Tatapan Ayu dan Yudi saling mengunci, Yudi berusaha untuk mengendalikan keterkejutannya. Dia menitah Ayu untuk kembali duduk karena hal selanjutnya yang akan dia sampaikan mungkin akan membuat sukmanya kian terkoyak.
Dari kode yang diberikan Yudi, Ayu bisa merasakan kalau hal selanjutnya yang akan Yudi bicarakan jauh lebih penting. Dengan daksa yang kian melemah Ayu akhirnya memilih menuruti titah Yudi.
"Aku ngajak ngobrol bukan hanya untuk mengembalikan Ayu dan Zaskia padamu, tapi aku juga ingin menjadi pendonor untukmu. Kamu butuh itu terus membahagiakan mereka," ucapan Yudi membuat Firman menegang, sekujur tubuhnya mendadak kaku, akralnya pun ikut mendingin.
Firman seolah lupa kalau lelaki di hadapannya kini adalah suami dari mantan tunangannya. Bella pasti telah menceritakan semua tentang dirinya pada Yudi.
Rasa emosi yang tadi bersarang di hati Ayu seakan hilang entah kemana berganti dengan rasa takut yang kian bekecamuk dalam sukmanya.
"Sakit? Donor?" Ayu membatin sampai terus menajamkan telinganya, mencuri dengar pembicaraan dua lelaki tersebut.
"Jangan mengasihaniku seolah-olah aku adalah orang yang paling merana di muka bumi ini, Kak," harusnya Yudi tahu kalau Firman tidak akan membuat keinginannya berjalan mulus semulus jalan tol.
Yudi menganut paham mundur selangkah untuk dua langkah lebih maju ke depan ditambah lagi kehadiran Ayu di tengah-tengah mereka dia pasti akan melakukan apa saja untuk kesembuhan sang pelengkap jiwanya.
Firman dengan tegas menolak tawaran Yudi, dia memilih pamit undur diri masih ada kegiatan lain yang harus dia lakukan.
Sepeninggal Firman, Ayu lekas mendekati Yudi napas wanita berusia 24 tahun itu kian memburu. Tampang beringas Ayu perlihatkan dia tak ubahnya seperti singa kelaparan.
Ayu mencengkeram erat kedua kerah kemeja Yudi, dia seakan lupa di mana dirinya berpijak, melupakan nama besar Galih Surya Atmadja dalam dirinya. Persetan dengan menjaga image, Ayu hanya ingin meluapkan emosinya.
Mungkin ini adalah alasan semesta mengirimkan Ayu untuk Firman. Hanya Firman yang mengendalikan emosi Ayu. Firman yang penyabar, Ayu yang tempramen. Jodoh bukan sekedar tentang cerminan diri kita, tapi sering kali jodoh adalah pelengkap diri kita. Kalau jodoh hanya melulu tentang cerminan diri, lalu kenapa jodoh Asiyah adalah Firaun?
"Yu, malu dilihatin orang," Yudi memelas. Tapi kilatan emosi dalam jiwa Ayu sangat sulit untuk padamkan.
"Malu? Lalu di mana malumu untuk Firman, Kak? Kamu ....,"
"Sudah cukup kalian menderita, aku tidak berharap kalian memaafkanku, cuma kamu harus bantu aku untuk mendonorkan ginjalku untuk Firman!" Ayu kian tertohok, atas terbukanya satu rahasia besar Firman. Bagaimana bisa ayah Zaskia itu menyembunyikan penyakit amat serius itu.
Ayu menggeleng, hatinya mempercayai ucapan Yudi namun tidak dengan kepelanya yang menggelang samar.
"Aku tahu selama ini Firman tidak benar pergi dari hidupmu, dia ada di dekatmu tanpa kamu sadari, dia sakit, gagal ginjal yang dia derita itu merupakan turun dari Papanya," penjelasan panjang kali lebar Yudi mental begitu saja di telinga Ayu.
"Kamu masih ragu? Aku bisa mempertemukanmu dengan Om Riyan, dia adalah Dokter Internist yang menangani Firman," tambah Yudi.
