"Kenapa diam? Ayo makan," titah Rehan.Keiko tidak berani protes, tapi, dia hanya mengerucutkan bibirnya sambil memakan makanannya."Dasar tidak peka, tidak ada romantis romantisnya, kasih cium kek, peluk kek, bilang sayang kek," geram Keiko dalam hati.Melihat wajah sang istri yang terlihat kesal membuat Rehan tersenyum puas."Sebenarnya, apa maksud kamu mengajakku kesini?" tanya Keiko sambil mengetuk ngetukkan sendok di piringnya."Merayakan hari pernikahan kita," jawab Rehan enteng."Apa kamu tidak pernah nonton drama korea?" kesal Keiko."Memangnya, ada apa dengan drama korea?" Rehan balik bertanya."Tahu ah," sungut Keiko kemudian melanjutkan makannya.Setelah mereka selesai makan, Rehan menggeser tempat duduknya mendekati Keiko. Wanita berambut panjang itu pun memalingkan wajahnya."Keiko, bertemu denganmu adalah takdir Tuhan yang telah dia tetapkan. Menjadi suamimu adalah pilihan, tapi … jatuh cinta padamu, sungguh itu semua diluar kekuasaanku."Keiko menatap Rehan tak percaya,
20 Tahun kemudian."Sayang, aku punya hadiah untukmu," ujar sang lelaki.Tangan lelaki itu pun merogoh tas yang ada di kursi belakang."Taraaa!!" serunya.Wanita cantik berlesung pipi itu kemudian membuka kotak itu. Wajahnya begitu berbinar saat mengetahui kilau yang dihasilkan cincin itu."Ohh, terima kasih sayang!" serunya."Mami dan Papi sudah setuju, jadi, kita bisa menikah secepatnya. Besok, kita akan kembali ke Indonesia," ujar sang lelaki seraya memegang tangan sang kekasih.Gadis itu pun berhambur memeluk tubuh kekasihnya, kemudian menciumi kedua pipinya."Kenapa cuma pipi?" Protes sang lelaki."Kamu sedang menyetir Honey, berbahaya," elak sang kekasih."Tidak akan, jalanan sedang sepi kok," ujar lelaki tampan berkacamata itu.Perempuan itu pun melumat sedikit bibir tipis sang kekasih. Mereka tidak tahu jika dari arah samping ada sebuah truk yang sepertinya kehilangan kendalinya.Tiiiinn tiiiinn. Bruak Bruak DuaaarDi Rumah
"Rehan, jangan diam saja. Bagaimana hasilnya?" ulang Daichi."Hasilnya cocok," lirih Rehan."Syukurlah, lalu kenapa kau tampak tidak bahagia?" tanya Daichi kebingungan."Aku tidak tahu, apakah yang aku lakukan ini salah atau benar. Gadis itu belum meninggal. Dia hanya koma, kalau kita mengoperasinya, itu sama saja kita membunuhnya," jawab Rehan.Keduanya terdiam, memang benar apa yang dikatakan oleh Rehan. Meski kemungkinan sadar adalah 0% tapi gadis itu bisa saja bangun jika Tuhan menghendaki."Semua keputusan aku serahkan padamu. Aku yakin, kamu bisa memilih jalan yang tepat. Kalau menurutku, toh gadis itu tidak memiliki wali, jadi … kau bisa melakukannya," kata Daichi.Rehan bagaikan berada di tengah lautan yang terombang ambing oleh ombak. Hatinya bimbang. Dia harus memilih, menyelamatkan putrinya dengan mengorbankan nyawa orang lain. Atau … membiarkan putrinya meninggal meski pada akhirnya, gadis itu tak mungkin selamat."Ya Tuhan, apa yang harus aku
"Kenapa Dok?" tanya sang asisten.Dokter itu tiba tiba ragu dengan apa yang dia lakukan. "Ya Tuhan, semoga apa yang aku lakukan benar," batinnya.Dia lalu memulai operasi transplantasi hati itu. Dia mengangkat hati yang sudah rusak tadi, kemudian memasang kembali dengan hati gadis yang masih sehat tadi."Syukurlah, operasinya berhasil," ujar Jason.Perawat pun membawa Nayumi ke ruang perawatan, sementara jenazah gadis itu dia serahkan pada Keiko dan Rehan."Tenang saja, kami akan memakamkan kamu dengan layak. Terima kasih atas donor hati yang kamu berikan untuk Nayumi," ujar Keiko.Di sebuah ruangan VIP."Dimana Mya?" tanya Revan saat dia baru saja tersadar."Sayang, kamu sudah sadar. Syukurlah," ucap Leona."Mi, dimana Mya, kemarin aku pergi dengan Mya Mi," teriak Revan."Sabar sayang, nanti Mami tanyakan dulu pada perawat ya, karena Mami tidak tahu apa apa," kata Leona."Cepat ya Mi," ujar Revan.Leona akhirnya keluar. Dia pun bertan
