Share

85. Gelisah

"Devan, besok kau mempunyai jadwal terapi lagi, kan?" tanya Berlin pada Devan yang tengah duduk termenung di dalam kamar seorang diri sembari menatap kosong ke arah jendela.

Devan hanya diam tak menanggapi pertanyaan sang kekasih. Pria itu sibuk dengan pikirannya sendiri, membayangkan bagaimana ia bisa melakukan semua hal seorang diri tanpa bantuan Vernon lagi sekarang.

"Devan, kau mau jus jeruk?" tanya Berlin mencoba menghibur Devan yang tengah bersedih hati karena Vernon.

"Hm? Jus jeruk? Boleh aku minta susu saja?" tukas Devan.

"Susu apa?" tanya Berlin dengan polosnya.

"Susa apa lagi?" goda Devan sembari mencolek dagu Berlin.

"Devan, hentikan!" omel Berlin sembari menjitak pelan kepala Devan.

"Bagaimana kalau kita pulang saja?" ajak Devan tiba-tiba.

"Pulang?" tanya Berlin dengan dahi berkerut.

"Pendidikanmu terhambat karena aku, kan? Aku ... akan mengembalikan beasiswamu. Kembalilah ke kampus, Berlin. Aku akan mendukung pendidikanmu," ujar Devan pada sang kekasih.

"Aku tidak terlalu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status