Bab 2 Ketidakpedulian Arthur Pada Viana
"Nona, Tuan nyuruh saya untuk bantu kamu siap-siap!" Mira memasuki kamar Viana dengan tergopoh-gopoh.
Viana yang sedang mengerjakan tugas sekolah langsung menoleh ke arah pintu. Mira berjalan ke arahnya membawa sebuah gaun berwarna putih tulang yang glamour.
Viana memicingkan mata saat melihat gaun di tangan Miraー38 tahun, kepala pelayan di kediaman keluarga Rajendra. Viana menutup buku tulisnya. Walaupun dia suka menindas murid lain dan melakukan pelanggaran sekolah lainnya, Viana tetap menjalankan kewajibannya sebagai murid.
"Siap-siap ngapain?" Viana bangkit mendekati Mira.
Dinding kamar Viana bercat biru. Langit-langit tinggi dihiasi lampu gantung dan pernak-pernik lainnya. Terdapat sebuah foto keluarga yang menggantung di atas dinding. Dekorasi kamar ini sesuai dengan keinginan Viana.
"Tuan Arthur bilang mau ngajak Nona makan malem di luar," jawab Mira.
Beberapa menit yang lalu, Mira mendapatkan telepon dari Arthur yang memintanya untuk membantu Viana merias diri. Karena Arthur akan membawa anaknya menghadiri makan malam penting.
Viana mengerutkan dahi, kebingungan. Semuanya terlalu tiba-tiba, Arthur yang ingin pulang hari ini dan mengajaknya untuk makan malam. Namun, tak urung perasaan senang begitu membuncah dalam dirinya. Sudah sejak lama dia menanti semua ini.
Viana segera mengangguk dengan senyum lebar yang menghiasi wajah cantiknya. Viana segera mengganti pakaiannya dan memoles riasan tipis pada wajahnya. Tidak lupa, dia menyemprotkan parfum pada beberapa titik tubuhnya.
Setelah siap, Viana keluar dari kamar. Dia menuruni anak tangga dengan hati-hati.
Di ruang tamu, Arthur sudah duduk di sofa tunggal sambil memainkan tab. Viana mendekati ayahnya dengan wajah berseri-seri.
Arthur Rajendraー43 tahun, Ayah kandung Viana yang dingin. Dia mendengar suara langkah kaki Viana, lantas mengangkat wajahnya. Arthur berdiri seraya menyambut Viana tanpa senyum.
"Pa, aku kangen banget sama Papa!" Viana memeluk Arthur menumpahkan segala kerinduannya selama ini.
Arthur jarang sekali berada di rumah semenjak IstrinyaーAlesha Kayline wafat. Alesha mengalami kecelakaan tunggal saat Viana berusia 10 tahun dan meninggal di tempat.
Selepas kepergian Alesha, hidup Viana mendadak berubah. Dia kekurangan kasih sayang Alesha dan Arthur yang disibukan oleh pekerjaan. Arthur tidak pernah meluangkan waktu untuk Viana dan hanya pulang 3 bulan sekali.
Hari ini, Arthur mengatakan ingin pulang dan mengajak dia makan malam. Viana begitu senang. Karena kapan lagi Viana bisa merasakan kebersamaan dengan Arthur?
"Ayo Viana! Kita engga punya banyak waktu!" Arthur melepaskan pelukan Viana begitu saja.
Arthur segera melangkah keluar mendahului Viana.
Menerima perlakuan tidak menyenangkan seperti itu, membuat Viana tersenyum getir. Dia menyusul Arthur meninggalkan ruang tamu.
"Papa, udah engga sibuk lagi, ya?" tanya Viana saat berada di dalam mobil. Dia menatap Arthur berharap jawaban Arthur sesuai dengan keinginannya.
"Papa cuma pulang malem ini aja. Besok Papa pergi lagi ke Kota Luton," jawab Arthur tak acuh.
Viana memaksakan senyumnya. Baginya, tidak masalah jika Arthur hanya semalam pulang ke rumah. Setidaknya, dia tidak harus menunggu 3 bulan sekali untuk bertemu ayahnya.
Viana memilih menatap jalanan kota malam lewat kaca mobil.
