Bab 1 Viana Si Gadis Penindas
"Kalo jalan pake mata, sialan! Lihat gara-gara kecerobohan lo baju gue kotor!" bentak Viana Rajendra— berusia 17 tahun siswi kelas XII I.
Siswi paling berkuasa di SMA Galaksi yang memiliki sebuah geng untuk menindas murid lemah.
"Maaf, Kak. Aku engga sengaja!" Siswi yang beberapa saat yang lalu menabrak Viana, sehingga jus mangga yang berada di tangannya tumpah mengenai seragam Viana.
"Gak sengaja lo bilang?" Viana terkekeh sinis membuat keadaan kantin SMA Galaksi semakin ricuh.
SMA Galaksi merupakan sekolah swasta yang terkenal di Kota Swinden. SMA Galaksi berisi murid-murid yang berasal dari keluarga terpandang termasuk Viana dan keempat temannya yang suka menindas orang.
"Viana, kayanya tuh cewek emang sengaja cari perkara sama lo!" teriak salah satu siswa dengan sengaja.
"Kasih paham, Vi, biar dia gak bikin ulah lagi!" teriak siswa lainnya.
Beberapa siswa dan siswi yang berada dipihak Viana dengan gencar memanas-manasi keadaan. Sebagian lagi memilih untuk diam tidak ikut campur. Dan mereka berhasil emosi Viana tersulut detik itu juga.
Viana membaca tanda pengenal pada seragam gadis itu. Alin Nazila, Viana akan mengingat nama itu. Waktu menunjukan pukul 09.30 pagi kota Swinden. Waktu istirahat bagi para murid SMA Galaksi, namun Viana selalu menggunakannya untuk merundung murid lain.
"Angkat kepala lo kalo ada orang ngomong!" sentak Viana lagi membuat tubuh Alin bergetar ketakutan.
Geram dengan Alin yang masih setia menunduk. Viana menarik rambut Alin sehingga wajah gadis itu terangkat. Viana berdecih melihat air mata yang membasahi kedua pipi Alin.
"Gue belum apa-apain lo aja udah nangis!"
Viana mengulurkan tangan pada Rachel, salah satu temannya. Rachel yang mengerti menyerahkan satu gelas jus strawberry yang diterima baik oleh Viana. Dia dengan sengaja menyiramkan jus tersebut pada kepala Alin sebagai pembalasan.
"Maaf, gue sengaja!" Viana tertawa diikuti oleh ketiga temannya.
"Kasian banget Vi, seharusnya lo gak gitu kali," celetuk Kanara yang kini berdiri di samping Viana.
"Yah, gue cuma bales kelakuan dia, kok. Emang salah?" Viana melepaskan jambakannya pada rambut Alin dengan kasar, membuat gadis itu terhuyung sedikit ke belakang.
"Gak salah, sih, cuma kurang aja pembalasan Lo," sahut Seyra sambil tertawa.
Viana ikut tertawa. Dia menarik dagu Alin dan mencengkeramnya dengan kuat. Tidak peduli dengan ringisan Alin saat kuku panjang Viana menancap pada dagunya.
"Alin Nazila, itu nama lo, kan?" Manik abu-abu milik Viana menyorot Alin tajam.
"Le–pasin, kak, sakit...," ringis Alin menahan perih pada dagunya.
"Dengerin gue baik-baik! Karena lo udah cari gara-gara sama gue berarti lo udah siap sama konsekuensinya!" Seringai jahat terbit pada bibir ranum Viana.
Wajah cantiknya terlihat menyeramkan di mata Alin yang kini dipenuhi air mata.
"Selamat menikmati kehidupan neraka di SMA Galaksi!" Viana melepaskan cengkeramannya lalu mendorong tubuh kecil Alin dengan kuat.
Alin terjatuh di lantai kantin. Tidak ada yang berani menolong Alin dari Viana dan ketiga temannya. Siapa yang ingin mencari masalah dengan gadis penindas seperti Viana? Tidak ada semua murid ingin hidup tenang di SMA Galaksi.
"Gitu doang jatuh! Dasar lemah lo!" Viana mencemooh Alin.
Tidak sampai disitu saja tangan Viana bersiap untuk menampar Alin. Namun, terhentin karena sebuah teriakan sopran.
