SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 19“Tega kamu, Mas.” Aku bergumam. Sedangkan wanita di sampingku melirik aneh. “Mbak, Mbak, kesambet, ya?” Dia mengguncang pundakku.Aku menunjuk pada lelaki yang sedang tersenyum-senyum bersama tiga wanita muda yang cantik juga satu wanita paruh baya yang masih terlihat energik.“Dia suamiku.” Air mataku mengalir lagi ketika mengakui orang yang kutunjuk itu adalah suamiku, tetapi dia malah bersama dengan wanita lain. Juga keluarganya Mas Reno, kenapa seperti mendukung sekali kedekatan mereka? Aku juga menghentak-hentakan kakiku ketika perempuan berambut coklat dan memakai baju merah sexi itu mengusap pipi suamiku.Terbayang lagi dimalam aku melihat Mas Reno dicium oleh gadis itu. Mas Reno mengaku padaku perempuan itu yang seperti bebek menyosor sembarangan.“Woy, Mbak! Bangun!” Merasa aku tak menggubris perlakukan pelayan toko itu, telingaku kini ia tiup.“Apa, sih? Aku tuh lagi sedih. Suamiku jalan dengan wanita lain. Ngakunya aja cinta padaku seorang,
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 20***“Waduh, Mbak, yang sabar, ya! Pasti hati Mbak rasanya sakit sekali, ya!” Pelayan toko mengusap lenganku.“Kamu nanya?” Aku mencebik.Nampak ia seperti menelan ludah.“Dikasihani malah jawabnya gitu, balas dendam, ya?”Aku mengulum senyum.“Walah, Mbak masih bisa senyum? Kalau aku jadi mbaknya. Mungkin sudah pingsan kalau melihat suamiku dengan perempuan lain. Hebat lah mbaknya ini. Salut aku. Udah digituin masih tetap tegar.”“Aku bisa tegar begini karena sudah mempersiapkannya dari kemarin, Mbak. Ini bukan pertama kali aku melihat suamiku dengan ulat bulu itu.”“Oh ….” Bibir pelayan toko itu membuat.“Jadi nanti setelah pertemuan malam nanti mau cerai donk! Apa nggak sebaiknya dipertahankan saja rumah tangganya, Mbak. Keenakan pelakornya. Nanti merasa menang dan besar kepala sudah bisa merusak rumah tangga orang.”“Mempertahankan? Ih, mbuh. Biar saja ulat bulu itu merasa menang. Aku malas mempertahankan hubungan yang tidak ada kejujuran di dalamnya
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 21“Iya, semua untuk Mbak Atik.” Kemudian Bu Weni melenggang masuk ke kamar.Aku cuma bisa mematung setelah ditinggal Bu Weni, masih merasakan tidak percaya atas ucapnya. Baju sebanyak ini dan juga mahal-mahal, pasti akan berbulan-bulan bisa melunasinya. Sedangkan aku tidak tahu persis berapa sebenarnya upah yang akan Bu Weni bayarkan padaku untuk bekerja di sini.“Mbak Atik!” teriak Bu Weni.“Iya, Bu!” Aku pun menjawab dengan cara berteriak. Kemudian berlari menghampiri sumber suara tersebut.Tas-tas berbahan kertas yang kutenteng itu kuletakan begitu saja di lantai dekat pintu kamar yang Bu Weni huni. Pintu itu sedikit terbuka. Aku menyembulkan kepalaku dari balik pintu tanpa berani melangkah masuk.“Ada apa, Bu Weni? Ada yang bisa dibantu?”“Sini masuk aja?” Bu Weni sedang membuka menutup lemari kemudian duduk di bibir dipan.Aku melangkah dengan ragu kemudian masuk sambil melihat tiap sudut ruangan ini. Dasar orang kaya, kamar saja diberi kulkas dan TV
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 22“Oh, iya. Paman sampai lupa sama oleh-oleh yang Atik bawa.” Paman membuka kantong tersebut dan mengeluarkan isinya.“Banyak amat, Tik. Ini semua suamimu yang beli? Tumben. Memangnya sedang ketiban durian runtuh, ya?”Riak wajah istri paman yang terlihat kusut menjadi cerah seketika. Ia juga mendekat dan membantu Paman mengeluarkan sisa isi kantong tersebut.“Itu bukan dari suami Atik, Paman. Tapi dari ….” Hampir saja aku keceplosan bicara. Untungnya aku cepat mengerem ucapanku. Lebih baik aku tidak usah menceritakan tentang pekerjaanku secepat ini. Nanti saja jika waktunya sudah tepat barulah kukatakan sejujurnya pada Paman.Untungnya Paman tidak memperhatikan ucapanku, ia dan istrinya sedang sibuk kembali memasukan barang-barang yang telah mereka keluarkan, kemudian memerintahkan istrinya untuk membawa dua kantung besar itu ke dalam.“Paman sampai nggak merhatiin kamu ngomong apa, saking sibuknya melihat pemberianmu yang banyak tadi, lagian kenapa haru
