Clara membulatkan matanya dengan sempurna, dia tidak menyangka bahwa Aldo akan mengatakan hal seperti ini tentang dirinya.
Ternyata di mata Aldo, dirinya adalah wanita yang bisa ia manfaatkan untuk mengurus dirinya saja, bukan pasangan yang seharusnya saling menghormati. Ditambah lagi, dipikirannya masih ada wanita lain yang ingin ia ajak bersenang-senang! Clara mengusap kedua pipinya yang basah dengan kasar, lalu pergi meninggalkan Aldo sendirian. ... Sesampainya di dalam rumah, langkah kaki Clara terhenti ketika ponselnya bergetar. Dia dengan cepat mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya dan terlihat nama ALDO muncul di atas layar. Clara segera mematikan ponselnya dan hendak bergegas ke kamarnya. Menurutnya, hubungan dirinya dengan Aldo sudah berakhir sekarang. Dia tidak bisa jika harus menikah dengan pria yang egois seperti dia. "Clara..." Sebelum Clara melangkahkan kakinya lagi, suara seorang wanita menghentikan langkahnya. Dia adalah Reni, ibu tiri Clara, dan dia memiliki seorang anak perempuan dengan pernikahannya sebelumnya. Clara menoleh ke sumber suara dan menunggu Reni yang berjalan ke arahnya. "Semua undangan sudah siap dan nanti sore akan di sebar, semua temanmu sudah tercatat semua kan?" Clara menatap Reni dengan ragu, bagaimana dia menjelaskan kepadanya bahwa Aldo sudah membatalkan pernikahan mereka secara sepihak. "Clara." Panggil Reni yang mulai kesal karena Clara tidak kunjung menjawabnya. "Mama, begini ..." Clara menelan salivanya dengan kasar beberapa kali, "Aldo membatalkan pernikahannya." "Apa?!" Reni membulatkan matanya dengan sempurna, "Bagaimana bisa, apa yang sudah kamu lakukan sampai-sampai dia tidak mau menikah denganmu!" Yah, beginilah ibu tirinya, dia selalu menyudutkannya tanpa mau mendengar dulu penjelasannya. "Apa kamu tidak berfikir apa yang akan keluargamu alami jika pernikahanmu batal! Hah!" Teriak Reni sambil mendorong kepala Clara dengan jari telunjuknya. Clara hanya diam saja mematung sambil menundukkan kepalanya. Sesekali dia mengusap pipinya yang basah dengan kasar. Dia menangis bukan karena perlakuan Reni yang kasar terhadapnya, tetapi akan nasibnya yang harus seperti ini. Baginya, perlakuan Reni bukanlah apa-apa karena mungkin dia sudah terbiasa dengan sifatnya. "Cepat telepon Aldo dan minta maaf padanya, jangan gara-gara kamu semuanya berantakan." "Tapi ma, dia ... " "Apanya yang tapi tapi! Hah! Kamu harus menikah sebelum adikmu menikah!" Sebenarnya, alasan dibalik kenapa Clara harus segera menikah adalah karena adik tirinya, Olivia ingin menikah awal tahun dengan kekasihnya, jadi keluarganya terus memaksanya untuk menikah secepatnya. Sebenarnya dirinya tidak masalah jika Olivia menikah lebih dulu, tetapi Reni bersikeras agar dirinya yang harus menikah dahulu karena dirinya lebih tua. Reni berkata dia tidak mau nama keluarganya menjadi pembicaraan masyarakat karena keputusan ini, dan katanya jika sang adik mendahului kakak maka pernikahan mereka akan membawa sial. "Tapi Aldo sudah ... " "Cepat telepon Aldo sekarang!" Teriak Reni yang sudah frustasi menghadapi sikap keras kepala Clara. ... Malam hari, di ruang tamu keluarga Sanjaya. "Nak Aldo, apakah benar kamu ingin membatalkan pernikahanmu dengan Clara." Rudi Sanjaya, Ayah Clara bertanya dengan Aldo yang duduk di depannya. Aldo melirik sekilas ke arah Clara dengan tatapan