Fajar kembali menyising, nabastala tampak cerah secerah hati wanita yang sebentar lagi siap menyandang gelar barunya sebagai seorang janda beranak satu.
Apa pun yang telah Tuhan gariskan padamu akan tetap menjadi milikmu, begitu pun sebaliknya. Itulah yang menjadi dasar prinsip Suci Indah Ayu. Dia adalah wanita yang tidak ditakdirkan untuk dibahagiakan oleh Yudi.
Saat ini hanya ada Papa Galih, Mama Kinanti dan Zaskia yang tengah disuapi oleh Bu Surti di gazebo belakang.
Karena pagi-pagi sekali Ayu telah berangkat bekerja, entah dia memang berangkat untuk bekerja atau ada urusan lain, biarlah itu menjadi privasinya.
Papa Galih telah selesai dengan aktifitas sarapan paginya dan segera bangun dari duduknya memakai jas hitam yang telah dia sampirkan sebelumnya di sandaran kursi.
Mama Kinanti pun ikut bangun dari duduknya, mengantar kepergian sang nahkoda cinta sampai ke teras rumah mereka.
Mama Kinanti meraih punggung tangan kanan Papa Galih untuk dia cium. Papa dari Suci Indah Ayu melabuhkan kecupan singkat di kening wanita yang telah melahirkan dua anak untuknya.
"Kalau ada apa-apa langsung kabarin!" titah Papa Galih. Mama Kinanti mengangguk seraya mengulum senyum pada sang suami.
"Pak, kita ke Firma Hukum Agasa dan Rekan dulu," titah orang nomor satu di Angkasa Group pada sang supir.
Pria yang masih tampak gagah itu meskipun usianya sudah hampir memasuki setengah abad memfokuskan dirinya menatap keluar jendela, mengamati kendaraan yang berlalu lalang. Tiba-tiba, dia tersadar akan permintaan putri semata wayangnya kemarin.
Papa Galih merogoh saku jasnya mengeluarkan benda pipih berlogokan apel yang telah digigit di bagian belakangnya.
"Bay, tolong kamu selidiki tentang pria yang menjadi tunangan Bella Qanesyah!" pinta Papa Galih saat sambungan telponnya dengan orang kepercayaan itu terhubung.
Setelah mendapat jawaban dari Bayu Rianto, Papa Galih memutuskan sambungan telpon itu.
Papa Galih menyenderkan punggungnya di jok mobil, dia pun seakan ragu untuk menemukan pria yang dia harapkan menjadi menantunya, dulu.
"Pak, kita sudah sampai!" ucap Ferdy menyadarkan Papa Galih dari lamunannya. Dengan langkah tegap dan gagah Papa Galih memasuki gedung berlantai dua.
"Saya ingin bertemu dengan Agasa!" ucap Papa Galih pada seseorang yang berada di depan ruangan sahabatnya itu.
"Pak Agasa sudah menunggu anda di dalam, Pak," jawab sopan wanita berbalut gamis maron dengan hijab berwarna senada.
Papa Galih membuka pintu ruangan Agasa Maha Putra tanpa dia ketuk terlebih dahulu, alhasil pemilik ruangan menggerutu kesal.
"Ini ruangan aku, ketuk dulu dong," decak pengacara spesialis perdata yang memulai karirnya sejak 20 tahun yang lalu.
"Kamu juga kalau ke kantorku suka seenak jidatmu, kan?" Papa Galih nampaknya tak ingin kalah dari sahabatnya ini.
Galih Surya Atmadja dan Agasa Maha Putra telah menjalin persahabatan ketika mereka masih berseragam putih abu-abu.
Tapi Papa Galih mempunyai nasib yang lebih baik dibandingkan Agasa. Di usianya yang masih terbilang muda, yakni 19 tahun dia telah mempersunting cinta pertamanya, Kinanti Sekar Kinashi.
