Satu Jam Sebelumnya …
Setelah mengantar sang Mami ke bandara, Revan langsung pergi ke rumah sakit. Dia ingin mengetahui kronologi kematian sang kekasih."Sus, boleh saya minta tolong rekam medik pasien atas nama Mya. Saya adalah seorang dokter, ini kartu nama saya," ujar Revan.Kedua perawat yang menjadi bagian resepsionis itu saling pandang."Maaf Tuan, kami tidak tahu siapa Mya," jawab mereka."Mya, pasien wanita yang mengalami kecelakaan bersama saya pada hari sabtu lalu," ujar Revan."Maaf Tuan, kami tidak tahu kalau nama wanita itu Mya, soal rekam mediknya, kami tidak berani, kalau Tuan mau, saya bisa antar Tuan pada pihak kepala rumah sakit, biar beliau yang menjelaskan," kata perawat itu sopan."Baik, antarkan saya kesana," kata Revan.Perawat itu pun mendorong kursi roda Revan ke ruang kepala rumah sakit. Ternyata, Rehan yang duduk disana. Revan memang mengenali Rehan, karena sang Kakak yang memasang fot"Silahkan mulai otopsinya Dokter," titah Revan begitu rekan Papinya tiba di kediamannya.Lelaki paruh baya itu pun memulai kegiatannya. Sesekali dia mengerutkan dahinya sambil geleng geleng kepala membuat Revan sedikit gelisah.Satu jam kemudian dokter sudah selesai melakukan kegiatannya. Revan sudah tak sabar menunggu hasilnya."Hasilnya, paling lama 5 hari kemudian. Sabaar Tuan Muda," ujar Dokter itu."Tolong usahakan lebih cepat Paman," pinta Revan."Begitu selesai, aku akan menghubungimu," kata sang Dokter."Terima kasih Paman," sahut Revan.Lelaki tampan itu memandangi wajah sang kekasih yang masih terlihat cantik itu."Apa yang sebenarnya terjadi padamu sayang?" gumam Revan.Lelaki itu terus menggenggam tangan Mya sambil terisak. Tiba tiba, sekelebat bayangan melintas di pikirannya. Dia merasa sang kekasih tengah memandanginya penuh cinta."Kak, jangan memiliki dendam pada gadis itu. Biarkan hatiku terus ada padanya. Cintaku untukmu tak
"Kak, do you hear me?" tanya Revan."Ya, aku mendengarnya. Sebelum kamu menghukumnya, bolehkah aku bertanya terlebih dahulu padanya. Dia pasti memiliki alasan yang kuat untuk melakukannya," jawab Rayyan."Apapun alasannya, tidak dengan membunuh kekasihku Kak. Aku harap Kakak tidak membelanya, karena meski kau tidak setuju, aku akan tetap melakukannya."Klik. Panggilan diputus.Rayyan menghela nafas panjang, dia sendiri tidak habis pikir, kenapa sang Ayah melakukan hal keji seperti itu.Rehan sangat menyayangi Rayyan, meski Rayyan tidak pernah mau mengunjunginya, lelaki itu tidak pernah lupa menafkahi dan juga meneleponya saat sang Ayah senggang.Bahkan perusahaan yang sedang dijalankan oleh Rayyan saat ini, adalah perusahaan pemberian Rehan sebagai hadiah kelulusannya."Dad, tolong jujur padaku, apa benar Daddy telah membunuh seorang gadis yang sedang koma?" tanya Rayyan saat sang Ayah mengangkat panggilannya.DegJantung Rehan seolah keluar dari
"Cari tahu kebiasaan gadis bernama Nayumi itu, culik dia begitu ada kesempatan," titah Revan pada anak buahnya."Baik Tuan," jawab mereka.Revan tengah memandangi wajah cantik Nayumi yang sedang tersenyum duduk di kursi roda."Sepertinya, aku harus memberikan shock terapi buat Rehan dan juga keluarganya," gumam Revan.Revan lalu membawa kursi rodanya ke makam sang kekasih. Dia merasa bersalah karena tak bisa melindungi sang kekasih."Maafkan aku sayang, kamu tunggu saja ya, kita akan balas mereka," lirihnya.Cukup lama anak buah Revan mengintai kediaman Rehan, tapi Nayumi tidak pernah terlihat. Gadis itu terus mengurung dirinya di dalam kamar.Bukan karena tak ingin keluar, meski hatinya cocok, tapi tubuhnya menolak adanya organ baru, sehingga gadis itu masih sering menderita sakit."Bos, gadis itu tidak pernah keluar," lapor anak buah Revan."Kamu terus lakukan tugasmu, suatu saat, dia pasti keluar dari sarangnya," titah Revan."Baik Bos," ja
"Kenapa tiba tiba kepalaku terasa pusing," keluh Nayumi.Gadis itu pun tak sadarkan diri di dalam taksi online. Sang sopir pun tersenyum menyeringai."Bos, target sudah kita dapatkan," ujar anak buah Revan."Bawa ke tempat biasa," titah Revan.Mereka akhirnya membawa Nayumi ke markas. Tangan dan kakinya mereka ikat supaya gadis itu tidak bisa kabur.Sementara di MallKeiko yang baru saja selesai membuang hajat kebingungan mencari sang putri. "Kemana Nayumi? Apa dia sudah pulang duluan?" gumamnya.Keiko akhirnya mengeluarkan gawainya, dia berniat menghubungi sang putri. "Yah, matii, pasti gara gara semalam lupa nge-charge," keluh Keiko.Wanita itu pun akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Saat dia menyetop sebuah taksi, tiba tiba ada yang menarik tubuhnya kemudian memasukkannya ke dalam van."Bos, target kedua sudah ditangan," lapor sang bawahan."Bawa dia ke rumah," titah sang atasan.Saat kedua tawanan sudah berada di tangan. Revan akhirnya pergi mendatangi penjara tempat Rehan d
