Wajah Laura merah kembali setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Kenriki. Bagaimana tidak? Sandiwara yang harus mereka mainkan saat sarapan pagi bersama adalah, mereka harus mesra di hadapan kedua orang tua Kenriki agar orang tua Kenriki tidak curiga dengan apa yang sudah mereka sepakati.
Namun, Laura tidak punya daya untuk membantah, karena itu adalah sebagian dari tugasnya."Jangan khawatir, setelah kita tinggal sendiri, kau tidak perlu terus berbohong di hadapan orang tuaku, untuk sekarang sampai beberapa hari, kau harus bersabar, jangan membuat masalah jika tidak mau aku menggandakan utang milikmu.""Menggandakan?""Atau, aku akan menyerahkanmu kembali pada rentenir yang mengejarmu itu?""Jangan!" sahut Laura cepat."Bagus, jika begitu kau harusnya patuh dengan apa yang aku katakan, jangan membuat masalah."Laura hanya mengangguk. Seterusnya, ia sudah serius untuk melihat gambar-gambar yang diberikan oleh Kenriki untuk bisa dipilihnya.Sampai akhirnya, ia memilih satu buah gambar yang dirasanya cocok untuk kedua orangtuanya.Kenriki menerima gambar yang dipilih oleh Laura, lalu ia menyimpannya untuk ia bawa saat pembelian hunian baru untuk orang tua Laura.Malam terus saja beranjak semakin larut, sejak tadi Laura tidak melepas sama sekali gaun yang dipakainya karena bingung harus bagaimana ia bersikap, sementara setelah menerima salah satu gambar yang dipilih oleh sang istri, Kenriki sibuk di depan meja kerjanya tanpa mengganti pakaian yang dipakai saat resepsi pernikahan.Laura tidak tahu pekerjaan sang suami apa, tapi dari orang-orang yang bicara saat resepsi pernikahan dilangsungkan, Laura mendengar bahwa Kenriki adalah pewaris tunggal perusahaan sukses milik ayahnya.Bagai mimpi memang, ia yang tidak mencolok tiba-tiba menikah dengan seorang pria mencolok seperti Kenriki.Bagaimana jika Lyoudra sang kakak tahu tentang apa yang sekarang ia alami? Apakah sang kakak akan ikut bahagia, atau sebaliknya?"Kenapa kau tidak mengganti gaunmu?"Lamunan Laura buyar seketika saat mendengar suara Ken mengatakan hal itu. Ia tidak beralih dari layar laptop yang ada di hadapannya meskipun ia mengucapkan kata-kata itu pada Laura."Ah, iya."Laura hanya menyahut demikian."Apa aku harus keluar kamar dulu? Biar kamu nyaman untuk berganti pakaian?""Tidak usah! Aku berganti pakaian di kamar mandi aja, kalau kamu keluar, orang tuamu akan curiga."Laura berusaha untuk tidak mempersulit situasi. Namun, kegelisahannya diketahui oleh Ken, hingga pria itu bangkit dari tempat duduknya."Aku akan keluar, berpura-pura ingin memeriksa keadaan di luar, kau gunakan kesempatan itu untuk berganti pakaian, ya? Aku beri waktu 10 menit!"Setelah bicara demikian, Kenriki akhirnya melangkah ke arah pintu, dan membukanya setelah itu keluar dari kamar.Pria itu melupakan satu hal tentang pintu yang harus dikunci atau tidak, hingga Laura juga melupakan hal itu. Diberikan waktu 10 menit untuk menanggalkan gaun yang tidak sederhana baginya itu bukan waktu yang banyak.Tentu saja Laura kalang kabut.Tetapi, apa yang bisa ia katakan selain mengiyakan?Laura hanya bisa mengiyakan, karena Kenriki sudah keluar dari kamar mereka yang masih penuh dengan bunga dan hiasan.Bergegas, wanita itu mulai mencoba untuk membuka gaun indah yang dipakainya