"Viana!"
Viana dan ketiga temannya menoleh. Menemukan Bu Ajeng selaku guru BK di SMA Galaksi berjalan ke arahnya dengan wajah marah. Guru muda itu terkenal galak di sekolah hanya Viana yang berani mencari gara-gara pada Bu Ajeng.
Kanara, Rachel, dan Seyra melirik takut pada Bu Ajeng. Sedangkan Viana justru tersenyum dengan wajah tak berdosa.
"Ada apa, Bu?" tanyanya membuat Bu Ajeng naik pitam.
"Kamu nanya ada apa sama saya, Viana?" geram Bu Ajeng menahan segala bentuk emosi dalam dirinya.
Kelakuan Viana yang suka sekali menindas orang membuat dirinya kualahan.Tiap hari selalu ada murid yang melapor tentang aksi Viana yang sedang merundung murid lain.
"Ibu, ngapain di sini? Mau makan siang di kantin murid?" Viana melupakan kekesalannya pada Alin.Gadis itu justru semakin memancing kemarahan Bu Ajeng.
"Viana, udah deh, kita lagi dalam masalah besar," bisik Rachel menyuruh Viana berhenti.
Viana mana peduli, dia semakin senang memancing kemarahan Bu Ajeng. Dengan begitu keinginannya tercapai.
"Sudah berapa kali saya kasih peringatan sama kalian! Terutama kamu Viana!" Tunjuk Bu Ajeng dengan pelototan geram.
Viana berdecih dengan tatapan sinis.
"Saya hanya memberi pelajaran pada mereka yang sudah mengganggu saya!" balas Viana, terdengar santai.
"Berhenti menindas orang! Kelakuan buruk kamu ini merugikan orang lain!" bentak Bu Ajeng dengan nada tinggi.
Viana hanya menganggap ucapan Bu Ajeng angin lalu. Dengan kesal, Bu Ajeng menghembuskan napas kasar lalu menyuruh kelimanya untuk ikut ke ruang BK.
"Kalian berempat ikut saya ke ruang BK!"
Rachel, Kanara, dan juga Seyra yang sejak tadi menunduk. Menarik Viana untuk mengikuti Bu Ajeng yang sudah keluar dari kantin lebih dahulu. Viana melangkah dengan angkuh keluar dari kantin diikuti tatapan kagum dari para siswa yang sejak tadi memperhatikannya.
Sesampainya di ruang BK, Viana dan 3 sahabatnya diberikan 4 surat panggilan orang tua. Disaat ketiga sahabatnya gelisah, Viana justru tersenyum senang. Viana tersenyum penuh harap bahwa Arthur Rajendra— Ayah kandungnya akan datang ke sekolah memenuhi surat panggilan ini.
"Saya harap orang tua kalian datang untuk memenuhi surat panggilan ini!" Saking lelahnya, Bu Ajeng tidak ingin berbicara panjang lebar menasehati Viana dan ketiga sahabatnya ini.
Viana merupakan gadis pembully di SMA Galaksi. Dia merupakan putri tunggal keluarga Rajendra, keluarga kelas atas sehingga dia selalu berlaku seenaknya. Dia cantik, pintar, tapi sayangnya dia angkuh dan suka menindas murid lain.
***Sayangnya harapan Viana tidak terjadi. Besoknya Viana melihat Elvano Rhisandi— asisten Arthur, datang ke sekolahnya. Viana begitu marah dan kecewa. Dia segera menghubungungi Arthur.
Suara Arthr terdengar saat panggilan telpon tersambung.
"Jangan ganggu Papa, Viana! Jika ada yang ingin dibicarajan nanti malam saja, Papa akan pulang!"
Viana menelan kembali perkataannya. Dia mendadak senang saat Arthur mengatakan ingin pulang. Belum sempat dirinya membalas perkataan Arthur, panggilan itu sudah berakhir.
