BAB 3 Makan Malam Bersama Keluarga Giantara
"Viana, kamu sekolah di SMA Galaksi, kan?" tanya Daniel memastikan.
Kini mereka sudah duduk di meja yang sudah disiapkan. Viana duduk berhadapan dengan Sagara dan Arthur berhadapan dengan Daniel.
Meja-meja ditata dengan rapi dengan lapisan kain linen berkualitas tinggi. Dan peralatan makan dari perak yang berkilau.
"Bener, Om, aku sekolah di sana," jawab Viana dengan senyuman.
"Kalo Gara sekolah di SMA Xeron," kata Daniel meilirik Sagara yang sibuk memperhatikan Viana.
Arthur dan Daniel mengira jika Sagara mengagumi kecantikan Viana. Kenyataannya tidak begitu, Sagara hanya mencoba mengingat tentang siapa Viana. Seperti pernah mengenal tapi di mana. Begitupun dengan Viana yang merasakan hal yang sama dengan Sagara.
Mendengar ucapan Daniel mengenai sekolah Sagara. Viana mengingat tentang siapa Sagara. Sagara Giantaraー siswa berandal di SMA Xeron. Dia merupakan ketua geng motor Verdon yang terkenal di kota Swinden.
Geng Verdon selalu membuat kerusuhan di jalanan seperti balapan liar dan juga tawuran. Para warga sudah menyuruh Geng Verdon untuk dibubarkan oleh pihak berwajib. Tapi, semua itu tidak terjadi saat Daniel selalu turun tangan setiap kali Sagara membuat masalah.
"Oh, jadi lo ketua geng Vendor?" celetuk Viana dengan senyuman mengejek.
Bertepatan dengan itu, koki dan beberapa pelayan mengantarkan hidangan utama yaitu Bebek Panggang.
Sagara mengangguk, "dan lo cewek yang suka nindas murid lain, kan?" balas Sagara tak kalah sinis.
"Viana!"
"Sagara!"
Tegur Daniel dan Arthur. Keduanya saling tatap tak nyaman dengan Sagara dan Viana yang justru saling mengibarkan bendera perang.
Viana berdecih sinis, dia seakan lupa dengan keberadaan Daniel dan Arthur.
"Seenggaknya gue gak pernah buat kerusuhan di jalanan." Viana tersenyum miring menatap Sagara yang ekspresinya berubah.
"Dan seenggaknya gue gak pernah ngerusak mental orang!" Sagara tidak mau kalah dengan Viana.
"Cukup! Kalian baru saja kenal kenapa udah mau ribut aja?" Daniel memijit pelipisnya yang terasa pening.
Dia malu pada Arthur karena sikap Sagara yang seperti anak kecil. Arthur menatap tajam Viana menyuruh gadis itu untuk diam. Mendapati tatapan seperti itu, Viana segera menutup mulutnya diam.
Hidangan utama kedua pun telah tersaji yaitu Ayam basil pedas. Mereka mulai menikmati makanan dengan tenang tanpa adanya percakapan. Sampai akhirnya makan malam telah selesai.
Detik itu juga, hidangan penutup tersedia. Panna cotta dengan saus buah. Namun, deheman Daniel menarik atensi Viana dan Sagara.
"Ada yang ingin saya sampaikan sama kalian berdua," kata Daniel menarik napas panjang.
"Saya sama Arthur udah rencanain makan malam ini dari lama. Kami udah membuat kesepakan perjodohan untuk kalian berdua," lanjut Daniel membuat Sagara dan Viana terkejut.
Jika saja Viana sedang minum atau makan mungkin dia sudah tersedak detik itu juga. Ini sangat mengejutkan untuk dirinya.
"Perjodohan?" Viana menatap Daniel dan juga Arthur dengan ekspresi tercengang.
Arthur mengangguk, "ya, perjodohan. Papa harap kamu engga nolak keputusan Papa ini."
"Maksud Papa, apa?" tanya Viana tatapan kecewa yang tidak bisa disembunyikan. "Papa mau buang aku dengan adanya perjodohan ini?" lanjut Viana saat melihat Arthur hanya diam.
"Berhenti berpikiran buruk tentang Papa, Viana. Papa cuma mau lakuin yang terbaik buat kamu!" jelas Arthur tak terima dengan tuduhan Viana.
