"Kok, gak bilang dulu kalo mau jemput aku?" tanya Viana sambil menuruni anak tangga di rumahnya. Lampu gantung kristal mewah dan sofa panjang yang empuk. Guci antik dengan harga mahal menambah nilai keindahan. Dan juga terdapat sebuah figura foto keluarga yng berisi Arthur yang merangkul Alesha. Dengan Viana kecil yang berada di tengah-tengah keduanya. Ravin mengangkat wajahnya dari layar ponsel. Saat suara Viana terdengar memasuki telinganya. "Kejutan biar kamu seneng!" Ravin berdiri menyambut Viana yang kini berlari kecil mendekatinya. Viana tidak bisa menahan senyumannya. Pikirannya beberapa hari terakhir sangat kacau. Namun, selalu ada Ravin yang menenangkannya. Viana beruntung memiliki kekasih sebaik Ravin. "Kamu udah sarapan belum? Kita sarapan dulu, ya!" Viana bersiap menarik Ravin menuju dapur. Mengajaknya untuk sarapan bersama. Belum sempat Ravin memberinya respon. Deheman Arthur yang berada di undakan tangga terakhir. Mengejutkan keduanya yang secara refle
"Papa keterlaluan sama Ravin! Dia pacar aku, Pa!" teriak Viana selepas kepergian Ravin yang diseret keluar oleh penjaga. Ravin hanya bergeming di tempat. Membuat Arthur memerintahkan penjaga rumah untuk memyeret Ravin keluar. Itu semakin memicu amarah Viana pada Arthur. '"Diam, Viana! Seharusnya kamu tuh sadar diri kalo kamu mau nikah sama Sagara!" sembur Arthur yang mulai tersulit emosi. "Aku gak pernah setuju buat nikah muda. Aku juga gak pernah mau nerima perjodohan itu. Karena, aku udah punya Ravin, Pa!" balas Viana mengepalkan tangannya kuat. "Lelaki sampah tadi? Dia engga pantas bersanding sama kamu!" Arthur terlihat begitu merendahkan Ravin. Arthur selalu melihat latar belakang seseorang. Meskipun Arthur terlihat tidak peduli pada Viana. Tapi, dia selalu mengawasi pertemanan Viana. Rachel, Kanara, dan juga Seyra erasal dari keluarga terpandang. Sehingga Arthur mengizinkan mereka untuk berteman dengan Viana. "Tapi, aku cinta sama Ravin, Pa!" Suara Viana tampak memelan.
"Lo pikir kabur itu gampang?" sentak Sagara tak habis pikir dengan jalan pikiran Viana. "Ya, dibuat gampang lah bego!" sungut Viana seraya memutar kedua bola matanya malas. Sagara berdiri menjulang di hadapan Viana yang tingginya hanya sebatas dagunya. Dia memasukan kedua tangannya pada saku seragamnya. Tatapannya menyorot Viana penuh keseriusan. "Gak segampang apa yang ada di otak kecil lo. Lo harus pikirin konsekuensi dari tindakan lo itu!" ujar Sagara membuat Viana berdecak "Kalo gak mau, ya udah biar gue aja yang kabur!" tukas Viana kesal saat Sagara tidak ada di pihaknya. "Lo gila atau gimana, sih? Lo pikir acara kabur-kaburan lo bisa cegah pernikahan kita nanti?" Sagara memperhatikan ekspresi kesal Viana. "Yang ada buat keadaan makin rumit! Viana tampak tak acuh. Dia menatap langit biru yang dipenuhi gumpalan awan putih. Terik matahari begitu menyengat kulit seputih susu. Dari balik kaca mata hitamnya Viana menikmati keindahan langit di atas sana. "Gue gak nyang
