Ponsel yang sedari tadi berada didalam handbag Ayu terus berdering nyaring, tapi hal itu tidak sedikitpun mengalihkan atensinya.
Matahari sudah hampir kembali ke peraduannya, warna jingga sudah mewarnai langit pertanda gelap akan segera datang.
Ayu tahu yang sedari tadi menghubunginya adalah orang-orang terdekatnya, mungkin saja Papa Galih, Mama Kinanti ataupun Akbar.
Kepergian Ayu selama berjam-jam tentu saja hal yang menjadi hal yang paling dikhawatirkan apalagi, Ayu meninggalkan rumah dalam kondisi hati yang tak ceria.
Setelah memarkirkan mobilnya, Ayu tidak langsung keluar. Wanita yang kini berangsur menjadi kuat itu lantas memeriksa ponselnya yang sedari tadi berdering tanpa jeda, membuat kuping si empu memanas saja.
Netra pekat milik Ayu membola takkala melihat nomor yang sedari menelponnya bukanlah Papa Galih, Mama Kinanti, maupun Akbar.
Tanpa dia sadari air matanya menetes tanpa aba-aba sedikit pun. Orang yang menghilang dari hidupnya sejak empat tahun lalu kini telah kembali.
"Apa dia udah tahu soal perceraian gue dan Kak Yudi?" Ayu membatin. Otaknya menciptakan banyak spekulasi tapi tak ada yang dapat dicerna dengan baik oleh akal sehatnya.
Tapi biarlah spekulasi-spekulasi tentang munculnya kembali kepingan puzzle ini Ayu simpan dulu. Ada hal yang penting yang harus dia sampaikan pada papa dan mamanya.
Dengan langkap tegap dia memasuki rumah mewah tempat yang menjadi saksi tumbuh kembangnya dari masa ke masa.
"Ayu, Papa minta kamu segera mengurus sidang ceraimu bersama Yudi!" Ayu dan Mama Kinanti dibuat terperanjat kala mendengar Papa Galih berbicara dengan nada tinggi, sangat jarang seorang Galih Surya Atmadja meninggikan suara di hadapan orang-orang kesayangannya.
Dari sorot mata Ayu, Papa Galih bisa menangkap kilatan keraguan dalam jiwa sang putri, "Salah aku apa, Pa?"
Papa Galih menghela napas panjang, rupanya Ayu belum menyadari satu-satunya kesalahan terbesar dalam hidupnya adalah menerima kembali Yudi dalam hidupnya. Lalu Papa Galih, dia adalah orang bodoh yang dengan mudahnya memberikan harta berharga miliknya pada lelaki seperti Yudi Eka Setiawan.
Papa Galih mendekap erat buah cinta keduanya bersama Kinanti Sekar Kinashi. Ayu membawa kedua netra pekatnya menatap Mama Kinanti, seolah-olah meminta penjelasan atas kejadian ini.
Tapi Mama Kinanti tak memberi jawaban apapun kecuali senyuman meneduhkan hati.
Ayu membalas pelukan Papa Galih, mengusap-usap punggung lelaki paru baya itu, tak adalagi ekspresi sedih yang tergambar dalam raut wajah. Rupanya Allah telah menguatkan hati seorang, Suci Indah Ayu.
"Pa," cicit Ayu saat pelukakan antar keduanya terurai.
Papa Galih paham bahwa putri keduanya itu sedang menuntut penjelasan. Papa Galih mengeluarkan amplop coklat yang tadi siang dapatkan dari Bayu Rianto.
"Apa ini, Pa?" tanya Ayu saat menerima amplop tersebut dengan mata memicing dan kening berkerut bagaikan kulit jeruk.
"Bukalah!" titah Papa Galih sambil mengulum senyum manis untuk sang putri kesayangan.
Saat ini hanya ada bapak dan anak itu di ruang tamu, karena Mama Kinanti sudah naik ke lantai dua untuk memeriksa cucu kesayangannya.
Papa Galih diam seribu bahasa saat melihat tidak adanya ekspresi terkejut atau semacamnya yang Ayu gambarka dalam guratan wajahnya kala melihat laporan yang diberikan oleh sang papa. Sungguh berbanding terbalik dengan dia siang tadi. Ruangan kerja orang nomor satu di Angkasa Group tak ubahnya seperti kapal pecah.