Andi Riyan Pratama adalah kakak kandung dari Mayang Gita Adisti, mama Yudi. Jadi bukan hal yang sulit untuk Yudi mendapat detail informasi tentang kesehatan Firman.
Tanpa permisi ataupun salam hangat perpisahan Ayu meninggalkan Yudi.
"Enam tahun hidup seatap denganmu ternyata tak bisa menetapkan hatimu padaku, masih ada Firman yang bertahta di hatimu dulu, sekarang, dan selamanya."
~~~
Melesat dengan kecepatan tinggi Ayu membelah jalanan ibu kota, tak sedikit kali umpatan yang dia dapatkan dari pengendaran lainnya, tapi Ayu menulikan telinganya. Saat ini yang terpenting untuknya adalah Firman. Dia siap bertaruh nyawa untuk lelaki tersebut.
Tak butuh waktu lama kereta besi Ayu kembali terparkir di pelataran gedung Rumah Sakit terbesar di ibu kota ini. Ayu tahu kedatangannya kali ini mungkin tidak langsung mendapat hasil sesuai dengan ekspektasinya.
Tapi Ayu tidak akan mengetahui hasilnya jika tak memulai, bukan? Kalau bukan sekarang kapan lagi? Ayu mencegat salah satu perawat yang dia temui.
"Sus, saya ingin bertemu dengan Dokter Satya," pinta Ayu dengan deru napas yang memburu. Sang suster kebingungan melihat sosok pewaris tunggal Angkasa Group itu.
"Saya keponakan beliau," mendengar penuturan Ayu barulah sang suster tadi menuntun wanita berparas ayu itu menuju ruangan orang nomor satu di Rumah Sakit tersebut.
BUGH~~~
Atensi Om Satya teralihkan karena kedatangan Ayu yang sangat mengejutkan itu. Ada masalahkah? Kenapa Ayu datang sungguh dengan perawakan yang hancur.
Om Satya bangun dari duduknya menuntun Ayu untuk duduk di sofa yang terdapat dalam ruangannya. Lelaki paru baya itu seakan lupa dengan berkas yang harus dia selesaikan malam ini juga.
"Om, aku ingin bertemu dengan Dokte Riyan," pinta Ayu selepas menghempaskan bokongnya di sofa. Om Satya nampak berpikir keras Dokter Riyan siapa yang dimaksud oleh Ayu. Ahli jiwakah atau ahli penyakit dalamkah? Pikir pria paru baya itu.
"Andi Riyan Pratama, Om!" ulang Ayu dengan menyebutkan nama panjang sang dokter. Om Satya kemudian mengangguk tanda mengerti dengan ucapan Ayu.
"Aku mau mendonorkan ginjalku untuk salah satu pasiennya yang bernama Firman Afif," tercengang dan tak percaya itulah yang dirasakan Om Satya kala mendengarkan keinginan Ayu.
Apa tadi Ayu bilang donor ginjal? Pasti itu hanya keinginan semalam.
"Firman Afif, yang beberapa hari yang lalu juga mengalami kecelakaan, kan?" Om Satya berusaha meyakinkan bahwa yang mereka bicarakan adalah hal yang sama.
Hanya anggukan lesu yang Ayu berikan tanda pembenaran atas pertanyaan Om Satya barusan.
Jam sudah menunjukkan hampir pukul sembilan, Om Satya menitah Ayu untuk kembali besok pagi karena semua poli di Rumah Sakit sudah tertutup.
Ayu sudah menduga, tapi tak ada yang bisa lakukan kecuali mematuhi titah dari Om Satya.
Dengan langkah gontai Ayu menyisir koridor demi koridor Rumah Sakit. Sungguh berbeda seratus delapan puluh derajat ketika dia baru memasuki ini.
Bohong jika Ayu pun tak ragu dalam mengambil keputusan ini, tapi apapun akan dia lakukan asal Firman sembuh. Asalkan bisa terus bersama dengan orang-orang yang dia sayangi.
Ayu sampai ke kediaman Papa Galih ketika rumah itu telah minim dengan cahaya. Manik mata Ayu dia bawa melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah pukul 10 lewat, itu artinya hampir 3 jam dia berada di luar.