"Om El? Ngapain di sini?" Viana terkejut saat melihat kehadiran Elvano Rhisandi— asisten Arthur di depan gerbang sekolahnya. Elvano tersenyum hangat pada Viana. Pria berusia 34 tahun itu menghampiri Viana yang menatapnya kebingungan. "Saya ke sini buat jemput kamu. Papa kamu tadi nyuruh Pak Tono buat jemput Bu Alisha di bandara," jelas Elvano membuat Viana menepuk jidatnya pelan. "Oh, ya aku lupa kalo Tante mau pulang hari ini!" kata Viana merasa bersalah tidak bisa menepati janjinya untuk menjemput Alisha. "Gak usah khawatir, Viana! Bu Alisha juga ngerti kalo kamu sibuk sekolah!" Elvano berjalan menuju mobil diikuti Viana. "Ayo, kita langsung pulang!" Viana memasuki mobil setelah Elvano membukakan pintu untuknya. Lalu, Elvano masuk ke kuris pengemudi. Dia melirik Viana yang duduk di sampingnya sedang memasang sabuk pengaman. "Om, emang gak ada kerjaan di kantor?" tanya Viana menatap Elvano yang menyalakan mesin mobil. "Banyak, tapi terpaksa saya tinggalkan buat jemput ka
"Viana, kamu bentar lagi nikah mukanya jangan murung gitu, dong!" Alisha mendekati Viana yang duduk di meja rias. "Senyumnya mana?" Viana tidak memperdulikan Alisha. Tatapannya kosong menatap pantulan dirinya di depan cermin. Menggunakan gaun pengantin putih yang tampak elegan namun sederhana. Viana sedniri yang meminta pada Ranessa saat itu. "Tante, aku gak mau nikah!" Rasanya Viana ingin sekali menangis dengan takdirnya saat ini. Kenapa dirinya harus mengalami pernikahan di usia remaja? Kenapa perjodohan konyol terjadi pada dirinya? Kenapa Arthur tega melakukan ini padanya? Salah Viana apa? Serentet pertanyaan itu berputar di kepalanya. Tidak ada satupun pertanyaan yang terjawab. Viana merasa frustasi dengan semuanya. Di detik-detik terakhir sebelum dirinya dan Sagara melangsungkan akad nikah. Afirmasi dalam diri Viana kosong. "Viana, Tante udah bilang, kan? Jalanin aja dulu!" kata Alisha mengusap pundak Viana dengan lembut. Keponakannya ini sudah dirias wajahnya sej
"Daniel, maksud kamu apa nikahin Sagara di belakang aku?" teriak Kinan Miranda dengan tatapan penuh amarah. Di belakangnya Alvaro Adijaya— 35 tahun suaminya baru Kinan yang usianya 10 tahun lebih muda darinya. Kaki jenjangnya yang terbalut sepatu hak tinggi itu melangkah. Mendekati Daniel yang membeku di tempat. Begitupun dengan Sagara yang terdiam membisu di sisi Viana yang terkejut bukan main. Arthur dan Alisha saling pandang dengan tatapan penuh khawatir. Keduanya tahu siapa wanita yang datang dengan kemarahannya itu. Kinan Miranda— mantan istri dari Daniel Giantara. Ibu kandung Sagara yang baru saja menikahi Viana beberapa menit yang lalu. "Kamu lakuin semua ini tanpa ngasih tau aku!" sentak Kiana lagi yang kini sudah berdiri di depan Daniel. "Kamu gak punya hak buat tau pernikahan Sagara!" Daniel tersadar dari rasa terkejutnya. Kedatangan Kinan sudah diprediksi olehnya sejak jauh-jauh hari. Daniel sudah memastikan tidak ada yang tahu tentang pernikahan Sagara termasuk Kinan.