Kali ini Papa Galihlah yang tercengang tak percaya kala mengetahui kalau Ayu semalam sudah mendapat undangan aqiqah anak Yudi bersama selingkuhannya itu.
Ayu mengeluarkan undangan yang menjadi akar dari perceraiannya bersama Yudi. Undangan yang semalam dia dapatkan dari Akbar.
Bungkamlah mulut pria paru baya itu. Ayu kembali fokus pada lembaran kedua yang papanya berikan.
Ayu terhenyak, ternyata bukan saja dia yang harus dikecewakan dan dipatahkan hatinya akibat pernikahan Yudi dan Bella. Seseorang yang pernah dia kagumi, dan dia cintai dalam hati pun ikut terkecewakan.
"Papa, ini nggak benar, kan? Ini bohong, kan? Bilang ke aku, kalau ini bohong!" pinta Ayu. Air mata kembali tergenang di pelupuk matanya yang hanya dalam satu kedipan saja akan membasahi pipinya.
Papa Galih tak bisa berbuat banyak kecuali memberi pemahaman lebih kalau yang dikecewakan dalam masalah ini bukan hanya Ayu, bahkan lelaki yang berstatus tunangan Bella jauh lebih dulu dikecewakan karena hadirnya benih Yudi dalam rahim Bella.
Siang tadi, orang nomor satu di Angkasa Group itu mentitah tangan kanannya Bayu Rianto untuk menyelidiki tentang menantunya tidak boleh ada satu hal kecilpun yang terlupakan.
Galih Surya Atmadja geram saat mengetahui kalau menantunya telah menjalin cinta yang melanggar norma dan adab dengan wanita lain. Bahkan sudah ada dua anak di tengah-tengah mereka.
Yang membuatnya lebih tertohok adalah sosok yang menjadi cinta terlarang sang menantu adalah tunangan dari pria yang pernah dia harapkan menjadi pelabuhan terakhir putri kesayangannya.
"Terus, dia sekarang bagaimana, Pa?" tanya Ayu dengan nada bergetar air bening kembali berkumpul di pelupuk matanya.
Hanya gelengan yang papanya berikan, dia pun tak tahu harus menjawab apa pertanyaan Ayu.
Ayu meluarkan ponsel dari dalam handbagnya, melakukan panggilan suara tapi sayangnya yang ditelpon tak kunjung memberikan jawaban.
Papa Galih tahu dan paham siapa yang ditelpon oleh anaknya itu, siapa lagi kalau bukan atasan sekaligus sahabatnya, Thareq Akbar Satria. Ini merupakan kebiasaan Ayu yang mungkin membuat Papa Galih geram. Apakah Akbar lebih bisa diandalkan dibanding dirinya?
Tatapan penuh iba Ayu perlihatkan di hadapan sang papa, saat ini hanya Papa Galih tempatnya menggantung harap. Tatapan puppy eyes Ayu selalu menjadi titik kelemahan Papa Galih. Seolah itu adalah mantra ajaib bagi Ayu untuk mewujudkan keinginannya.
"Kamu bisa percayakan dia, pada Papa," pinta Papa Galih. Pria paru bayu itu bisa dengan jelas melihat segelintir ragu dalam manik mata Ayu.
Jangan ragukan Papamu, Ayu! Para investor saja bisa dia yakinkan untuk menanamkan modal mereka dengan jumlah fantastis apalagi kamu yang terkenal dengan kelabilanmu.
Ayu pun tak punya harapan lain, selain menerima penawaran sang papa.
Sesi negosiasi antara bapak dan anak itu akhirnya selesai juga. Ayu hendak berlalu menuju kamarnya untuk menumpahkan rindu pada malaikat kecilnya, tapi cekalan Papa mengurungkan niatnya.
"Kenapa?" tanya Ayu sambil kembali menghempaskan bokongnya di sofa sebelah Papa Galih duduk.
Rupanya sesi negosiasi antar keduanya memang belum selesai, Papa Galih ingin agar anaknya itu memakai jasa penasihat hukum saat berhadapan dengan Yudi di Pengadilan Agama. Papa Galih mau agar Ayu dan Zaskia mendapatkan haknya dari Yudi.