Bab 2 Ketidakpedulian Arthur Pada Viana "Nona, Tuan nyuruh saya untuk bantu kamu siap-siap!" Mira memasuki kamar Viana dengan tergopoh-gopoh.Viana yang sedang mengerjakan tugas sekolah langsung menoleh ke arah pintu. Mira berjalan ke arahnya membawa sebuah gaun berwarna putih tulang yang glamour. Viana memicingkan mata saat melihat gaun di tangan Miraー38 tahun, kepala pelayan di kediaman keluarga Rajendra. Viana menutup buku tulisnya. Walaupun dia suka menindas murid lain dan melakukan pelanggaran sekolah lainnya, Viana tetap menjalankan kewajibannya sebagai murid. "Siap-siap ngapain?" Viana bangkit mendekati Mira.Dinding kamar Viana bercat biru. Langit-langit tinggi dihiasi lampu gantung dan pernak-pernik lainnya. Terdapat sebuah foto keluarga yang menggantung di atas dinding. Dekorasi kamar ini sesuai dengan keinginan Viana. "Tuan Arthur bilang mau ngajak Nona makan malem di luar," jawab Mira. Beberapa menit yang lalu, Mira mendapatkan telepon dari Arthur yang memintanya unt
BAB 3 Makan Malam Bersama Keluarga Giantara"Viana, kamu sekolah di SMA Galaksi, kan?" tanya Daniel memastikan.Kini mereka sudah duduk di meja yang sudah disiapkan. Viana duduk berhadapan dengan Sagara dan Arthur berhadapan dengan Daniel. Meja-meja ditata dengan rapi dengan lapisan kain linen berkualitas tinggi. Dan peralatan makan dari perak yang berkilau. "Bener, Om, aku sekolah di sana," jawab Viana dengan senyuman. "Kalo Gara sekolah di SMA Xeron," kata Daniel meilirik Sagara yang sibuk memperhatikan Viana.Arthur dan Daniel mengira jika Sagara mengagumi kecantikan Viana. Kenyataannya tidak begitu, Sagara hanya mencoba mengingat tentang siapa Viana. Seperti pernah mengenal tapi di mana. Begitupun dengan Viana yang merasakan hal yang sama dengan Sagara.Mendengar ucapan Daniel mengenai sekolah Sagara. Viana mengingat tentang siapa Sagara. Sagara Giantaraー siswa berandal di SMA Xeron. Dia merupakan ketua geng motor Verdon yang terkenal di kota Swinden.Geng Verdon selalu membuat
BAB 4 "Kalian gak bisa ancem kita kaya gini!" sergah Viana tak terima. Tatapannya menatap marah pada Arthur dan juga Daniel."Kenapa engga terima? Yang kita lakuin ini untuk kebaikan kalian juga!" balas Arthur dengan tenang."Kebaikan kaya gimana? Kita juga punya hak untuk nolak keputusan kalian ini!" Viana tidak mengerti jalan pikiran Daniel dan juga Arthur. Keduanya tidak pernah mengerti tentang perasaan anak mereka sendiri.Apakah semua keluarga kelas atas seperti ini? Jika, iya kenapa dirinya yang masih SMA sudah dipaksa menerima perjodohan konyol ini. Viana tidak ingin terikat dengan lelaki yang tidak dia kenali sama sekali. Terlebih ini Sagara, lelaki yang terkenal bringas ketika memimpin tawuran."Viana, kamu cukup diam dan nurut! Dengan begitu kamu fasilitas kamu engga akan Papa tarik!" Arthur menyuruh Viana untuk duduk kembali.Viana duduk dengan perasaan kesal. Dia tahu seperti apa Arthur, tidak ada habisnya terus berdebat dengannya itu. Karena yang menang pada akhirnya tet