bingung lalu kembali menatap Rudi, "Tidak, Paman. Punya alasan apa aku sampai harus membatalkan pernikahannya. Justru aku kemari ingin bertanya kepada Clara alasan dia meninggalkanku di cafe setelah mengatakan tidak ingin menikah denganku." Clara mendongakkan kepalanya, menoleh ke arah Aldo dengan tatapan tidak percaya. Apa yang Aldo katakan? Rudi menatap Clara dengan tatapan tajam sambil berkata, "Bisa kamu jelaskan, Clara." "Ayah, aku sudah menjelaskan semuanya tadi." Sebelum keluarga Aldo datang, Clara sudah menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Namun, dia tidak mengatakan tentang Aldo yang sempat mengajaknya tidur bersama. "Clara, apa kamu marah denganku, apa salahku, Clara? Aku bisa memperbaikinya." Aldo menatap Clara dengan tatapan sendu. Clara menatap Aldo dingin. Sepertinya Aldo ingin mengkambinghitamkan dirinya dan membuat seolah-olah dirinya yang bersalah. "Aldo, setelah aku kembali dari kamar mandi, aku sudah mendengar pembicaraanmu ditelepon." Mendengar itu, Aldo tanpa sadar menetralkan ekspresi wajahnya. Dan ekspresi sedih yang ia tunjukan tadi hilang entah kemana. "Kamu membicarakanku bersama temanmu, aku tahu semuanya." Rudi dan Reni secara bersamaan menoleh menatap Aldo, menunggu jawaban dari pria ini. "Clara, aku hanya bercanda saja dengannya." Aldo menoleh ke arah Rudi, "Paman, apa paman tidak pernah membicarakan Bibi kepada teman-teman paman, aku sangat mencintai Clara, jadi aku memujinya di depan temanku." "Bohong!" Clara berteriak sambil berdiri. Dia sudah muak dengan Aldo yang terus berbohong. Dia sama sekali tidak terdengar seperti memujinya, tetapi merendahkannya. "Clara, duduk!" Rudi menatap Clara dengan tajam yang membuat Clara mau tidak mau duduk kembali. "Aldo, aku tetap akan menurutimu dengan membatalkan pernikahan kita." Aldo mengernyitkan dahinya menatap Clara, beraninya dia membatalkannya seperti ini. "Clara, aku tidak pernah ingin membatalkan pernikahan kita. Dan kalaupun kamu berfikir seperti itu, aku minta maaf padamu atas semuanya. Tapi tolong, kita tetap menikah ya." Reni yang dari tadi hanya diam saja akhirnya membuka mulutnya, "Clara, persiapan semua sudah beres. Tidak baik untuk membatalkan pernikahannya. Dan ingat, adikmu juga sebentar lagi akan menikah." Clara menggelengkan kepalanya, "Keputusanku sudah bulat, aku tidak mau menikah dengannya." Setelah mengatakan itu, Clara berdiri dari sofa dan berjalan menaiki tangga menuju kamarnya, mengabaikan teriakan Rudi dari bawah. "Clara!" Rudi berteriak untuk menghentikan Clara. Namun aksinya tidak bisa membuat anaknya itu berhenti. "Paman, bagaimana ini?" Tanya Aldo bingung. Rudi mengusap wajahnya dengan kasar, dan berkata, "Sepertinya kalian memang tidak berjodoh." Ucapnya lemah. "Tapi paman, aku sangat mencintai Clara." "Paman mengerti, tapi aku tidak bisa memaksa Clara. Tetapi aku akan mencoba membujuknya, ya." Mendengar itu, Aldo tersenyum pasrah lalu permisi untuk pamit kepada Rudi dam Reni. Begitu Aldo memasuki mobilnya, dia memukul-mukul setir mobil dengan keras, "Clara sialan. Beraninya dia memperlakukanku seperti ini." Sebenarnya dia tidak benar-benar ingin membatalkan pernikahan mereka. Dirinya hanya ingin menggertak Clara agar wanita itu menuruti keinginannya. Tapi siapa sangka semuanya akan kacau seperti ini. Aldo mengeluarkan ponselnya dari saku celananya, mencari nama Clara