Sinis sekali ucapan yang dilontarkan oleh Kenriki padanya hingga Laura menjadi tidak enak hati. Laura membuat pergerakan, ia kini menghadap ke arah sang suami yang memunggunginya."Aku ingat, kok. Aku mengatakan ini bukan bermaksud untuk membuat sesuatu yang sekiranya bisa membuat kamu kesal....."Suara Laura demikian dekat di telinga Kenriki, membuat pria itu melirik ke belakang meskipun itu tidak membuat ia bisa melihat posisi istrinya. Kenriki terlalu takut membalikkan tubuhnya, khawatir saat ia melakukan itu, posisi istrinya justru sangat dekat hingga membuat dirinya panik."Aku selalu kesal kalau mendengar nama kakakmu kau sebut!" sahut Kenriki dengan nada suara yang sama seperti tadi. Ketus."Aku maklum, apa yang dilakukan kakakku memang sudah keterlaluan, hanya saja, ada hal yang harus aku katakan padamu terkait hal ini, aku mengatakannya tanpa bermaksud apa-apa tapi terima kasih, karena kamu, kakakku sekarang sudah keluar dari rumah sakit!""Kau mau tahu apa yang aku inginkan
Mendengar apa yang dikatakan Laura, Kenriki langsung bergerak dan turun dari tempat tidur. Wajahnya pucat, dengan napas yang mulai memburu. Melihat hal itu, Laura terkejut, ia buru-buru ikut turun dari tempat tidur dan mengacungkan tangannya ke arah sang suami bahwa suaminya tidak perlu pergi ke manapun karena ia tidak akan melakukan hal-hal yang aneh kepadanya."Tenangkan dirimu, aku bicara seperti tadi bukan ingin menyerang kamu, percayalah, aku enggak berpikir macam-macam tentang hal itu, aku hanya-""Kau ingin aku menyentuhmu? Artinya kau menunggu nafkah batin dariku, aku sudah bilang, aku tidak bisa memberikannya, apakah itu kurang jelas bagimu?" Suara Kenriki bergetar ketika mengucapkan kalimat tersebut pada sang istri, ia bahkan terjajar ke belakang hingga membuat Laura menyesali apa yang ia katakan tadi dan dengan halus ia meminta suaminya kembali ke atas tempat tidur sedangkan ia beranjak ke arah sofa agar Kenriki tidak merasa terancam karena sekarang, posisinya sedikit leb
Kenriki mengucapkan kalimat itu dengan suara yang terputus-putus. Laura bisa melihat sang suami berusaha untuk menahan diri agar tidak ambruk meskipun pria itu terhuyung.Reaksinya tidak separah saat aku pertama kali mendekatinya, dia hanya memintaku jangan mendekat, tapi keringatnya tidak sebanyak waktu itu, apakah itu berarti dia juga berusaha untuk melawan perasaan takutnya? Ken, aku mau kamu sembuh karena aku khawatir Kak Lyoudra akan memanfaatkan keadaan kamu yang begini....Hati Laura bicara demikian, sambil memikirkan langkah apa yang harus ia lakukan sekarang untuk membuat perubahan pada diri sang suami. Perempuan itu semakin mendekati Kenriki meskipun Kenriki meminta dirinya untuk tidak mendekatinya.Tahan, Kenriki! Dokter Linda bilang kalau istrimu mendekat, kamu tidak perlu menjauh, kamu bisa melawan perasaan takut itu karena istrimu bukan wanita jalang tersebut, tahan, kamu pasti bisa!Hati Kenriki bicara demikian seiring jemari tangannya yang mencengkram kuat permukaan
"Aku memang tetap akan menepati janji, kau tidak perlu khawatir, tapi kau harus sadar satu hal, selain aku yang mencegah Kak Lyoudra mendekatimu, ada baiknya kau berusaha untuk membentengi dirimu sendiri, dengan cara berusaha sembuh, karena itulah kau jangan ketergantungan obat ini lagi, obat ini tidak akan membuat kamu sembuh, tapi akan membuat kamu tidak bisa melakukan apapun!" "Aku tahu keadaanku sendiri, Laura, bukan kau! Selama ini dengan bantuan obat itu, aku baik-baik saja, jadi kau tidak perlu banyak ikut campur! Berikan obat itu sekarang!""Tidak! Kau tidak baik-baik saja kalau masih dengan bantuan obat ini, Ken! Aku mohon, berusahalah untuk tidak mengkonsumsi obat ini, kalau kau perlu bantuan, katakan padaku, agar aku bisa membantumu, ya?"Mendengar tuntutan sang istri, Kenriki mundur. Tubuhnya terhuyung, hingga pria itu berpegangan pada sisi tempat tidur. Sebelah hatinya berteriak untuk merampas obat yang ada di tangan Laura, sebelah hatinya yang lain berusaha untuk menaha
