Share

006|| Bertemu Sagara Di Kantin

Bab 6

"Emang ada yang mau sama cewek sakit jiwa kaya lo?" tanya Sagara sarkastik.

Viana mengepalkan tangannya kuat. Dia menatap tajam Sagara yang tersenyum mengejek padanya.

"Buktinya gue sama dia udah pacaran 2 tahun." Viana mengibaskan rambutnya angkuh di depan Sagara. 

"Kayanya tuh cowok sakit jiwa juga!" Sagara tidak berhenti untuk mengejek Viana. 

"Jaga mulut lo, ya!" sungut Viana kesal.

Sagara tidak mempedulikan kekesalan Viana. 

"Bukan lo aja yang gak mau berita perjodohan ini tersebar, tapi gue juga," kata Sagara membuat Viana tersenyum sumringah.

Viana tersenyum sinis. "Bagus! Gue jadi gak perlu capek-capek ngasih peringatan sama lo buat tutup mulut!" 

Viana melipatkan tangan di depan dada. Tatapan Viana memandang Sagara dengan sinis. 

"Gue mau tegasin sama lo! Anggap aja kita gak pernah kenal dan gak ada hubungan apapun! Gue harap lo ngerti!" Setelah mengatakan itu Viana berbalik pergi dari rooftop. 

***

"Viana, kamu mau makan apa?" tanya Ravin yang kini berdiri di depan Viana.

"Samain aja sama kamu," jawab Viana sambil memainkan sebuah rubik di tangannya. 

Ravin mengangguk, lalu langsung menuju salah satu stand makanan. 

Ravin Aditamaー18 tahun, siswa yang aktif disalah satu organisasi sekolah. Dia kekasih Viana, sikap keduanya sangat bertolak belakang. Ravin merupakan murid berprestasi dan tidak pernah melanggar peraturan sekolah. 

Meskipun memiliki sikap yang bertolak belakang, keduanya sudah menjalin hubungan kurang lebih selama 2 tahun. Ravin tidak pernah mempermasalahkan keburukan Viana. Hal itulah yang membuat Viana merasa nyaman. 

"Aku pesenin kamu soto. Gak papa, kan?" tanya Ravin yang kembali duduk di hadapan Viana.

Viana mengangguk pelan, "iya."

"Di kelas kamu ada murid baru, ya?" tanya Ravin seketika membuat Viana kikuk.

Viana hanya mengangguk saja.

"Rambutnya berantakan, ya? Seragamnya juga, kan?" Ravin penyuka kerapihan dan kedisplinan. "Keliatan banget kalo dia berandalan."

Bahkan, Ravin sudah menilai kepribadian buruk Sagara. Anehnya, keburukan Viana tidak pernah dipermasalahkan. Ravin hanya menasehatinya saja tidak terlalu ikut campur. 

"Mukanya juga berantakan!" sahut Viana sambil tertawa dengan tangan yang menutupi mulut.

Ravin ikut tertawa, dia menyentil dahi Viana pelan. 

"Kamu mah ada-ada aja, sih!" 

Keduanya mulai menikmati soto masing-masing dengan tenang. Suasana kantin utama selalu ramai. Viana duduk terpisah dengan ketiga sahabatnya. 

Suara ricuh dari pengunjung kantin menarik atensi Viana. Dia mengangkat wajahnya menatap pintu masuk kantin. Terdapat segerombolan murid laki-laki dengan seragam urakan. Salah satunya Sagara. Panjang umur sekali baru saja dibicarakan, Sagara muncul. 

"Itu kan murid barunya?" Ravin melempar pertanyaan setelah menenggak es teh miliknya. 

"Iya," jawab Viana singkat. 

Viana mencoba terlihat biasa saja di depan Ravin. Namun, semuanya sulit apalagi ketika Sagara melewati meja mereka. Sagara sengaja sekali melirik Viana secara terang-terangan. Membuat Viana menyumpah serapahi Sagara detik itu juga. 

"Cuma murid berandal kaya dia, kok bisa, ya buat satu sekolah heboh," gumam Ravin memperhatikan Sagara. 

Viana tertawa sepertinya Ravin tidak menyukai Sagara seperti dirinya. 

"Mata mereka kayanya buta, deh sampe gak bisa lihat kalo murid baru itu spek preman pasar!" 

Ravin ikut tertawa. Keduanya tidak menyadari jika Sagara mendengar pembicaraan mereka. Karena, jaraknya yang cukup dekat. 

"Semoga mereka cepet dapet kesadaran, ya!" Ravin merasa senang ternyata Viana tidak menyukai sosok murid baru itu. 

"Ravin, kamu udah selesai makan, kan?" tanya Viana buru-buru menenggak jus jeruk miliknya. 

"Iya, kenapa? Kamu butuh sesuatu?" tanya Ravin penuh perhatian. 

Viana menggeleng dengan kikuk. Viana hanya tidak ingin satu ruangan dengan Sagara. Dia juga memikirkan bagaimana nasib ke depannya nanti di sekolah. 

Meksipun Sagara tidak ingin mengungkapkan hubungan mereka, tetapi tetap saja Viana tidak bisa mempercayainya. Viana bahkan tidak berani membayangkannya. Karena bagaimana pun, dia tidak ingin hubungannya dengan Ravin berakhir. 

"Aku gak butuh apa-apa. Aku cuma mau ke perpustakaan aja, kok." Beruntung Viana dengan cepat mencari alasan yang tepat. "Kamu mau, kan nemenin aku belajar di perpustakaan?"

Ravin terkekeh pelan. Ini yang membuat dia menyukai Viana. Meskipun Viana suka menindas seseorang, dia tidak pernah melupakan kewajibannya sebagai seorang pelajar. 

"Ayo, kita ke perpustakaan." Ravin berdiri seraya mengulurkan tangannya pada Viana. 

Viana menerimanya dengan baik. Saat ingin keluar dari kantin teriakan Sagara menghentikan langkah mereka.

"Viana Rajendra!" panggil Sagara.

Viana berdecak kesal. Dia bergumam pelan, "Sial! Ngapain preman pasar itu manggil gue?!"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status