"Tinggal jawab aja apa susahnya, sih, Gar!" Viana membentak Sagara pada akhirnya. Viana tidak terima diabaikan. Terlebih yang mengabaikannya itu Sagara. Lelaki yang dia anggap sebagai musuh. Dengan kesusahan karena menggunakan gaun pengantin yang panjang. Viana mendekati Sagara. Dia menarik bahu lebar lelaki itu memaksanya untuk berbalik badan. Tatapan Sagara begitu dingin. Membuat Viana takut untuk sesaat. Namun, dia Viana yang tidak pernah takut pada siapapun selain pada Tuhan dan juga Arthur. "Apa pentingnya buat lo?" tanya Sagara pelan nyaris seperti bisikan. Membuat Viana merinding untuk sesaat. "Mau dia nyokap gue atau bukan lo gak punya hak buat tau!" bentak Sagara membuat Viana tersentak kaget. Secara reflek Viana mundur. Hanya hitungan detik Sagara tiba-tiba membentak dirinya. Viana memegangi jantungnya yang berdegup kencang. Meskipun begitu tatapan Viana terlihat marah pada Sagara. "Gak usah bentak gue, sialan!" balas Viana dengan nada tak kalah tinggi. Sagar
"Daniel, pernikahan Sagara dengan perempuan itu engga sah!" Kinan masih tidak terima dengan pernikahan Sagara. Sebagai Ibu, dia merasa dikhianati oleh Sagara. Putranya menikah tapi tidak memberitahu dirinya. Sehingga Kinan terus mengajak Daniel untuk berdebat."Kamu keterlaluan Daniel!" Itu suara Alvaro, suami Kinan. Pria itu memasuki tangannya ke dalam saku celananya. "Mau gimana pun, Kinan tetap Ibunya Sagara. Kamu engga bisa bertindak seenaknya tanpa keputusan dari Kinan!" lanjutnya membuat Daniel berdecih muak."Diam kamu, keparat! Kamu engga usah ikut campur urusanku dengan Kinan!" Daniel melonggarkan dasinya yang mencekik lehernya. "Saya punya hak untuk ikut campur. Karena, Sagara juga anak Saya!" Dengan tidak tahu dirinya Alvaro berkata seperti itu.Daniel mengepalkan tangannya kuat. Ingin sekali dia memberikan tonjokan pada wajah sombong Alvaro. Dia tidak terima dengan penuturan pria itu."Jaga ucapan kamu! Sampai kapan pun Sagara hanya anak Saya, kamu bukan siapa-siapa Sag
"Ini rumah Mama gue, Gar!" Viana mulai berjongkok di depan makam dengan batu nisan bertuliskan nama Alesha Kayline. Wanita berhati malaikat yang sudah melahirkan Viana ke dunia yang penuh kejutan ini."Halo, Mama, maaf, ya, Nana baru bisa dateng lagi!" Viana mengusap batu nisan Alesha dengan lembut. Dia meletakan bunga mawar putih di atasnya. Sagara ikutan berjongkok di samping Viana. "Hallo, Mama, saya Sagara suami Viana!" Viana terkejut mendengar Sagara yang memanggil Alesha dengan sebutan Mama. Bukannya tidak boleh hanya saja dia tidak menyangka saja. Sagara akan secepat itu tanpa rasa canggung. Viana berdehem pelan, dia menatap gundukan tanah di depannya lagi. "Mama, Nana kangen sama Mama. Papa masih kaya yang terakhir aku ceritain ke Mama. Papa jarang ada di rumah buat Nana. Papa nggak pernah peduli sama Nana lagi!"Tanpa sadar air mata Viana menetes membahasi pipinya. Sudah lama dia tidak mengunjungi makam Alesha. Dulu minimal 2 Minggu sekali dia datang. Terakhir dia datan
"Gue udah tau kalo dia selingkuh!"Viana menatap datar selembar foto yang disodorkan oleh Ajeng. Foto mesra Ravin dan Agatha di sebuah kamar apartement. Dia melirik mading yang dipenuhi oleh foto tidak seonoh Ravin dan Agatha lainnya. Bohong, jika Viana mengatakan dia baik-baik saja. Masih ada sedikit sisa perasaan untuk Ravin, tapi rasa kecewa dan sakit lebih besar dari itu. Rasa cinta Viana yang begitu besar dihancurkan oleh Ravin begitu saja dengan mudah. "Ayo, gue anter ke kelas!" Sagara merangkul Viana dan membawa gadis itu menjauh dari kerumunan. Dia tidak terkejut dengan foto-foto Ravin dengan Agatha di mading. Karena semua itu adalah ulahnya. Dia menyuruh Satya untuk menempelkan foto Ravin dan Agatha yang dikirimkan oleh nomor asing dua minggu yang lalu.Viana mendongak menatap Sagara dengan senyum manis. "Ayo, tapi gue mau ke kantin dulu!" Sagara mengacak pelan rambut Viana, lalu dia segera melangkah menjauhi para murid yang menatapnya tak berkedip."Serius? Dia biasa aja