dan mencoba untuk memanggilnya. Sudah beberapa kali Aldo mencoba menghubungi Clara sejak tadi, namun wanita itu tidak juga menjawab panggilannya. Akhirnya Aldo menulis beberapa pesan kepada Clara, [Clara, aku tahu aku salah. Oke aku minta maaf, tapi kita harus tetap menikah oke.] "Lihat saja kalau dia tetap saja keras kepala, aku akan memberinya pelajaran setelah menikah." Gumam Aldo sambil menyalakan mesin mobilnya dan pergi meninggalkan Rumah Keluarga Sanjaya.Di sisi lain, Clara menutup ponselnya setelah membaca pesan dari Aldo. Untuk apa yang dikatakan Aldo sekarang, dia tidak akan mempercayainya lagi. Dia tidak akan menikah dengannya! "Clara buka pintunya!" Tiba-tiba, teriakan Reni datang dari arah pintu. Ya, tentu saja Reni marah akan keputusannya ini. Dia adalah orang yang paling ingin Clara segera menikah agar anak kandungnya, Olivia bisa menikah dengan pacarnya. "Reni tenanglah, biar aku yang berbicara dengan Clara." Terdengar suara Rudi yang mencoba untuk menenangkan Reni. Saat di ruang tamu tadi, Rudi sudah memperhatikan ekspresi tidak suka dari Reni dengan semua jawaban Clara. Jadi itu sebabnya Reni tidak banyak bicara tadi. "Itulah akibatnya kalau kamu terlalu memanjakan anak itu. Lalu bagaimana dengan nasib Olivia jika anakmu itu tidak mau menikah. Lalu bagaimana juga dengan persiapan pernikahan yang sudah dibayar, hah!" "Iya, makanya aku akan membujuknya, biarkan dia sendiri dulu." Tak lama kemudian, suara dari luar akh
Olivia sangat senang mendengar bahwa Clara akan menikah dengan pria desa miskin."Tapi percuma aja tampak kalo miskin."Tanpa diketahui oleh ibu dan anak itu, ternyata Clara saat ini sedang menguping pembicaraan mereka di atas tangga."Jadi dia bukan pria tua?"...Sore harinya, semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu dengan pria asing yang duduk di kursi tunggal. Pria itu mengenakan kemeja putih bersih dan celana hitam, di tambah dengan jam tangan yang tampak kuno.Mata pria itu seperti mata elang namun teduh, memancarkan suasana sejuk saat melihatnya. Dengan bibir tipis yang terlihat sangat menawan saat pria itu tersenyum."Siapa tadi namamu, Nak?" Tanya Rudi setelah beberapa saat hening."Nama saya Keanu, Om."Rudi mengangguk, "Ini namanya Clara, dia yang ingin om perkenalkan dengan kamu."Rudi merangkul pundak Clara lalu menoleh ke arah anak kandungnya itu dan tersenyum, "Bagaimana menurut kamu?"Clara enggan untuk mengatakan apa-apa saat ini. Dia terlalu malas untuk berbic
Clara mengangguk pelan.Olivia yang melihat drama ini hanya bisa tersenyum mengejek. Siapa sangka kakak tirinya akan menikah dengan pria miskin dari desa."Bagus deh, karena keduanya setuju. Lalu bagaimana dengan maharnya?" Tanya Reni buru-buru.Rudi yang mendengarnya langsung melotot ke arah Reni."Apa? Pernikahan mereka tinggal beberapa minggu lagi. Jadi wajar saja jika aku menanyakan mahar." Reni memutar bola matanya malas."Untuk mahar saya serahkan semua keputusan kepada Clara, Om Tante." Ucap Keanu.Reni menatap Clara, "Clara, berapa mahar yang kamu minta. Yang banyak loh ya, soalnya kamu anak kota."Clara berfikir sejenak. Ia paham akan kondiri finansial dari Keanu, jadi dia berkata dengan pelan, "Untuk mahar, aku ingin nominal sebesar tanggal lahirku. 11 Desember."Clara tidak mau memberikan nominal yang akan menyulitkan Keanu mengingat dia hanya petani desa....Pada pagi hari, keluarga Sanjaya disibukkan dengan persiapan untuk pernikahan Clara dan Keanu yang akan berlangsung
