Share

4 ) Pergi

Penulis: PikeLan
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-23 20:28:32

Matahari telah kembali ke peraduannya, menebarkan rona keemasan di langit cerah. Menyebarkan cahayanya ke seluruh penjuru negeri.

Siang itu matahari bersinar dengan terik, seterik jiwa Lyshi. 

Hari ini menjadi hari yang sangat ingin Lyshi hindari, meski ia tahu tak akan bisa menghindarinya.

Tak terasa penceraian kedua orang tuanya telah terjadi, baru saja hakim memukul palu, mengumumkan putusnya hubungan sakral kedua orang tuanya. Hubungan Fandi dan Reha kini hanya sebatas angan, telah usai dan tak akan bisa kembali seperti semula.

Sedari sidang Lyshi hanya diam, ia tak sanggup melontarkan kata. Perpisahan kedua orang tuanya membuatnya amat terpukul, dadanya sesak menerima fakta penceraian itu.

Fandi menatap pundak Lyshi, putri sulungnya terus saja menunduk. "Lyshi, jangan nunduk terus. Papa minta maaf, tapi semuanya sudah terjadi, kamu harus berusaha menerima," ujarnya membelai surai kecoklatan putrinya.

Lyshi tak menanggapi. Reha rasa dia perlu turun tangan. 

"Lyshi, dengerin mama ...... kamu harus berusaha menerima, semuanya sudah terjadi, sudah tidak bisa diperbaiki lagi, karena apa? Karena semuanya sudah sia-sia." Reha menepuk pundah Lyshi berkali-kali.

Gadis itu mendongakkan kepala, menatap teduh netra Reha. "Iya. Lyshi akan berusaha menerima," ia mengucapkan kata yang membuat kedua orang tuanya menghela napas lega, tapi tak sampai di situ.

"Tapi ... izinin Lyshi ikut mama ke Bandung." Lyshi mengusap matanya, kemudian meraih tangan Reha.

Suasana di depan gedung pengadilan diliputi ketegangan.

Pendapat pro dan kontra tentu akan mewarnai kata yang baru saja Lyshi lontarkan.

Dengan senang hati wanita itu akan mengajak putri sulungnya, namun Reha tahu dia tak boleh egois, apalagi melanggar hak yang telah ditetapkan.

Hak asuh Lyshi jatuh ke tangan Fandi. Hakim telah memutuskan semuanya, dia hanya perlu menerima. Walau sebenarnya yang Reha inginkan adalah hak asuh kedua putrinya.

Reha menggeleng. "Nggak bisa, sayang. Kamu harus ikut papa kamu, sekarang dia yang berhak penuh atas Lyshi," ujar Reha memandang Lyshi penuh perhatian.

Lyshi ikut menggeleng, ia memutar kepala ke arah Fandi. "Pa, Lyshi ikut mama, boleh ya." Kedua tangannya bertumpu.

"Nggak. Kamu harus tetap sama papa," putus Fandi tanpa bantahan.

Gadis berkuncir kuda itu memandang Era dengan iri. Mengapa harus ia yang ikut papanya? Mengapa bukan Era? 

Lyshi berdiri dengan lesu. "Buat apa? Biar Lyshi disiksa sama Tante Ana? Iya pa?" 

Wanita berambut pendek itu langsung menoleh ke arah Lyshi, dia Ana. "Nggak Lyshi, Tante Ana nggak akan nyiksa Lyshi. Tante janji," pungkas Ana melengkungkan senyum.

Ia berdecit. "Apa jaminannya? Ap-" serunya terhenti.

"Ly, sudah. Tante Ana baik, papa sudah lama mengenalnya." Fandi memandang Lyshi dengan gusar. Mengapa putri sulungnya berkepala batu sekali?

Lyshi memejamkan matanya. Sudahlah, ia pasrah. Berontaknya tak akan membuahkan hasil, debatnya tak berguna untuk mengetuk hati Fandi.

Netranya menangkap langit. Matahari yang tadi bersinar terik kini bersembunyi di balik awan hitam. Langit yang semula terang dan cerah berubah menjadi murum.

"Ly."

Ia menoleh ke sumber suara, matanya memincing. "Kenapa?"

"Sudah mau hujan, mama sama Era berangkat sekarang ya." Mulut Reha berucap penuh keterpaksaan.

Telinga Lyshi berdengung mendengar ucapan yang dilontarkan oleh Reha. Mereka tetap akan pergi? Batinnya bertanya. Bodoh! Seharusnya batinnya tak perlu bertanya seperti itu, karena Reha pasti akan tetap pergi, seolah itu adalah keharusan.

Ia berdehem pelan. "Hn, terserah."

Reha menggandeng Era, wanita itu berjalan mendekati Lyshi. 

Tangan yang tadinya menggandeng Era terlepas. Reha memeluk Lyshi dengan erat, seolah pelukan itu akan menjadi pelukan terakhir mereka. Era melihat semua itu, raganya tersihir untuk ikut memeluk kakaknya.