"Viana, sampe kapan lo mau diemin gue kaya gini?"Sagara menarik tangan Viana yang ingin keluar dari apartement. Sudah seminggu semenjak Viana mengakhiri hubungannya dengan Ravin. Sagara dan Viana terjebak dalam perang dingin yang disebabkan oleh Sagara sendiri. Viana tidak ingin berbicara dengan Sagara. Saat di sekolah, Viana selalu menghindarinya. Ketika di apartement, Viana memilih di kamar. Bahkan biasanya Viana akan memakan masakan Sagara, kini Viana memesan makanan lewat go- food. Viana membuat Sagara frustasi sekaligus kesel. "Lepasin tangan kotor lo dari gue!"Viana menyentak tangan Sagara yang menyentuh pergelangan tangannya. Bahkan Viana tidak menatap Sagara sama sekali, dia menatap ke arah lain. "Itu cara lo bersikap ke suami?" Sagara menatap tajam Viana yang setia menunduk. "Angkat kepala lo, Viana! Lantainya lebih ganteng dari gue, hah?" Sagara sedikit meninggikan suaranya. Dia lelah selama 7 hari ini selalu membujuk Viana. Membawakan makanan kesukaan Viana, tapi ga
"Lo jahat, Gar!" Sekuat tenaga Viana mendorong tubuh kekar Sagara. Dia menatap Sagara tajam dengan hidung kembang kempis. Wajah Viana begitu merah dengan kedua mata yang sembab.Beruntung keadaan koridor sepi, karena saat ini masih jam 08.30 di mana jam pelajaran masih dimulai. Viana segera berbalik dan berlari meninggalkan Sagara seorang diri di koridor."Maaf, gue nggak nyangka kalo lo bakal tau secepat ini!"Sagara menatap punggung Viana yang sudah mulai menjauh. Sagara membiarkan Viana pergi, dia tidak ingin mengejarnya. Viana membutuhkan waktu sendiri, Sagara mencoba untuk mengerti. Dia akan meminta maaf lagi nanti. ****"Brengsek!"Kanara menggebrak meja kantin yang di duduki oleh Ravin. Kanara menatap murka pada Ravin yang sejak tadi melamun dalam diam.Ravin mengangkat wajahnya. Dia sudah menduga hal ini akan terjadi."Lo mau maki gue, Na? Silakan!"Ravin sudah pasrah, karena dia sadar diri bahwa dia salah pada Viana.Kanara tersenyum sinis. Dengan kedua mata menyorot Ravin
"Viana!"Sagara yang melihat Viana berlari. Lantas segera mengejarnya. Dia menarik tangan Viana dengan panik saat sudah berada di dekat gadis itu. Viana ingin memberontak, dia mengira jika itu Ravin. Saat tahu ternyata yang menariknya adalah Sagara, Viana memeluk suaminya itu dengan erat."Ravin, Gar! Ravin selingkuh!"Tangis Viana tumpah di pelukan Sagara. Dadanya terasa sesak. Perasaannya campur aduk saat ini. Antara marah, kecewa,dan juga sedih. Dia melampiaskan semua emosi dalam dirinya lewat air mata."Tumpahin semua tangisan lo saat ini, Viana! Gue di sini sama lo!" Sagara membiarkan Viana menumpahkan tangisannya di dada bidangnya. Setelah ini dia berjanji tidak akan membuat Viana mengeluarkan air mata lagi. Dia tidak kaget mendengar Ravin berselingkuh. Dia sudah tahu lebih dahulu dari lama. Pertama dia bertemu Ravin di lampu merah bersama seorang perempuan tertawa mesra. Awalnya dia tidak peduli dan berpikir positif. Namun, 3 hari yang lalu Sagara mendapat kiriman foto dari