Sesampainya di hotel, Aldo membaringkan Clara di tempat tidur, dia memberinya paksa minum dengan setengah cangkir air yang sudah dibubuhi afrodisiak (obat perangsang). Saat itu, Aldo terkekeh dingin saat dia melihat ke arah Clara. "Ini adalah apa yang kamu dapatkan karena mencoba melawanku." Aldo tidak menyangka akan melihat penampilan Clara yang tidak berbusana akan membuatnya bahagia malam ini, "Aku akan menunggu sampai bangun, Clara. Dan kita akan bersenang-senang bersama-sama." Ucap Aldo sambil terkekeh. Sambil menunggu Clara bangun, Aldo sedang bermain-main dengan peralatan yang dibawanya di samping tempat tidur berwarna putih. Saat merencanakan hal ini, dia membeli peralatan yang akan ia gunakan bersama Clara. Di saat yang sama, Clara yang masih linglung, sadar kembali setelah merasakan gelombang panas yang tiba-tiba. Setelah membuka kelopak matanya yang berat secara perlahan, dia dikejutkan oleh lampu gantung hotel yang tampak mewah di atasnya sebelum dia bisa bangun. Kemu
Pada saat ini, dia sedang membuka pintu kamar kecil dengan alat sebelum pintu masuk kamar hotel dibuka. Kemudian, sesosok tubuh yang marah masuk. Saat itu, Keanu tampak seperti setan neraka yang sedang mengunjungi Aldo. Sebelum Aldo sempat bereaksi, Keanu menjatuhkan kakinya ke arahnya dengan ekspresi jijik di wajahnya. Aldo memegang dadanya yang sakit akibat tendangan dari Keanu. Merasa bahwa dirinya dalam bahaya, Aldo mencoba untuk melarikan diri saat semuanya tidak memperhatikannya. Manajer segera meminta karyawannya untuk membuka kunci pintu sesuai instruksi Keanu, karena Clara kehilangan kesadaran di kamar mandi. Para karyawan kembali dengan tergesa-gesa dalam satu menit dengan membawa kunci sebelum mereka membuka kunci pintu kamar mandi dan menemukan seorang wanita tampak acak-acakan bersandar di dinding. "Clara." Keanu memanggil dengan cemas dan melepas kaca mata yang terpasang di mata Clara sebelum dia menggendongnya dari lantai. Sebelum Keanu pergi bersama Clara, dia me
"Aku ingin membatalkan pernikahan kita."Suara dingin pria di depannya berhasil menghentikan Clara Sanjaya yang mengaduk smoothies di depannya. Dia mendongakkan kepalanya melihat wajah pria di depannya untuk memastikan apakah dia sedang bercanda.Namun, Clara sama sekali tidak menemukan ekspresi wajah yang menunjukkan bahwa dia sedang becanda dengan kalimat itu."Apa maksudmu, Al?" Clara menatap Aldo dengan ketidak percayaan nya.Aldo menarik nafas panjang dan menempelkan punggungnya ke kursi, "Aku sudah bilang, kan? Aku tidak ingin menikah!"Clara membenarkan posisi kaca matanya yang menurun, dan kembali mengaduk minuman yang ada di depannya, "Jangan bicara omong kosong, aku tidak suka."Clara meminum smoothies yang ada di depannya untuk menetralkan suasana hatinya yang tiba-tiba buruk karena ulah Aldo.Aldo mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Clara dan dia menyeringai sambil berkata, "Lihat wajahku, apakah ini terlihat seperti omong kosong?"Clara menatapnya tajam. Ya, me