"Nggak, aku bisa kok ngebela diriku di persidangan. Papa nggak lupa, kan? Anak Papa ini adalah lulusan sarjana hukum dengan gelar cumlaude."
Ayu memang telah memperoleh gelar SH nya dua tahun yang lalu, tapi itu tidak serta merta menjadikan Ayu sebagai pengacara. Ibu dari Zaskia itu harus mengikuti Pendidikan Khusus Profesi Advokat (PKPA), mengikuti Ujian Profesi Advokat (UPA), mengikuti magang di kantor advokat sekurang-kurangnya dua tahun secara terus menerus, terakhir adalah proses pengangkatan dan sumpah advokat.
"Aku besok ada meeting dengan investor, jadi ....,"
"Ada meeting dengan investor atau kamu ingin mencarinya?"
Suhu tubuh Ayu mendadak dingin, kenapa sangat susah bagi Ayu untuk mengecoh cinta pertamanya itu? Lebih Ayu menghindar saja daripada harus dipaksa mundur untuk mengakui kebohongannya.
Bersambung...
Fajar kembali menyising, nabastala tampak cerah secerah hati wanita yang sebentar lagi siap menyandang gelar barunya sebagai seorang janda beranak satu.Apa pun yang telah Tuhan gariskan padamu akan tetap menjadi milikmu, begitu pun sebaliknya. Itulah yang menjadi dasar prinsip Suci Indah Ayu. Dia adalah wanita yang tidak ditakdirkan untuk dibahagiakan oleh Yudi.Saat ini hanya ada Papa Galih, Mama Kinanti dan Zaskia yang tengah disuapi oleh Bu Surti di gazebo belakang.Karena pagi-pagi sekali Ayu telah berangkat bekerja, entah dia memang berangkat untuk bekerja atau ada urusan lain, biarlah itu menjadi privasinya.Papa Galih telah selesai dengan aktifitas sarapan paginya dan segera bangun dari duduknya memakai jas hitam yang telah dia sampirkan sebelumnya di sandaran kursi.Mama Kinanti pun ikut bangun dari duduknya, mengantar kepergian sang nahkoda cinta sampai ke teras rumah mereka.Mama Kinanti meraih punggung tangan kanan Papa Galih untuk dia
Agasa hanya terbelalak keheranan melihat tingkah sahabatnya yang mungkin sedang kerasukan arwah roh halus."Sa, di mana dia?" tanya Papa Galih. Yang ditanya pun hanya diam membisu, bukan karena tak mempunyai jawaban tetapi karena dia tidak tahu siapa yang dicari oleh sahabatnya itu."Lih, kamu nyari siapa sih?" sentak Agasa."Penerima kuasa ini, dia di mana? Aku mau ketemu dia," pinta Papa Galih seraya menunjuk nama orang yang dia maksud dengan nada yang masih melengking."Dia itu asistenku," jelas Agasa.Papa Galih nampak frustasi karena jawaban yang diberikan Agasa tidak selaras dengan pertanyaannya barusan.Agasa sadar kalau jawaban itu bukanlah yang diinginkan oleh sahabatnya."Dia sedang tertimpa masalah, jadi aku izinkan dia cuti," Papa Galih terperangah tak percaya akan penuturan Agasa.Papa Galih tahu, hal ini pasti berat untuk dia lalui tapi, di satu lagi dia juga bersyukur karena anaknya kuat tak serapuh yan
"Bar, gue ....""Lo kenapa, Yu?" sela Akbar. Nada bicaranya pun naik satu oktaf."Gue rindu dia, Bar. Lo ingat nggak? Waktu gue hamil Zaskia, dia tuh suka banget ngelus-ngelus perut gue," Ayu berhambur memeluk Akbar, mencengkeram erat jas bagian belakang sahabatnya.Akbar paham kalau bukan saatnya menjadi penyidik yang menanyai Ayu lebih mendalam. Tak ada pilihan untuk Akbar selain membiarkan Ayu memeluknya.Entah dia siapa yang Ayu maksud saat ini, apakah mantan suaminya yang telah menorehkan luka atau ada dia yang lain, entahlah."Dia terluka, Bar. Dia juga sakit," pangkal bahu Ayu naik turun seirama dengan isak tangisnya."Yu, lo ngomong yang jelas dong," titah Akbar karena dia belum mampu menyerap dengan baik maksud ucapan Ayu.Ayu menangis sesegukan, Akbar bisa merasakan kebasahan di bagian depan bajunya. Akbar diam, tak lagi menanyai Ayu khas penyidik KPK yang sedang menangani kasus besar korupsi. Karena inti dari menghadapi seorang Su