Bab 5"Viana, semalem lo kemana, sih?" Kanara melirik Viana yang duduk di sampingnya. "Bukan urusan lo!" jawab Viana ketus. Waktu menunjukan pukul 07.00 pagi kota Swinden. Karena bel sekolah sudah berbunyi, semua murid duduk di kursinya masing-masing.Viana duduk bersama Kanara. Sedangkan Rachell duduk bersama Seyra. Saat ini keadaan kelas XII I begitu riuh, karena belum ada guru yang mengajar. "Woii, ada Bu Dian!" teriak Dodi, teman sekelas Viana.Seluruh murid terdiam. Suara ketukan langkah semakin terdengar jelas disusul suara Bu Dian memberi sapaan."Selamat pagi semuanya," sapa Bu Dian dengan senyuman. "Pagi, Bu," jawab seluruh murid serentak.Bu Dian tersenyum tipis. Matanya melirik pintu, lalu mengangguk ke arah siswa yang berdiri di ambang pintu. Siswa tersebut memasuki kelas dan disambut dengan kericuhan para murid."Wah, murid baru, ya?" tanya salah satu murid. "Ganteng banget!" puji siswi lainnya."Siapa namanya, Bu?" tanya siswi yang duduk paling depan."Bukannya itu
Bab 6 "Emang ada yang mau sama cewek sakit jiwa kaya lo?" tanya Sagara sarkastik. Viana mengepalkan tangannya kuat. Dia menatap tajam Sagara yang tersenyum mengejek padanya. "Buktinya gue sama dia udah pacaran 1 tahun." Viana mengibaskan rambutnya angkuh di depan Sagara. "Kayanya tuh cowok sakit jiwa juga!" Sagara tidak berhenti untuk mengejek Viana. "Jaga mulut lo, ya!" sungut Viana kesal. Sagara tidak mempedulikan kekesalan Viana. "Bukan lo aja yang gak mau berita perjodohan ini tersebar, tapi gue juga," kata Sagara membuat Viana tersenyum sumringah. Viana tersenyum sinis. "Bagus! Gue jadi gak perlu capek-capek ngasih peringatan sama lo buat tutup mulut!" Viana melipatkan tangan di depan dada. Tatapan Viana memandang Sagara dengan sinis. "Gue mau tegasin sama lo! Anggap aja kita gak pernah kenal dan gak ada hubungan apapun! Gue harap lo ngerti!" Setelah mengatakan itu Viana berbalik pergi dari rooftop. *** "Viana, kamu mau makan apa?" tanya Ravin yang kini berdiri d
Bab 7"Ini punya lo, kan?" Sagara menyerahkan jepitan rambut berbentuk kupu-kupu. Viana melebarkan matanya kala jepitan rambut kesayangannya berada di tangan Sagara. Dia menatap tajam pada Sagara dengan napas memburu. Dia tahu Sagara sengaja melakukan ini di depan Ravin. "Gue tadi nemu ini di ro—" "Makasih udah balikin jepitan rambut gue!" Viana dengan cepat menyambar jepitan di tangan Sagara. Dia sengaja memotong ucapan Sagara yang memancing perhatian Ravin."Kebiasaan banget suka ceroboh kaya gitu," celetuk Ravin mengacak rambut Viana dengan pelan. Tatapan Ravin beralih pada Sagara, dia maju satu langkah. "Makasih, ya udah nemuin jepit rambutnya Viana," ucap Ravin menatap Sagara intens.Ada sesuatu di dalam diri Ravin saat melihat Sagara. Sejak kedatangan Sagara di sekolah ini, Ravin tidak pernah tenang, terlebih lagi murid baru itu Sagara—ketua geng motor Verdon. Kedatangan Sagara membuat satu sekolah heboh. Ravin hanya takut posisi siswa terpopuler tergeser oleh Sagara. "S
"Hai, Viana!" sapa Daniel saat melihat Vina dan Sagara memasuki ruangannya. "Hai, Om!" Viana mendekat dan mencium tangan Daniel diikuti oleh Sagara. Daniel segera menyuruh keduanya untuk duduk. "Gimana sekolah barunya, Gara?" tanya Daniel membuat Sagara menoleh dengan malas. "Biasa aja!" jawabnya singkat. Berhasil menyulut amarah Daniel. Jika, tidak ada Viana di sini. Dia sudah mengamuk detik itu juga dengan sikap kurang ajar Sagara. Daniel menarik napas pelan lalu beralih pada Viana yang diam saja. "Viana, gimana sekolah kamu hari ini?" Suara Daniel tampak melembut membuat Sagara berdecih. "Buruk, Om. Soalnya ada murid baru nyebelin banget!" jawab Viana dengan sengaja. Daniel terkekeh saat mengerti siapa yang dimaksud Viana. Begitupun dengan Sagara yang melirik Viana tajam. "Lo yang nyebelin bukan gue!" elak Sagara tak terima. "Dih, gak usah nyambung gak ada kabel!" ucap Viana ketus. Daniel menghentikan kekehannya. "Kalian sebentar lagi menikah kenapa masih aja ribut
