapi wanita yang memiliki manik mata jernih itu terus saja menunduk sambil terisak. Pangkal bahunya bergerak naik turun seirama dengan isak tangisnya.
"Pa, itu!" seru Mama Kinanti, lalu menunjuk map merah yang kembali berada dalam pangkuannya. Ikatan batin antara ibu dan anak adalah suatu hal yang tak perlu lagi diragukan. Mama Kinanti yakin kalau beban yang harus Ayu bagi pada mereka ada di sana.
Mama Kinanti memberikan sentakkan di bahu sang suami saat Papa Galih hanya menatap map merah tersebut tanpa mengambil ataupun membukanya. Papa Galih mengulurkan tangannya untuk meraih map merah yang berada di atas pangkuan Ayu, dua manik mata Papa Galih rasanya ingin jatuh terurai saat ini juga. Terasa teriris sembilu, ingin saja dia mati.
Papa Galih melempar map itu kesembarang arah, tapi segera dipungut lagi oleh sang istri. Sejurus dengan Papa Galih, Mama Kinanti pun tercengang bukan kepalang kala melihat surat gugatan cerai dari Yudi.
"Akhirnya apa yang Papa takutkan terjadi lagi, kan?" bentak Papa Galih dengan nada nyaring. Mendengar bentakan sang papa, Ayu lantas mengangkat kepalanya, menatap sendu pria yang telah membesarkannya, pria yang telah dia nobatkan sebagai cinta pertamanya.
Sedangkan Mama Kinanti, dia tak bisa berbuat banyak kecuali mengusap punggung Ayu naik turun.
Napas Ayu semakin lama semakin tertarik. Oksigen terasa mengikis seiring dengan ritme jantungnya yang bertalu-talu.
"Tidak seharusnya, kamu menerima Yudi lagi masuk dalam hidupmu. Dia telah menorehkan luka dalam hatimu untuk kedua kalinya."
Penekanan kembali Papa Galih tujukan pada sang putri. Suci Indah Ayu adalah sosok wanita yang mempunyai hati selembut kapas, dia begitu mudahnya menerima dan memaafkan Yudi yang telah menorehkan luka di hatinya.
Ayu akan selalu menjadi budak cinta untuk Yudi Eka Setiawan. Menerima begitu saja ketika disakiti dan dengan mudahnya memaafkan ketika diperhatikan.
Manik mata Ayu menatap sendu pigura yang tadi jatuh berserakan, apakah ini muara untuk bahtera rumah tangga yang telah mereka arungi selama 6 tahun dan menghadirkan Zaskia di tengah-tengah mereka.
"Penuhi keinginan dia, bercerailah!" Papa Galih memberikan Ayu ultimatum tegas, membuat Mama Kinanti medelikkan matanya menatap horor sang pelabuhan hati.
Perceraian akan ditempuh jika kedua bela pihak setuju atau tidak ditemukan lagi jalan untuk bersatu. Bagi Mama Kinanti masalah rumah tangga Ayu dan Yudi masih bisa diperbaiki, terlebih lagi ada Zaskia yang akan menjadi pemersatu mereka.
Kini Ayu sadar bahwa masalah hari ini adalah teguran dari Tuhan atas kesalahannya yang telah mempermainkan ikatan pernikahan. Tidak seharusnya Ayu melakukan hal seperti itu, karena Tuhan ada diantara mereka, para malaikat pun ikut menjadi saksi atas pernikahan mereka.
Ayu menghapus jejak kebasahan yang sejak tadi membasahi pipinya. Dia tilik wajah Mama Kinnanti dan Papa Galih secara bergantian.
"Pa, Ma, aku ....,"
Bersambung...