Perut Ayu berbunyi, mengirim sinyal ke otak bahwa dia ingin diisi. Mulai saat ini Ayu harus menjaga pola hidup sehatnya, jika dia memang bersungguh-sungguh ingin menjadi donor untuk Firman Afif.
Ayu hanya memakan sayur yang sebelumnya dia hangat, siapa pun yang melihat tingkah Ayu saat ini pasti mengira Ayu telah kehilangan kewarasannya.
Bersambung...
Fajar kembali menyising, nabastala tampak sejuk. Daksa Ayu masih melemah meskipun tak selemah semalam. Wanita cantik itu kini telah rapi dengan dress berwarna denim dipadukan blazzer berwarna senada. Rambut panjangnya dia kuncir tinggi memperlihatkan leher putihnya.Derup langkah Ayu membuat Papa Galih mengkerutkan keningnya, pria paru baya itu dibuat bertanya-tanya dengan penampilan putrinya yang sudah amat rapi. Berbanding terbalik dengan penampilannya yang masih menggunakan boxer dan kaos rumahan."Yu, kamu mau ke mana, Nak?" Ayu memilih tak menggubris pertanyaan sang Papa. Saat ini Ayu sedang berlomba dengan waktu.Ayu terus berjalan menuruni anak tangga, Mama Kinanti pun sama terkejutnya dengan sang suami angin apa yang membuat Ayu sudah serapi ini?"Udah mau berangkat, Yu? Masih kurang jam tujuh loh, Nak!" ujar Mama Kinanti saat melihat kedatangan Ayu. Wanita paru baya itu kembali sibuk menata makanan di atas untuk disajikan sebagai menu sarapan.
"Man, Ayu tuh belum sampai gue nungguin dia udah hampir sejam. Udah deh gini aja, lo nyariin dia biar gue yang menangani investor," Firman memutuskan sambungan telpon tanpa menimpali perkataan Ayu.Air mata di kedua pelupuk mata Firman muIai tergenang yang dalam satu kedipan saja akan jatuh membasahi pipinya.Dia menghempaskan asal berkas-berkas para client, persetan dengan fee besar yang dijanjikan untuknya, yang terpenting hanya Ayu dan selamanya akan seperti itu.BURG~~~Pintu ruangan khusus anak magang terbuka lebar, Atthar yang semula fokus dengan berkas-berkasnya lekas mendongak menilik tajam ke dalam netra milik asisten pemilik Firma ini."Kamu gantikan saya sidang hari," jelas Firman dengan napas yang tersengal-sengal. Di hadapannya Atthar terpelongo tak percaya, titah macam apa ini pikirnya?"Saya mendadak mendapat urusan yang sangat urgent," kepanikan dan kekhawatir terlukis jelas di raut wajah Firman, hal itu akhirnya membuat Atthar mau
Ayu mengehala napas lega karena berhasil mengelabui orang-orang terdekatnya. Niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya sudah terpatri kuat.KREK~~~Pintu ruangan Om Satya terbuka setengah, menyembulkan sosok cantik di baliknya, Suci Indah Ayu.Terkejut? Tentu itulah yang dirasakan Om Satya saat ini, pria paru baya itu berpikir bahwa niat Ayu hanya bertahan semalaman. Namun dia salah, kedatangan Ayu pagi ini seakan mempertegaskan niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya."Kamu masih mau mendonorkan ginjalmu untuk pasien yang bernama Firman Afif itu?" Ayu tahu dan sangat memahami maksud dari pertanyaan Om Satya, apalagi jika bukan untuk membatalkan niat Ayu melakukan tindak mulia tersebut."Kamu harus dapat persetujuan Mama dan Papamu untuk mendonorkan ginjalmu, Nak," ucap Om Satya saat melihat anggukan kepala Ayu. Kenapa susah sekali untuk membujuk Ayu agar mau mengurungkan niatnya."Aku ini wanita bersuami, Om! Papa sudah mengalihkan tanggungnya pada suami