"Gara, lo kenal sama wanita tadi?" tanya Viana setelah mereka sampai di parkiran. Sagara diam saja tidak menjawab membuat Viana kebingungan. Pasalnya, saat tadi keluar dari lift bertemu dengan seorang wanita. Sagara langsung menarik Viana untuk segera pergi."Gara, itu nyokap lo?" Viana kembali bertanya."Bukan urusan lo!" sentak Sagara membuat Viana terjengkit kaget. "Kalo lo gak mau jawab, ya udah gak usah bentak gue!" Viana balas menyentak Sagara. Dia tidak terima dengan sikap kasar Sagara padanya.Sagara menarik napas panjang. Dia mengusap wajahnya kasar lalu mengeluarkan kunci motornya. "Lo mau balik gak?" tanya Sagara melirik Viana sekilas.Viana mengalihkan pandang dari padatnya jalan raya. "Lo pikir aja sendiri!" balas Viana ketus. "Buruan naik!" titah Sagara yang kini sudah berada di atas motornya.Viana dengan amat terpaksa menaiki motor besar Sagara. Berkat bantuan Sagara, Viana sudah duduk di belakang jok tinggi. Sagara menarik tangan Viana untuk melingkar di perutnya
"Jadi mereka beneran pacaran, Vi?"Teriakan cempreng Ajeng membuat Viana berdecak kesal. "Anjing! Lo masih ngeraguin ucapan gue? Kabar yang gue kasih ini akurat, tajam dan terpercaya!" Viana memutar kedua matanya malas. Dia menyandarkan tubuhnya pada meja di belakangnya. "Emang Viana beneran tau kalo Alinjing sama bebep Sagara pacaran?"Seyra yang sudah lama naksir dengan Sagara tentu saja tak terima dengan berita itu. Sehingga dia bertanya pada Kanara dan juga Rachell. Tidak mungkin dia rela bertanya pada Viana langsung yang ada langsung kena semprot. Rachell mernyengit keningnya bingung. Sebelum buru-buru berucap, "Kok, tanya gue, sih anjir? Lo tau kan gue gak suka ngurus hidup orang!" Seyra hanya menyengir saja. Selama ini Rachell hanya ikut-ikutan saja sahabatnya itu. Berbeda dengan Kanara yang selalu aktif mencari informasi tentang target-target mereka. "Na? Lo pasti kan?" Seyra memasang wajah sok ikut pada Kanara. Kanara menjawab dengan singkat, padat, dan jelas. "Gak!"
"Ya udah kalo lo mau putus! Kita putus sekarang!" Viana tanpa pikir panjang menyetujui keputusan Ravin. Jangan karena Viana mencintai Ravin, jadi lelaki itu bersikap seenaknya padanya. Ravin pikir Viana akan meminta maaf dan memohon pada Ravin untuk menarik perkataannya itu. Sayangnya tidak, Viana bukan perempuan yang bisa diremehkan begitu saja. Ketika ada yang menantang seperti itu, dia akan menantang balik. Di dunia ini selain Tuhan dan Arthur. Viana tidak takut dengan siapapun termasuk pada Ravin. Meskipun lelaki itu merupakan kekasihnya. Ravin ingin putus sekarang juga Viana akan menyanggupinya. Dia sejak kemaren dibuat stres demgan perkataan sahabatnya mengenai perselingkuhan. Mungkin mengakhiri hubungannya dengan Ravij bisa membuat dirinya terbebas dari kesalahan fatal yaitu perselingkuhan."Kok kamu gitu, sih, Vi? Jadi bener kalo kamu udah bosan dan engga cinta lagi sama aku?" Ravin kembali mengubah kosa katanya pada Viana. Dia sedikit panik Viana menyetujui begitu saja per
