"Kenapa Dok?" tanya sang asisten.
Dokter itu tiba tiba ragu dengan apa yang dia lakukan. "Ya Tuhan, semoga apa yang aku lakukan benar," batinnya.Dia lalu memulai operasi transplantasi hati itu. Dia mengangkat hati yang sudah rusak tadi, kemudian memasang kembali dengan hati gadis yang masih sehat tadi."Syukurlah, operasinya berhasil," ujar Jason.Perawat pun membawa Nayumi ke ruang perawatan, sementara jenazah gadis itu dia serahkan pada Keiko dan Rehan."Tenang saja, kami akan memakamkan kamu dengan layak. Terima kasih atas donor hati yang kamu berikan untuk Nayumi," ujar Keiko.Di sebuah ruangan VIP."Dimana Mya?" tanya Revan saat dia baru saja tersadar."Sayang, kamu sudah sadar. Syukurlah," ucap Leona."Mi, dimana Mya, kemarin aku pergi dengan Mya Mi," teriak Revan."Sabar sayang, nanti Mami tanyakan dulu pada perawat ya, karena Mami tidak tahu apa apa," kata Leona."Cepat ya Mi," ujar Revan.Leona akhirnya keluar. Dia pun bertanSatu Jam Sebelumnya …Setelah mengantar sang Mami ke bandara, Revan langsung pergi ke rumah sakit. Dia ingin mengetahui kronologi kematian sang kekasih."Sus, boleh saya minta tolong rekam medik pasien atas nama Mya. Saya adalah seorang dokter, ini kartu nama saya," ujar Revan.Kedua perawat yang menjadi bagian resepsionis itu saling pandang."Maaf Tuan, kami tidak tahu siapa Mya," jawab mereka."Mya, pasien wanita yang mengalami kecelakaan bersama saya pada hari sabtu lalu," ujar Revan."Maaf Tuan, kami tidak tahu kalau nama wanita itu Mya, soal rekam mediknya, kami tidak berani, kalau Tuan mau, saya bisa antar Tuan pada pihak kepala rumah sakit, biar beliau yang menjelaskan," kata perawat itu sopan."Baik, antarkan saya kesana," kata Revan.Perawat itu pun mendorong kursi roda Revan ke ruang kepala rumah sakit. Ternyata, Rehan yang duduk disana. Revan memang mengenali Rehan, karena sang Kakak yang memasang fot
"Silahkan mulai otopsinya Dokter," titah Revan begitu rekan Papinya tiba di kediamannya.Lelaki paruh baya itu pun memulai kegiatannya. Sesekali dia mengerutkan dahinya sambil geleng geleng kepala membuat Revan sedikit gelisah.Satu jam kemudian dokter sudah selesai melakukan kegiatannya. Revan sudah tak sabar menunggu hasilnya."Hasilnya, paling lama 5 hari kemudian. Sabaar Tuan Muda," ujar Dokter itu."Tolong usahakan lebih cepat Paman," pinta Revan."Begitu selesai, aku akan menghubungimu," kata sang Dokter."Terima kasih Paman," sahut Revan.Lelaki tampan itu memandangi wajah sang kekasih yang masih terlihat cantik itu."Apa yang sebenarnya terjadi padamu sayang?" gumam Revan.Lelaki itu terus menggenggam tangan Mya sambil terisak. Tiba tiba, sekelebat bayangan melintas di pikirannya. Dia merasa sang kekasih tengah memandanginya penuh cinta."Kak, jangan memiliki dendam pada gadis itu. Biarkan hatiku terus ada padanya. Cintaku untukmu tak