"Aku, tidak perlu menjawab pertanyaan darimu, itu bukan urusanmu.""Tapi, aku perlu tahu, Ken! Karena, bisa aja kebencian kamu terhadap wanita adalah masalah yang membuat kamu seperti ini!""Memang! Itu sebabnya, aku benci dengan wanita!""Apa yang wanita lakukan padamu?"Kenriki diam. Ia kembali menutup kepalanya dengan dua tangannya dan ini membuat Laura melihat Kenriki benar-benar sulit untuk menjawab pertanyaan darinya. "Enggak mau bicara sama aku?" kata Laura hati-hati."Tidak.""Karena kau berpikir semua wanita sama?""Ya!""Kenapa kau memilihku untuk jadi istri kamu?""Karena kau butuh uang, kan?""Yang butuh uang bukan aku saja, Ken, aku yakin di dunia ini, di kota ini ada banyak wanita yang memiliki kondisi terpuruk seperti aku, kenapa kau memilihku?""Karena aku menemukanmu, dan kita saling memerlukan.""Sekarang aku mau tanya sama kamu, kalau semua wanita sama seperti yang ada di pikiran kamu, kenapa kamu mengizinkan aku satu kamar denganmu?""Karena kalau kau di luar, ora
Teriakan Kenriki yang meminta Erna untuk keluar dari ruangannya membuat Erna justru semakin penasaran dengan apa yang terjadi sebenarnya pada diri Kenriki.Wanita itu justru semakin mendekati posisi Kenriki dan itu membuat Kenriki mundur hingga posisinya kini terdesak karena di belakangnya tembok ruangan kerja pria tersebut. Kini, Erna sudah sangat dekat dengan Kenriki dan perempuan itu bisa melihat betapa wajah Kenriki berkeringat padahal ruangan itu full AC."Kau ini kenapa? Kau ketakutan? Apakah kau sebenarnya tidak normal? Kenapa kau gemetar dan berkeringat seperti itu? Atau kau seperti ini karena tidak bisa menahan birahi? Yang mana yang benar, Riki? Kau tidak normal, atau sekarang kau sedang menahan birahi melihatku?"Satu tangan Erna terangkat dan perempuan itu ingin menyentuh wajah Kenriki yang terlihat berkeringat, namun dengan kasar Kenriki menepis tangan itu hingga Erna terjajar ke belakang."Kamu suka main kasar ya? Baik, aku ladeni, dengar, patuh saja padaku, kalau kau t
Mendengar apa yang diucapkan oleh Kenriki Laura terkejut, hingga ia buru-buru bangkit, dengan wajah yang merah menahan malu."Maaf...."Laura meminta maaf dengan suara tersendat.Kenriki tidak langsung bangkit meskipun istrinya sudah tidak lagi ada di atas tubuhnya. Ia berusaha untuk mengatasi perasaannya. Rasa membara mampu memusnahkan perasaan traumanya akibat apa yang dilakukan Erna tadi padanya, ada apakah?Melihat sang suami masih terbaring begitu saja di lantai ruang kerjanya, Laura buru-buru ingin membantu, tapi Kenriki mencegah dengan isyarat, hingga wanita itu mengurungkan niatnya untuk mendekati sang suami kembali.Aku tadi sempat terpancing birahi karena sentuhan dia, perasaan itu membuat rasa takutku jadi sedikit hilang, ini baru saja kualami, apakah ini yang dimaksud Dokter Linda? Aku bisa sembuh kalau membiasakan diri bersentuhan dengan Laura?Hati Kenriki bicara demikian lalu perlahan ia bangkit meskipun sekujur tubuhnya masih terasa sangat lemas.Dia tadi memelukku, ak
"Aku ... Tidak menginginkan apapun asalkan kamu bisa melakukannya dengan baik...."Susah payah Laura mengatakan hal yang baginya sangat memalukan itu namun ia terpaksa harus melakukan karena memang hanya dengan cara itulah suaminya mungkin bisa merasa terpancing untuk bisa keluar dari rasa takutnya tersebut."Melakukannya dengan baik? Apakah kau bisa menjelaskan, melakukan dengan baik itu bagaimana? Mampu membuat kamu hamil, atau mampu membuat kamu puas?""Yang mana saja, asalkan kamu bisa melakukan itu dengan baik."Astaga, ada apa dengan wanita ini, kenapa dia semakin berani bicara seperti itu padaku? Apakah dia memang seperti ini atau karena dia cemburu? Hati Kenriki bicara demikian tanpa merespon perkataan Laura yang semakin lama semakin membuatnya tertekan. "Aku akan memikirkannya, kau pulanglah."Alhasil hanya itu yang diucapkan oleh Kenriki sesaat setelah ia tidak bicara sama sekali setelah Laura mengatakan hal itu padanya."Kau enggak bohong, kan?""Aku tidak mungkin melakuk