Pada saat ini, dia sedang membuka pintu kamar kecil dengan alat sebelum pintu masuk kamar hotel dibuka. Kemudian, sesosok tubuh yang marah masuk. Saat itu, Keanu tampak seperti setan neraka yang sedang mengunjungi Aldo. Sebelum Aldo sempat bereaksi, Keanu menjatuhkan kakinya ke arahnya dengan ekspresi jijik di wajahnya. Aldo memegang dadanya yang sakit akibat tendangan dari Keanu. Merasa bahwa dirinya dalam bahaya, Aldo mencoba untuk melarikan diri saat semuanya tidak memperhatikannya. Manajer segera meminta karyawannya untuk membuka kunci pintu sesuai instruksi Keanu, karena Clara kehilangan kesadaran di kamar mandi. Para karyawan kembali dengan tergesa-gesa dalam satu menit dengan membawa kunci sebelum mereka membuka kunci pintu kamar mandi dan menemukan seorang wanita tampak acak-acakan bersandar di dinding. "Clara." Keanu memanggil dengan cemas dan melepas kaca mata yang terpasang di mata Clara sebelum dia menggendongnya dari lantai. Sebelum Keanu pergi bersama Clara, dia me
Sesampainya di hotel, Aldo membaringkan Clara di tempat tidur, dia memberinya paksa minum dengan setengah cangkir air yang sudah dibubuhi afrodisiak (obat perangsang). Saat itu, Aldo terkekeh dingin saat dia melihat ke arah Clara. "Ini adalah apa yang kamu dapatkan karena mencoba melawanku." Aldo tidak menyangka akan melihat penampilan Clara yang tidak berbusana akan membuatnya bahagia malam ini, "Aku akan menunggu sampai bangun, Clara. Dan kita akan bersenang-senang bersama-sama." Ucap Aldo sambil terkekeh. Sambil menunggu Clara bangun, Aldo sedang bermain-main dengan peralatan yang dibawanya di samping tempat tidur berwarna putih. Saat merencanakan hal ini, dia membeli peralatan yang akan ia gunakan bersama Clara. Di saat yang sama, Clara yang masih linglung, sadar kembali setelah merasakan gelombang panas yang tiba-tiba. Setelah membuka kelopak matanya yang berat secara perlahan, dia dikejutkan oleh lampu gantung hotel yang tampak mewah di atasnya sebelum dia bisa bangun. Kemu
Clara mengangguk pelan.Olivia yang melihat drama ini hanya bisa tersenyum mengejek. Siapa sangka kakak tirinya akan menikah dengan pria miskin dari desa."Bagus deh, karena keduanya setuju. Lalu bagaimana dengan maharnya?" Tanya Reni buru-buru.Rudi yang mendengarnya langsung melotot ke arah Reni."Apa? Pernikahan mereka tinggal beberapa minggu lagi. Jadi wajar saja jika aku menanyakan mahar." Reni memutar bola matanya malas."Untuk mahar saya serahkan semua keputusan kepada Clara, Om Tante." Ucap Keanu.Reni menatap Clara, "Clara, berapa mahar yang kamu minta. Yang banyak loh ya, soalnya kamu anak kota."Clara berfikir sejenak. Ia paham akan kondiri finansial dari Keanu, jadi dia berkata dengan pelan, "Untuk mahar, aku ingin nominal sebesar tanggal lahirku. 11 Desember."Clara tidak mau memberikan nominal yang akan menyulitkan Keanu mengingat dia hanya petani desa....Pada pagi hari, keluarga Sanjaya disibukkan dengan persiapan untuk pernikahan Clara dan Keanu yang akan berlangsung
Olivia sangat senang mendengar bahwa Clara akan menikah dengan pria desa miskin."Tapi percuma aja tampak kalo miskin."Tanpa diketahui oleh ibu dan anak itu, ternyata Clara saat ini sedang menguping pembicaraan mereka di atas tangga."Jadi dia bukan pria tua?"...Sore harinya, semua anggota keluarga berkumpul di ruang tamu dengan pria asing yang duduk di kursi tunggal. Pria itu mengenakan kemeja putih bersih dan celana hitam, di tambah dengan jam tangan yang tampak kuno.Mata pria itu seperti mata elang namun teduh, memancarkan suasana sejuk saat melihatnya. Dengan bibir tipis yang terlihat sangat menawan saat pria itu tersenyum."Siapa tadi namamu, Nak?" Tanya Rudi setelah beberapa saat hening."Nama saya Keanu, Om."Rudi mengangguk, "Ini namanya Clara, dia yang ingin om perkenalkan dengan kamu."Rudi merangkul pundak Clara lalu menoleh ke arah anak kandungnya itu dan tersenyum, "Bagaimana menurut kamu?"Clara enggan untuk mengatakan apa-apa saat ini. Dia terlalu malas untuk berbic