Viana ingin sekali mengajak Arthur berbicara, tapi dia tidak tahu topik apa yang ingin dibicarakan. Terlalu sulit hanya sekedar mengobrol bersama Arthur, karena Viana sudah terlalu jauh dengan Ayah kandungnya sendiri.
***
Waktu menunjukan pukul 08.00 malam kota Swinden. Viana dan Arthur sudah berada di restoran Salome. Viana mengikuti langkah lebar Arthur yang memasuki Restoran.
Restoran Salome merupakan restoran kelas atas di kota Swinden. Restoran ini memadukan kemewahan klasik dengan sentuhan modern. Langit-langit tinggi dihiasi lampu kristal gantung yang megah.
Arthur mengetuk sebuah pintu ruangan VVIP. Tidak butuh waktu lama pintu terbuka. Seorang pria paruh baya mengulurkan tangan pada Arthur. Mereka pun berjabat tangan.
Daniel Giantara, 43 tahun merupakan rekan kerja Arthur sekaligus sahabat dekat. Keduanya sudah merencanakan makan malam ini sejak jauh-jauh hari.
"Maaf udah datang telat," kata Arthur tak enak hati.
Daniel menggeleng seraya tersenyum, "engga masalah saya yang datang terlalu cepat."
Arthur melirik Viana menyuruhnya untuk menyapa Daniel. Viana yang mengerti segera mendekat pada Daniel.
"Selamat malam, Om." Viana mencium tangan Daniel dengan sopan.
Meskipun kelakuan Viana terkenal buruk di sekolah. Dia masih memiliki sopan santun terhadap orang yang lebih tua.
"Malam, Viana. Kamu cantik banget!" puji Daniel, menatap kagum pada putri tunggal keluarga Rajendra.
"Makasih, Om," balas Viana sedikit tersipu.
Daniel mempersilakan Arthur dan Viana masuk. Viana terkejut saat melihat sosok lelaki yang wajahnya tidak asing di matanya. Bukan hanya Viana yang terkejut, lelaki itu tak kalah terkejut melihat kehadirannya.
"Viana, dia Sagaraーanak Om." Daniel memperkenalkan putranya pada Viana.
Sagara tersadar dari lamunannya. Dia segera bangkit menyapa Arthur sambil bersalaman.
Kemudian, Sagara menatap Viana intens. "Sagara Giantara!" Sagara mengulurkan tangannya pada Viana yang sejak tadi terdiam.
Dengan ragu, Viana menyambut uluran tangan Sagara.
Viana menatap Sagara dengan lekat. "Viana Rajendra."
BAB 3 Makan Malam Bersama Keluarga Giantara"Viana, kamu sekolah di SMA Galaksi, kan?" tanya Daniel memastikan.Kini mereka sudah duduk di meja yang sudah disiapkan. Viana duduk berhadapan dengan Sagara dan Arthur berhadapan dengan Daniel. Meja-meja ditata dengan rapi dengan lapisan kain linen berkualitas tinggi. Dan peralatan makan dari perak yang berkilau. "Bener, Om, aku sekolah di sana," jawab Viana dengan senyuman. "Kalo Gara sekolah di SMA Xeron," kata Daniel meilirik Sagara yang sibuk memperhatikan Viana.Arthur dan Daniel mengira jika Sagara mengagumi kecantikan Viana. Kenyataannya tidak begitu, Sagara hanya mencoba mengingat tentang siapa Viana. Seperti pernah mengenal tapi di mana. Begitupun dengan Viana yang merasakan hal yang sama dengan Sagara.Mendengar ucapan Daniel mengenai sekolah Sagara. Viana mengingat tentang siapa Sagara. Sagara Giantaraー siswa berandal di SMA Xeron. Dia merupakan ketua geng motor Verdon yang terkenal di kota Swinden.Geng Verdon selalu membuat