Tiga jam menjalani rangkaian pemeriksaan tidaklah melegakan hati wanita berparas Ayu sebab dia harus menunggu lagi sampai awal pekan, karena hasil pemeriksaan akan keluar tiga hari ke depan.Dering ponsel Ayu mengalihkan atensinya. Keningnya tercetak dalam kala melihat siapa yang menelponnya. Kabar apalagi yang akan dia dengar kali ini."Mama?" ujar Ayu ketika melihat nama Mamanya tampil memenuhi layar ponselnya. Sambil mengucap untain zikir Ayu menggeser icon hijau pada layar ponselnya."Bu, te tantor ayah, uk!" Suara cadel Zaskia sungguh melegakan hati Ayu. Tapi tunggu dulu, ke kantor Firman? Untuk apa? Pikirnya."Duh ... Ibu lagi sibuk Ki, banyak kerjaan yang harus Ibu dan Abi kerjakan, sayang," jelas Ayu dengan nada bicara yang dibuat semenyesal mungkin. Bukannya mau tega, tapi Ayu sadar diri dia sudah terlalu lama meninggalkan Darma Corp. Dia bahkan harus mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi amukan seorang Thareq Akbar Satria.Ayu bisa dengan
Rawismara pagi ini tak semendung semalam, mentari kembali menyising, kilau cahayanya sungguh menggangu tidur Agasa. Samar-samar dia mengerjapkan matanya. Hari baru siap untuk dia mulai. Asa demi asa kembali terpatri kuat dalam sanubarinya.Dengan langkah gontai dia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ada event besar para pengacara yang sedang dia ikuti untuk sepekan ke depan di kota kembang ini.Setengah jam berlalu kini tubuh Agasa telah terbalut rapi dengan kemeja putih, celana kain hitam, jas hitam dan tak lupa dasi berwarna merah maron yang bergantung di kerah kemejanya. Paras tampannya masih saja terlihat meski usianya telah memasuki angka 46 tahun.Dering nyaring ponselnya mengalihkan atensinya.Bidadari hati is calling ....Itulah nama yang Agasa sematkan untuk kontak Suci Indah Ayu. Senyum renjana tersungging manis di bibirnya, jantung seperti sedang ditalu dengan begitu kuatnya.Untuk menggapai ponselnya tangannya mendadak
Nabastala malam ini diselimuti awan mendung, tak ada satu pun bintang yang menampakkan kilaunya. Semilir angin berhembus masuk ke dalam salah satu ruangan di gedung berlantaikan delapan, gedung milik perusahaan property terkenal di Indonesia, Darma Corp.Tirai dengan warna putih tulang yang menghiasi ruangan kerja wanita berparas ayu tampak berayun mengikuti arah hembusan angin.Atensi Suci Indah Ayu, sang pemilik ruangan nampak teralihkan, perasaannya yang gamang sedari tadi seolah pertanda dari semesta untuk memberi tahu dirinya tentang suatu hal yang akan terjadi.Ayu, sehari-harinya dia dipanggil adalah wanita berusia 24 tahun. Istri dari Yudi Eka Setiawan dan juga ibu dari Zaskia Azzahra Khumairah. Bekerja sebagai Personal Assistant untuk Thareq Akbar Satria selama hampir dua tahun. Yudi bukan tidak mampu menghidupi istrinya, tapi apapun yang diinginkan oleh sang istri Yudi akan selalu menjadi yang pertama dalam mewujudkannya.Ayu bukanlah anak yang terl