"Dia menderita GDM?" Papa Galih terhenyak kala mengetahui bahwa orang yang dia cari itu menderita GDM."Iya, Pak," jawab Bayu dengan lugas.GDM atau Gangguan Depresi Mayor adalah suatu gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan suasana hati yang terus tertekan atau kehilangan minat dalam beraktivitas, menyebabkan penurunan yang signifikan dalam kualitas hidup sehari-hari.Kemungkinan penyebabnya termasuk ketegangan yang bersumber dari kombinasi kondisi biologis, psikologis, dan sosial. Semakin banyak penelitian yang menunjukkan bahwa faktor ini dapat menyebabkan perubahan dalam fungsi otak, termasuk aktivitas abnormal dari sirkuit saraf tertentu dalam otak.Papa Galih kembali fokus membaca informasi yang telah Bayu dapatkan untuknya, tapi perasaannya seolah berkhianat tanda bahaya apakah ini?Menghampiri ke kantornya tentu bukan pilihan yang baik, mengingat Agasa memberikannya cuti sampai beberapa hari ke depan. Papa Galih meraih kunci mobil yang be
BRAK~~~Pintu ruangan Agasa terbuka tanpa ketukan terlebih dahulu. Membuat pemilik ruangan menghentikan sejenak pekerjaan. Atensinya tertuju sepenuhnya pada wanita berbalut gamis warna maron."Kamu kenapa, Li?" tanya Agasa pada Vilia Khaerani sekretaris Agasa.Vilia tidak langsung menjawab pertanyaan dari sang pemilik Firma Hukum itu. Dia harus mengatur ritme napasnya terlebih dahulu."Li, ada apa sih? Kamu kesambet apa?" kelakar Agasa."Firman kecelakaan, Pak," pena yang sedari tadi yang digenggam oleh pengacara kondang jatuh terhempas begitu saja.Matanya membola sempurna, jantung berdegup cukup kencang."Jangan asal bicara kamu, Vilia," sergah Agasa.Yang membuat Agasa lebih tercengang ketika menyadari wanita di hadapannya ini adalah wanita yang menjunjung tinggi sebuah kebenaran.Vilia kembali ingin memberikan sebuah pembenaran, tapi Agasa bangkit lalu mengambil jasnya yang dia sampirkan di sandaran kursi kerjanya."Dim
Kini yang tersisa di ruangan dengan didominasi warna putih itu hanya dua lelaki yang saling menatap satu sama lain."Gue bisa meluk lo, nggak?" tanya Firman pada Akbar dengan nada bergetar.Air mata mulai tergenang di pelupuk matanya yang dalam satu kedipan akan tumpah ruah.Akbar mendekat kemudian merentangkan tagannya, mendekap erat seorang Firman Afif. Air mata keduanya pun luruh tak terhentikan."Gue lemah, Bar. Gue lemah," keluh Firman dalam dekapan Akbar."Dan lo butuh Ayu untuk kuat, lo butuh dia," Firman semakin mengeratkan pelukannya kala mendengar ucapan Akbar."Gue nggak sepolos Ayu," ucapan Akbar lontarkan membuat kening Firman berkerut dalam. Dia mengurai pelukannya."Maksud, lo?" tanya Firman dengan polosnya.Firman memang polos dan akan seperti itu sampai kisah mereka tamat."Gue tahu apa yang tidak Ayu ketahui selama ini," jelas Akbar.Akbar tahu, kalau selama ini Firman tidak benar-benar pergi meninggalkan