"Kak, do you hear me?" tanya Revan."Ya, aku mendengarnya. Sebelum kamu menghukumnya, bolehkah aku bertanya terlebih dahulu padanya. Dia pasti memiliki alasan yang kuat untuk melakukannya," jawab Rayyan."Apapun alasannya, tidak dengan membunuh kekasihku Kak. Aku harap Kakak tidak membelanya, karena meski kau tidak setuju, aku akan tetap melakukannya."Klik. Panggilan diputus.Rayyan menghela nafas panjang, dia sendiri tidak habis pikir, kenapa sang Ayah melakukan hal keji seperti itu.Rehan sangat menyayangi Rayyan, meski Rayyan tidak pernah mau mengunjunginya, lelaki itu tidak pernah lupa menafkahi dan juga meneleponya saat sang Ayah senggang.Bahkan perusahaan yang sedang dijalankan oleh Rayyan saat ini, adalah perusahaan pemberian Rehan sebagai hadiah kelulusannya."Dad, tolong jujur padaku, apa benar Daddy telah membunuh seorang gadis yang sedang koma?" tanya Rayyan saat sang Ayah mengangkat panggilannya.DegJantung Rehan seolah keluar dari
"Cari tahu kebiasaan gadis bernama Nayumi itu, culik dia begitu ada kesempatan," titah Revan pada anak buahnya."Baik Tuan," jawab mereka.Revan tengah memandangi wajah cantik Nayumi yang sedang tersenyum duduk di kursi roda."Sepertinya, aku harus memberikan shock terapi buat Rehan dan juga keluarganya," gumam Revan.Revan lalu membawa kursi rodanya ke makam sang kekasih. Dia merasa bersalah karena tak bisa melindungi sang kekasih."Maafkan aku sayang, kamu tunggu saja ya, kita akan balas mereka," lirihnya.Cukup lama anak buah Revan mengintai kediaman Rehan, tapi Nayumi tidak pernah terlihat. Gadis itu terus mengurung dirinya di dalam kamar.Bukan karena tak ingin keluar, meski hatinya cocok, tapi tubuhnya menolak adanya organ baru, sehingga gadis itu masih sering menderita sakit."Bos, gadis itu tidak pernah keluar," lapor anak buah Revan."Kamu terus lakukan tugasmu, suatu saat, dia pasti keluar dari sarangnya," titah Revan."Baik Bos," ja
"Kenapa tiba tiba kepalaku terasa pusing," keluh Nayumi.Gadis itu pun tak sadarkan diri di dalam taksi online. Sang sopir pun tersenyum menyeringai."Bos, target sudah kita dapatkan," ujar anak buah Revan."Bawa ke tempat biasa," titah Revan.Mereka akhirnya membawa Nayumi ke markas. Tangan dan kakinya mereka ikat supaya gadis itu tidak bisa kabur.Sementara di MallKeiko yang baru saja selesai membuang hajat kebingungan mencari sang putri. "Kemana Nayumi? Apa dia sudah pulang duluan?" gumamnya.Keiko akhirnya mengeluarkan gawainya, dia berniat menghubungi sang putri. "Yah, matii, pasti gara gara semalam lupa nge-charge," keluh Keiko.Wanita itu pun akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah. Saat dia menyetop sebuah taksi, tiba tiba ada yang menarik tubuhnya kemudian memasukkannya ke dalam van."Bos, target kedua sudah ditangan," lapor sang bawahan."Bawa dia ke rumah," titah sang atasan.Saat kedua tawanan sudah berada di tangan. Revan akhirnya pergi mendatangi penjara tempat Rehan d
"Dek, sejak kapan Kakak tidur disitu?" tanya Leona yang baru saja keluar dari kamarnya.Raina terjerembab karena kaget mendengar suara sang Mami. Selama ini, tidak ada yang tahu kemampuannya yang mampu membaca pikiran orang. Gadis itu sengaja tidak ingin memberitahu siapapun."Hampir satu jam yang lalu," tulis Raina.Leona hanya mengangguk kemudian menyiapkan makan malam untuk suami dan putranya. "Ma, makan malam sudah siap?" tanya Ryu yang baru saja bangun.Lelaki paruh baya itu kelelahan setelah menggempur sang istri sampai beberapa ronde."Sudah sayang, kamu bangunkan Rayyan, Mami akan panggil Raina," jawab Leona."Rayyan disini?" tanya Ryu tak percaya."Kata Raina sih udah sejam yang lalu," jawab Leona."Apa dia tadi mendengar suara merdumu?" tanya Ryu menggoda sang istri."Jangan ngaco, bukankah kamar kita kedap suara," ujar Leona sedikit panik pasalnya, suara merdunya tadi begitu nyaring, karena ulah sang suami yang begitu agresif kali