Benar yang dikatakan Akbar, bahwa tidak ada pembenaran di atas kesalahan. Benar juga yang dikatakan Papa Galih, maaf saja tidak bisa menghapuskan luka di masa lalu. Sudah cukup Ayu memperbudak dirinya atas nama cinta, time is up untuk Yudi Eka Setiawan. Seharusnya, Ayu tetap memegang teguh prinsip yang dia dapatkan dari Firman Afif sebelum menikah dengan Yudi. Namun nasi telah menjadi bubur yang tak bisa lagi ditanak. Jangan pernah membaca novel dengan judul yang sama lebih dari sekali, karena endingnya akan tetap sama. Itu adalah prinsip yang Ayu dapatkan dulu dari salah satu sahabat terbaiknya. Ayu seolah menutup rapat kedua telinganya, tak ingin mendengarkan nasihat dari Firman. Yudi Eka Setiawan adalah lelaki pertama yang mengenalkan cinta pada Ayu, tapi jalinan kasih antara keduanya tidaklah berlangsung lama. Setahun berpacaran dengan putri mahkota Angkasa Group, Yudi secara tegas harus mengakhiri hubungan mereka. Bukan karena bosan apala
Ponsel yang sedari tadi berada didalam handbag Ayu terus berdering nyaring, tapi hal itu tidak sedikitpun mengalihkan atensinya.Matahari sudah hampir kembali ke peraduannya, warna jingga sudah mewarnai langit pertanda gelap akan segera datang.Ayu tahu yang sedari tadi menghubunginya adalah orang-orang terdekatnya, mungkin saja Papa Galih, Mama Kinanti ataupun Akbar.Kepergian Ayu selama berjam-jam tentu saja hal yang menjadi hal yang paling dikhawatirkan apalagi, Ayu meninggalkan rumah dalam kondisi hati yang tak ceria.Setelah memarkirkan mobilnya, Ayu tidak langsung keluar. Wanita yang kini berangsur menjadi kuat itu lantas memeriksa ponselnya yang sedari tadi berdering tanpa jeda, membuat kuping si empu memanas saja.Netra pekat milik Ayu membola takkala melihat nomor yang sedari menelponnya bukanlah Papa Galih, Mama Kinanti, maupun Akbar.Tanpa dia sadari air matanya menetes tanpa aba-aba sedikit pun. Orang yang menghilang dari hidupnya seja
Fajar kembali menyising, nabastala tampak cerah secerah hati wanita yang sebentar lagi siap menyandang gelar barunya sebagai seorang janda beranak satu.Apa pun yang telah Tuhan gariskan padamu akan tetap menjadi milikmu, begitu pun sebaliknya. Itulah yang menjadi dasar prinsip Suci Indah Ayu. Dia adalah wanita yang tidak ditakdirkan untuk dibahagiakan oleh Yudi.Saat ini hanya ada Papa Galih, Mama Kinanti dan Zaskia yang tengah disuapi oleh Bu Surti di gazebo belakang.Karena pagi-pagi sekali Ayu telah berangkat bekerja, entah dia memang berangkat untuk bekerja atau ada urusan lain, biarlah itu menjadi privasinya.Papa Galih telah selesai dengan aktifitas sarapan paginya dan segera bangun dari duduknya memakai jas hitam yang telah dia sampirkan sebelumnya di sandaran kursi.Mama Kinanti pun ikut bangun dari duduknya, mengantar kepergian sang nahkoda cinta sampai ke teras rumah mereka.Mama Kinanti meraih punggung tangan kanan Papa Galih untuk dia