"Kamu yakin sudah menemukan Firman?" tanya Papa Galih dengan kilatan keraguan yang terpancar dari kedua manik matanya.Ayu mengangguk mantap atas pertanyaan yang papanya ucapkan, Papa Galih menilik tajam ke dalam netra mata milik Ayu mencoba mencari sedikit saja kebohongan tapi yang dia dapatkan hanya kejujuran."Dia, di mana?" tanya Papa Galih.Ayu pun menuntun papanya untuk duduk di sofa yang berada di ruang tamu agar anak bapak itu nyaman dalam bertukar cerita.Papa Galih mendengar cerita Ayu mulai dari awal sampai akhir dengan seksama. Kemudian pria paru baya itu bisa menyimpulkan bahwa ada yang Ayu belum ketahui soal Firman."Kamu belum tahu tentang penyakit yang di derita Firman?" tanya Papa Galih.Dengan polosnya Ayu hanya memberi jawaban lewat gelengan kepala."Jadi Firman itu mengalami gangguan depresi mayor, penyebabnya bisa banyak hal. Dugaan sementara Papa, tentu saja batalnya pertunangan dia dan Bella," yang dikatakan mungkin sa
Setelah dirasa semua urusannya dengan Agasa sudah selesai, Ayu lekas berpamitan entah ke mana wanita cantik itu setelah ini, hanya dirinya yang tahu."Udah clear semuakan urusan kita, Om?" tanya Ayu seraya beranjak dari duduknya."Iya udah selesai," jawab Agasa setelah memastikan tidak ada lagi yang mereka lewatkan."Kalau gitu aku pamit dulu," sahut Ayu sambil meraih punggung tangan pria berusia matang untuk dicium sebagai tanda perpisahan.DEG~~~Timbul rasa aneh yang merasuki sukma Agasa Maha Putra kala Ayu, mencium punggung tangannya. Dia bagaikan sedang dicium oleh tujuh bidadari dalam saat yang bersamaan. Lelaki itu pesona, dia tergugah akan paras cantik Ayu.Andai Atthar tak memasuki ruangannya mungkin pria itu tak akan menyadari kalau Ayu sudah tidak berada di ruangannya.Lelaki itu sungguh dibuat takjub oleh pesona anak dari sahabatnya itu. Apakah Ayu akan menorehkan bahagia di sisa hidup Agasa atau justru Agasalah yang akan kembali
Rawismara pagi ini tak semendung semalam, mentari kembali menyising, kilau cahayanya sungguh menggangu tidur Agasa. Samar-samar dia mengerjapkan matanya. Hari baru siap untuk dia mulai. Asa demi asa kembali terpatri kuat dalam sanubarinya.Dengan langkah gontai dia beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ada event besar para pengacara yang sedang dia ikuti untuk sepekan ke depan di kota kembang ini.Setengah jam berlalu kini tubuh Agasa telah terbalut rapi dengan kemeja putih, celana kain hitam, jas hitam dan tak lupa dasi berwarna merah maron yang bergantung di kerah kemejanya. Paras tampannya masih saja terlihat meski usianya telah memasuki angka 46 tahun.Dering nyaring ponselnya mengalihkan atensinya.Bidadari hati is calling ....Itulah nama yang Agasa sematkan untuk kontak Suci Indah Ayu. Senyum renjana tersungging manis di bibirnya, jantung seperti sedang ditalu dengan begitu kuatnya.Untuk menggapai ponselnya tangannya mendadak
Tiga jam menjalani rangkaian pemeriksaan tidaklah melegakan hati wanita berparas Ayu sebab dia harus menunggu lagi sampai awal pekan, karena hasil pemeriksaan akan keluar tiga hari ke depan.Dering ponsel Ayu mengalihkan atensinya. Keningnya tercetak dalam kala melihat siapa yang menelponnya. Kabar apalagi yang akan dia dengar kali ini."Mama?" ujar Ayu ketika melihat nama Mamanya tampil memenuhi layar ponselnya. Sambil mengucap untain zikir Ayu menggeser icon hijau pada layar ponselnya."Bu, te tantor ayah, uk!" Suara cadel Zaskia sungguh melegakan hati Ayu. Tapi tunggu dulu, ke kantor Firman? Untuk apa? Pikirnya."Duh ... Ibu lagi sibuk Ki, banyak kerjaan yang harus Ibu dan Abi kerjakan, sayang," jelas Ayu dengan nada bicara yang dibuat semenyesal mungkin. Bukannya mau tega, tapi Ayu sadar diri dia sudah terlalu lama meninggalkan Darma Corp. Dia bahkan harus mulai mempersiapkan diri untuk menghadapi amukan seorang Thareq Akbar Satria.Ayu bisa dengan