"Na, yang bener aja sih! Mana ada gue selingkuh dari Ravin!" Viana memaksakan diri untuk tertawa. Disela rasa gugup yang menyerang Viana. Tebakan Kanara begitu tepat. Berhasil membuat Viana ketar-ketir. Viana kesulitan untuk merespon Kanara saat ini."Ya, gue mah asal nebak aja! Lagian akhir-akhir ini lo aneh banget, Vi!" Kanara meletakan ponselnya di kolong meja. Memutar sedikit tubuhnya ke samping untuk menghadap Viana. "Enggak lah! Lo tau kan secinta apa gue sama Ravin?" Viana memainkan pulpen di atas meja. Untuk menghilangkan rasa gugupnya. Sialan, Viana tidak pandai berbohong di depan ketiga sahabatnya. Dia sudah biasa menceritakan semuanya pada mereka. "Ya, bagus, sih, kalo lo engga selingkuh dari Ravin! Ya, lo tau sendiri kan? Perselingkuhan itu kesalahan yang gak ada obatnya!" Kanara mengatakan itu dengan santai. Tidak tahu bagaimana perasaan Viana saat ini. Perkataan ketiga sahabatnya tentang perselingkuhan. Kemaren menghantui Viana semalaman sampai tidak bisa tidur. D
"Sayang! Jadi mau berangkat bareng engga nih?" Sagara mengejar langkah Viana yang keluar dari lift. Sagara tidak perlu mengulur waktu untuk memulai aksinya. Dia mendadak menjadi cowok gila yang mengejar seorang perempuan. Semalam dia mendapatkan ilmu dari Kenzo. Sahabatnya yang merupakan titisan buaya. "Lo ngomong sekali lagi gue bakar hidup-hidup, ya!" Viana begitu muak mendengar ucapan Sagara. Panggilan lelaki itu membuat dirinya jijik. Sama sekali tidak membuat Viana baper. Dia menghentikan langkahnya, lalu berbalik menatap Sagara dengan kesal. "Lo pikir cara murahan lo ini bisa buat gue naksir gitu sama lo? Ogah banget! Bukannya gue baper yang ada jijik! Denger, ya! Jijik!" Viana menekan kata jijik dengan kedua mata melotot. "Gue terlalu maksa ya? Maaf ya sayang, niat gue tuh biar lo engga perlu pesen grab lagi!" Sagara pura-pura menatap Viana dengan rasa bersalah. Sungguh akting dirinya tidak nanggung-nanggung. Sagara sudah melakukan banyak adegan semalam bersama Ke
"Kenapa engga diangkat?"Tanya Sagara saat mereka sudah duduk berhadapan di meja makan. Dengan nasi goreng yang audah berada di piring masing-masing. "Gue mau nikmatin rejeki dalam bentuk nyata!" jawab Viana dengan tenang. Boleh mengobrol apabila aedang makan. Tapi, secara langsung. Apabila lewat telfon tentu saja dirinya menolak. Karena fokusnya akan terpecah.Sagara terdiam mendengar jawaban itu. Dia tampak salah tingkah menatap Viana. Sagara mengira jika alasan Viana menolak telponnya karena ada dia di sini."Kenapa?" tanya Viana saat melihat gelagat aneh Sagara.Lelaki itu menggeleng. Dan melanjutkan makannya tanpa ada pembicaraan lagi. Keduanya mulai fokus dengan makanan masing-masing. Viana yang makan dengan tenang, sedangkan Sagra sambil bermain ponsel. "Hargai makanan yang ada. Mainan hpnya nanti lagi!" tegur Viana dengan acuh tak acuh.Sagara terkejut. Sebelum akhirnya menuruti Viana menutup ponselnya. Meletakannya asal di atas meja. Baru kali ini ada yang menegur Sagara be
"Lo dari mana aja?" sentak Sagara kala melihat Viana memasuki apartement. Viana melirik sekilas Sagara. Sebelum melangkah menuju kamarnya. Dia secara terang-terangan tidak memperdulikan Sagara. Membuat Sagara naik pitam."Lo belum jawab pertanyaan gue, anjing!" Sagara bangkit, menarik kasar tangan Viana. Viana yang tidak siap berbalik. Dan menabrak dada bidang Sagara. Keduanya sama-sama terkejut. Viana mendongak menatap Sagara yang menatapnya juga. Keduanya melakukan kontak mata selama 10 detik. Sebelum Viana mendorongnya dengan keras. Membuat tubuh Sagara sedikit terhuyung ke belakang."Apa urusannya sama lo? Mau gue pergi kek, mau gue kemana aja juga bukan urusan lo!" Viana menatap Sagara kesal.Gara-gara telpon Sagara semalam. Dirinya jadi diserang oleh sahabatnya dengan berbagai macam pertanyaan. Terutama Kanara yang tidak berhenti mendesak dirinya. Sungguh Viana sudah tidak nyaman sejak semalam. Tapi, dia juga ingin pulang tidak mungkin. Selain malas bertemu Sagara, saat telpon