Agasa hanya terbelalak keheranan melihat tingkah sahabatnya yang mungkin sedang kerasukan arwah roh halus."Sa, di mana dia?" tanya Papa Galih. Yang ditanya pun hanya diam membisu, bukan karena tak mempunyai jawaban tetapi karena dia tidak tahu siapa yang dicari oleh sahabatnya itu."Lih, kamu nyari siapa sih?" sentak Agasa."Penerima kuasa ini, dia di mana? Aku mau ketemu dia," pinta Papa Galih seraya menunjuk nama orang yang dia maksud dengan nada yang masih melengking."Dia itu asistenku," jelas Agasa.Papa Galih nampak frustasi karena jawaban yang diberikan Agasa tidak selaras dengan pertanyaannya barusan.Agasa sadar kalau jawaban itu bukanlah yang diinginkan oleh sahabatnya."Dia sedang tertimpa masalah, jadi aku izinkan dia cuti," Papa Galih terperangah tak percaya akan penuturan Agasa.Papa Galih tahu, hal ini pasti berat untuk dia lalui tapi, di satu lagi dia juga bersyukur karena anaknya kuat tak serapuh yan
"Bar, gue ....""Lo kenapa, Yu?" sela Akbar. Nada bicaranya pun naik satu oktaf."Gue rindu dia, Bar. Lo ingat nggak? Waktu gue hamil Zaskia, dia tuh suka banget ngelus-ngelus perut gue," Ayu berhambur memeluk Akbar, mencengkeram erat jas bagian belakang sahabatnya.Akbar paham kalau bukan saatnya menjadi penyidik yang menanyai Ayu lebih mendalam. Tak ada pilihan untuk Akbar selain membiarkan Ayu memeluknya.Entah dia siapa yang Ayu maksud saat ini, apakah mantan suaminya yang telah menorehkan luka atau ada dia yang lain, entahlah."Dia terluka, Bar. Dia juga sakit," pangkal bahu Ayu naik turun seirama dengan isak tangisnya."Yu, lo ngomong yang jelas dong," titah Akbar karena dia belum mampu menyerap dengan baik maksud ucapan Ayu.Ayu menangis sesegukan, Akbar bisa merasakan kebasahan di bagian depan bajunya. Akbar diam, tak lagi menanyai Ayu khas penyidik KPK yang sedang menangani kasus besar korupsi. Karena inti dari menghadapi seorang Su
"Dia menderita GDM?" Papa Galih terhenyak kala mengetahui bahwa orang yang dia cari itu menderita GDM."Iya, Pak," jawab Bayu dengan lugas.GDM atau Gangguan Depresi Mayor adalah suatu gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus tertekan atau kehilangan minat dalam beraktivitas, menyebabkan penurunan yang signifikan dalam kualitas hidup sehari-hari.Kemungkinan penyebabnya termasuk ketegangan yang bersumber dari kombinasi kondisi biologis, psikologis, dan sosial. Semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor ini dapat menyebabkan perubahan dalam fungsi otak, termasuk aktivitas abnormal dari sirkuit saraf tertentu dalam otak.Papa Galih kembali fokus membaca informasi yang telah Bayu dapatkan untuknya, tapi perasaannya seolah berkhianat tanda bahaya apakah ini?Menghampiri ke kantornya tentu bukan pilihan yang baik, mengingat Agasa memberikannya cuti sampai beberapa hari ke depan. Papa Galih meraih kunci mobil yang be
BRAK~~~Pintu ruangan Agasa terbuka tanpa ketukan terlebih dahulu. Membuat pemilik ruangan menghentikan sejenak pekerjaan. Atensinya tertuju sepenuhnya pada wanita berbalut gamis warna maron."Kamu kenapa, Li?" tanya Agasa pada Vilia Khaerani sekretaris Agasa.Vilia tidak langsung menjawab pertanyaan dari sang pemilik Firma Hukum itu. Dia harus mengatur ritme napasnya terlebih dahulu."Li, ada apa sih? Kamu kesambet apa?" kelakar Agasa."Firman kecelakaan, Pak," pena yang sedari tadi yang digenggam oleh pengacara kondang jatuh terhempas begitu saja.Matanya membola sempurna, jantung berdegup cukup kencang."Jangan asal bicara kamu, Vilia," sergah Agasa.Yang membuat Agasa lebih tercengang ketika menyadari wanita di hadapannya ini adalah wanita yang menjunjung tinggi sebuah kebenaran.Vilia kembali ingin memberikan sebuah pembenaran, tapi Agasa bangkit lalu mengambil jasnya yang dia sampirkan di sandaran kursi kerjanya."Dim