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3Bab 23Ibu mertua pun kini berdiri. “Pia, jaga ucapan kamu, kamu masih terlalu kecil untuk ikut campur dalam urusan rumah tangga kakakmu.” Ibu mertua memarahi Pia.“Loh, beneran, Bu. Terus terang Pia lebih suka Mas Reno berpisah dengan istrinya. Mbak Atik itu sebenarnya nggak selevel sama keluarga kita. Dia itu cuma lulusan SD yang nggak mungkin bisa nyambung ngomongnya sama keluarga besar kita. Lihat saja sampai detik ini. Apa dia pernah berbincang dengan kita tentang fashion dan yang menjadi trend di dunia ini. Berbeda dengan Mbak Mel. Semua yang kita perbincangkan Mbak Mel jagonya. Dia tahu fashion, gaya hidupnya berkelas, juga sering mentraktir kita beli apa aja. Sedangkan Mbak Atik mana pernah.” Pia mendelik dan mencibir padaku.Aku pun ikut berdiri. “Iya, sih, aku ini cuma lulusan SD mana bisa ngomong fashion atau yang sedang trend di dunia ini, lah, wong aku beli baju lebarannya cuma setahun sekali. Itu pun belinya dikredit Mas Reno dari pedagang kelili
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3Bab 24“Dek, Dek, kamu mau apa, Dek?” Wajah Mas Reno mulai cemas melihatku menggulung lengan baju.“Tadi kamu bentak-bentak aku, Mas! Kamu pikir aku takut sama kamu!” Semua orang ikut panik melihat tingkahku. Kemudian mencegahku yang mendekat pada Mas Reno.“Bu-bukan maksudku begitu, begitu saja kok langsung marah,” ucapnya sambil bersembunyi di balik punggung Ibunya.“Kalian ini, seperti anak kecil!” bentak Paman. Sudah, lebih baik kita pulang ke rumah masing-masing, masalah ini lebih baik kita tunda dulu penyelesaiannya.”Ibu mertua pun mengatakan ia setuju dengan keputusan Paman. Kemudian bersiap ingin pulang.Mas Reno protes, begitu pun aku. Sepertinya kami ingin masalah kami selesai malam ini. Tapi sayangnya keinginan kami untuk menyelesaikan masalah ini tidaklah sama tujuannya. Aku ingin berpisah sementara Mas Reno ingin baikkan dan kembali tinggal di sini malam ini.Ketika aku dan Mas Reno sibuk mencegah mereka ingin pulang, tiba-tiba terdengar suara wa
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 25***PoV: Reno“Tau bakal ditinggal Melia begini mending kamu bawa motor, ya, Ren. Berboncengan tumpuk tiga pun ibu nggak masalah, dari pada jalan kaki.”“Lagian sih, Mas Reno pake acara langsung ngomong gitu di depan Mbak Mel. Jadi kita kan yang kena imbasnya,” timpal Rena.“Ya, mau gimana lagi, Bu, Na. Mas Reno juga bingung harus bersikap apa. Yang Mas pikirkan cuma satu, gimana caranya istriku itu mau menerima aku lagi di rumah itu. Pokoknya Mas nggak mau pisah sama istriku. Sayang wanita secantik itu dilepaskan, lihat saja tadi, Atik begitu menawan dan berkelas.”“Heh, Reno, wanita itu bisa cantik di tangan orang yang tepat, sebenarnya Atik pada dasarnya sudah cantik dari lahir, cuma kamu aja yang bisa mengolahnya.”“Ngolah. Emang makanan,” celetuk Rena. “Tapi benar loh, Mas, apa yang dikatakan Ibu. Selama ini Mas Reno tidak merawat dan menjaga Mbak Atik dengan baik. Dia terlihat kurus dan dekil itu semua gara gara, Mas. Coba Mas Reno nggak pelit sep
SUAMIKU BUKAN LULUSAN D3BAB 26“Jangan sita hape-ku dong, Mas. Aku butuh ini, kalau aku nggak pegang handphone tamat udah riwayatku.” Rena mendekap handphone di tangannya.“Loh, katanya mau dukung Mas. Ya, udah sini pinjem! Mas nggak punya handphone, soalnya punya Mas di pegang Mbak Atik.”“Oh, pinjem aja kan, nggak disita!” Mata Rena menyipit.Aku mengangguk, lalu Rena memberikan benda di tangannya ke telapak tanganku yang menengadah.“Ya, udah sana, keluar!” Aku menunjuk menggunakan bibirku ke arah pintu.Rena mencebik sambil beranjak. “Jangan lama-lama!” Pesannya, Lalu Ia memasang wajah cemberut.“Jangan lupa tutup pintu!” Aku berkata pada Rena tanpa melihat padanya lalu tersenyum senang sudah menemukan cara untuk menghubungi Atik istriku.Segera aku melakukan penggilan video call ke nomor handphone-ku yang sedang dipegang Atik. Aku harap dia membawanya dan tidak meninggalkan benda itu di rumah.Berdering.“Alhamdulillah!” Aku senang ia menerima panggilan video dariku.Tapi mataku