"Dek, sejak kapan Kakak tidur disitu?" tanya Leona yang baru saja keluar dari kamarnya.Raina terjerembab karena kaget mendengar suara sang Mami. Selama ini, tidak ada yang tahu kemampuannya yang mampu membaca pikiran orang. Gadis itu sengaja tidak ingin memberitahu siapapun."Hampir satu jam yang lalu," tulis Raina.Leona hanya mengangguk kemudian menyiapkan makan malam untuk suami dan putranya. "Ma, makan malam sudah siap?" tanya Ryu yang baru saja bangun.Lelaki paruh baya itu kelelahan setelah menggempur sang istri sampai beberapa ronde."Sudah sayang, kamu bangunkan Rayyan, Mami akan panggil Raina," jawab Leona."Rayyan disini?" tanya Ryu tak percaya."Kata Raina sih udah sejam yang lalu," jawab Leona."Apa dia tadi mendengar suara merdumu?" tanya Ryu menggoda sang istri."Jangan ngaco, bukankah kamar kita kedap suara," ujar Leona sedikit panik pasalnya, suara merdunya tadi begitu nyaring, karena ulah sang suami yang begitu agresif kali
"Mau kemana kalian pagi pagi begini?""Mati aku," batin Rayyan.Rayyan menoleh ke belakang. "Hehehe, itu Pi, mengajak Mami jogging," bohong Rayyan.Ryu menelisik pakaian istrinya dan juga Rayyan."Mami pergi jogging dengan baju satin begini?" omel Ryu."Mami ganti baju dulu," ujar Leona kemudian langsung berlari ke dalam kamar.Ryu memandang Rayyan dengan tatapan curiga. "Kamu, nggak ada niat bawa kabur Mami kan?" tuduhnya."Hehehe, nggak lah Pi, masa aku menculik Mami," elak Rayyan."Kalau begitu, Papi dan Raina ikut jogging, kamu tunggu disini. Papi mau ganti baju dulu," titah Ryu."Ya Tuhan, itu singa tua kenapa juga ikutan segala, gimana caranya gua pergi kalau begini?" kesal Rayyan.Ryu dan juga Raina telah selesai berganti pakaian."Ayo kita berangkat," ajak Ryu.Rayyan memandang sang Mami seolah meminta pertolongan sementara Leona hanya mengedikkan bahunya tanda tak tahu apa yang harus dia lakukan.Akhirnya, mereka berempat
"Kamu mau melakukan apapun?" ulang Leona dengan senyum liciknya."Apapun Tante," jawab Nayumi."Oke aku akan membujuk Revan," ujar Leona kemudian pergi meninggalkan gadis itu."Mama sudah melihatnya?" tanya Revan begitu sang Mami keluar dari kamar Nayumi."Sudah," jawab Leona datar."Lalu, hukuman apa yang cocok untuknya?" tanya Revan."Lebih baik kau jadikan istri saja dia, kamu ambil rumah sakit milik Ayahnya, lalu jadikan dia pembantu di rumahmu," jawab Leona.Mata Revan seketika itu membola. "Apa Mama sudah gila? Aku tidak sudi memiliki istri seperti dia," amuknya."Jangan kau jadikan dia istri beneran Revan, jadikan saja dia pembantumu, dengan begitu, dia akan menderita bukan, lalu disaat dia putus asa barulah kau ceraikan dia setelah itu terserah kamu," usul Leona.Revan tersenyum menyeringai, sepertinya, itu sedikit menyenangkan. "Baiklah, aku akan memanggil pengacara untuk mengambil alih rumah sakit itu," ujarnya.Leona tersenyum tipis
"Ya Tuhan, lindungi aku," pinta Leona dalam hati.Tak lama, pintu diketuk dari luar. Nayumi melirik ke arah Rehan, jantungnya sudah bertalutan. Dia sudah berpikiran Revan menyuruh dokter datang kemudian mengambil hatinya."Bukakan pintu," titah Revan.Nayumi kemudian membuka pintu kamarnya. Matanya membola saat melihat seorang wanita cantik dengan pakaian kekurangan bahan."Jangan bilang kamu memanggil pelacur dan melakukannya di hadapanku," amuk Nayumi."Kenapa? Mau protes? Atau kamu ingin hati Mama kamu menjadi santapan Rocky disana," kata Revan penuh amarah."Dan satu lagi, dia bukan pelacur. Tutup saja mata dan telinga kamu," kecam Revan."Kemarilah sayang," titah Revan pada wanita tidak tahu diri itu.Wanita itu pun berjalan dengan melenggak lenggokkan bokongnya kemudian duduk di pangkuan Revan."Kunci pintunya," titah Revan pada Nayumi."Apa kamu tidak memberi tahu padanya statusku sayang?" tanya wanita itu pada Revan."Dia tidak per