Dengan berderai air mata Ayu kembali menuju kamarnya yang berada di lantai dua kediaman orangtuanya ini. Kemarin Yudi berpamitan ingin pergi ke luar kota untuk mengurus salah satu cabang cafenya yang tengah dilanda masalah, lalu kenapa ada gugatan cerai?Sapaan yang terlontar dari Papa Galih maupun Mama Kinanti, Ayu abaikan begitu saja. Tak ada yang dia sahuti. Awan hitam penuh nestapa kian banyak yang berada di atas kepalanya.Manik mata Ayu tertuju pada bocah kecil yang masih terlelap pulas di pertengahan ranjang berukuran king size miliknya.Tatapan nanar dan senyum getir tercetak dalam garis wajah cantiknya. Atensi Ayu beralih ke handbag yang semalam dia gunakan. Dengan langkah gontai dia mendekati Zaskia, malaikat kecilnya yang telah menemani hidupnya selama hampir enam tahun. Ayu duduk di bibir ranjang tak jauh dari posisi Zaskia berbaring.Kemudian Ayu mendaratkan satu kecupan singkat di kening Zaskia Azzahra Khumairah, "Ibu, nggak akan ninggalin kamu
Benar yang dikatakan Akbar, bahwa tidak ada pembenaran di atas kesalahan. Benar juga yang dikatakan Papa Galih, maaf saja tidak bisa menghapuskan luka di masa lalu. Sudah cukup Ayu memperbudak dirinya atas nama cinta, time is up untuk Yudi Eka Setiawan. Seharusnya, Ayu tetap memegang teguh prinsip yang dia dapatkan dari Firman Afif sebelum menikah dengan Yudi. Namun nasi telah menjadi bubur yang tak bisa lagi ditanak. Jangan pernah membaca novel dengan judul yang sama lebih dari sekali, karena endingnya akan tetap sama. Itu adalah prinsip yang Ayu dapatkan dulu dari salah satu sahabat terbaiknya. Ayu seolah menutup rapat kedua telinganya, tak ingin mendengarkan nasihat dari Firman. Yudi Eka Setiawan adalah lelaki pertama yang mengenalkan cinta pada Ayu, tapi jalinan kasih antara keduanya tidaklah berlangsung lama. Setahun berpacaran dengan putri mahkota Angkasa Group, Yudi secara tegas harus mengakhiri hubungan mereka. Bukan karena bosan apala
Rawismara pagi ini tak semendung semalam, mentari kembali menyising, kilau cahayanya sungguh menggangu tidur Agasa. Samar-samar dia mengerjapkan matanya. Hari baru siap untuk dia mulai. Asa demi asa kembali terpatri kuat dalam sanubarinya.Dengan langkah gontai dia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ada event besar para pengacara yang sedang dia ikuti untuk sepekan ke depan di kota kembang ini.Setengah jam berlalu kini tubuh Agasa telah terbalut rapi dengan kemeja putih, celana kain hitam, jas hitam dan tak lupa dasi berwarna merah maron yang bergantung di kerah kemejanya. Paras tampannya masih saja terlihat meski usianya telah memasuki angka 46 tahun.Dering nyaring ponselnya mengalihkan atensinya.Bidadari hati is calling ....Itulah nama yang Agasa sematkan untuk kontak Suci Indah Ayu. Senyum renjana tersungging manis di bibirnya, jantung seperti sedang ditalu dengan begitu kuatnya.Untuk menggapai ponselnya tangannya mendadak
Tiga jam menjalani rangkaian pemeriksaan tidaklah melegakan hati wanita berparas Ayu sebab dia harus menunggu lagi sampai awal pekan, karena hasil pemeriksaan akan keluar tiga hari ke depan.Dering ponsel Ayu mengalihkan atensinya. Keningnya tercetak dalam kala melihat siapa yang menelponnya. Kabar apalagi yang akan dia dengar kali ini."Mama?" ujar Ayu ketika melihat nama Mamanya tampil memenuhi layar ponselnya. Sambil mengucap untain zikir Ayu menggeser icon hijau pada layar ponselnya."Bu, te tantor ayah, uk!" Suara cadel Zaskia sungguh melegakan hati Ayu. Tapi tunggu dulu, ke kantor Firman? Untuk apa? Pikirnya."Duh ... Ibu lagi sibuk Ki, banyak kerjaan yang harus Ibu dan Abi kerjakan, sayang," jelas Ayu dengan nada bicara yang dibuat semenyesal mungkin. Bukannya mau tega, tapi Ayu sadar diri dia sudah terlalu lama meninggalkan Darma Corp. Dia bahkan harus mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi amukan seorang Thareq Akbar Satria.Ayu bisa dengan