"Lo liatin siapa, sih, Sey?" Rachell bertanya saat melihat perubahan ekspresi Seyra. Gadis itu seperti orang linglung. Seyra menoleh dengan tatapan kosong. Dia tidak begitu mempercayai apa yang dirinya lihat. Tapi, itu nyata sekali. Dirinya tidak mungkin salah lihat. Itu Ravin, tapi dengan siapa? "Hah? Emm, gue tadi liat Ra—" Seyra menghentikan ucapannya. Kala kembali menoleh tapi tidak menemukan Ravin di tempat tadi. 'Kemana Ravin?' tanya Seyra dalam hati. "Sey? Ra? Siapa?" Viana menatap Seyra dengan dahi berkerut. Seyra dengan cepat menggenggam tangan Viana. Dia mencoba tersenyum disela perasaan campur aduk yang dia rasakan. Jika benar itu Ravin, bersama perempuan lain. Seyra bukannya berprasangka buruk tapi melihat Ravin merangkul perempuan itu. Terlihat mesra sekali seperti sepasang kekasih. Sialnya, Seyra tidak bisa melihat wajah perempuan itu. Dia membayangkan perasaan Viana mengetahui Ravin berselingkuh. Dia menggigit bibir bawahnya dengan gelisah. Menatap Viana yang k
"Iya, awal-awal kita kenal mah kaya gitu. Pas awal masuk semester 2, abis liburan tuh, ya. Mereka mulai tuh nindasin banyak murid. Padahal pas itu mereka masih kelas 10!" Kenzo menjelaskan tentang Viana dan ketiga sahabatnya pada Sagara. "Tapi, karena keluarga mereka yang sangat berpengaruh di SMA Galaksi. Gak ada yang berani negur, bahkan guru-guru aja cuma ngasih mereka hukuman aja!" "Kenapa mereka tiba-tiba jadi pembully?" Tanpa sadar Sagara terus bertanya tentang Viana. Hal yang tak begitu penting dalam hidupnya. Meskipun Viana merupakan istri sahnya. Tapi, dia tidak pernah peduli tentang gadis sinting itu. Untuk kali ini, Sagara tidak tahu apa yang terjadi padanya. Sampai begitu tertarik mengetahui tentang Viana. "Gue gak tau alasannya. Orang-orang juga kaget pas itu, soalnya awal mereka masuk sekolah itu kaya cewek baik-baik. Tapi, pas abis liburan langsung berubah gitu!" Kali ini Danish yang menjawab pertanyaan Sagara. "Tumben banget lo tertarik sama hal kaya gini. Suka Lo
"Boss, muka lo kenapa? Kaya gak dikasih jatah aja!" celetuk Kenzo melihat ekspresi suram Sagara. "Dark banget, ya, Bund!" Nada suara Danish ngikutin trend Ibu-ibu jaman sekarang. "Jijik banget lo!" Satya menggeplak kepala Danish. Membuat sang empu meringis. "Apa, sih, anjing?" Danish melotot kesal. Satya tidak memperdulikan Danish. Dia menatap Sagara yang sejak tadi. Misah-misuh di tempat sambil menatap layar ponselnya. Dia bangkit berpindah duduk di samping ketua geng Verdon itu. "Ada masalah apan bree? Galau sendiri aja gak ngajak-ngajak!" Satya menepuk pundak Sagara membuat lelaki itu menoleh. "Weh, si boss galau, nih! Galauin siapa? Dedek gemes kelas sepuluh itu?" Kenzo menyahut dengan cepat. "Cakep, njir! Imut, gemoy gitu cocok lah sama gue!" Sagara menatap Kenzo tajam. Mendengar ucapan lelaki itu. "Lo sentuh dia, lo berurusan sama gue!" Tatapan Sagara penuh peringatan. "Dia juga gak mungkin mau sama buaya kaya lo!" Danish mengangkat kakinya di atas meja. Sambil