Garis jodoh memang tak ada yang bisa menebak, termasuk Papa Galih. Wanita yang dia nikahi ternyata menjadikan Agasa sebagai cinta pertamanya.
Tapi cinta Mama Kinanti pada Agasa justru bertepuk tangan, Agasa tak sedikitpun membalas rasa cinta Mama Kinanti.
"Kamu mau apa sih, ke sini?" tanya Agasa tapi fokusnya masih ada di berkas-berkas perkara yang siap dia menangkan di meja hijau nantinya.
"Ini," Papa Galih memberikan berkas gugatan cerai Yudi untuk Ayu.
Agasa terhenyak ketika melihat logo Pengadilan Agama di bagian atas berkas yang Papa Galih hempaskan di depannya.
Apakah bahtera rumah tangga yang sudah 27 tahun diarungi oleh Mama Kinanti dan Papa Galih akan karam? Itulah kesimpulan yang Papa Galih tangkap ketika menilik jauh ke dalam dua manik mata Agasa.
Agasa tertohok kal mendengarkan penjelasan Papa Galih kalau putri semata wayanngnya, yang selalu menjadi kebanggaannya kini dijatuhi talak oleh sang suami. Gelengan samar dia perlihatkan untuk menutupi keterkejutannya.
"Ayu anak kamu?" tuduh Agasa. Papa Galih berdecak sebal, apakah pengacara di hadapannya ini benar-benar kehilangan kepintarannya atau sedang berakting bego?
"Anakku cuma Angga dan Ayu, kamu tahu itu," raut wajah Agasa langsung mendadak berubah pucat ketika Papa Galih menyebut nama Angga.
Kejadian masa kelam kembali terpatri dalam jiwanya, meskipun sudah 26 tahun berlalu, tapi Agasa tidak dapat menghilangkan rasa bersalah yang merasuki sukmanya.
"Bisa kita mulai konsultasinya?" tanya Papa Galih dengan nada baritonnya menyadarkan Agasa dari lamunan masa lalunya.
Agasa menarik napas panjang kemudian menghembuskannya perlahan. Dia menyinggirkan berkas yang menempuk ke sudut meja dan menyisakan hanya berkas yang Papa Galih tadi berikan.
Beberapa kali Agasa terlihat menautkan alisnya dan menggaruk keningnya yang sama sekali tak gatal itu.
Agasa menutup kembali berkas itu, tangannya menyilang di depan dadanya, "Terlalu mengada-ada," ucap Agasa.
Hampir semua orang yang membaca point-point gugatan Yudi akan mengatakan bahwa hal yang dikemukakan pria berusia 28 tahun itu memanglah mengada-ngada.
Ayu telah bekerja di Darma Corp sebagai Personal Assistant selama dua tahun lamanya, tapi mengapa keberatan Yudi baru sekarang?
Jika Yudi keberatan soal pekerjaan Ayu, harusnya mereka saling bicara dari hati ke hati bukannya Yudi pergi lalu melakukan hal yang menyimpang seperti saat ini.
"Aku mau, kamu bantu Ayu dan Zaskia mendapatkan hak mereka dari Yudi," pernyataan Papa Galih barusan membuat Agasa tercengang tak percaya.
Apa tadi dia bilang? Menuntut hak anak dan cucunya? Tidak mungkinkan Angkasa Group harus gulung tikar dalam waktu semalam?
Papa Galih memang bukanlah seorang bergelar sarjana hukum apalagi seorang pengacara, tapi pria yang tahun ini genap berusia 46 tahun itu tahu dan patuh akan hukum.
Papa Galih bukan tidak mampu membiayai apalagi menanggung anak dan cucunya, toh dia adalah pemilik dari Angkasa Group perusahaan iklan terbesar di Indonesia. Pundi-pundi rupiahnya tidak akan habis tujuh turunan sekalipun.
Namun Papa Galih ingin Yudi belajar tentang tanggung jawab, cukup istri pertama dan anaknya dari Cindy Desi Anggraini yang dia terlantarkan.