Ayu mengehala napas lega karena berhasil mengelabui orang-orang terdekatnya. Niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya sudah terpatri kuat.KREK~~~Pintu ruangan Om Satya terbuka setengah, menyembulkan sosok cantik di baliknya, Suci Indah Ayu.Terkejut? Tentu itulah yang dirasakan Om Satya saat ini, pria paru baya itu berpikir bahwa niat Ayu hanya bertahan semalaman. Namun dia salah, kedatangan Ayu pagi ini seakan mempertegaskan niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya."Kamu masih mau mendonorkan ginjalmu untuk pasien yang bernama Firman Afif itu?" Ayu tahu dan sangat memahami maksud dari pertanyaan Om Satya, apalagi jika bukan untuk membatalkan niat Ayu melakukan tindak mulia tersebut."Kamu harus dapat persetujuan Mama dan Papamu untuk mendonorkan ginjalmu, Nak," ucap Om Satya saat melihat anggukan kepala Ayu. Kenapa susah sekali untuk membujuk Ayu agar mau mengurungkan niatnya."Aku ini wanita bersuami, Om! Papa sudah mengalihkan tanggungnya pada suami
"Man, Ayu tuh belum sampai gue nungguin dia udah hampir sejam. Udah deh gini aja, lo nyariin dia biar gue yang menangani investor," Firman memutuskan sambungan telpon tanpa menimpali perkataan Ayu.Air mata di kedua pelupuk mata Firman muIai tergenang yang dalam satu kedipan saja akan jatuh membasahi pipinya.Dia menghempaskan asal berkas-berkas para client, persetan dengan fee besar yang dijanjikan untuknya, yang terpenting hanya Ayu dan selamanya akan seperti itu.BURG~~~Pintu ruangan khusus anak magang terbuka lebar, Atthar yang semula fokus dengan berkas-berkasnya lekas mendongak menilik tajam ke dalam netra milik asisten pemilik Firma ini."Kamu gantikan saya sidang hari," jelas Firman dengan napas yang tersengal-sengal. Di hadapannya Atthar terpelongo tak percaya, titah macam apa ini pikirnya?"Saya mendadak mendapat urusan yang sangat urgent," kepanikan dan kekhawatir terlukis jelas di raut wajah Firman, hal itu akhirnya membuat Atthar mau
Fajar kembali menyising, nabastala tampak sejuk. Daksa Ayu masih melemah meskipun tak selemah semalam. Wanita cantik itu kini telah rapi dengan dress berwarna denim dipadukan blazzer berwarna senada. Rambut panjangnya dia kuncir tinggi memperlihatkan leher putihnya.Derup langkah Ayu membuat Papa Galih mengkerutkan keningnya, pria paru baya itu dibuat bertanya-tanya dengan penampilan putrinya yang sudah amat rapi. Berbanding terbalik dengan penampilannya yang masih menggunakan boxer dan kaos rumahan."Yu, kamu mau ke mana, Nak?" Ayu memilih tak menggubris pertanyaan sang Papa. Saat ini Ayu sedang berlomba dengan waktu.Ayu terus berjalan menuruni anak tangga, Mama Kinanti pun sama terkejutnya dengan sang suami angin apa yang membuat Ayu sudah serapi ini?"Udah mau berangkat, Yu? Masih kurang jam tujuh loh, Nak!" ujar Mama Kinanti saat melihat kedatangan Ayu. Wanita paru baya itu kembali sibuk menata makanan di atas untuk disajikan sebagai menu sarapan.