"Terbaik dengan jodohin aku sama cowok yang gak aku kenal sama sekali?" Viana tertawa sinis di depan Daniel, Arthur, dan juga Sagara.
"Viana, cukup! Kamu engga ngerti sama tujuan Papa!" Arthur tersulut emosi dengan tindakan Viana yang mencoba melawannya.
"Aku emang gak ngerti dan gak ada niatan buat ngertiin, Papa. Karena apa? Karena Papa aja gak pernah ngertiin aku!" Suara Viana tercekat di tenggorokan. "Kalo Papa berharap aku bakal nerima perjodohan ini! Itu gak akan pernah terjadi!"
"Viana!" Arthur menahan geram pada Viana. Dia tidak ingin merusak reputasinya sendiri di depan Daniel dan juga calon menantunya.
"Aku juga nolak!" Suara Sagara membuat mereka menoleh pada lelaki itu.
Viana tersenyum tipis perjodohan ini tidak akan pernah terjadi.
"Kalian jangan bersikap egois hanya mementingkan keinginan pribadi aja. Tapi, kalian pikirin juga masa depan kita yang yang dikorbankan sama kalian berdua!" sergah Sagara membuat Daniel dan Artur terbungkam.
"Gara, maksud Papa engga kaya gitu. Papa cuー"
"Cuma cari keuntungan pribadi?" tukas Sagara cepat. Daniel mengepalkan tangannya menahan emosi pada Sagara.
"Kita masih pelajar, kita masih punya masa depan, dan tentunya kita gak mau nikah muda!" lanjut Sagara yang diangguki Viana.
"Kalian yang memperoleh keuntungan, sedangkan kita yang akan mengalami kerugian. Menikah tanpa adanya rasa cinta, lalu gimana nantinya ke depannya?" Viana berdiri dari duduknya. "Yang menikah karena rasa cinta aja ujung-ujungnya banyak yang cerai karena perselingkuhan dan KDRT."
Viana teringat bacaan novel online yang pernah dibaca olehnya. Belum lagi berita yang sedang viral di media sosial.
Daniel tertampar dengan penuturan Viana. Dia memaksakan diri untuk tertawa.
"Pemikiran kamu terlalu jauh, Viana. Di luar sana banyak yang menikah karena perjodohan, tapi mereka hidup bahagia!"
"Tapi, itu mereka, Om. Nasib semua orang berbeda-beda!" Viana tetap mempertahankan pendapatnya.
"Sudahlah keputusan yang kita buat untuk kebaikan kalian berdua. Kita juga udah mikirin masa depan kalian kaya apa nantinya. Jadi, jangan khawatir sama hal yang belum terjadi!" Arthur angkat bicara pada akhirnya.
"Aku tetep nolak, Pa!" Viana dan Sagara berucap secara bersamaan. Keduanya saling tatap dengan sinis.
"Kalo kalian nolak, semua fasilitas akan ditarik!" ancam Daniel dan juga Arthur.
BAB 4 "Kalian gak bisa ancem kita kaya gini!" sergah Viana tak terima. Tatapannya menatap marah pada Arthur dan juga Daniel."Kenapa engga terima? Yang kita lakuin ini untuk kebaikan kalian juga!" balas Arthur dengan tenang."Kebaikan kaya gimana? Kita juga punya hak untuk nolak keputusan kalian ini!" Viana tidak mengerti jalan pikiran Daniel dan juga Arthur. Keduanya tidak pernah mengerti tentang perasaan anak mereka sendiri.Apakah semua keluarga kelas atas seperti ini? Jika, iya kenapa dirinya yang masih SMA sudah dipaksa menerima perjodohan konyol ini. Viana tidak ingin terikat dengan lelaki yang tidak dia kenali sama sekali. Terlebih ini Sagara, lelaki yang terkenal bringas ketika memimpin tawuran."Viana, kamu cukup diam dan nurut! Dengan begitu kamu fasilitas kamu engga akan Papa tarik!" Arthur menyuruh Viana untuk duduk kembali.Viana duduk dengan perasaan kesal. Dia tahu seperti apa Arthur, tidak ada habisnya terus berdebat dengannya itu. Karena yang menang pada akhirnya tet
