Share

Bab 3. Perjodohan

Di sisi lain, Clara menutup ponselnya setelah membaca pesan dari Aldo. Untuk apa yang dikatakan Aldo sekarang, dia tidak akan mempercayainya lagi. Dia tidak akan menikah dengannya!

"Clara buka pintunya!" Tiba-tiba, teriakan Reni datang dari arah pintu.

Ya, tentu saja Reni marah akan keputusannya ini. Dia adalah orang yang paling ingin Clara segera menikah agar anak kandungnya, Olivia bisa menikah dengan pacarnya.

"Reni tenanglah, biar aku yang berbicara dengan Clara." Terdengar suara Rudi yang mencoba untuk menenangkan Reni.

Saat di ruang tamu tadi, Rudi sudah memperhatikan ekspresi tidak suka dari Reni dengan semua jawaban Clara. Jadi itu sebabnya Reni tidak banyak bicara tadi.

"Itulah akibatnya kalau kamu terlalu memanjakan anak itu. Lalu bagaimana dengan nasib Olivia jika anakmu itu tidak mau menikah. Lalu bagaimana juga dengan persiapan pernikahan yang sudah dibayar, hah!"

"Iya, makanya aku akan membujuknya, biarkan dia sendiri dulu."

Tak lama kemudian, suara dari luar akhirnya pergi. Clara akhirnya bisa bernafas dengan lega saat ini, tetapi entah untuk esok.

Keesokan paginya. Clara masih enggan untuk keluar dari kamar. Namun saat Clara keluar dari kamar mandi, terdengar sebuah ketukan pintu dari luar kamarnya.

Clara berjalan dengan enggan ke arah pintu dan perlahan membukanya.

"Non, Tuan dan Nyonya memanggil Nona." Ucap asisten rumah tangga dengan sopan.

Clara menarik nafas panjang. Enggan rasanya jika dia harus membahas masalah ini lagi. Namun jika tetap seperti ini, dia tidak akan menemukan titik terang permasalahannya. Akhirnya Clara menuruni anak tangga dengan malas.

Di ruang tamu dia sudah melihat Rudi dan Reni tengah duduk sambil membicakan sesuatu.

"Clara sini nak, duduk." Rudi memberi isyarat kepada Clara untuk duduk di depannya.

Clara pun duduk di sofa, menunggu Rudi dan Reni untuk berbicara lebih dulu.

"Clara, acara pernikahan kalian sudah dekat. Kamu yakin tidak mau menikah dengan Aldo?" Tanya Rudi pelan-pelan.

"Pa, aku sudah bilang kan kemarin. Aku tidak akan menikah dengan Aldo."

"Kamu itu gak mikir ya Clara, kita semua sudah menghabiskan banyak uang untuk membayar DP make up, souvernir, dekorasi. Terus kamu seenaknya batalin gitu aja!" Ucap Reni ketus.

"Dan juga, adikmu juga akan menikah, sebelum Olivia menikah, kamu sebagai kakak harus menikah terlebih dahulu!" Tegas Reni sambil melipat kedua tangannya di depan dada.

"Ma, aku juga mau menikah, tapi tidak dengan Aldo. Dia bukan laki-laki yang baik."

Rudi melirik Reni sekilas lalu berehem, "Baiklah, jadi kamu ingin menikah tetapi tidak dengan Aldo?"

Clara mengangguk.

"Kalau begitu Papa akan menjodohkanmu dengan pria pilihan kakek."

Clara membulatkan matanya dengan sempurna. Dijodohkan? Dengan pria yang tidak ia kenal?

"Kakek Lukman?" Clara menatap Rudi dan Reni secara bergantian.

Ada senyuman licik saat ia melihat Reni. Melihat senyuman Reni, Clara bisa menebak pria seperti apa yang dipilihkan untuknya. Ditambah lagi, kakek Lukman yang telah memperkenankannya.

Lukman adalah kakek tirinya, dan dari kecil Lukman tidak begitu menyukai dirinya. Kakek Lukman pasti sudah mendengar betalnya pernikahannya, sehingga dia mencari pria yang bisa menggantikan Aldo sebagai mempelai pria. Demi untuk membuat dirinya agar segera menikah, pria itu mencarikannya pria yang entah seperti apa.

"Tapi pa ... "

"Apa lagi!" Teriak Reni, "Pilihannya hanya Aldo atau pria yang dikenalkan oleh kakek!"

Clara menghela nafas panjang, membayangkan seperti apa rupa laki-laki itu.

Apa jangan-jangan dia pria tua gendut, teman kakeknya?

Keesokan paginya, Reni tengah duduk di sofa ruang tamu sambil memainkan ponselnya dengan jari lentiknya. Meskipun saat ini usia Reni sudah menginjak kepala empat, namun jarang sekali terlihat kerutan di bagian kulitnya.

Selain dia yang rutin melakukan perawatan dengan pergi ke salon, Reni juga rutin melakukan olah raga yang bisa mengencangkan kulitnya. Itu sebabnya dia terlihat lebih muda dari usianya.

"Mamaaa!" Teriak Olivia dari arah pintu sambil berlari menghampiri Reni.

Reni yang melihat Olivia berlari ke arahnya langsung merentangkan lengannya, bersiap untuk memeluk Olivia, "Bagaimana sayang liburanmu dengan Devan?"

"Seru banget ma, tapi gak kalah seru dengan drama di rumah ini semalam." Olivia menutup mulutnya seolah mengejek sambil menahan tawanya.

Reni sudah menceritakan semuanya tentang kejadian kemarin kepada Olivia saat Olivia sedang melakukan perjalanan pulang.

"Syukur deh kakek dengan cepat bertindak. Kalau tidak aku tidak bisa menikah dengan Devan dalam waktu singkat." Olivia mengeratkan pelukannya kepada Reni.

"Tenang sayang, semua sudah diatur oleh mama. Oh iya ngomong-ngomong kapan Devan bertemu sama mama. Mama udah gak sabar nih ketemu calon mantu mama." Ucap Reni bersemangat.

Pasalnya, kekasih Olivia adalah CEO perusahaan yang cukup besar di ibukota. Jadi dia sangat senang bisa mendapatkan menantu yang kaya dari Olivia.

"Sabar mama, pacarku itu CEO, jadi dia sibuk terus. Nanti pasti aku bawa dia ke sini buat ketemu mama."

Reni mengangguk senang mendengar perkataan Olivia kepadanya.

"Oh iya ma, seperti apa pria yang dikenalkan oleh kakek untuk Clara?"

Reni mengusap-usap dagunya, mencoba mengingat ucapan ayahnya tentang pria itu.

"Dia tinggal tidak jauh dari kampung kakekmu, pekerjaannya membantu kakeknya di sawah. Kadang kakek bertemu dengannya. Katanya sih dia baik."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status