Mereka bertiga berpelukan. Reha harap waktu dapat berhenti sekarang juga, agar kebersamaan terus menyertai mereka, hingga tak ada lagi cela untuk memutus kebersamaan itu. 

Tangannya mendekap kedua putrinya dengan erat, dia cukup terluka menyadari Lyshi tak membalas pelukannya. Bukan masalah besar, bukanlah keseharusan untuk Lyshi membalas pelukannya.

Angin berhembus sedikit kencang. Tidak lama kemudian hujan turun dengan perlahan, belum terlalu deras. Di atas sana awan semakin menebal, saling menggulung dan menggumpal. Warna putih tak lagi mendominasi. Gelap dan mengerikan, begitulah keadaan di atas sana.

Air mata Reha turun. "Lyshi. Kamu jangan nakal ya, jangan susah makan, kalau tidur jangan sampai larut malam. Sebentar lagi Tante Ana jadi mama kamu, turutin apa kata beliau yang sekira Lyshi itu adalah hal benar. Mama sayang Lyshi," pesan Reha mencium jemari Lyshi.

Lyshi mengangguk, matanya mulai menggenang.

Kini giliran Reha menghadap Fandi. Pria itu berdiri berdekatan dengan Ana, entah itu kebetulan atau bukan. 

Reha menatap Fandi, dia masih tak menyangka pria yang dulu adalah suaminya kini bukanlah siapa-siapanya lagi.

Kebersamaan 7 tahun lalu akan terus membekas di hatinya. Mungkin kebersamaan itu bagi Fandi hanya sebatas hal semu, pikir Reha mengingat hal itu.

"Mas Fandi, tolong jaga Lyshi. Dan Reha harap Mas Fandi tidak membentak Lyshi, karena hatinya mudah rapuh." Fandi menggangguk. 

Beralih pada Ana, dia meneliti wanita itu. Tak salah Fandi memilih Ana, wanita itu sungguh anggun, cantik dan beraura dewasa. Jika dibandingkan dengannya, Reha akan kalah jauh. Ana yang dewasa dan Reha yang konyol,  perbandingan macam apa itu?

Tangannya meraih jemari Ana. "Mbak, tolong anggap Lyshi sebagai anak sendiri, ya. Tolong bimbing Lyshi, dia butuh kehangatan seorang ibu, Reha harap Mbak Ana bisa turutin permintaan Reha." 

Wanita itu tersenyum. "Nggak usah khawatir, Re." Ana menepuk pundak Reha sebagai penyakinan.

Sesi itu telah usai, petuah-petuah sudah dia sampaikan. Sekarang hati Reha mulai sedikit lega untuk meninggalkan Lyshi.

Reha sudah berada di kursi kemudi, dia masih menunggu Era, entah apa yang dilakukan oleh putri bungsunya.

Dari dalam mobil Reha terus memantau Era, menunggu apa yang akan dilakukan oleh putri bungsunya. Jika Era terlalu lama di luar sana dia akan meninggalkannya, lihat saja!

Di luar sana Era terlihat ragu, sesekali dia menatap maniak Lyshi. Berani, dia harus berani!

"K-ak?" Lyshi menoleh mendengar panggilan kaku Era, dahinya berkerut.

Era menautkan kedua jarinya. "Kak, Era berangkat dulu ya. Kakak sehat-sehat di sini ya. Oiya, ini berbie buat kakak." Era menyodorkan berbie berukuran mini.

Mata Lyshi berkelebat, garis tanya terlihat di dahinya. Ia menggeleng ragu. "Nggak mau, Lyshi nggak suka berbie."

Apa Era lupa jika kakaknya tak menyukai boneka, apalagi berbie? 

"Ambil aja, kak. Era nggak nyuruh kakak buat suka sama berbienya. Kakak simpen aja di lemari, anggap sebagai kenang-kenangan," tukas Era mendekap tubuh Lyshi.

"Kak, kalau Tante Ana jahat pukul aja pakai berbie itu. Kalau perlu nanti Era kirim Elsa Frozen, biar Tante Ana dikutuk jadi es," lirih Era di telinga Lyshi. Wajahnya yang semula datar kini melengkungkan senyum mendengar petuah bernilai humor yang Era lontarkan.

Setelah mengatakan itu Era segera menuju mobil Reha. Lyshi menatap bahu adiknya yang semakin menjauh, ada rasa tak rela yang mengganjal di hatinya. Entah bisakah ia melewati hari tanpa kehadiran Era mengingat kedekatan keduanya.

Perlahan mobil yang dikendari oleh Reha mulai menjauhi gedung pengadilan. Tubuh Lyshi mematung melihat kepergian mereka, air matanya kembali terjun. 

Kala mobil berwarna putih itu berbelok menuju jalan raya, kaki Lyshi tergerak untuk mengejar mobil itu. Kaki kecilnya berlari, ia harap dapat menggapai mobil yang mulai tak terlihat itu. 