BAB 4 "Kalian gak bisa ancem kita kaya gini!" sergah Viana tak terima. Tatapannya menatap marah pada Arthur dan juga Daniel."Kenapa engga terima? Yang kita lakuin ini untuk kebaikan kalian juga!" balas Arthur dengan tenang."Kebaikan kaya gimana? Kita juga punya hak untuk nolak keputusan kalian ini!" Viana tidak mengerti jalan pikiran Daniel dan juga Arthur. Keduanya tidak pernah mengerti tentang perasaan anak mereka sendiri.Apakah semua keluarga kelas atas seperti ini? Jika, iya kenapa dirinya yang masih SMA sudah dipaksa menerima perjodohan konyol ini. Viana tidak ingin terikat dengan lelaki yang tidak dia kenali sama sekali. Terlebih ini Sagara, lelaki yang terkenal bringas ketika memimpin tawuran."Viana, kamu cukup diam dan nurut! Dengan begitu kamu fasilitas kamu engga akan Papa tarik!" Arthur menyuruh Viana untuk duduk kembali.Viana duduk dengan perasaan kesal. Dia tahu seperti apa Arthur, tidak ada habisnya terus berdebat dengannya itu. Karena yang menang pada akhirnya tet
Bab 5"Viana, semalem lo kemana, sih?" Kanara melirik Viana yang duduk di sampingnya. "Bukan urusan lo!" jawab Viana ketus. Waktu menunjukan pukul 07.00 pagi kota Swinden. Karena bel sekolah sudah berbunyi, semua murid duduk di kursinya masing-masing.Viana duduk bersama Kanara. Sedangkan Rachell duduk bersama Seyra. Saat ini keadaan kelas XII I begitu riuh, karena belum ada guru yang mengajar. "Woii, ada Bu Dian!" teriak Dodi, teman sekelas Viana.Seluruh murid terdiam. Suara ketukan langkah semakin terdengar jelas disusul suara Bu Dian memberi sapaan."Selamat pagi semuanya," sapa Bu Dian dengan senyuman. "Pagi, Bu," jawab seluruh murid serentak.Bu Dian tersenyum tipis. Matanya melirik pintu, lalu mengangguk ke arah siswa yang berdiri di ambang pintu. Siswa tersebut memasuki kelas dan disambut dengan kericuhan para murid."Wah, murid baru, ya?" tanya salah satu murid. "Ganteng banget!" puji siswi lainnya."Siapa namanya, Bu?" tanya siswi yang duduk paling depan."Bukannya itu
Bab 6"Emang ada yang mau sama cewek sakit jiwa kaya lo?" tanya Sagara sarkastik.Viana mengepalkan tangannya kuat. Dia menatap tajam Sagara yang tersenyum mengejek padanya."Buktinya gue sama dia udah pacaran 2 tahun." Viana mengibaskan rambutnya angkuh di depan Sagara. "Kayanya tuh cowok sakit jiwa juga!" Sagara tidak berhenti untuk mengejek Viana. "Jaga mulut lo, ya!" sungut Viana kesal.Sagara tidak mempedulikan kekesalan Viana. "Bukan lo aja yang gak mau berita perjodohan ini tersebar, tapi gue juga," kata Sagara membuat Viana tersenyum sumringah.Viana tersenyum sinis. "Bagus! Gue jadi gak perlu capek-capek ngasih peringatan sama lo buat tutup mulut!" Viana melipatkan tangan di depan dada. Tatapan Viana memandang Sagara dengan sinis. "Gue mau tegasin sama lo! Anggap aja kita gak pernah kenal dan gak ada hubungan apapun! Gue harap lo ngerti!" Setelah mengatakan itu Viana berbalik pergi dari rooftop. ***"Viana, kamu mau makan apa?" tanya Ravin yang kini berdiri di depan Via
Bab 7"Ini punya lo, kan?" Sagara menyerahkan jepitan rambut berbentuk kupu-kupu. Viana melebarkan matanya kala jepitan rambut kesayangannya berada di tangan Sagara. Dia menatap tajam pada Sagara dengan napas memburu. Dia tahu Sagara sengaja melakukan ini di depan Ravin. "Gue tadi nemu ini di ro—" "Makasih udah balikin jepitan rambut gue!" Viana dengan cepat menyambar jepitan di tangan Sagara. Dia sengaja memotong ucapan Sagara yang memancing perhatian Ravin."Kebiasaan banget suka ceroboh kaya gitu," celetuk Ravin mengacak rambut Viana dengan pelan. Tatapan Ravin beralih pada Sagara, dia maju satu langkah. "Makasih, ya udah nemuin jepit rambutnya Viana," ucap Ravin menatap Sagara intens.Ada sesuatu di dalam diri Ravin saat melihat Sagara. Sejak kedatangan Sagara di sekolah ini, Ravin tidak pernah tenang, terlebih lagi murid baru itu Sagara—ketua geng motor Verdon. Kedatangan Sagara membuat satu sekolah heboh. Ravin hanya takut posisi siswa terpopuler tergeser oleh Sagara. "S