tersebut.Sebenarnya, ia suka memakainya, karena gaun itu membuat ia jadi semakin cantik. Namun, Laura harus sadar bahwa bukan saatnya ia mengagumi itu semua.Ia sedang bekerja! Yah, pernikahan yang baru saja berlangsung adalah awal dari tugasnya membayar uang dua milyar yang dikeluarkan oleh Kenriki padanya.Karena itulah, Laura harus fokus, tidak boleh melibatkan perasaan jika tidak mau kecewa pada akhirnya.Kecewa? Benar. Ken sudah memperingatkan dirinya agar ia tidak melibatkan perasaan dalam hubungan pernikahan yang mereka jalani. Hanya sebuah jalinan pekerjaan antara ia dan sang suami saja.Sedang susah payah melepas gaun, tiba-tiba saja, sebuah ketukan di daun pintu terdengar. Karena pintu tidak dikunci, seseorang yang mengetuk pintu itu segera mendorong pintu tersebut hingga terbuka dan menyaksikan Laura yang masih berjuang untuk melepas gaunnya."Aduuh, alhamdulillah, ternyata Mami belum terlambat! Kebetulan sekali!"Tanpa mempedulikan keterkejutan Laura karena dirinya masuk ke kamar pengantin sang anak, seseorang yang ternyata ibunya Ken itu masuk ke kamar itu sambil bicara demikian.Wanita yang masih tampak cantik itu segera menghampiri Laura setelah menutup pintu kamar tersebut.Laura yang terkejut buru-buru membungkuk hormat pada sang ibu mertua, meskipun ia masih stress karena belum mampu membuka gaun yang ia pakai."Tidak usah sungkan. Kamu sekarang sudah menjadi bagian dari keluarga ini, tidak perlu bersikap terlalu formal, santai saja seperti kau bersikap pada orang tuamu, Mami tadi melihat Ken keluar dari kamar, jadi Mami pikir kalian belum bertempur, tidak terlambat untuk memberikan kado spesial Mami untuk mantu Mami!"Meskipun Laura masih terlihat canggung, Tante Keisya bicara begitu lancar sambil memberikan sesuatu pada Laura.Wajahnya berbinar, seolah momen untuk memberikan kado yang sudah berpindah tangan ke tangan Laura jadi sebuah hal yang sangat dinantikannya."Apa ini, Tante?""Tante?" ulang Tante Keisya tidak suka dengan cara Laura memanggilnya."Ah, maaf, maksud saya-""Laura, Mami tahu kamu masih belum terbiasa, tapi kamu harus membiasakan, ya? Sekarang kamu sudah menjadi istri Kenriki anak Mami, artinya aku ini ibu mertua kamu, jadi kamu harus memanggil aku dengan sebutan Mami, sama seperti Ken saat memanggil Mami, ya? Dan, tidak perlu pakai kata saya, kamu bersikap santai saja, pakai aku saja, ya?"Tante Keisya bicara kembali dengan aksen suara yang masih sangat ramah dan nyaman didengar hingga Laura jadi terenyuh.Ia pikir, saat ia menikah dengan Ken yang anak orang kaya, ia akan dibenci dan ditindas seperti cerita-cerita yang sering ia baca di buku novel romantis, atau film-film drama yang kerap ia saksikan untuk sekedar membuang penat.Tetapi ternyata, sikap ibunya Kenriki justru sangat ramah dan keibuan sekali terhadap Laura, membuat kekhawatiran Laura musnah seketika.Kini, satu-satunya yang mengganjal di dalam pikiran Laura adalah, mengapa pria seperti Ken tidak mau disentuh wanita? Apakah pria sesempurna Ken, ternyata tidak normal, dan menikah dengan seorang wanita hanya sebuah formalitas untuk menepis anggapan publik bahwa ia aneh?"Laura, sini Mami bantu membuka gaunmu, pasti kamu masih sungkan dengan Ken, sampai semalam ini kalian masih memakai pakaian pengantin kalian, tidak apa-apa itu