Tapi sia-sia, mobil itu sudah hilang. Tak ada lagi arah tuk mengejar mobil putih itu. 

"M-mama, Lyshi ikut."

Gadis itu menangis sesegukan, ia terduduk pilu di atas aspal. Bulir hujan menetes dengan deras, membasahi tubuh Lyshi. Orang-orang memandangnya dengan iba, tak ada hati yang tergerak untuk membantu Lyshi.

Kilatan cahaya merah memecah awan hitam di langit. Menghasilkan dentuman suara yang begitu memekakan gendang telinga. Keadaan semakin kacau, tak hanya sekali, petir menyambar berkali-kali.

Lyshi bangkit dari duduknya, sejenak ia menatap langit, mencari raut kebohongan yang langit sembunyikan atas nasibnya hari ini.

Ia menggigit bibir bawahnya berulang kali, berharap bisa meredahkan tangis yang menyesakkan hati. "M-mama! Era! Jangan tinggalin Lyshi ..." ia meraung kecil.

"Lyshi, ayo pulang." Fandi membopong putri sulungnya. 

Lyshi berontak, ia tak mau pulang. Yang Lyshi inginkan hanya Reha dan Era, hanya itu yang ia harapkan.

Fandi tak peduli, dia tetap membopong tubuh Lyshi dan mendudukkannya di kursi mobil.

Tangan pria itu memutar kunci hendak menyalakan mobil, namun tertahan oleh tangan Lyshi.

Ia menatap nyalang ke arah belakangnya, di sana terdapat Ana dan Dika-putra kandungnya.

"Pa? Lyshi cuma mau sama papa. Suruh tante itu turun, Lyshi nggak mau satu mobil sama dia," ujarnya menekankan kata 'dia'.

Pria yang notabene adalah papa Lyshi hendak melayangkan protes, namun tertahan oleh Ana.

"Sudah, Fan. Aku bisa kok pulang sendiri, kamu pulang saja sama Lyshi. Kasihan Lyshi, dia sedang sedih, ada baiknya kamu menurut." Ana membuka pintu mobil dan keluar bersama Dika.

Fandi sebenarnya tak tega, apalagi sedang hujan deras begini. Tapi Ana tidak mempersalahkan hal  itu, jadi mengapa harus dipikirkan? Lebih baik dia menenangkan putri sulungnya.

"Pa, Lyshi nggak mau pulang," ujarnya pelan.

Dahi pria itu berkerut, sebenarnya apa yang Lyshi inginkan? Diajak pulang ke rumah tak mau, lantas kemana? Ke kuburan? 

"Lyshi mau ke lapangan komplek," imbuhnya.

Fandi mengangguk. Mungkin Lyshi ingin menenangkan pikirannya dengan bermain bola, pikir Fandi. Tapi masalahnya sedang hujan, tapi tak apa, seperti kata orang, 'hujan bisa membuat orang melupakan kesedihannya'. Dia harap kesedihan Lyshi berangsur pulih.

Pukul 4 sore mereka sampai di lapangan komplek. Hujan masih belum juga reda, seolah masih memiliki persediaan air hingga enggan menjeda barang sejenak.

Fandi menunggu Lyshi di dalam mobil, sebenarnya tadi dia hendak ikut turun namun dilarang oleh putrinya. 

Lyshi duduk menunggu dengan jaket kebesaran milik Fandi. Ia tak mempedulikan rintik hujan yang membasahi tubuhnya, tadi Fandi memberinya payung tapi ia tolak dengan alasan percuma.

Tak berselang lama Rama datang dengan payung di tangannya. Lelaki kecil itu melambaikan tangannya ke arah Lyshi. 

Semua terjadi tiba-tiba, seolah kedua anak itu sudah berjanjian untuk datang sore itu, padahal tidak.

Dahi Rama berkerut melihat tubuh Lyshi yang basah kuyup, raut khawatir tertanam di wajahnya. "Rora, kok kamu basah kuyup? Kamu kabur dari rumah?" tanya Rama bertubi-tubi.

Lyshi menggeleng. "Rama kalau ngomong suka ngawur."

Rama meringis kecil. "Habisnya kamu basah semua, aku kira kabur dari rumah. Eh? Sebentar .... kok hidung kamu bengkak, matanya juga. Kamu habis nangis, ada yang jahatin kamu? Bilang sama aku, biar aku hajar." Rama duduk menyelisik.

Yang membuat Lyshi menangis adalah Reha, apakah Rama berani menghajar Reha?

"Mama... mama sama Era pergi." Tubuh yang tadi bertumpu pada kursi kini menubruk tubuh Rama. Beruntung Rama sigap menangkap, jika tidak tubuh mereka pasti akan berakhir mengenasakan di atas rumput.

