Share

Bab 2. Kesal

Clara membulatkan matanya dengan sempurna, dia tidak menyangka bahwa Aldo akan mengatakan hal seperti ini tentang dirinya.

Ternyata di mata Aldo, dirinya adalah wanita yang bisa ia manfaatkan untuk mengurus dirinya saja, bukan pasangan yang seharusnya saling menghormati. Ditambah lagi, dipikirannya masih ada wanita lain yang ingin ia ajak bersenang-senang!

Clara mengusap kedua pipinya yang basah dengan kasar, lalu pergi meninggalkan Aldo sendirian.

...

Sesampainya di dalam rumah, langkah kaki Clara terhenti ketika ponselnya bergetar. Dia dengan cepat mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya dan terlihat nama ALDO muncul di atas layar.

Clara segera mematikan ponselnya dan hendak bergegas ke kamarnya. Menurutnya, hubungan dirinya dengan Aldo sudah berakhir sekarang. Dia tidak bisa jika harus menikah dengan pria yang egois seperti dia.

"Clara..."

Sebelum Clara melangkahkan kakinya lagi, suara seorang wanita menghentikan langkahnya. Dia adalah Reni, ibu tiri Clara, dan dia memiliki seorang anak perempuan dengan pernikahannya sebelumnya.

Clara menoleh ke sumber suara dan menunggu Reni yang berjalan ke arahnya.

"Semua undangan sudah siap dan nanti sore akan di sebar, semua temanmu sudah tercatat semua kan?"

Clara menatap Reni dengan ragu, bagaimana dia menjelaskan kepadanya bahwa Aldo sudah membatalkan pernikahan mereka secara sepihak.

"Clara." Panggil Reni yang mulai kesal karena Clara tidak kunjung menjawabnya.

"Mama, begini ..." Clara menelan salivanya dengan kasar beberapa kali, "Aldo membatalkan pernikahannya."

"Apa?!" Reni membulatkan matanya dengan sempurna, "Bagaimana bisa, apa yang sudah kamu lakukan sampai-sampai dia tidak mau menikah denganmu!"

Yah, beginilah ibu tirinya, dia selalu menyudutkannya tanpa mau mendengar dulu penjelasannya.

"Apa kamu tidak berfikir apa yang akan keluargamu alami jika pernikahanmu batal! Hah!" Teriak Reni sambil mendorong kepala Clara dengan jari telunjuknya.

Clara hanya diam saja mematung sambil menundukkan kepalanya. Sesekali dia mengusap pipinya yang basah dengan kasar.

Dia menangis bukan karena perlakuan Reni yang kasar terhadapnya, tetapi akan nasibnya yang harus seperti ini. Baginya, perlakuan Reni bukanlah apa-apa karena mungkin dia sudah terbiasa dengan sifatnya.

"Cepat telepon Aldo dan minta maaf padanya, jangan gara-gara kamu semuanya berantakan."

"Tapi ma, dia ... "

"Apanya yang tapi tapi! Hah! Kamu harus menikah sebelum adikmu menikah!"

Sebenarnya, alasan dibalik kenapa Clara harus segera menikah adalah karena adik tirinya, Olivia ingin menikah awal tahun dengan kekasihnya, jadi keluarganya terus memaksanya untuk menikah secepatnya. Sebenarnya dirinya tidak masalah jika Olivia menikah lebih dulu, tetapi Reni bersikeras agar dirinya yang harus menikah dahulu karena dirinya lebih tua.

Reni berkata dia tidak mau nama keluarganya menjadi pembicaraan masyarakat karena keputusan ini, dan katanya jika sang adik mendahului kakak maka pernikahan mereka akan membawa sial.

"Tapi Aldo sudah ... "

"Cepat telepon Aldo sekarang!" Teriak Reni yang sudah frustasi menghadapi sikap keras kepala Clara.

...

Malam hari, di ruang tamu keluarga Sanjaya.

"Nak Aldo, apakah benar kamu ingin membatalkan pernikahanmu dengan Clara." Rudi Sanjaya, Ayah Clara bertanya dengan Aldo yang duduk di depannya.

Aldo melirik sekilas ke arah Clara dengan tatapan bingung lalu kembali menatap Rudi, "Tidak, Paman. Punya alasan apa aku sampai harus membatalkan pernikahannya. Justru aku kemari ingin bertanya kepada Clara alasan dia meninggalkanku di cafe setelah mengatakan tidak ingin menikah denganku."