Kini yang tersisa di ruangan dengan didominasi warna putih itu hanya dua lelaki yang saling menatap satu sama lain."Gue bisa meluk lo, nggak?" tanya Firman pada Akbar dengan nada bergetar.Air mata mulai tergenang di pelupuk matanya yang dalam satu kedipan akan tumpah ruah.Akbar mendekat kemudian merentangkan tagannya, mendekap erat seorang Firman Afif. Air mata keduanya pun luruh tak terhentikan."Gue lemah, Bar. Gue lemah," keluh Firman dalam dekapan Akbar."Dan lo butuh Ayu untuk kuat, lo butuh dia," Firman semakin mengeratkan pelukannya kala mendengar ucapan Akbar."Gue nggak sepolos Ayu," ucapan Akbar lontarkan membuat kening Firman berkerut dalam. Dia mengurai pelukannya."Maksud, lo?" tanya Firman dengan polosnya.Firman memang polos dan akan seperti itu sampai kisah mereka tamat."Gue tahu apa yang tidak Ayu ketahui selama ini," jelas Akbar.Akbar tahu, kalau selama ini Firman tidak benar-benar pergi meninggalkan
Rawismara pagi ini tak semendung semalam, mentari kembali menyising, kilau cahayanya sungguh menggangu tidur Agasa. Samar-samar dia mengerjapkan matanya. Hari baru siap untuk dia mulai. Asa demi asa kembali terpatri kuat dalam sanubarinya.Dengan langkah gontai dia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ada event besar para pengacara yang sedang dia ikuti untuk sepekan ke depan di kota kembang ini.Setengah jam berlalu kini tubuh Agasa telah terbalut rapi dengan kemeja putih, celana kain hitam, jas hitam dan tak lupa dasi berwarna merah maron yang bergantung di kerah kemejanya. Paras tampannya masih saja terlihat meski usianya telah memasuki angka 46 tahun.Dering nyaring ponselnya mengalihkan atensinya.Bidadari hati is calling ....Itulah nama yang Agasa sematkan untuk kontak Suci Indah Ayu. Senyum renjana tersungging manis di bibirnya, jantung seperti sedang ditalu dengan begitu kuatnya.Untuk menggapai ponselnya tangannya mendadak
Tiga jam menjalani rangkaian pemeriksaan tidaklah melegakan hati wanita berparas Ayu sebab dia harus menunggu lagi sampai awal pekan, karena hasil pemeriksaan akan keluar tiga hari ke depan.Dering ponsel Ayu mengalihkan atensinya. Keningnya tercetak dalam kala melihat siapa yang menelponnya. Kabar apalagi yang akan dia dengar kali ini."Mama?" ujar Ayu ketika melihat nama Mamanya tampil memenuhi layar ponselnya. Sambil mengucap untain zikir Ayu menggeser icon hijau pada layar ponselnya."Bu, te tantor ayah, uk!" Suara cadel Zaskia sungguh melegakan hati Ayu. Tapi tunggu dulu, ke kantor Firman? Untuk apa? Pikirnya."Duh ... Ibu lagi sibuk Ki, banyak kerjaan yang harus Ibu dan Abi kerjakan, sayang," jelas Ayu dengan nada bicara yang dibuat semenyesal mungkin. Bukannya mau tega, tapi Ayu sadar diri dia sudah terlalu lama meninggalkan Darma Corp. Dia bahkan harus mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi amukan seorang Thareq Akbar Satria.Ayu bisa dengan