Ayu mengehala napas lega karena berhasil mengelabui orang-orang terdekatnya. Niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya sudah terpatri kuat.KREK~~~Pintu ruangan Om Satya terbuka setengah, menyembulkan sosok cantik di baliknya, Suci Indah Ayu.Terkejut? Tentu itulah yang dirasakan Om Satya saat ini, pria paru baya itu berpikir bahwa niat Ayu hanya bertahan semalaman. Namun dia salah, kedatangan Ayu pagi ini seakan mempertegaskan niat Ayu untuk mendonorkan ginjalnya."Kamu masih mau mendonorkan ginjalmu untuk pasien yang bernama Firman Afif itu?" Ayu tahu dan sangat memahami maksud dari pertanyaan Om Satya, apalagi jika bukan untuk membatalkan niat Ayu melakukan tindak mulia tersebut."Kamu harus dapat persetujuan Mama dan Papamu untuk mendonorkan ginjalmu, Nak," ucap Om Satya saat melihat anggukan kepala Ayu. Kenapa susah sekali untuk membujuk Ayu agar mau mengurungkan niatnya."Aku ini wanita bersuami, Om! Papa sudah mengalihkan tanggungnya pada suami
"Man, Ayu tuh belum sampai gue nungguin dia udah hampir sejam. Udah deh gini aja, lo nyariin dia biar gue yang menangani investor," Firman memutuskan sambungan telpon tanpa menimpali perkataan Ayu.Air mata di kedua pelupuk mata Firman muIai tergenang yang dalam satu kedipan saja akan jatuh membasahi pipinya.Dia menghempaskan asal berkas-berkas para client, persetan dengan fee besar yang dijanjikan untuknya, yang terpenting hanya Ayu dan selamanya akan seperti itu.BURG~~~Pintu ruangan khusus anak magang terbuka lebar, Atthar yang semula fokus dengan berkas-berkasnya lekas mendongak menilik tajam ke dalam netra milik asisten pemilik Firma ini."Kamu gantikan saya sidang hari," jelas Firman dengan napas yang tersengal-sengal. Di hadapannya Atthar terpelongo tak percaya, titah macam apa ini pikirnya?"Saya mendadak mendapat urusan yang sangat urgent," kepanikan dan kekhawatir terlukis jelas di raut wajah Firman, hal itu akhirnya membuat Atthar mau
Fajar kembali menyising, nabastala tampak sejuk. Daksa Ayu masih melemah meskipun tak selemah semalam. Wanita cantik itu kini telah rapi dengan dress berwarna denim dipadukan blazzer berwarna senada. Rambut panjangnya dia kuncir tinggi memperlihatkan leher putihnya.Derup langkah Ayu membuat Papa Galih mengkerutkan keningnya, pria paru baya itu dibuat bertanya-tanya dengan penampilan putrinya yang sudah amat rapi. Berbanding terbalik dengan penampilannya yang masih menggunakan boxer dan kaos rumahan."Yu, kamu mau ke mana, Nak?" Ayu memilih tak menggubris pertanyaan sang Papa. Saat ini Ayu sedang berlomba dengan waktu.Ayu terus berjalan menuruni anak tangga, Mama Kinanti pun sama terkejutnya dengan sang suami angin apa yang membuat Ayu sudah serapi ini?"Udah mau berangkat, Yu? Masih kurang jam tujuh loh, Nak!" ujar Mama Kinanti saat melihat kedatangan Ayu. Wanita paru baya itu kembali sibuk menata makanan di atas untuk disajikan sebagai menu sarapan.