Kedua manik mata milik pengacara kondang membeliak sempurna saat Papa Galih mengingankan Agasa untuk menuntut Yudi agar mau memberikan Ayu nafkah iddah, nafkah lampau dan juga nafkah mut'ah.
"Nafkah lampau? Jadi selama ini Yudi nggak nafkahin anak kamu gitu?" terka Agasa. Karena seingat pria berusia 46 tahun itu menantu Papa Galih adalah pengusaha terkenal di bidang kuliner dan telah memiliki banyak di daerah Jabodetabek. Jadi, tidak mungkin suami Ayu itu tidak memberi Ayu nafkahkan? Ya, kecuali kalau memang dia tipikal manusa pelit.
Papa Galih sadar diri kalau soal hukum ternyata dirinya masih berada jauh di belakang sahabatnya itu. Atas terkaan Agasa barusan dia hanya tersenyum masam. Dan Agasa memutar bola matanya jengah.
"Ayu tidak bisa menuntut nafkah lampau, kalau selama ini Yudi masih memberinya nafkah," penjelasan dari Agasa membuat netra pekat Papa Galih membola sempurna. Kenapa tidak bisa, pikirnya.
Nafkah Madliyah atau selama ini kita kenal dengan nafkah lampau adalah suatu hal yang merupakan kewajiban atas seseorang yang tidak dilakukan pada zaman lampau atau pada masa yang telah lalu.
"Ngak bisa?" ulang Papa Galih.
Agasa dengan tegas menggerakkan kepalanya naik turun, sebagai jawaban untuk sahabatnya itu.
Tapi Ayu bisa menuntut haknya kepada Yudi berupa nafkah iddah dan juga nafkah mut'ah, Zaskia pun tetap menjadi tanggungan Yudi sampai dia berusia 21 tahun.
Nafkah mut'ah adalah pemberian dari bekas suami kepada istrinya yang dijatuhi talak berupa uang atau benda lainnya. Sedangkan, nafkah iddah adalah nafkah yang wajib diberikan kepada istri yang ditalak dan nafkah ini, berlangsung selama 3-12 bulan tergantung kondisi haid istri yang diceraikan.
Sesi konsultasi hukum antara dua sahabat itu di tutup dengan permintaan Agasa agar besok Ayu datang langsung untuk menandatangani surat kuasa khusus. Papa Galih adalah seorang yang sangat teliti dan penuh perhitungan sungguh berbanding terbalik dengan Ayu yang mewarisi sifat ceroboh sang mama.
Papa Galih meminta Agasa untuk memperlihatkan contoh surat kuasa yang akan Ayu tanda tangani besok.
Agasa terlihat mengacak-acak laci meja kerjanya, mencari beberapa dokumen yang diminta oleh sahabatanya.
'Ini," Papa Galih menerima contoh surat kuasa yang diberikan oleh Agasa tanpa sedikitpun menaruh curiga.
Di dalam surat kuasa khusus yang Agasa berikan terdapat dua nama penerima kuasa, alasan utamanya tentu saja jam terbang Agasa sebagai pengacara kondang yang tidak hanya menanganani satu atau dua kasus dalam sehari.
Kedua bola mata milik Papa Galih seperti ingin berhamburan kala melihat salah satu nama yang bertindak sebagai penerima kuasa, orang yang menghilang sejak 4 tahun yang lalu ada disini, di Firma Hukum sahabatnya.
Bersambung...