Satu Jam Sebelumnya …Setelah mengantar sang Mami ke bandara, Revan langsung pergi ke rumah sakit. Dia ingin mengetahui kronologi kematian sang kekasih."Sus, boleh saya minta tolong rekam medik pasien atas nama Mya. Saya adalah seorang dokter, ini kartu nama saya," ujar Revan.Kedua perawat yang menjadi bagian resepsionis itu saling pandang."Maaf Tuan, kami tidak tahu siapa Mya," jawab mereka."Mya, pasien wanita yang mengalami kecelakaan bersama saya pada hari sabtu lalu," ujar Revan."Maaf Tuan, kami tidak tahu kalau nama wanita itu Mya, soal rekam mediknya, kami tidak berani, kalau Tuan mau, saya bisa antar Tuan pada pihak kepala rumah sakit, biar beliau yang menjelaskan," kata perawat itu sopan."Baik, antarkan saya kesana," kata Revan.Perawat itu pun mendorong kursi roda Revan ke ruang kepala rumah sakit. Ternyata, Rehan yang duduk disana. Revan memang mengenali Rehan, karena sang Kakak yang memasang fot
"Silahkan mulai otopsinya Dokter," titah Revan begitu rekan Papinya tiba di kediamannya.Lelaki paruh baya itu pun memulai kegiatannya. Sesekali dia mengerutkan dahinya sambil geleng geleng kepala membuat Revan sedikit gelisah.Satu jam kemudian dokter sudah selesai melakukan kegiatannya. Revan sudah tak sabar menunggu hasilnya."Hasilnya, paling lama 5 hari kemudian. Sabaar Tuan Muda," ujar Dokter itu."Tolong usahakan lebih cepat Paman," pinta Revan."Begitu selesai, aku akan menghubungimu," kata sang Dokter."Terima kasih Paman," sahut Revan.Lelaki tampan itu memandangi wajah sang kekasih yang masih terlihat cantik itu."Apa yang sebenarnya terjadi padamu sayang?" gumam Revan.Lelaki itu terus menggenggam tangan Mya sambil terisak. Tiba tiba, sekelebat bayangan melintas di pikirannya. Dia merasa sang kekasih tengah memandanginya penuh cinta."Kak, jangan memiliki dendam pada gadis itu. Biarkan hatiku terus ada padanya. Cintaku untukmu tak
"Kak, do you hear me?" tanya Revan."Ya, aku mendengarnya. Sebelum kamu menghukumnya, bolehkah aku bertanya terlebih dahulu padanya. Dia pasti memiliki alasan yang kuat untuk melakukannya," jawab Rayyan."Apapun alasannya, tidak dengan membunuh kekasihku Kak. Aku harap Kakak tidak membelanya, karena meski kau tidak setuju, aku akan tetap melakukannya."Klik. Panggilan diputus.Rayyan menghela nafas panjang, dia sendiri tidak habis pikir, kenapa sang Ayah melakukan hal keji seperti itu.Rehan sangat menyayangi Rayyan, meski Rayyan tidak pernah mau mengunjunginya, lelaki itu tidak pernah lupa menafkahi dan juga meneleponya saat sang Ayah senggang.Bahkan perusahaan yang sedang dijalankan oleh Rayyan saat ini, adalah perusahaan pemberian Rehan sebagai hadiah kelulusannya."Dad, tolong jujur padaku, apa benar Daddy telah membunuh seorang gadis yang sedang koma?" tanya Rayyan saat sang Ayah mengangkat panggilannya.DegJantung Rehan seolah keluar dari
"Cari tahu kebiasaan gadis bernama Nayumi itu, culik dia begitu ada kesempatan," titah Revan pada anak buahnya."Baik Tuan," jawab mereka.Revan tengah memandangi wajah cantik Nayumi yang sedang tersenyum duduk di kursi roda."Sepertinya, aku harus memberikan shock terapi buat Rehan dan juga keluarganya," gumam Revan.Revan lalu membawa kursi rodanya ke makam sang kekasih. Dia merasa bersalah karena tak bisa melindungi sang kekasih."Maafkan aku sayang, kamu tunggu saja ya, kita akan balas mereka," lirihnya.Cukup lama anak buah Revan mengintai kediaman Rehan, tapi Nayumi tidak pernah terlihat. Gadis itu terus mengurung dirinya di dalam kamar.Bukan karena tak ingin keluar, meski hatinya cocok, tapi tubuhnya menolak adanya organ baru, sehingga gadis itu masih sering menderita sakit."Bos, gadis itu tidak pernah keluar," lapor anak buah Revan."Kamu terus lakukan tugasmu, suatu saat, dia pasti keluar dari sarangnya," titah Revan."Baik Bos," ja