lumrah, artinya selama pacaran, kalian tidak pernah berhubungan intim, hingga malu-malu seperti sekarang."Suara Tante Keisya kembali terdengar dan memusnahkan lamunan Laura tentang Ken.Wajahnya merah, meskipun ia mengiyakan tawaran ibunya Ken yang ingin membantunya untuk membuka gaun rumit tersebut.Berpacaran sebelum akhirnya menikah adalah kebohongan yang diucapkan oleh Ken para kedua orang tua pria itu saat awal Laura dikenalkan oleh Ken pada mereka.Ada rasa bersalah memang, di hati Laura karena Laura tidak biasa berbohong pada orang lain apalagi dengan orang tua, namun sekarang sepertinya akan banyak kebohongan demi kebohongan yang harus diciptakan oleh ia dan Ken agar sandiwara mereka berjalan dengan baik.Dalam sekejap, gaun pengantin itu sudah terlepas dari tubuh ramping Laura.Sembari menutupi tubuhnya dengan handuk yang diberikan oleh sang ibu mertua agar ia membersihkan diri dahulu di kamar mandi untuk persiapan malam pertama, Laura mengucapkan kata terima kasih pada sang ibu mertua, tidak lupa sang ibu mertua mengingatkan Laura setelah membersihkan diri ia harus memakai lingerie tersebut, dan Laura hanya mengiyakan saja daripada nanti sang ibu mertua curiga.Usai membersihkan diri, Laura keluar dari kamar mandi, lingerie sudah ia pakai sesuai keinginan sang ibu mertua, dan wanita itu tersenyum puas melihat betapa cocoknya sang menantu saat memakai lingerie tersebut.Dengan penuh harapan, Laura dan Kenriki melakukan aktivitas malam pertama mereka dengan baik didukung lingerie pemberiannya, sang ibu mertua berlalu dari hadapan Laura. Keluar dari kamar itu untuk memberikan waktu pada sang pengantin baru.Beberapa saat kemudian, Kenriki masuk, celakanya, Laura masih hanya memakai lingerie transparan tersebut hingga membuat Kenriki melotot!"Apa yang kau pakai? Kau sengaja menarik perhatianku sampai memakai pakaian seperti itu?!"Suara Kenriki menggema di ruangan itu pertanda ada nada kemarahan tersirat dalam suara pria tersebut. Sekujur tubuh Laura seperti kaku seketika, untuk sesaat ia bahkan tidak bisa meraih apapun untuk menutupi tubuhnya yang hanya berbalut lingerie transparan dari sang ibu mertua. "Apa yang kau pikirkan? Kau ingin menggodaku dengan lingerie seperti itu? Wajahmu saja yang polos, tapi ternyata kau tipe wanita penggoda, sudahlah! Mungkin tidak ada gunanya kita teruskan sandiwara ini, kita akhiri saja, kau benar-benar tidak bisa dipercaya sama sekali!""Maafkan, saya, tolong jangan salah paham, saya-""Bicara saja kau masih belepotan! Aku sudah bilang, pakai aku, bukan saya, kau ini istri, bukan asisten rumah tangga di sini!"Kenriki masih saja mendamprat dan ia melemparkan selimut pada Laura agar tubuh perempuan itu tidak terlihat di matanya. Laura segera membelitkan selimut itu ke sekujur tubuhnya, ada perasaan lega yang ia rasakan ketika kini lingerie itu tidak lagi nampak di depan mat