Tatapan Ayu dan Yudi saling mengunci, Yudi berusaha untuk mengendalikan keterkejutannya. Dia menitah Ayu untuk kembali duduk karena hal selanjutnya yang akan dia sampaikan mungkin akan membuat sukmanya kian terkoyak.Dari kode yang diberikan Yudi, Ayu bisa merasakan kalau hal selanjutnya yang akan Yudi bicarakan jauh lebih penting. Dengan daksa yang kian melemah Ayu akhirnya memilih menuruti titah Yudi."Aku ngajak ngobrol bukan hanya untuk mengembalikan Ayu dan Zaskia padamu, tapi aku juga ingin menjadi pendonor untukmu. Kamu butuh itu terus membahagiakan mereka," ucapan Yudi membuat Firman menegang, sekujur tubuhnya mendadak kaku, akralnya pun ikut mendingin.Firman seolah lupa kalau lelaki di hadapannya kini adalah suami dari mantan tunangannya. Bella pasti telah menceritakan semua tentang dirinya pada Yudi.Rasa emosi yang tadi bersarang di hati Ayu seakan hilang entah kemana berganti dengan rasa takut yang kian bekecamuk dalam sukmanya."Sakit
"ZASKIA!!!" ada seorang lelaki yang menyerukan nama gadis kecil tersebut.Bukan hanya pemilik nama yang berbalik, Ayu dan Firman pun tersontak kaget karena seruan nyaring lelaki tersebut.Manik mata sipit kepunyaan Zaskia ikut membola sempurna melihat kemunculan lelaki yang telah membesarkan dan menghujaninya dengan banyak kasih sayang selama lima tahun.Di luar dugaan Zaskia meminta turun dari gendongan sang Ayah, berlari kecil menghampir Yudi. Di seberang sana Yudi telah bersiap menangkap Zaskia dan mendekapnya erat. Kasih sayang Yudi terhadap Zaskia tidak perlu lagi diragukan, meskipun Zaskia bukanlah darah dagingnya.Kedekatan Zaskia dan Yudi sungguh menghipnotis Firman, hatinya mencolos melihat kedekatan mereka. Inikah rasanya cemburu?Pukulan ringan Ayu suguhkan di lengan Firman menyadarkan pengacara muda itu dengan segala lamunannya."Mas, ambil tuh anak kamu!" rahang bawah Firman terbuka lebar, matanya melotot tajam, salah dengarkah
"Kamu ....,""Ayah!!!" pekik gadis cantik turun Suci Indah Ayu itu. Diseberang sana Firman masih terhipnotis oleh paras cantik yang dimiliki anak itu, Zaskia Azzahra Khumairah.Zaskia berlari sangat cepat untuk segera mencapai sang ayah, sosok yang begitu sangat dia rindukan. Sosok yang selama hidupnya hanya bisa dia pandangin fotonya.Firman tersentak kenapa panggilan ayah bisa gadis kecil ini sematkan pada dirinya? Apakah selama memata-matai Ayu ada hal yang dia lewatkan, tapi apapun itu Firman tak merasa gamang lagi. Senyumnya yang mengulum di bibirnya kian merekah kala mendengar pekik bahagia dari malaikat kecilnya.Firman mensejajarkan tingginya dengan Zaskia, menilik inchi demi inchi wajah gadis cantiknya itu, benar yang dikatakan Akbar beberapa hari yang lalu bahwa dia tidak memerlukan Tes DNA untuk membuktikan adalah miliknya. Semua yang ada pada dirinya menurun pada Zaskia Azzahra Khumairah."Panggil sekali lagi!" titah Firman seraya mencakup k
Jarak dari Firma Hukum Agasa menuju rumah Firman memanglah terbilang cukup jauh. Butuh waktu 45-50 menit untuk tiba disana, apalagi memasuki jam pulang kantor seperti saat ini Agasa harus extra sabar untuk bisa menerobos kemacetan.Agasa memang pernah menganjurkan pada Firman, jika ingin mencari rumah carilah yang jaraknya dengan Firma tidak terlalu jauh, tapi pilihan Firman tetap jatuh pada rumah itu.Alasan pertama Firman memilih rumah itu adalah designnya mirip sekali dengan rumah impian Ayu dan alasan kedua jarak dari rumah itu menuju Angkasa Group sangat dekat dengan estimasi waktu 10-15 menit.Biarlah Firman yang harus menempuh jarak jauh asalkan Ayu tidak mengalami kesusahan ketika mereka telah menyatu dalam bingkai cinta yang halal. Karena Firman tahu dan sangat mengerti kalau Papa Galih telah mempersiapkan anak keduanya itu menjadi Presdir Angkasa Group menggantikan dirinya suatu saat nanti.Kereta besi yang Agasa kendarai mendadak berhenti ketika me