Clara mendongakkan kepalanya, menoleh ke arah Aldo dengan tatapan tidak percaya. Apa yang Aldo katakan?

Rudi menatap Clara dengan tatapan tajam sambil berkata, "Bisa kamu jelaskan, Clara."

"Ayah, aku sudah menjelaskan semuanya tadi."

Sebelum keluarga Aldo datang, Clara sudah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, dia tidak mengatakan tentang Aldo yang sempat mengajaknya tidur bersama.

"Clara, apa kamu marah denganku, apa salahku, Clara? Aku bisa memperbaikinya." Aldo menatap Clara dengan tatapan sendu.

Clara menatap Aldo dingin. Sepertinya Aldo ingin mengkambinghitamkan dirinya dan membuat seolah-olah dirinya yang bersalah.

"Aldo, setelah aku kembali dari kamar mandi, aku sudah mendengar pembicaraanmu ditelepon."

Mendengar itu, Aldo tanpa sadar menetralkan ekspresi wajahnya. Dan ekspresi sedih yang ia tunjukan tadi hilang entah kemana.

"Kamu membicarakanku bersama temanmu, aku tahu semuanya."

Rudi dan Reni secara bersamaan menoleh menatap Aldo, menunggu jawaban dari pria ini.

"Clara, aku hanya bercanda saja dengannya." Aldo menoleh ke arah Rudi, "Paman, apa paman tidak pernah membicarakan Bibi kepada teman-teman paman, aku sangat mencintai Clara, jadi aku memujinya di depan temanku."

"Bohong!" Clara berteriak sambil berdiri.

Dia sudah muak dengan Aldo yang terus berbohong. Dia sama sekali tidak terdengar seperti memujinya, tetapi merendahkannya.

"Clara, duduk!" Rudi menatap Clara dengan tajam yang membuat Clara mau tidak mau duduk kembali.

"Aldo, aku tetap akan menurutimu dengan membatalkan pernikahan kita."

Aldo mengernyitkan dahinya menatap Clara, beraninya dia membatalkannya seperti ini.

"Clara, aku tidak pernah ingin membatalkan pernikahan kita. Dan kalaupun kamu berfikir seperti itu, aku minta maaf padamu atas semuanya. Tapi tolong, kita tetap menikah ya."

Reni yang dari tadi hanya diam saja akhirnya membuka mulutnya, "Clara, persiapan semua sudah beres. Tidak baik untuk membatalkan pernikahannya. Dan ingat, adikmu juga sebentar lagi akan menikah."

Clara menggelengkan kepalanya, "Keputusanku sudah bulat, aku tidak mau menikah dengannya."

Setelah mengatakan itu, Clara berdiri dari sofa dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, mengabaikan teriakan Rudi dari bawah.

"Clara!" Rudi berteriak untuk menghentikan Clara. Namun aksinya tidak bisa membuat anaknya itu berhenti.

"Paman, bagaimana ini?" Tanya Aldo bingung.

Rudi mengusap wajahnya dengan kasar, dan berkata, "Sepertinya kalian memang tidak berjodoh." Ucapnya lemah.

"Tapi paman, aku sangat mencintai Clara."

"Paman mengerti, tapi aku tidak bisa memaksa Clara. Tetapi aku akan mencoba membujuknya, ya."

Mendengar itu, Aldo tersenyum pasrah lalu permisi untuk pamit kepada Rudi dam Reni.

Begitu Aldo memasuki mobilnya, dia memukul-mukul setir mobil dengan keras, "Clara sialan. Beraninya dia memperlakukanku seperti ini."

Sebenarnya dia tidak benar-benar ingin membatalkan pernikahan mereka. Dirinya hanya ingin menggertak Clara agar wanita itu menuruti keinginannya. Tapi siapa sangka semuanya akan kacau seperti ini.

Aldo mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, mencari nama Clara dan mencoba untuk memanggilnya. Sudah beberapa kali Aldo mencoba menghubungi Clara sejak tadi, namun wanita itu tidak juga menjawab panggilannya.

Akhirnya Aldo menulis beberapa pesan kepada Clara, [Clara, aku tahu aku salah. Oke aku minta maaf, tapi kita harus tetap menikah oke.]

"Lihat saja kalau dia tetap saja keras kepala, aku akan memberinya pelajaran setelah menikah." Gumam Aldo sambil menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan Rumah Keluarga Sanjaya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status