"Kak Gara, bukan Kak Viana yang dorong aku dari tangga. Aku jatuh sendiri pas nolongin Kak Viana." Suara Alin terdengar melemah menjawab pertanyaan Sagara. Semua murid SMA Galaksi mendengarkan itu dengan seksama."Aku disuruh manggil Kak Viana buat dateng ke ruang BK buat ngurus absensi kelasnya. Aku ketemu Kak Viana di undakan tangga kelas 10, pas aku lagi ngomong Kak Viana kepeleset. Aku mau megangin Kak Viana, malah aku yang jatuh karena kepleset."Seusai Alin selesai menjelaskan. Satya kembali mengambil alih."Sekarang masih mau nuduh kalo Viana yang dorong Alin?"Viana segera bangkit dari duduknya. Dia bergegas keluar dari kelas, tidak memperdulikan teriakan sahabatnya. Dia ingin menemui Sagara detik ini juga. Dia berlari sepanjang koridor menuju ruang penyiaran yang berada di lantai satu. Dia dengan terburu-buru menuruni undakan tangga satu persatu. Namun, dia menghentikan langkah kakinya saat melihat Ravin bersama Meylani berdiri di ujung koridor. "Ravin? Ngapain dia sama Me
"Nanti istirahat gue jemput!"Sagara melepaskan helm full face miliknya. Dia merapihkan rambutnya yang berantakan lewat kaca spion. "Bawel banget, sih lo! Iya! Iya! Gue bakal nungguin lo di kelas! Puas lo?" Viana tampak kesal pada Sagara yang mengucapkan itu berkali-kali sejak dia bangun tidur. Terhitung semenjak Viana diculik oleh Raditya sore itu. Sudah 3 hari, Sagara begitu protect padanya. Bukannya tidak suka atau risih, hanya saja ini terlalu berlebihan. Selama 3 hari kemaren, Viana sakit sampai tidak bisa masuk ke sekolah. Sagara merawatnya dengan begitu baik, membuat Viana sedikit terharu. Preman pasar yang begitu cuek dan menyebalkan mendadak menjadi Dokter pribadi untuk Viana."Gue peduliin juga! Bukannya makasih malah tantrum!" Sagara turun dari motornya. Dia mulai merangkul Viana untuk memasuki sekolah. Dia mengabaikan tatapan dan bisik-bisik dari para murid sepanjang koridor. Senyum pada bibir Sagara tersungging kala mengingat apa yang akan dia lakukan pagi ini. Sagar
"Ada gue di sini, Vi!"Sagara menarik Viana ke dalam dekapannya. Dia memeluk gadis itu dengan hangat. Mengusap lembut kedua bahu Viana yang bergetar. Mental Viana seperti terganggu karena penculikan hari ini. Sagara gagal menjaga Viana. Sagara gagal menjaga amanah dari Arthur. Seharunya Sagara tidak sibuk bermain basket saat jam pulang sekolah. Dia langsung ke kelas Viana, mungkin Viana tidak akan mengalami kejadian seperti ini. Bodoh! Sagara terus menyalahkan diri sendiri. "Gue takut, Gar! Mereka nyiksa gue! Mereka maksa gue buat jujur hubungan gue sama lo!"Viana menumpahkan semua tangisannya di pelukan Sagara. Sepanjang hidupnya baru kali ini Viana mengalami hal buruk seperti ini. Ini lebih menakutkan daripada amarah Arthur. "Gue janji, Viana! Gue bakal lindungin lo selamanya!" Sagara bersumpah akan menebus kesalahannya hari ini pada Viana. Meskipun dia tahu bahwa itu tidak sepenuhnya kesalahan Sagara. Dia berjanji akan memastikan keadaan Viana baik-baik saja. Mulai hari ini,
"Musuh lo itu gue, bangsat! Nggak usah bawa-bawa Viana!" Sagara menarik kaos yang dikenakan oleh Raditya. Dia kembali memukul wajah Raditya dengan kencang. Dia terus memukulinya dengan membabi buta. "Lo pikir dengan Lo nyulik Viana kaya gini buat gue bakal tunduk sama lo?"Sagara seperti orang kalap. Dia diliputi oleh amarah saat melihat Raditya melecehkan Viana. Dia sudah tidak memikirkan hal lain. Dia hanya ingin menghabisi Raditya saat ini juga."Lo Dateng terlalu cepet, Gar! Gue belum sempet ngerasa—"Bugh'Sagara tidak memberi kesempatan pada Raditya untuk menyelesaikan ucapannya. Dia sudah bisa menebak ke arah mana ucapan Raditya. "Jaga ucapan lo!" Sagara menendang perut Raditya membuat lelaki itu terlempar mengenai tembok. Sagara mendekat dan menyeret kaki Raditya yang sudah tak berdaya. Lalu, dia kembali menendang tubuh Raditya. Sagara seakan tuli mendengar teriakan Raditya penuh kesakitan. "Gara, stop!" Suara Viana terdengar begitu lirih. Berhasil menghentikan pergeraka