Ia memutar tubuh menghadap Rama, mata bengkak itu kembali mengeluarkan air mata. "Rama jangan kaya mereka, ya. Jangan tinggalin Rora," pintanya.

Rama menggeleng. Bukan menggeleng sebagai penyakinan bahwa dia tak akan meninggalkan Lyshi, tapi menggeleng seolah mengatakan bahwa dia juga akan pergi.

"Nggak Ra, aku juga akan pergi seperti mereka. Hari ini, sore ini ... aku akan pergi." Tangan Rama menangkup pipi gembul Lyshi. "Tapi aku janji Ra, aku janji akan kembali," ucapnya meneruskan kata.

Gadis itu menangis sesegukan, ia menggeleng kuat. "Jangan pergi,  jan~" ia menelan kembali ucapannya saat melihat Rama mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

Kalung. Rama mengeluarkan kalung berliontin bola, sangat indah. Kalung itu adalah kalung perak, bandulnya berbentuk bundar dengan motif hitam putih segi lima. 

Rama memasangkan kalung itu di leher Lyshi. Tampak sangat elegan.

Mata Lyshi berbinar. "Ram, ini buat Rora?" ujarnya membolak-balikkan kalung berliontin itu.

"Iya, itu buat kamu. Kalung itu bukan sekedar kenangan, kalung itu dirancang sendiri oleh bundaku. Jadi cuma ada satu di dunia," serunya penuh kewibawaan. Percayalah, jika ada orang lain yang mendengar ucapannya, mereka tak akan percaya bahwa Rama masih berusia 6 tahun.

Ia mengerutkan kening. "Terus?"

"Artinya kalung itu harus kamu pakai terus, dan jangan sampai kamu hilangin. Karena kalung itu akan menjadi petunjuk buat aku cari kamu." Lyshi mengangguk.

Lyshi menatap Rama penuh arti. "Janji ya bakal cari Rora. Tapi Rora nggak ngasih apapun ke Rama. Nanti caranya Rora cari Rama gimana?" tanya Lyshi dengan polos.

Tangan Rama terangkat dan mengacak surai kecoklatan Lyshi dengan gemas. "Kamu nggak usah cari aku. Biar aku yang cari kamu, kamu tunggu aja. Nanti kalau aku udah balik dari Tokyo, aku langsung cari kamu."

Sekedar info, sore ini Rama akan terbang ke Tokyo. Alasan itulah yang membawa kakinya menemui Lyshi.

Gadis itu mengangkat jari kelingkingnya. "Janji bakal cari Rora, janji bakal nemuin Rora," lontar Lyshi 

Rama menganggukkan kepala, kelingkingnya membalas uluran Lyshi. "Aku janji."

Bukankah perjanjian anak kecil terkesan konyol? Memang, perjanjian anak kecil memanglah konyol. Tapi, tahukah bahwa kemungkinan anak kecil untuk mengingkari janji sangat kecil? 

Banyak hal yang Lyshi tahu hari ini, banyak kejadian beruntun yang didapatinya hari ini. Orang-orang yang disayanginya pergi pada waktu bersamaan. 

Awalnya Lyshi menyumpah-serampahi hari ini, hari yang membuatnya banyak menumpahkan air mata, hari paling terkutuk dalam hidupnya. Namun asumsi itu ia lenyapkan, seharusnya ia menganggap hari ini sebagai hari bersejarah. Ya seharusnya ia menganggapnya seperti itu.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Makhluk Sutra
Lyshi yang malang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   5 ) 10 Tahun Berlalu

    Beberapa tahun berlalu. Lyshi, gadis yang dahulu berada di keterpurukan kini sudah bangkit dan berubah kepribadian menjadi gadis ceria.Usianya kini sudah menginjak angka 15, saat-saat dimana ia mulai memasuki masa SMA. Masa terindah kalau kata orang-orang.Gadis itu turun dari lantai atas dimana kamarnya berada, penampilannya membuat perut serasa menggelitik. Rambut dikepang dua dengan seragam putih biru, itu masih berada dibatas wajar. Kali ini sudah tak wajar, di lehernya terpampang kalung berbandul terong ungu, tak lupa gelang berbahan dasar kacang panjang yang melingkar di tangan kirinya.Tawa menggeleger menyambut kehadiran Lyshi. Dika-lelaki yang notabene adalah kakak tirinya tertawa terpingkal, saking parahnya sampai memukul-mukul meja makan."Hahaha ..... lihat ma, Lyshi jualan sayur." Dika beranjak dari duduknya, kemudian mengintari tubuh adiknya.Lyshi merotasikan bola matanya. "Ma, lihat tuh abang," adu Lyshi pada Ana.Hubungan m

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-25
  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   6 ) Kegelisahan Hati