"Hai, Viana!" sapa Daniel saat melihat Vina dan Sagara memasuki ruangannya. "Hai, Om!" Viana mendekat dan mencium tangan Daniel diikuti oleh Sagara. Daniel segera menyuruh keduanya untuk duduk. "Gimana sekolah barunya, Gara?" tanya Daniel membuat Sagara menoleh dengan malas. "Biasa aja!" jawabnya singkat. Berhasil menyulut amarah Daniel. Jika, tidak ada Viana di sini. Dia sudah mengamuk detik itu juga dengan sikap kurang ajar Sagara. Daniel menarik napas pelan lalu beralih pada Viana yang diam saja. "Viana, gimana sekolah kamu hari ini?" Suara Daniel tampak melembut membuat Sagara berdecih. "Buruk, Om. Soalnya ada murid baru nyebelin banget!" jawab Viana dengan sengaja. Daniel terkekeh saat mengerti siapa yang dimaksud Viana. Begitupun dengan Sagara yang melirik Viana tajam. "Lo yang nyebelin bukan gue!" elak Sagara tak terima. "Dih, gak usah nyambung gak ada kabel!" ucap Viana ketus. Daniel menghentikan kekehannya. "Kalian sebentar lagi menikah kenapa masih aja ribut
"Gara, lo kenal sama wanita tadi?" tanya Viana setelah mereka sampai di parkiran. Sagara diam saja tidak menjawab membuat Viana kebingungan. Pasalnya, saat tadi keluar dari lift bertemu dengan seorang wanita. Sagara langsung menarik Viana untuk segera pergi."Gara, itu nyokap lo?" Viana kembali bertanya."Bukan urusan lo!" sentak Sagara membuat Viana terjengkit kaget. "Kalo lo gak mau jawab, ya udah gak usah bentak gue!" Viana balas menyentak Sagara. Dia tidak terima dengan sikap kasar Sagara padanya.Sagara menarik napas panjang. Dia mengusap wajahnya kasar lalu mengeluarkan kunci motornya. "Lo mau balik gak?" tanya Sagara melirik Viana sekilas.Viana mengalihkan pandang dari padatnya jalan raya. "Lo pikir aja sendiri!" balas Viana ketus. "Buruan naik!" titah Sagara yang kini sudah berada di atas motornya.Viana dengan amat terpaksa menaiki motor besar Sagara. Berkat bantuan Sagara, Viana sudah duduk di belakang jok tinggi. Sagara menarik tangan Viana untuk melingkar di perutnya
Bab 1 Viana Si Gadis Penindas"Kalo jalan pake mata, sialan! Lihat gara-gara kecerobohan lo baju gue kotor!" bentak Viana Rajendra— berusia 17 tahun siswi kelas XII I. Siswi paling berkuasa di SMA Galaksi yang memiliki sebuah geng untuk menindas murid lemah. "Maaf, Kak. Aku engga sengaja!" Siswi yang beberapa saat yang lalu menabrak Viana, sehingga jus mangga yang berada di tangannya tumpah mengenai seragam Viana. "Gak sengaja lo bilang?" Viana terkekeh sinis membuat keadaan kantin SMA Galaksi semakin ricuh.SMA Galaksi merupakan sekolah swasta yang terkenal di Kota Swinden. SMA Galaksi berisi murid-murid yang berasal dari keluarga terpandang termasuk Viana dan keempat temannya yang suka menindas orang. "Viana, kayanya tuh cewek emang sengaja cari perkara sama lo!" teriak salah satu siswa dengan sengaja. "Kasih paham, Vi, biar dia gak bikin ulah lagi!" teriak siswa lainnya. Beberapa siswa dan siswi yang berada dipihak Viana dengan gencar memanas-manasi keadaan. Sebagian lagi mem