Bab 5"Viana, semalem lo kemana, sih?" Kanara melirik Viana yang duduk di sampingnya. "Bukan urusan lo!" jawab Viana ketus. Waktu menunjukan pukul 07.00 pagi kota Swinden. Karena bel sekolah sudah berbunyi, semua murid duduk di kursinya masing-masing.Viana duduk bersama Kanara. Sedangkan Rachell duduk bersama Seyra. Saat ini keadaan kelas XII I begitu riuh, karena belum ada guru yang mengajar. "Woii, ada Bu Dian!" teriak Dodi, teman sekelas Viana.Seluruh murid terdiam. Suara ketukan langkah semakin terdengar jelas disusul suara Bu Dian memberi sapaan."Selamat pagi semuanya," sapa Bu Dian dengan senyuman. "Pagi, Bu," jawab seluruh murid serentak.Bu Dian tersenyum tipis. Matanya melirik pintu, lalu mengangguk ke arah siswa yang berdiri di ambang pintu. Siswa tersebut memasuki kelas dan disambut dengan kericuhan para murid."Wah, murid baru, ya?" tanya salah satu murid. "Ganteng banget!" puji siswi lainnya."Siapa namanya, Bu?" tanya siswi yang duduk paling depan."Bukannya itu
Bab 6"Emang ada yang mau sama cewek sakit jiwa kaya lo?" tanya Sagara sarkastik.Viana mengepalkan tangannya kuat. Dia menatap tajam Sagara yang tersenyum mengejek padanya."Buktinya gue sama dia udah pacaran 2 tahun." Viana mengibaskan rambutnya angkuh di depan Sagara. "Kayanya tuh cowok sakit jiwa juga!" Sagara tidak berhenti untuk mengejek Viana. "Jaga mulut lo, ya!" sungut Viana kesal.Sagara tidak mempedulikan kekesalan Viana. "Bukan lo aja yang gak mau berita perjodohan ini tersebar, tapi gue juga," kata Sagara membuat Viana tersenyum sumringah.Viana tersenyum sinis. "Bagus! Gue jadi gak perlu capek-capek ngasih peringatan sama lo buat tutup mulut!" Viana melipatkan tangan di depan dada. Tatapan Viana memandang Sagara dengan sinis. "Gue mau tegasin sama lo! Anggap aja kita gak pernah kenal dan gak ada hubungan apapun! Gue harap lo ngerti!" Setelah mengatakan itu Viana berbalik pergi dari rooftop. ***"Viana, kamu mau makan apa?" tanya Ravin yang kini berdiri di depan Via
Bab 7"Ini punya lo, kan?" Sagara menyerahkan jepitan rambut berbentuk kupu-kupu. Viana melebarkan matanya kala jepitan rambut kesayangannya berada di tangan Sagara. Dia menatap tajam pada Sagara dengan napas memburu. Dia tahu Sagara sengaja melakukan ini di depan Ravin. "Gue tadi nemu ini di ro—" "Makasih udah balikin jepitan rambut gue!" Viana dengan cepat menyambar jepitan di tangan Sagara. Dia sengaja memotong ucapan Sagara yang memancing perhatian Ravin."Kebiasaan banget suka ceroboh kaya gitu," celetuk Ravin mengacak rambut Viana dengan pelan. Tatapan Ravin beralih pada Sagara, dia maju satu langkah. "Makasih, ya udah nemuin jepit rambutnya Viana," ucap Ravin menatap Sagara intens.Ada sesuatu di dalam diri Ravin saat melihat Sagara. Sejak kedatangan Sagara di sekolah ini, Ravin tidak pernah tenang, terlebih lagi murid baru itu Sagara—ketua geng motor Verdon. Kedatangan Sagara membuat satu sekolah heboh. Ravin hanya takut posisi siswa terpopuler tergeser oleh Sagara. "S
"Hai, Viana!" sapa Daniel saat melihat Vina dan Sagara memasuki ruangannya. "Hai, Om!" Viana mendekat dan mencium tangan Daniel diikuti oleh Sagara. Daniel segera menyuruh keduanya untuk duduk. "Gimana sekolah barunya, Gara?" tanya Daniel membuat Sagara menoleh dengan malas. "Biasa aja!" jawabnya singkat. Berhasil menyulut amarah Daniel. Jika, tidak ada Viana di sini. Dia sudah mengamuk detik itu juga dengan sikap kurang ajar Sagara. Daniel menarik napas pelan lalu beralih pada Viana yang diam saja. "Viana, gimana sekolah kamu hari ini?" Suara Daniel tampak melembut membuat Sagara berdecih. "Buruk, Om. Soalnya ada murid baru nyebelin banget!" jawab Viana dengan sengaja. Daniel terkekeh saat mengerti siapa yang dimaksud Viana. Begitupun dengan Sagara yang melirik Viana tajam. "Lo yang nyebelin bukan gue!" elak Sagara tak terima. "Dih, gak usah nyambung gak ada kabel!" ucap Viana ketus. Daniel menghentikan kekehannya. "Kalian sebentar lagi menikah kenapa masih aja ribut