Agasa hanya terbelalak keheranan melihat tingkah sahabatnya yang mungkin sedang kerasukan arwah roh halus."Sa, di mana dia?" tanya Papa Galih. Yang ditanya pun hanya diam membisu, bukan karena tak mempunyai jawaban tetapi karena dia tidak tahu siapa yang dicari oleh sahabatnya itu."Lih, kamu nyari siapa sih?" sentak Agasa."Penerima kuasa ini, dia di mana? Aku mau ketemu dia," pinta Papa Galih seraya menunjuk nama orang yang dia maksud dengan nada yang masih melengking."Dia itu asistenku," jelas Agasa.Papa Galih nampak frustasi karena jawaban yang diberikan Agasa tidak selaras dengan pertanyaannya barusan.Agasa sadar kalau jawaban itu bukanlah yang diinginkan oleh sahabatnya."Dia sedang tertimpa masalah, jadi aku izinkan dia cuti," Papa Galih terperangah tak percaya akan penuturan Agasa.Papa Galih tahu, hal ini pasti berat untuk dia lalui tapi, di satu lagi dia juga bersyukur karena anaknya kuat tak serapuh yan
"Bar, gue ....""Lo kenapa, Yu?" sela Akbar. Nada bicaranya pun naik satu oktaf."Gue rindu dia, Bar. Lo ingat nggak? Waktu gue hamil Zaskia, dia tuh suka banget ngelus-ngelus perut gue," Ayu berhambur memeluk Akbar, mencengkeram erat jas bagian belakang sahabatnya.Akbar paham kalau bukan saatnya menjadi penyidik yang menanyai Ayu lebih mendalam. Tak ada pilihan untuk Akbar selain membiarkan Ayu memeluknya.Entah dia siapa yang Ayu maksud saat ini, apakah mantan suaminya yang telah menorehkan luka atau ada dia yang lain, entahlah."Dia terluka, Bar. Dia juga sakit," pangkal bahu Ayu naik turun seirama dengan isak tangisnya."Yu, lo ngomong yang jelas dong," titah Akbar karena dia belum mampu menyerap dengan baik maksud ucapan Ayu.Ayu menangis sesegukan, Akbar bisa merasakan kebasahan di bagian depan bajunya. Akbar diam, tak lagi menanyai Ayu khas penyidik KPK yang sedang menangani kasus besar korupsi. Karena inti dari menghadapi seorang Su
"Dia menderita GDM?" Papa Galih terhenyak kala mengetahui bahwa orang yang dia cari itu menderita GDM."Iya, Pak," jawab Bayu dengan lugas.GDM atau Gangguan Depresi Mayor adalah suatu gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus tertekan atau kehilangan minat dalam beraktivitas, menyebabkan penurunan yang signifikan dalam kualitas hidup sehari-hari.Kemungkinan penyebabnya termasuk ketegangan yang bersumber dari kombinasi kondisi biologis, psikologis, dan sosial. Semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor ini dapat menyebabkan perubahan dalam fungsi otak, termasuk aktivitas abnormal dari sirkuit saraf tertentu dalam otak.Papa Galih kembali fokus membaca informasi yang telah Bayu dapatkan untuknya, tapi perasaannya seolah berkhianat tanda bahaya apakah ini?Menghampiri ke kantornya tentu bukan pilihan yang baik, mengingat Agasa memberikannya cuti sampai beberapa hari ke depan. Papa Galih meraih kunci mobil yang be