Sambil bicara demikian, Kenriki melepaskan pegangan tangan Laura dari tubuhnya yang ingin memapahnya agar ia bisa berbaring di tempat tidur saja. Dorongan yang dilakukan oleh Kenriki begitu kuat sampai membuat tubuh Laura tersungkur. Celakanya, saat tersungkur kemeja yang dipakai Laura tersingkap hingga memperlihatkan bagian perut Laura yang langsung membuat Kenriki semakin berang. Pria itu berusaha untuk berdiri dengan benar karena memang sempat tertidur saat masih mengerjakan pekerjaannya.Ia tidak berniat untuk membantu Laura berdiri, meskipun sang istri tersungkur seperti itu akibat dorongan keras darinya."Baru saja beberapa saat yang lalu kamu berjanji untuk menjaga sikap, kau lagi- lagi melanggarnya! Kau memang tidak bisa dipercaya!"Tidak bisa dipercaya!Tidak bisa dipercaya!Tidak bisa dipercaya!Kalimat di ujung yang dikatakan Kenriki berulang-ulang di benak Laura. Rasanya membuat hati gadis itu sesak karena Laura paling tidak bisa dikatakan demikian lantaran selama ini ia
Panggilan Kenriki tidak dijawab. Hening. Seolah kamar itu tidak berpenghuni.Khawatir sang istri kenapa-kenapa, Kenriki langsung melangkah mencari sosok Laura. Tidak mungkin sang istri keluar kamar karena jika keluar pasti ia akan melihat sebab, ia tadi tepat di depan tangga turun.Laura pasti masih ada di kamar. Namun, Kenriki sedikit khawatir, bagaimana kalau sang istri nekat terjun ke bawah lewat balkon? Ia pasti dianggap bersalah oleh pihak kepolisian jika itu terjadi dan...Baru saja Kenriki ingin berlari mencapai balkon, gerakannya terhenti ketika melihat sesosok tubuh terbaring di lantai. Kenriki buru-buru menghampiri sosok tubuh yang ternyata sang istri. Apakah Laura jatuh dan pingsan?Ada pertanyaan seperti itu berkelebat di benak Kenriki, akan tetapi pikiran itu musnah seketika saat ia memeriksa kondisi tubuh Laura. Istrinya hanya tertidur. Laura terlihat sangat lelah, hingga ia tidur di lantai di bawah tempat tidur. Tidak berani tidur di atas tempat tidur karena khawatir
"Bi-bisa!""Katakan dengan tegas!!" kritik Kenriki tidak puas dengan ucapan Laura yang dinilainya tidak tegas."Ya, aku bisa!""Bagus, awas kalau sampai besok ibuku curiga, aku benar-benar akan memberikan hukuman buatmu."Laura bungkam. Ia sibuk berpikir bagaimana caranya agar ia bisa melewati esok hari di depan kedua mertuanya. Apakah ia bisa berakting dengan baik? Namun, jika ia tidak menuruti apa yang dikatakan Kenriki, itu juga bukan solusi yang baik. Laura tidak punya hak untuk membantah. Yang memiliki uang, yang bisa memberikan perintah, begitu peraturannya.***Pagi menjelang, setelah menunaikan shalat subuh, Laura tidak melihat Kenriki di kamar. Tadi malam ia tidur di atas tempat tidur, dan Kenriki di atas sofa. Ia tidak tahu apa yang terjadi setelah itu yang jelas, tadi malam ia tidak bisa tertidur dengan nyenyak meskipun sangat lelah karena banyak memikirkan hal yang harus ia katakan pada kedua mertuanya.Benar-benar ingin segera tinggal terpisah karena Laura tidak suka me
Kenriki dan Laura saling melirik, rasanya mereka jadi tidak tahu harus bicara apa, ingin menolak, nanti terkesan terlalu kentara bahwa mereka hanya bersandiwara, bagaimana bisa?Alhasil, Kenriki menyerah. Ia mengabulkan keinginan sang orang tua untuk tinggal sementara di rumah mereka sampai mereka mendapatkan cucu. Tentu saja bagian mendapatkan cucu, tidak akan direalisasikan oleh Kenriki. Ia hanya mencoba untuk mencari cara apa yang harus ia lakukan untuk meyakinkan orang tuanya bahwa tinggal terpisah bukan cara mereka untuk menghindar tapi karena sebuah alasan yang bisa diterima akal sehat."Ken, kenapa menyetujui apa yang dikatakan mereka? Katanya kamu mau kita tinggal terpisah, aku enggak masalah kok tinggal di tempat kecil, asalkan terpisah, aku enggak enak kalau membohongi mereka terlalu banyak kalau tinggal di sini."Saat mereka kembali ke kamar, Laura langsung melancarkan aksi protesnya pada Kenriki karena ia menilai sang suami tidak melakukan apa yang dijanjikan.Kenriki menu