Ayu mengehala napas lega karena berhasil mengelabui orang-orang terdekatnya. Niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya sudah terpatri kuat.KREK~~~Pintu ruangan Om Satya terbuka setengah, menyembulkan sosok cantik di baliknya, Suci Indah Ayu.Terkejut? Tentu itulah yang dirasakan Om Satya saat ini, pria paru baya itu berpikir bahwa niat Ayu hanya bertahan semalaman. Namun dia salah, kedatangan Ayu pagi ini seakan mempertegaskan niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya."Kamu masih mau mendonorkan ginjalmu untuk pasien yang bernama Firman Afif itu?" Ayu tahu dan sangat memahami maksud dari pertanyaan Om Satya, apalagi jika bukan untuk membatalkan niat Ayu melakukan tindak mulia tersebut."Kamu harus dapat persetujuan Mama dan Papamu untuk mendonorkan ginjalmu, Nak," ucap Om Satya saat melihat anggukan kepala Ayu. Kenapa susah sekali untuk membujuk Ayu agar mau mengurungkan niatnya."Aku ini wanita bersuami, Om! Papa sudah mengalihkan tanggungnya pada suami
"Man, Ayu tuh belum sampai gue nungguin dia udah hampir sejam. Udah deh gini aja, lo nyariin dia biar gue yang menangani investor," Firman memutuskan sambungan telpon tanpa menimpali perkataan Ayu.Air mata di kedua pelupuk mata Firman muIai tergenang yang dalam satu kedipan saja akan jatuh membasahi pipinya.Dia menghempaskan asal berkas-berkas para client, persetan dengan fee besar yang dijanjikan untuknya, yang terpenting hanya Ayu dan selamanya akan seperti itu.BURG~~~Pintu ruangan khusus anak magang terbuka lebar, Atthar yang semula fokus dengan berkas-berkasnya lekas mendongak menilik tajam ke dalam netra milik asisten pemilik Firma ini."Kamu gantikan saya sidang hari," jelas Firman dengan napas yang tersengal-sengal. Di hadapannya Atthar terpelongo tak percaya, titah macam apa ini pikirnya?"Saya mendadak mendapat urusan yang sangat urgent," kepanikan dan kekhawatir terlukis jelas di raut wajah Firman, hal itu akhirnya membuat Atthar mau
Fajar kembali menyising, nabastala tampak sejuk. Daksa Ayu masih melemah meskipun tak selemah semalam. Wanita cantik itu kini telah rapi dengan dress berwarna denim dipadukan blazzer berwarna senada. Rambut panjangnya dia kuncir tinggi memperlihatkan leher putihnya.Derup langkah Ayu membuat Papa Galih mengkerutkan keningnya, pria paru baya itu dibuat bertanya-tanya dengan penampilan putrinya yang sudah amat rapi. Berbanding terbalik dengan penampilannya yang masih menggunakan boxer dan kaos rumahan."Yu, kamu mau ke mana, Nak?" Ayu memilih tak menggubris pertanyaan sang Papa. Saat ini Ayu sedang berlomba dengan waktu.Ayu terus berjalan menuruni anak tangga, Mama Kinanti pun sama terkejutnya dengan sang suami angin apa yang membuat Ayu sudah serapi ini?"Udah mau berangkat, Yu? Masih kurang jam tujuh loh, Nak!" ujar Mama Kinanti saat melihat kedatangan Ayu. Wanita paru baya itu kembali sibuk menata makanan di atas untuk disajikan sebagai menu sarapan.