BRAK~~~Pintu ruangan Agasa terbuka tanpa ketukan terlebih dahulu. Membuat pemilik ruangan menghentikan sejenak pekerjaan. Atensinya tertuju sepenuhnya pada wanita berbalut gamis warna maron."Kamu kenapa, Li?" tanya Agasa pada Vilia Khaerani sekretaris Agasa.Vilia tidak langsung menjawab pertanyaan dari sang pemilik Firma Hukum itu. Dia harus mengatur ritme napasnya terlebih dahulu."Li, ada apa sih? Kamu kesambet apa?" kelakar Agasa."Firman kecelakaan, Pak," pena yang sedari tadi yang digenggam oleh pengacara kondang jatuh terhempas begitu saja.Matanya membola sempurna, jantung berdegup cukup kencang."Jangan asal bicara kamu, Vilia," sergah Agasa.Yang membuat Agasa lebih tercengang ketika menyadari wanita di hadapannya ini adalah wanita yang menjunjung tinggi sebuah kebenaran.Vilia kembali ingin memberikan sebuah pembenaran, tapi Agasa bangkit lalu mengambil jasnya yang dia sampirkan di sandaran kursi kerjanya."Dim
Kini yang tersisa di ruangan dengan didominasi warna putih itu hanya dua lelaki yang saling menatap satu sama lain."Gue bisa meluk lo, nggak?" tanya Firman pada Akbar dengan nada bergetar.Air mata mulai tergenang di pelupuk matanya yang dalam satu kedipan akan tumpah ruah.Akbar mendekat kemudian merentangkan tagannya, mendekap erat seorang Firman Afif. Air mata keduanya pun luruh tak terhentikan."Gue lemah, Bar. Gue lemah," keluh Firman dalam dekapan Akbar."Dan lo butuh Ayu untuk kuat, lo butuh dia," Firman semakin mengeratkan pelukannya kala mendengar ucapan Akbar."Gue nggak sepolos Ayu," ucapan Akbar lontarkan membuat kening Firman berkerut dalam. Dia mengurai pelukannya."Maksud, lo?" tanya Firman dengan polosnya.Firman memang polos dan akan seperti itu sampai kisah mereka tamat."Gue tahu apa yang tidak Ayu ketahui selama ini," jelas Akbar.Akbar tahu, kalau selama ini Firman tidak benar-benar pergi meninggalkan
"Kamu yakin sudah menemukan Firman?" tanya Papa Galih dengan kilatan keraguan yang terpancar dari kedua manik matanya.Ayu mengangguk mantap atas pertanyaan yang papanya ucapkan, Papa Galih menilik tajam ke dalam netra mata milik Ayu mencoba mencari sedikit saja kebohongan tapi yang dia dapatkan hanya kejujuran."Dia, di mana?" tanya Papa Galih.Ayu pun menuntun papanya untuk duduk di sofa yang berada di ruang tamu agar anak bapak itu nyaman dalam bertukar cerita.Papa Galih mendengar cerita Ayu mulai dari awal sampai akhir dengan seksama. Kemudian pria paru baya itu bisa menyimpulkan bahwa ada yang Ayu belum ketahui soal Firman."Kamu belum tahu tentang penyakit yang di derita Firman?" tanya Papa Galih.Dengan polosnya Ayu hanya memberi jawaban lewat gelengan kepala."Jadi Firman itu mengalami gangguan depresi mayor, penyebabnya bisa banyak hal. Dugaan sementara Papa, tentu saja batalnya pertunangan dia dan Bella," yang dikatakan mungkin sa
Setelah dirasa semua urusannya dengan Agasa sudah selesai, Ayu lekas berpamitan entah ke mana wanita cantik itu setelah ini, hanya dirinya yang tahu."Udah clear semuakan urusan kita, Om?" tanya Ayu seraya beranjak dari duduknya."Iya udah selesai," jawab Agasa setelah memastikan tidak ada lagi yang mereka lewatkan."Kalau gitu aku pamit dulu," sahut Ayu sambil meraih punggung tangan pria berusia matang untuk dicium sebagai tanda perpisahan.DEG~~~Timbul rasa aneh yang merasuki sukma Agasa Maha Putra kala Ayu, mencium punggung tangannya. Dia bagaikan sedang dicium oleh tujuh bidadari dalam saat yang bersamaan. Lelaki itu pesona, dia tergugah akan paras cantik Ayu.Andai Atthar tak memasuki ruangannya mungkin pria itu tak akan menyadari kalau Ayu sudah tidak berada di ruangannya.Lelaki itu sungguh dibuat takjub oleh pesona anak dari sahabatnya itu. Apakah Ayu akan menorehkan bahagia di sisa hidup Agasa atau justru Agasalah yang akan kembali