Mendengar apa yang diucapkan oleh Kenriki, Laura mati kutu, tidak bisa lagi berbuat banyak selain menurut saja. Toh, masih bisa berpakaian di kamar mandi. Lagipula, Kenriki benar, jika ia meminta sang suami keluar, entah apalagi yang akan dilakukan sang ibu mertua hingga membuat mereka terjebak situasi yang tidak nyaman.Beberapa saat kemudian, mereka berdua sudah siap. Setelah pamit dengan ibunya, Kenriki dan Laura akhirnya masuk ke dalam mobil milik Kenriki dan segera ke pusat perbelanjaan untuk membeli kebutuhan Laura.Karena sedang berada di tempat umum, Kenriki terpaksa bersikap seolah ia suami yang perhatian pada isteri. Padahal, ia sangat tertekan karena hal itu, tapi mau bagaimana lagi, daripada ada isu tidak sedap lagi mencuat, Kenriki mau tidak mau berusaha menahan rasa tertekannya ketika harus berdekatan dengan Laura. Setelah berbelanja, mereka kembali ke mobil. Selama mereka belanja, perubahan wajah Kenriki sebenarnya sangat kentara bagi Laura. Sesekali pria itu menyeka
"Istrimu tahu kondisimu, hingga ia berbesar hati untuk sabar menunggu kau sembuh dulu.""Menunggu aku sembuh?""Memangnya, kau tidak mau sembuh?""Aku ingin sembuh, tapi bukan berarti aku ingin menyentuh dia, aku tidak mencintai dia, pernikahan kami hanya sebuah alasan untuk saling menguntungkan saja, tidak ada perasaan yang terlibat.""Kau yakin?"Kenriki terdiam sejenak mendengar pertanyaan itu dilontarkan oleh sang dokter.Ingatannya terbentur pada apa yang dilakukan oleh Laura dan membuat hatinya tersentuh. Saat perempuan itu mempersiapkan pakaiannya, Kenriki yang selama ini hanya dilayani oleh ibunya justru merasakan ada sesuatu yang berbeda ketika menerima perlakuan sang istri padanya, namun ia yakin itu bukan perasaan cinta. "Aku yakin," jawab Kenriki pada akhirnya."Nanti juga cinta datang karena terbiasa, yang penting itu kau sembuh dulu, saranku coba ke psikiater, ceritakan semua yang kau ceritakan padaku, atau kau ingin aku merekomendasikan psikiater buatmu?""Apakah tidak
Laura mengawasi sang suami dan kakaknya bergantian hingga ia merasa kehadirannya tidak penting di antara mereka.Keluar kau, Laura! Biarkan aku berdua saja dengan suami gantengmu ini!Lyoudra bicara demikian di dalam hati, sambil melirik ke arah Laura setelah itu kembali menatap wajah Kenriki. Dalam sekejap, aku tidak suka dengan perempuan seperti kakak Laura ini, mirip dengan beberapa wanita yang pernah mendekatiku, tatapan matanya itu seperti ingin memakanku, aku tidak suka, kenapa mereka bersaudara tapi sangat jauh sekali perbedaannya?Hati Kenriki bicara demikian, sambil berusaha untuk tetap tenang meskipun kondisinya sekarang sangat sulit untuk diatasinya."Laura, boleh aku bicara berdua saja dengan adik ipar?" tanya Lyoudra membuyarkan lamunan Laura yang tidak tahu harus berbuat apa."Ah, baik!"Tanpa membantah, Laura langsung mengiyakan, ini membuat Kenriki kesal sang istri keluar tanpa perlawanan sama sekali. Namun apa daya, Laura justru berbalik dan meninggalkan ruangan itu