    Bian menatap langit-langit kamarnya. Di sinilah dia berada. Bian memang sedang mencoba menghindari Lyshi. Lebih tepatnya dia ingin mengetahui apakah sahabat perempuannya akan merasa kehilangan jika dia menjauhinya atau tidak. Tapi jawabannya masih semu, Lyshi sama sekali tak peka, gadis itu tidak sadar jika Bian menjauhinya.Bian tahu, seharusnya dia tak perlu melakukan tindakan sejauh ini. Bian hanya berpikir, pasti Lyshi akan merasa berbeda jika dia tak berada di sampingnya, tapi kenyataannya apa? Justru dia yang merasakan kegelisahan itu.Lelaki itu termenung. Memikirkan kemungkinan yang akan terjadi jika dia tetap menjauhi Lyshi. Memikirkan hal itu, Bian langsung memejamkan matanya dan menggeleng pelan, berusaha menghilangkan bayangan tersebut.Bian tahu betul bagaimana sifat sahabatnya. Dan itu semua pasti akan berpengaruh terhadap tindakannya tersebut. Bian tak akan pernah membiarkan hal dalam bayangannya terjadi.Bian kembali membuka mata. Me

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-17
  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   7 ) Pesona Bian Putra Mahadewa

    Hari pertama menuju jenjang Sekolah Menengah Pertama, membuat Lyshi harus bangun lebih awal.Masih dengan wajah mengantuk, Lyshi memakai seragam barunya. Walau matanya sesekali terpejam, seragam itu tetap terpasang rapi di tubuhnya.Dengan malas ia mengkuncir satu rambutnya. Lyshi membawa kakinya ke depan cermin untuk melihat penampilan barunya. Sudut bibirnya terangkat melihat pantulan dirinya di dalam cermin.Seragam itu melekat apik pada tubuh mungilnya. Wajahnya terlihat natural tanpa polesan apapun."Seragamnya cocok banget sama Lyshi. Berasa lihat bidadari, Lyshi tuh." Lyshi memutar tubuhnya beberapa kali, senyum kembali tergelincir dari bibir tipisnya."Ma, pa, bang. Lyshi cantik, kan?" gadis itu memekikkan suaranya setelah menginjakkan kaki di ruang makan.Serentak mereka menoleh. Fokus sarapan mereka tersita oleh suara keras Lyshi."Iya. Anak papa cantik."Ana tersenyum. "Wah, cantiknya anak mam

    Terakhir Diperbarui : 2021-06-30
  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   8 ) Ditinggal Lagi?

    Sejak bel istirahat tidak ada satupun guru yang masuk ke kelas Lyshi, jadilah gadis itu dengan bahagia bisa tidur di bangkunya. Hal itu membuat Zoya dan Minnie menggeleng-gelengkan kepala.Kini bel sekolah telah berbunyi, membuat Lyshi yang tadinya masih menjelajah alam mimpi tersentak bangun. Gadis itu menatap seisi kelas yang bersiap-siap untuk pulang.Lyshi menguap, mengusap matanya yang masih mengantuk. Zoya tersenyum kecil, sahabat perempuannya tak pernah berubah dari dulu, gemar sekali tidur sembarangan."Gue balik duluan." Minnie melambaikan tangannya sebelum berjalan keluar.Kini tinggal Lyshi dan Zoya di dalam kelas. Zoya menggoyangkan bahu Lyshi karena gadis itu kembali memejamkan matanya. "Ly. Ayo pulang."Lyshi bebal. Gadis itu masih enggan beranjak dari posisi tidurnya.Zoya menghela napa gusar. "Bangun, Ly," ujarnya menepuk-nepuk pipi Lyshi, berharap agar gadis itu terbangun dari tidurnya."Zoya pulang duluan aja.

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-10
  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   9 ) Keluarga Sesungguhnya

    Beberapa jam yang lalu keluarganya baru saja terbang menuju negara orang untuk waktu yang terbilang cukup lama bagi Lyshi.Selepas dari bandara, Lyshi terlihat muram dan tak hiperaktif seperti biasanya.Bian bisa merasakan rasa khawatir yang menyelimuti mobil itu. Ketika dia mengedarkan pandangannya ke arah Lyshi, dia bisa merasakan energi kesedihan yang mengerubungi sahabat perempuannya."Ly. Mau beli yogurt dulu?"Gadis itu menoleh, lantas menggeleng pelan. Melihat itu Bian hanya bisa menghembuskan napasnya pasrah.Persekian menit mobil yang mereka tumpangi telah tiba pada rumah yang lebih tepat disebut mansion. Rumah yang sekarang akan Lyshi tinggali untuk berberapa Minggu ini sangat besar dengan taman bunga beraneka macam di depannya. Lyshi tak pernah menyangka akan tinggal di bangunan itu untuk beberapa waktu ke depan. Sebenarnya ada sedikit rasa senang yang terselip di hatinya."Turun, Ly. Kamu nggak mau t

    Terakhir Diperbarui : 2021-07-23
  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   10 ) Terabai