Papa Galih menutup sambungan telpon dengan Mama Kinanti dengan guratan kekesalan di wajahnya. Reaksi berbeda justru diperlihatkan oleh Akbar terlebih lagi Firman, sebab Papa Galih sempat menyerukan nama Ayu dengan nada nyaring.Mereka takut kalau ada sesuatu yang buruk menimpa calon janda itu."Pa, Ayu kenapa? Dia baik-baik aja, kan? Pa ....,"Papa Galih dan Akbar mengulum senyum termanis milik mereka. Ternyata rasa Firman pada Ayu masih ada, rasa khawatir akan kehilangan Ayu juga masih terpatri dalam sukmanya."Ayu baik-baik aja, kok! Terima kasih sudah mengkhawatirkan putri Papa itu," sela Papa Galih.Tapi jawaban dari Papa Galih tidaklah membuat lega Akbar maupun Firman. Kalau Ayu baik-baik saja lalu kenapa Papa Galih berteriak menyerukan nama Ayu?Papa Galih seakan mengerti dengan makna tatapan kedua sahabat itu, "Ayu menolak menuntut Yudi atas haknya dan Zaskia," jelas Papa Galih.Firman hanya menatap datar Papa Galih, berbeda dengan Ak
Rawismara pagi ini tak semendung semalam, mentari kembali menyising, kilau cahayanya sungguh menggangu tidur Agasa. Samar-samar dia mengerjapkan matanya. Hari baru siap untuk dia mulai. Asa demi asa kembali terpatri kuat dalam sanubarinya.Dengan langkah gontai dia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ada event besar para pengacara yang sedang dia ikuti untuk sepekan ke depan di kota kembang ini.Setengah jam berlalu kini tubuh Agasa telah terbalut rapi dengan kemeja putih, celana kain hitam, jas hitam dan tak lupa dasi berwarna merah maron yang bergantung di kerah kemejanya. Paras tampannya masih saja terlihat meski usianya telah memasuki angka 46 tahun.Dering nyaring ponselnya mengalihkan atensinya.Bidadari hati is calling ....Itulah nama yang Agasa sematkan untuk kontak Suci Indah Ayu. Senyum renjana tersungging manis di bibirnya, jantung seperti sedang ditalu dengan begitu kuatnya.Untuk menggapai ponselnya tangannya mendadak
Tiga jam menjalani rangkaian pemeriksaan tidaklah melegakan hati wanita berparas Ayu sebab dia harus menunggu lagi sampai awal pekan, karena hasil pemeriksaan akan keluar tiga hari ke depan.Dering ponsel Ayu mengalihkan atensinya. Keningnya tercetak dalam kala melihat siapa yang menelponnya. Kabar apalagi yang akan dia dengar kali ini."Mama?" ujar Ayu ketika melihat nama Mamanya tampil memenuhi layar ponselnya. Sambil mengucap untain zikir Ayu menggeser icon hijau pada layar ponselnya."Bu, te tantor ayah, uk!" Suara cadel Zaskia sungguh melegakan hati Ayu. Tapi tunggu dulu, ke kantor Firman? Untuk apa? Pikirnya."Duh ... Ibu lagi sibuk Ki, banyak kerjaan yang harus Ibu dan Abi kerjakan, sayang," jelas Ayu dengan nada bicara yang dibuat semenyesal mungkin. Bukannya mau tega, tapi Ayu sadar diri dia sudah terlalu lama meninggalkan Darma Corp. Dia bahkan harus mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi amukan seorang Thareq Akbar Satria.Ayu bisa dengan