"Gara, lo kenal sama wanita tadi?" tanya Viana setelah mereka sampai di parkiran. Sagara diam saja tidak menjawab membuat Viana kebingungan. Pasalnya, saat tadi keluar dari lift bertemu dengan seorang wanita. Sagara langsung menarik Viana untuk segera pergi."Gara, itu nyokap lo?" Viana kembali bertanya."Bukan urusan lo!" sentak Sagara membuat Viana terjengkit kaget. "Kalo lo gak mau jawab, ya udah gak usah bentak gue!" Viana balas menyentak Sagara. Dia tidak terima dengan sikap kasar Sagara padanya.Sagara menarik napas panjang. Dia mengusap wajahnya kasar lalu mengeluarkan kunci motornya. "Lo mau balik gak?" tanya Sagara melirik Viana sekilas.Viana mengalihkan pandang dari padatnya jalan raya. "Lo pikir aja sendiri!" balas Viana ketus. "Buruan naik!" titah Sagara yang kini sudah berada di atas motornya.Viana dengan amat terpaksa menaiki motor besar Sagara. Berkat bantuan Sagara, Viana sudah duduk di belakang jok tinggi. Sagara menarik tangan Viana untuk melingkar di perutnya
Bab 1 Viana Si Gadis Penindas"Kalo jalan pake mata, sialan! Lihat gara-gara kecerobohan lo baju gue kotor!" bentak Viana Rajendra— berusia 17 tahun siswi kelas XII I. Siswi paling berkuasa di SMA Galaksi yang memiliki sebuah geng untuk menindas murid lemah. "Maaf, Kak. Aku engga sengaja!" Siswi yang beberapa saat yang lalu menabrak Viana, sehingga jus mangga yang berada di tangannya tumpah mengenai seragam Viana. "Gak sengaja lo bilang?" Viana terkekeh sinis membuat keadaan kantin SMA Galaksi semakin ricuh.SMA Galaksi merupakan sekolah swasta yang terkenal di Kota Swinden. SMA Galaksi berisi murid-murid yang berasal dari keluarga terpandang termasuk Viana dan keempat temannya yang suka menindas orang. "Viana, kayanya tuh cewek emang sengaja cari perkara sama lo!" teriak salah satu siswa dengan sengaja. "Kasih paham, Vi, biar dia gak bikin ulah lagi!" teriak siswa lainnya. Beberapa siswa dan siswi yang berada dipihak Viana dengan gencar memanas-manasi keadaan. Sebagian lagi mem
Bab 2 Ketidakpedulian Arthur Pada Viana "Nona, Tuan nyuruh saya untuk bantu kamu siap-siap!" Mira memasuki kamar Viana dengan tergopoh-gopoh.Viana yang sedang mengerjakan tugas sekolah langsung menoleh ke arah pintu. Mira berjalan ke arahnya membawa sebuah gaun berwarna putih tulang yang glamour. Viana memicingkan mata saat melihat gaun di tangan Miraー38 tahun, kepala pelayan di kediaman keluarga Rajendra. Viana menutup buku tulisnya. Walaupun dia suka menindas murid lain dan melakukan pelanggaran sekolah lainnya, Viana tetap menjalankan kewajibannya sebagai murid. "Siap-siap ngapain?" Viana bangkit mendekati Mira.Dinding kamar Viana bercat biru. Langit-langit tinggi dihiasi lampu gantung dan pernak-pernik lainnya. Terdapat sebuah foto keluarga yang menggantung di atas dinding. Dekorasi kamar ini sesuai dengan keinginan Viana. "Tuan Arthur bilang mau ngajak Nona makan malem di luar," jawab Mira. Beberapa menit yang lalu, Mira mendapatkan telepon dari Arthur yang memintanya unt