Tatapan Ayu dan Yudi saling mengunci, Yudi berusaha untuk mengendalikan keterkejutannya. Dia menitah Ayu untuk kembali duduk karena hal selanjutnya yang akan dia sampaikan mungkin akan membuat sukmanya kian terkoyak.Dari kode yang diberikan Yudi, Ayu bisa merasakan kalau hal selanjutnya yang akan Yudi bicarakan jauh lebih penting. Dengan daksa yang kian melemah Ayu akhirnya memilih menuruti titah Yudi."Aku ngajak ngobrol bukan hanya untuk mengembalikan Ayu dan Zaskia padamu, tapi aku juga ingin menjadi pendonor untukmu. Kamu butuh itu terus membahagiakan mereka," ucapan Yudi membuat Firman menegang, sekujur tubuhnya mendadak kaku, akralnya pun ikut mendingin.Firman seolah lupa kalau lelaki di hadapannya kini adalah suami dari mantan tunangannya. Bella pasti telah menceritakan semua tentang dirinya pada Yudi.Rasa emosi yang tadi bersarang di hati Ayu seakan hilang entah kemana berganti dengan rasa takut yang kian bekecamuk dalam sukmanya."Sakit
"ZASKIA!!!" ada seorang lelaki yang menyerukan nama gadis kecil tersebut.Bukan hanya pemilik nama yang berbalik, Ayu dan Firman pun tersontak kaget karena seruan nyaring lelaki tersebut.Manik mata sipit kepunyaan Zaskia ikut membola sempurna melihat kemunculan lelaki yang telah membesarkan dan menghujaninya dengan banyak kasih sayang selama lima tahun.Di luar dugaan Zaskia meminta turun dari gendongan sang Ayah, berlari kecil menghampir Yudi. Di seberang sana Yudi telah bersiap menangkap Zaskia dan mendekapnya erat. Kasih sayang Yudi terhadap Zaskia tidak perlu lagi diragukan, meskipun Zaskia bukanlah darah dagingnya.Kedekatan Zaskia dan Yudi sungguh menghipnotis Firman, hatinya mencolos melihat kedekatan mereka. Inikah rasanya cemburu?Pukulan ringan Ayu suguhkan di lengan Firman menyadarkan pengacara muda itu dengan segala lamunannya."Mas, ambil tuh anak kamu!" rahang bawah Firman terbuka lebar, matanya melotot tajam, salah dengarkah
"Kamu ....,""Ayah!!!" pekik gadis cantik turun Suci Indah Ayu itu. Diseberang sana Firman masih terhipnotis oleh paras cantik yang dimiliki anak itu, Zaskia Azzahra Khumairah.Zaskia berlari sangat cepat untuk segera mencapai sang ayah, sosok yang begitu sangat dia rindukan. Sosok yang selama hidupnya hanya bisa dia pandangin fotonya.Firman tersentak kenapa panggilan ayah bisa gadis kecil ini sematkan pada dirinya? Apakah selama memata-matai Ayu ada hal yang dia lewatkan, tapi apapun itu Firman tak merasa gamang lagi. Senyumnya yang mengulum di bibirnya kian merekah kala mendengar pekik bahagia dari malaikat kecilnya.Firman mensejajarkan tingginya dengan Zaskia, menilik inchi demi inchi wajah gadis cantiknya itu, benar yang dikatakan Akbar beberapa hari yang lalu bahwa dia tidak memerlukan Tes DNA untuk membuktikan adalah miliknya. Semua yang ada pada dirinya menurun pada Zaskia Azzahra Khumairah."Panggil sekali lagi!" titah Firman seraya mencakup k
Jarak dari Firma Hukum Agasa menuju rumah Firman memanglah terbilang cukup jauh. Butuh waktu 45-50 menit untuk tiba disana, apalagi memasuki jam pulang kantor seperti saat ini Agasa harus extra sabar untuk bisa menerobos kemacetan.Agasa memang pernah menganjurkan pada Firman, jika ingin mencari rumah carilah yang jaraknya dengan Firma tidak terlalu jauh, tapi pilihan Firman tetap jatuh pada rumah itu.Alasan pertama Firman memilih rumah itu adalah designnya mirip sekali dengan rumah impian Ayu dan alasan kedua jarak dari rumah itu menuju Angkasa Group sangat dekat dengan estimasi waktu 10-15 menit.Biarlah Firman yang harus menempuh jarak jauh asalkan Ayu tidak mengalami kesusahan ketika mereka telah menyatu dalam bingkai cinta yang halal. Karena Firman tahu dan sangat mengerti kalau Papa Galih telah mempersiapkan anak keduanya itu menjadi Presdir Angkasa Group menggantikan dirinya suatu saat nanti.Kereta besi yang Agasa kendarai mendadak berhenti ketika me