Ayu mengehala napas lega karena berhasil mengelabui orang-orang terdekatnya. Niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya sudah terpatri kuat.KREK~~~Pintu ruangan Om Satya terbuka setengah, menyembulkan sosok cantik di baliknya, Suci Indah Ayu.Terkejut? Tentu itulah yang dirasakan Om Satya saat ini, pria paru baya itu berpikir bahwa niat Ayu hanya bertahan semalaman. Namun dia salah, kedatangan Ayu pagi ini seakan mempertegaskan niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya."Kamu masih mau mendonorkan ginjalmu untuk pasien yang bernama Firman Afif itu?" Ayu tahu dan sangat memahami maksud dari pertanyaan Om Satya, apalagi jika bukan untuk membatalkan niat Ayu melakukan tindak mulia tersebut."Kamu harus dapat persetujuan Mama dan Papamu untuk mendonorkan ginjalmu, Nak," ucap Om Satya saat melihat anggukan kepala Ayu. Kenapa susah sekali untuk membujuk Ayu agar mau mengurungkan niatnya."Aku ini wanita bersuami, Om! Papa sudah mengalihkan tanggungnya pada suami
"Man, Ayu tuh belum sampai gue nungguin dia udah hampir sejam. Udah deh gini aja, lo nyariin dia biar gue yang menangani investor," Firman memutuskan sambungan telpon tanpa menimpali perkataan Ayu.Air mata di kedua pelupuk mata Firman muIai tergenang yang dalam satu kedipan saja akan jatuh membasahi pipinya.Dia menghempaskan asal berkas-berkas para client, persetan dengan fee besar yang dijanjikan untuknya, yang terpenting hanya Ayu dan selamanya akan seperti itu.BURG~~~Pintu ruangan khusus anak magang terbuka lebar, Atthar yang semula fokus dengan berkas-berkasnya lekas mendongak menilik tajam ke dalam netra milik asisten pemilik Firma ini."Kamu gantikan saya sidang hari," jelas Firman dengan napas yang tersengal-sengal. Di hadapannya Atthar terpelongo tak percaya, titah macam apa ini pikirnya?"Saya mendadak mendapat urusan yang sangat urgent," kepanikan dan kekhawatir terlukis jelas di raut wajah Firman, hal itu akhirnya membuat Atthar mau
Fajar kembali menyising, nabastala tampak sejuk. Daksa Ayu masih melemah meskipun tak selemah semalam. Wanita cantik itu kini telah rapi dengan dress berwarna denim dipadukan blazzer berwarna senada. Rambut panjangnya dia kuncir tinggi memperlihatkan leher putihnya.Derup langkah Ayu membuat Papa Galih mengkerutkan keningnya, pria paru baya itu dibuat bertanya-tanya dengan penampilan putrinya yang sudah amat rapi. Berbanding terbalik dengan penampilannya yang masih menggunakan boxer dan kaos rumahan."Yu, kamu mau ke mana, Nak?" Ayu memilih tak menggubris pertanyaan sang Papa. Saat ini Ayu sedang berlomba dengan waktu.Ayu terus berjalan menuruni anak tangga, Mama Kinanti pun sama terkejutnya dengan sang suami angin apa yang membuat Ayu sudah serapi ini?"Udah mau berangkat, Yu? Masih kurang jam tujuh loh, Nak!" ujar Mama Kinanti saat melihat kedatangan Ayu. Wanita paru baya itu kembali sibuk menata makanan di atas untuk disajikan sebagai menu sarapan.