Tatapan Ayu dan Yudi saling mengunci, Yudi berusaha untuk mengendalikan keterkejutannya. Dia menitah Ayu untuk kembali duduk karena hal selanjutnya yang akan dia sampaikan mungkin akan membuat sukmanya kian terkoyak.Dari kode yang diberikan Yudi, Ayu bisa merasakan kalau hal selanjutnya yang akan Yudi bicarakan jauh lebih penting. Dengan daksa yang kian melemah Ayu akhirnya memilih menuruti titah Yudi."Aku ngajak ngobrol bukan hanya untuk mengembalikan Ayu dan Zaskia padamu, tapi aku juga ingin menjadi pendonor untukmu. Kamu butuh itu terus membahagiakan mereka," ucapan Yudi membuat Firman menegang, sekujur tubuhnya mendadak kaku, akralnya pun ikut mendingin.Firman seolah lupa kalau lelaki di hadapannya kini adalah suami dari mantan tunangannya. Bella pasti telah menceritakan semua tentang dirinya pada Yudi.Rasa emosi yang tadi bersarang di hati Ayu seakan hilang entah kemana berganti dengan rasa takut yang kian bekecamuk dalam sukmanya."Sakit
"ZASKIA!!!" ada seorang lelaki yang menyerukan nama gadis kecil tersebut.Bukan hanya pemilik nama yang berbalik, Ayu dan Firman pun tersontak kaget karena seruan nyaring lelaki tersebut.Manik mata sipit kepunyaan Zaskia ikut membola sempurna melihat kemunculan lelaki yang telah membesarkan dan menghujaninya dengan banyak kasih sayang selama lima tahun.Di luar dugaan Zaskia meminta turun dari gendongan sang Ayah, berlari kecil menghampir Yudi. Di seberang sana Yudi telah bersiap menangkap Zaskia dan mendekapnya erat. Kasih sayang Yudi terhadap Zaskia tidak perlu lagi diragukan, meskipun Zaskia bukanlah darah dagingnya.Kedekatan Zaskia dan Yudi sungguh menghipnotis Firman, hatinya mencolos melihat kedekatan mereka. Inikah rasanya cemburu?Pukulan ringan Ayu suguhkan di lengan Firman menyadarkan pengacara muda itu dengan segala lamunannya."Mas, ambil tuh anak kamu!" rahang bawah Firman terbuka lebar, matanya melotot tajam, salah dengarkah
"Kamu ....,""Ayah!!!" pekik gadis cantik turun Suci Indah Ayu itu. Diseberang sana Firman masih terhipnotis oleh paras cantik yang dimiliki anak itu, Zaskia Azzahra Khumairah.Zaskia berlari sangat cepat untuk segera mencapai sang ayah, sosok yang begitu sangat dia rindukan. Sosok yang selama hidupnya hanya bisa dia pandangin fotonya.Firman tersentak kenapa panggilan ayah bisa gadis kecil ini sematkan pada dirinya? Apakah selama memata-matai Ayu ada hal yang dia lewatkan, tapi apapun itu Firman tak merasa gamang lagi. Senyumnya yang mengulum di bibirnya kian merekah kala mendengar pekik bahagia dari malaikat kecilnya.Firman mensejajarkan tingginya dengan Zaskia, menilik inchi demi inchi wajah gadis cantiknya itu, benar yang dikatakan Akbar beberapa hari yang lalu bahwa dia tidak memerlukan Tes DNA untuk membuktikan adalah miliknya. Semua yang ada pada dirinya menurun pada Zaskia Azzahra Khumairah."Panggil sekali lagi!" titah Firman seraya mencakup k
Jarak dari Firma Hukum Agasa menuju rumah Firman memanglah terbilang cukup jauh. Butuh waktu 45-50 menit untuk tiba disana, apalagi memasuki jam pulang kantor seperti saat ini Agasa harus extra sabar untuk bisa menerobos kemacetan.Agasa memang pernah menganjurkan pada Firman, jika ingin mencari rumah carilah yang jaraknya dengan Firma tidak terlalu jauh, tapi pilihan Firman tetap jatuh pada rumah itu.Alasan pertama Firman memilih rumah itu adalah designnya mirip sekali dengan rumah impian Ayu dan alasan kedua jarak dari rumah itu menuju Angkasa Group sangat dekat dengan estimasi waktu 10-15 menit.Biarlah Firman yang harus menempuh jarak jauh asalkan Ayu tidak mengalami kesusahan ketika mereka telah menyatu dalam bingkai cinta yang halal. Karena Firman tahu dan sangat mengerti kalau Papa Galih telah mempersiapkan anak keduanya itu menjadi Presdir Angkasa Group menggantikan dirinya suatu saat nanti.Kereta besi yang Agasa kendarai mendadak berhenti ketika me