Share

Bab 5. 11 Des

Clara mengangguk pelan.

Olivia yang melihat drama ini hanya bisa tersenyum mengejek. Siapa sangka kakak tirinya akan menikah dengan pria miskin dari desa.

"Bagus deh, karena keduanya setuju. Lalu bagaimana dengan maharnya?" Tanya Reni buru-buru.

Rudi yang mendengarnya langsung melotot ke arah Reni.

"Apa? Pernikahan mereka tinggal beberapa minggu lagi. Jadi wajar saja jika aku menanyakan mahar." Reni memutar bola matanya malas.

"Untuk mahar saya serahkan semua keputusan kepada Clara, Om Tante." Ucap Keanu.

Reni menatap Clara, "Clara, berapa mahar yang kamu minta. Yang banyak loh ya, soalnya kamu anak kota."

Clara berfikir sejenak. Ia paham akan kondiri finansial dari Keanu, jadi dia berkata dengan pelan, "Untuk mahar, aku ingin nominal sebesar tanggal lahirku. 11 Desember."

Clara tidak mau memberikan nominal yang akan menyulitkan Keanu mengingat dia hanya petani desa.

...

Pada pagi hari, keluarga Sanjaya disibukkan dengan persiapan untuk pernikahan Clara dan Keanu yang akan berlangsung besok.

Clara tengah sibuk mengemas souvernir untuk dibagikan kepada tamu undangan mempelai. Ditengah aktivitasnya, ponsel yang berada di sampingnya berbunyi, pertanda ada yang menelfon.

Clara melirik layar ponselnya, menghela nafas berat, lalu mengambilnya dengan malas, dan menggeser tombol hijau, "Halo."

"Clara, aku ingin bertemu. Aku ingin meminta maaf atas sikapku selama ini." Ucap Aldo dari seberang telepon.

Clara mengernyit dahinya, tidak biasanya dia meminta maaf seperti ini.

"Aku tidak bisa keluar, lagipula aku sudah memaafkanmu. Jadi kita tidak perlu bertemu lagi."

"Clara, aku mohon, aku ingin menebus dengan mentraktirmu makanan kesukaanmu."

Clara berfikir sebentar, dari nada suara Aldo, terdengar dia mengatakannya dengan tulus.

Clara akhirnya menghela nafas panjang, "Baiklah, kirim alamatnya."

Tak lama kemudian, Aldo mengirim sebuah pesan yang memberitahukan tentang tempat makan yang akan mereka datangi.

Pada saat itu, Clara pun mengambil tasnya dan keluar dari rumah. Namun saat ia tengah menunggu taksi, suara notif pesan masuk terdengar dari ponselnya.

Saat Clara hendak mengambil ponselnya, taksi yang dia pesan datang pada saat itu, sehingga dia mengabaikan ponselnya dan masuk ke dalam taksi. Pergi ke tempat yang ia tuju.

Sesampainya di sebuah restoran yang berada di pusat kota, Clara tampak melihat Aldo yang tengah duduk sendiri dengan dua minuman di depannya. Ia pun berjalan perlahan menghampirinya.

"Clara." Panggil Aldo saat ia mengangkat kepalanya, "Ayo duduk." Sambungnya.

Clara pun mengangguk lalu duduk di seberang Aldo. Ia menundukkan kepalanya menatap secangkir vanilla latte di depannya.

"Bukannya kamu tidak suka kopi, karena itu memesankan latte untukmu." Ucap Aldo sambil menyesap kopinya.

"Iya terima kasih." Clara secara intens menatap Aldo dengan waspada, mencoba menemukan sesuatu yang coba ia sembunyikan.

Namun, dari dia datang sampai sekarang dia tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan, tetapi tetap saja ia merasa aneh.

"Clara, untuk kesalah pahaman kemarin aku meminta maaf untuk semuanya. Dan sebenarnya aku masih mengharapkanku untuk kembali." Ucap Aldo sambil menundukkan kepalanya, menunjukkan betapa menyesalnya dia.

"Aldo, aku tidak bisa, aku ... "

"Aku tahu aku tahu, aku hanya berharap semoga pernikahanmu berjalan sesuai rencana ya."

Sebenarnya ini juga sulit bagi Clara, dia harus menikah dengan pria yang sama sekali tidak ia ketahui kepribadiannya.

"Minumlah dulu Clara, kita akan pesan makanan setelah pelayan kemari." Ucap Aldo mencoba mencairkan suasana yang terasa agak canggung.

Clara pun tersenyum tipis, mengambil latte di depannya, dan menyesap secara perlahan.

"Bagaimana? Enak?" Tanya Aldo dengan antusias.

Clara tersenyum sambil mengangguk, "Sepertinya aku akan sering datang kemari lain kali."

"Kalau begitu habiskan saja, nanti aku pesankan lagi dua kalau kamu suka."

Clara menggeleng sambil tersenyum, "Jangan terlalu berlebihan."

Saat Clara hendak menyesapnya lagi, tiba-tiba kepalanya terasa berat dan semuanya tampak berputar.

"Clara? Kamu kenapa?" Tanya Aldo.

"Aku ... " Sebelum Clara bisa menyelesaikan kalimatnya, kepalanya sudah ambruk di meja namun matanya masih sedikit terbuka.

Meskipun dalam keadaan buram, dia bisa melihat Aldo tersenyum lebar ke arahnya. Apa yang sudah dilakukan Aldo, apa dia memasukkan sesuatu ke dalam minumannya.

...

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status