Tatapan Ayu dan Yudi saling mengunci, Yudi berusaha untuk mengendalikan keterkejutannya. Dia menitah Ayu untuk kembali duduk karena hal selanjutnya yang akan dia sampaikan mungkin akan membuat sukmanya kian terkoyak.Dari kode yang diberikan Yudi, Ayu bisa merasakan kalau hal selanjutnya yang akan Yudi bicarakan jauh lebih penting. Dengan daksa yang kian melemah Ayu akhirnya memilih menuruti titah Yudi."Aku ngajak ngobrol bukan hanya untuk mengembalikan Ayu dan Zaskia padamu, tapi aku juga ingin menjadi pendonor untukmu. Kamu butuh itu terus membahagiakan mereka," ucapan Yudi membuat Firman menegang, sekujur tubuhnya mendadak kaku, akralnya pun ikut mendingin.Firman seolah lupa kalau lelaki di hadapannya kini adalah suami dari mantan tunangannya. Bella pasti telah menceritakan semua tentang dirinya pada Yudi.Rasa emosi yang tadi bersarang di hati Ayu seakan hilang entah kemana berganti dengan rasa takut yang kian bekecamuk dalam sukmanya."Sakit
"ZASKIA!!!" ada seorang lelaki yang menyerukan nama gadis kecil tersebut.Bukan hanya pemilik nama yang berbalik, Ayu dan Firman pun tersontak kaget karena seruan nyaring lelaki tersebut.Manik mata sipit kepunyaan Zaskia ikut membola sempurna melihat kemunculan lelaki yang telah membesarkan dan menghujaninya dengan banyak kasih sayang selama lima tahun.Di luar dugaan Zaskia meminta turun dari gendongan sang Ayah, berlari kecil menghampir Yudi. Di seberang sana Yudi telah bersiap menangkap Zaskia dan mendekapnya erat. Kasih sayang Yudi terhadap Zaskia tidak perlu lagi diragukan, meskipun Zaskia bukanlah darah dagingnya.Kedekatan Zaskia dan Yudi sungguh menghipnotis Firman, hatinya mencolos melihat kedekatan mereka. Inikah rasanya cemburu?Pukulan ringan Ayu suguhkan di lengan Firman menyadarkan pengacara muda itu dengan segala lamunannya."Mas, ambil tuh anak kamu!" rahang bawah Firman terbuka lebar, matanya melotot tajam, salah dengarkah
"Kamu ....,""Ayah!!!" pekik gadis cantik turun Suci Indah Ayu itu. Diseberang sana Firman masih terhipnotis oleh paras cantik yang dimiliki anak itu, Zaskia Azzahra Khumairah.Zaskia berlari sangat cepat untuk segera mencapai sang ayah, sosok yang begitu sangat dia rindukan. Sosok yang selama hidupnya hanya bisa dia pandangin fotonya.Firman tersentak kenapa panggilan ayah bisa gadis kecil ini sematkan pada dirinya? Apakah selama memata-matai Ayu ada hal yang dia lewatkan, tapi apapun itu Firman tak merasa gamang lagi. Senyumnya yang mengulum di bibirnya kian merekah kala mendengar pekik bahagia dari malaikat kecilnya.Firman mensejajarkan tingginya dengan Zaskia, menilik inchi demi inchi wajah gadis cantiknya itu, benar yang dikatakan Akbar beberapa hari yang lalu bahwa dia tidak memerlukan Tes DNA untuk membuktikan adalah miliknya. Semua yang ada pada dirinya menurun pada Zaskia Azzahra Khumairah."Panggil sekali lagi!" titah Firman seraya mencakup k
Jarak dari Firma Hukum Agasa menuju rumah Firman memanglah terbilang cukup jauh. Butuh waktu 45-50 menit untuk tiba disana, apalagi memasuki jam pulang kantor seperti saat ini Agasa harus extra sabar untuk bisa menerobos kemacetan.Agasa memang pernah menganjurkan pada Firman, jika ingin mencari rumah carilah yang jaraknya dengan Firma tidak terlalu jauh, tapi pilihan Firman tetap jatuh pada rumah itu.Alasan pertama Firman memilih rumah itu adalah designnya mirip sekali dengan rumah impian Ayu dan alasan kedua jarak dari rumah itu menuju Angkasa Group sangat dekat dengan estimasi waktu 10-15 menit.Biarlah Firman yang harus menempuh jarak jauh asalkan Ayu tidak mengalami kesusahan ketika mereka telah menyatu dalam bingkai cinta yang halal. Karena Firman tahu dan sangat mengerti kalau Papa Galih telah mempersiapkan anak keduanya itu menjadi Presdir Angkasa Group menggantikan dirinya suatu saat nanti.Kereta besi yang Agasa kendarai mendadak berhenti ketika me