    Jam istirahat sudah terlewati. Sekarang pelajaran kembali dimulai. Biasanya Lyshi akan sangat senang dan serius dengan pelajaran sejarah. Namun lagi-lagi dirinya hanya asik melamun, entah apa yang mengganggu pikirannya saat ini.Lyshi linglung. Ia sesekali menatap jam di dinding kelas. Setiap detik, setiap menit terus bergerak dan berlalu.Gadis itu menatap buku paket di depannya dengan malas. Kemudian matanya berbinar setelah melihat ke arah tas punggungnya yang tampak sedikit terbuka, di sana terpampang satu botol yogurt berukuran kecil.Senyum tergelincir di wajahnya. Dengan cekatan ia menyedot minuman favoritnya menggunakan sedotan.Zoya, gadis yang sebangku dengannya membolakan mata. Mau cari mati, sungut Zoya dalam hati. Bisa-bisanya ia minum di kelas ketika pelajaran sedang berlangsung, dan tentunya tanpa seizin guru mapel.Slrupp ....Mendengar suara aneh, pria dengan tubuh jangkung mengerlingkan pandangannya menata

    Terakhir Diperbarui : 2021-08-07
  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   11 ) Bubur Rasa Cinta

    "Assalamualaikum."Suara salam tersebut menggema di dalam rumah bernuansa putih itu.Seorang perempuan dengan piama tidurnya menghampiri pemilik suara."Oy, udah pulang?" tanya perempuan yang tak lain adalah Dara."Hn."Dara menelisik mencari keberadaan seseorang, rasanya ada yang ganjal. "Oy guguk, mana Lyshi?"Oh tidak, Bian lupa harus pulang bersama Lyshi."Freya sialan!" batinnya meruntuk.Ini semua karena Freya, tapi Bian yang lebih keterlaluan, bisa-bisanya dia melupakan Lyshi. Bian merasa tambah bersalah mengingat derasnya hujan sore ini.Tak kunjung mendapat respon dari adiknya, Dara kembali bertanya dengan menaikkan oktaf suaranya. "GUK, MANA LYSHI? "Nggak tau.""Nggak tau gimana? Seharusnya Lyshi pulang sama lo," ujar Dara mengernyitkan dahi."Gue lupa. Lyshi ketinggalan."Entahlah, Dara tak tahu mengapa adiknya bisa sebodoh itu. Ketinggalan? Memangnya Lyshi barang, sunggu

    Terakhir Diperbarui : 2021-09-17
  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   1 ) Pertemuan

    Nascherly Aurora Oshi, gadis polos nan ceroboh yang kerap dipanggil Lyshi. Ia merupakan anak pertama dari pasangan Regina Ahulqi dengan Fandinol Al Oshi.Menjadi anak pertama tentunya harus menjadi panutan bagi adiknya. Tapi Lyshi tidak, justru adiknya yang memberi panutan untuknya. Nalyera Aululia Oshi, dia adalah adik kembar Lyshi, umur keduanya juga tak berpaut jauh hanya 7 menit saja.Wajah Lyshi dan saudari kembarnya memanglah mirip, orang awam yang baru mengenal mereka pasti akan kesulitan membedakan mana yang Lyshi dan mana yang Era. Padahal jika dilihat lebih teliti wajah Lyshi lebih unik daripada Era, karena ia memiliki lesung dagu yang akan nampak jika sedang berbicara maupun tersenyum.Pagi itu kediaman Fandi dihebohkan oleh kelakuan Lyshi dan Era. Entah dimana perginya otak mereka pagi itu, intinya dua saudari kembar itu membuat Fandi dan Reha panik. Bagaimana tidak? Keduanya berada di atas pohon jambu air yang sedang berbuah lebat. "

    Terakhir Diperbarui : 2021-05-16

Bab terbaru

  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   11 ) Bubur Rasa Cinta

    "Assalamualaikum."Suara salam tersebut menggema di dalam rumah bernuansa putih itu.Seorang perempuan dengan piama tidurnya menghampiri pemilik suara."Oy, udah pulang?" tanya perempuan yang tak lain adalah Dara."Hn."Dara menelisik mencari keberadaan seseorang, rasanya ada yang ganjal. "Oy guguk, mana Lyshi?"Oh tidak, Bian lupa harus pulang bersama Lyshi."Freya sialan!" batinnya meruntuk.Ini semua karena Freya, tapi Bian yang lebih keterlaluan, bisa-bisanya dia melupakan Lyshi. Bian merasa tambah bersalah mengingat derasnya hujan sore ini.Tak kunjung mendapat respon dari adiknya, Dara kembali bertanya dengan menaikkan oktaf suaranya. "GUK, MANA LYSHI? "Nggak tau.""Nggak tau gimana? Seharusnya Lyshi pulang sama lo," ujar Dara mengernyitkan dahi."Gue lupa. Lyshi ketinggalan."Entahlah, Dara tak tahu mengapa adiknya bisa sebodoh itu. Ketinggalan? Memangnya Lyshi barang, sunggu