Di sisi lain, Clara menutup ponselnya setelah membaca pesan dari Aldo. Untuk apa yang dikatakan Aldo sekarang, dia tidak akan mempercayainya lagi. Dia tidak akan menikah dengannya! "Clara buka pintunya!" Tiba-tiba, teriakan Reni datang dari arah pintu. Ya, tentu saja Reni marah akan keputusannya ini. Dia adalah orang yang paling ingin Clara segera menikah agar anak kandungnya, Olivia bisa menikah dengan pacarnya. "Reni tenanglah, biar aku yang berbicara dengan Clara." Terdengar suara Rudi yang mencoba untuk menenangkan Reni. Saat di ruang tamu tadi, Rudi sudah memperhatikan ekspresi tidak suka dari Reni dengan semua jawaban Clara. Jadi itu sebabnya Reni tidak banyak bicara tadi. "Itulah akibatnya kalau kamu terlalu memanjakan anak itu. Lalu bagaimana dengan nasib Olivia jika anakmu itu tidak mau menikah. Lalu bagaimana juga dengan persiapan pernikahan yang sudah dibayar, hah!" "Iya, makanya aku akan membujuknya, biarkan dia sendiri dulu." Tak lama kemudian, suara dari luar akh
Clara membulatkan matanya dengan sempurna, dia tidak menyangka bahwa Aldo akan mengatakan hal seperti ini tentang dirinya.Ternyata di mata Aldo, dirinya adalah wanita yang bisa ia manfaatkan untuk mengurus dirinya saja, bukan pasangan yang seharusnya saling menghormati. Ditambah lagi, dipikirannya masih ada wanita lain yang ingin ia ajak bersenang-senang!Clara mengusap kedua pipinya yang basah dengan kasar, lalu pergi meninggalkan Aldo sendirian....Sesampainya di dalam rumah, langkah kaki Clara terhenti ketika ponselnya bergetar. Dia dengan cepat mengambil ponsel yang ada di dalam tasnya dan terlihat nama ALDO muncul di atas layar.Clara segera mematikan ponselnya dan hendak bergegas ke kamarnya. Menurutnya, hubungan dirinya dengan Aldo sudah berakhir sekarang. Dia tidak bisa jika harus menikah dengan pria yang egois seperti dia."Clara..."Sebelum Clara melangkahkan kakinya lagi, suara seorang wanita menghentikan langkahnya. Dia adalah Reni, ibu tiri Clara, dan dia memiliki seora
"Aku ingin membatalkan pernikahan kita."Suara dingin pria di depannya berhasil menghentikan Clara Sanjaya yang mengaduk smoothies di depannya. Dia mendongakkan kepalanya melihat wajah pria di depannya untuk memastikan apakah dia sedang bercanda.Namun, Clara sama sekali tidak menemukan ekspresi wajah yang menunjukkan bahwa dia sedang becanda dengan kalimat itu."Apa maksudmu, Al?" Clara menatap Aldo dengan ketidak percayaan nya.Aldo menarik nafas panjang dan menempelkan punggungnya ke kursi, "Aku sudah bilang, kan? Aku tidak ingin menikah!"Clara membenarkan posisi kaca matanya yang menurun, dan kembali mengaduk minuman yang ada di depannya, "Jangan bicara omong kosong, aku tidak suka."Clara meminum smoothies yang ada di depannya untuk menetralkan suasana hatinya yang tiba-tiba buruk karena ulah Aldo.Aldo mencondongkan tubuhnya agar lebih dekat dengan Clara dan dia menyeringai sambil berkata, "Lihat wajahku, apakah ini terlihat seperti omong kosong?"Clara menatapnya tajam. Ya, me