Share

97. Berlatih sabar

"Aku buatkan teh manis untukmu," Berlin menyodorkan secangkir teh panas pada Devan yang tengah sibuk membolak-balikkan berkas yang menumpuk di mejanya.

"Hm!" jawab Devan singkat tanpa menoleh sedikit pun pada Berlin yang tengah tersenyum padanya.

'Devan masih marah padaku?' batin Anna merasa tak enak hati pada Devan karena dirinya terus saja memancing amarah Devan.

"Kau sudah minum obatmu? Kapan dokter akan datang kemari? Aku belum mendapatkan jadwal pemeriksaan yang baru setelah kita pindah kemari," cetus Berlin mencoba membuka perbincangan dengan Devan.

"Maaf, Sayang. Aku sedang ada pekerjaan, kau bisa tidur sekarang jika kau sudah mengantuk," ujar Devan tanpa melirik ke arah Berlin.

Berlin menggigit bibir bawahnya sembari menatap sebal ke arah Devan yang nampak sengaja mengacuhkan dirinya. "Aku belum mengantuk. Kau ingin camilan malam? Ingin kubuatkan sesuatu?" tawar Berlin.

"Tidak perlu membuang waktu untuk hal yang tidak perlu. Istirahat saja," titah Devan.

"Aku belum mengantuk.
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status