  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   10 ) Terabai

    Jam istirahat sudah terlewati. Sekarang pelajaran kembali dimulai. Biasanya Lyshi akan sangat senang dan serius dengan pelajaran sejarah. Namun lagi-lagi dirinya hanya asik melamun, entah apa yang mengganggu pikirannya saat ini.Lyshi linglung. Ia sesekali menatap jam di dinding kelas. Setiap detik, setiap menit terus bergerak dan berlalu.Gadis itu menatap buku paket di depannya dengan malas. Kemudian matanya berbinar setelah melihat ke arah tas punggungnya yang tampak sedikit terbuka, di sana terpampang satu botol yogurt berukuran kecil.Senyum tergelincir di wajahnya. Dengan cekatan ia menyedot minuman favoritnya menggunakan sedotan.Zoya, gadis yang sebangku dengannya membolakan mata. Mau cari mati, sungut Zoya dalam hati. Bisa-bisanya ia minum di kelas ketika pelajaran sedang berlangsung, dan tentunya tanpa seizin guru mapel.Slrupp ....Mendengar suara aneh, pria dengan tubuh jangkung mengerlingkan pandangannya menata

  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   9 ) Keluarga Sesungguhnya

    Beberapa jam yang lalu keluarganya baru saja terbang menuju negara orang untuk waktu yang terbilang cukup lama bagi Lyshi.Selepas dari bandara, Lyshi terlihat muram dan tak hiperaktif seperti biasanya.Bian bisa merasakan rasa khawatir yang menyelimuti mobil itu. Ketika dia mengedarkan pandangannya ke arah Lyshi, dia bisa merasakan energi kesedihan yang mengerubungi sahabat perempuannya."Ly. Mau beli yogurt dulu?"Gadis itu menoleh, lantas menggeleng pelan. Melihat itu Bian hanya bisa menghembuskan napasnya pasrah.Persekian menit mobil yang mereka tumpangi telah tiba pada rumah yang lebih tepat disebut mansion. Rumah yang sekarang akan Lyshi tinggali untuk berberapa Minggu ini sangat besar dengan taman bunga beraneka macam di depannya. Lyshi tak pernah menyangka akan tinggal di bangunan itu untuk beberapa waktu ke depan. Sebenarnya ada sedikit rasa senang yang terselip di hatinya."Turun, Ly. Kamu nggak mau t

  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   8 ) Ditinggal Lagi?

    Sejak bel istirahat tidak ada satupun guru yang masuk ke kelas Lyshi, jadilah gadis itu dengan bahagia bisa tidur di bangkunya. Hal itu membuat Zoya dan Minnie menggeleng-gelengkan kepala.Kini bel sekolah telah berbunyi, membuat Lyshi yang tadinya masih menjelajah alam mimpi tersentak bangun. Gadis itu menatap seisi kelas yang bersiap-siap untuk pulang.Lyshi menguap, mengusap matanya yang masih mengantuk. Zoya tersenyum kecil, sahabat perempuannya tak pernah berubah dari dulu, gemar sekali tidur sembarangan."Gue balik duluan." Minnie melambaikan tangannya sebelum berjalan keluar.Kini tinggal Lyshi dan Zoya di dalam kelas. Zoya menggoyangkan bahu Lyshi karena gadis itu kembali memejamkan matanya. "Ly. Ayo pulang."Lyshi bebal. Gadis itu masih enggan beranjak dari posisi tidurnya.Zoya menghela napa gusar. "Bangun, Ly," ujarnya menepuk-nepuk pipi Lyshi, berharap agar gadis itu terbangun dari tidurnya."Zoya pulang duluan aja.

  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   7 ) Pesona Bian Putra Mahadewa

    Hari pertama menuju jenjang Sekolah Menengah Pertama, membuat Lyshi harus bangun lebih awal.Masih dengan wajah mengantuk, Lyshi memakai seragam barunya. Walau matanya sesekali terpejam, seragam itu tetap terpasang rapi di tubuhnya.Dengan malas ia mengkuncir satu rambutnya. Lyshi membawa kakinya ke depan cermin untuk melihat penampilan barunya. Sudut bibirnya terangkat melihat pantulan dirinya di dalam cermin.Seragam itu melekat apik pada tubuh mungilnya. Wajahnya terlihat natural tanpa polesan apapun."Seragamnya cocok banget sama Lyshi. Berasa lihat bidadari, Lyshi tuh." Lyshi memutar tubuhnya beberapa kali, senyum kembali tergelincir dari bibir tipisnya."Ma, pa, bang. Lyshi cantik, kan?" gadis itu memekikkan suaranya setelah menginjakkan kaki di ruang makan.Serentak mereka menoleh. Fokus sarapan mereka tersita oleh suara keras Lyshi."Iya. Anak papa cantik."Ana tersenyum. "Wah, cantiknya anak mam

  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   6 ) Kegelisahan Hati

    Bian menatap langit-langit kamarnya. Di sinilah dia berada. Bian memang sedang mencoba menghindari Lyshi. Lebih tepatnya dia ingin mengetahui apakah sahabat perempuannya akan merasa kehilangan jika dia menjauhinya atau tidak. Tapi jawabannya masih semu, Lyshi sama sekali tak peka, gadis itu tidak sadar jika Bian menjauhinya.Bian tahu, seharusnya dia tak perlu melakukan tindakan sejauh ini. Bian hanya berpikir, pasti Lyshi akan merasa berbeda jika dia tak berada di sampingnya, tapi kenyataannya apa? Justru dia yang merasakan kegelisahan itu.Lelaki itu termenung. Memikirkan kemungkinan yang akan terjadi jika dia tetap menjauhi Lyshi. Memikirkan hal itu, Bian langsung memejamkan matanya dan menggeleng pelan, berusaha menghilangkan bayangan tersebut.Bian tahu betul bagaimana sifat sahabatnya. Dan itu semua pasti akan berpengaruh terhadap tindakannya tersebut. Bian tak akan pernah membiarkan hal dalam bayangannya terjadi.Bian kembali membuka mata. Me

  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   5 ) 10 Tahun Berlalu

    Beberapa tahun berlalu. Lyshi, gadis yang dahulu berada di keterpurukan kini sudah bangkit dan berubah kepribadian menjadi gadis ceria.Usianya kini sudah menginjak angka 15, saat-saat dimana ia mulai memasuki masa SMA. Masa terindah kalau kata orang-orang.Gadis itu turun dari lantai atas dimana kamarnya berada, penampilannya membuat perut serasa menggelitik. Rambut dikepang dua dengan seragam putih biru, itu masih berada dibatas wajar. Kali ini sudah tak wajar, di lehernya terpampang kalung berbandul terong ungu, tak lupa gelang berbahan dasar kacang panjang yang melingkar di tangan kirinya.Tawa menggeleger menyambut kehadiran Lyshi. Dika-lelaki yang notabene adalah kakak tirinya tertawa terpingkal, saking parahnya sampai memukul-mukul meja makan."Hahaha ..... lihat ma, Lyshi jualan sayur." Dika beranjak dari duduknya, kemudian mengintari tubuh adiknya.Lyshi merotasikan bola matanya. "Ma, lihat tuh abang," adu Lyshi pada Ana.Hubungan m

  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   4 ) Pergi

    Matahari telah kembali ke peraduannya, menebarkan rona keemasan di langit cerah. Menyebarkan cahayanya ke seluruh penjuru negeri.Siang itu matahari bersinar dengan terik, seterik jiwa Lyshi.Hari ini menjadi hari yang sangat ingin Lyshi hindari, meski ia tahu tak akan bisa menghindarinya.Tak terasa penceraian kedua orang tuanya telah terjadi, baru saja hakim memukul palu, mengumumkan putusnya hubungan sakral kedua orang tuanya. Hubungan Fandi dan Reha kini hanya sebatas angan, telah usai dan tak akan bisa kembali seperti semula.Sedari sidang Lyshi hanya diam, ia tak sanggup melontarkan kata. Perpisahan kedua orang tuanya membuatnya amat terpukul, dadanya sesak menerima fakta penceraian itu.Fandi menatap pundak Lyshi, putri sulungnya terus saja menunduk. "Lyshi, jangan nunduk terus. Papa minta maaf, tapi semuanya sudah terjadi, kamu harus berusaha menerima," ujarnya membelai surai kecoklatan putrinya.Lyshi tak menanggapi. Reha rasa dia p

  • Sahabat Beda Gender 《LyBi》   3 ) Dunia Runtuh

    "Lyshi! Kamu sama Era kemana? Kenapa nggak ada dirumah!" geram orang di sebrang sana.Lyshi menjauhkan telinga dari smartwarchnya. Si penelpon itu adalah papanya. "Iya pa, bentar lagi juga pulang kok," ujarnya dengan kesal, padahal ia sedang asik bermain dengan Rama, malah direcokiFandi menghela napas. "Jangan iya-iya terus. Sekarang kamu dimana? Kasih tahu lokasinya ke papa! Mama nyariin kalian," tanya Fandi dengan nada khawatirGadis itu menghembuskan napas berat. "Di lapangan yang kemarin," tutur Lyshi memutusakan panggilan secara sepihak.Rama yang sedari tadi menyimak akhirnya bertanya. "Siapa, Ra?""Papa," ucap Lyshi dengan lesu.Rama menganggukkan kepalanya. "Kamu ke sini nggak izin dulu?" Rama kembali bertanya. Entahlah, Lyshi rasa sekarang lelaki itu banyak bicara.Gadis itu hanya menjawab dengan cengiran kecil.Suasana kembali hening, hanya angin sopoi-sopoi yang berpartisipasi meramaikan suasana siang itu.Hingga suar

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status