"Mau kemana kalian pagi pagi begini?""Mati aku," batin Rayyan.Rayyan menoleh ke belakang. "Hehehe, itu Pi, mengajak Mami jogging," bohong Rayyan.Ryu menelisik pakaian istrinya dan juga Rayyan."Mami pergi jogging dengan baju satin begini?" omel Ryu."Mami ganti baju dulu," ujar Leona kemudian langsung berlari ke dalam kamar.Ryu memandang Rayyan dengan tatapan curiga. "Kamu, nggak ada niat bawa kabur Mami kan?" tuduhnya."Hehehe, nggak lah Pi, masa aku menculik Mami," elak Rayyan."Kalau begitu, Papi dan Raina ikut jogging, kamu tunggu disini. Papi mau ganti baju dulu," titah Ryu."Ya Tuhan, itu singa tua kenapa juga ikutan segala, gimana caranya gua pergi kalau begini?" kesal Rayyan.Ryu dan juga Raina telah selesai berganti pakaian."Ayo kita berangkat," ajak Ryu.Rayyan memandang sang Mami seolah meminta pertolongan sementara Leona hanya mengedikkan bahunya tanda tak tahu apa yang harus dia lakukan.Akhirnya, mereka berempat
"Kamu mau melakukan apapun?" ulang Leona dengan senyum liciknya."Apapun Tante," jawab Nayumi."Oke aku akan membujuk Revan," ujar Leona kemudian pergi meninggalkan gadis itu."Mama sudah melihatnya?" tanya Revan begitu sang Mami keluar dari kamar Nayumi."Sudah," jawab Leona datar."Lalu, hukuman apa yang cocok untuknya?" tanya Revan."Lebih baik kau jadikan istri saja dia, kamu ambil rumah sakit milik Ayahnya, lalu jadikan dia pembantu di rumahmu," jawab Leona.Mata Revan seketika itu membola. "Apa Mama sudah gila? Aku tidak sudi memiliki istri seperti dia," amuknya."Jangan kau jadikan dia istri beneran Revan, jadikan saja dia pembantumu, dengan begitu, dia akan menderita bukan, lalu disaat dia putus asa barulah kau ceraikan dia setelah itu terserah kamu," usul Leona.Revan tersenyum menyeringai, sepertinya, itu sedikit menyenangkan. "Baiklah, aku akan memanggil pengacara untuk mengambil alih rumah sakit itu," ujarnya.Leona tersenyum tipis
"Ayra … Nevan … apa yang kalian lakukan?" teriak Raina penuh amarah.Kedua orang itu pun langsung menjauh. Mereka sama sama menunduk karena takut dimarahi oleh sang mama."Maafkan kami Ma. Tolong jangan salah paham. Nevan cuma pamit aja tadi. Dan itu, ciuman perpisahan," jujur Ayra.Nevan merutuki kebodohannya yang tak bisa menahannya tadi. Harusnya dia tidak melakukan itu."Maaf Ma. Nevan yang salah. Bukan Ayra. Kami tidak ada hubungan apa-apa kok," aku Nevan.Raina pun menyuruh kedua remaja itu duduk. Dia pun menjelaskan kemungkinan yang terjadi kalau mereka berhubungan. Dan dia tidak ingin, apa yang dia alami dengan Rehan dan Revan, terulang kembali pada Ayra dan juga Nevan."Sekarang kalian paham kan maksud Mama?" tanya Raina pada dua remaja di hadapannya ini.Keduanya pun mengangguk secara bersamaan. Mereka pun kembali ke kamar masing-masing. Di kamar, Raina mendengus kesal pada sang suami. Lelaki tampan itu tersenyum sambil melambaikan tangannya. Dia menyuruh sang istri duduk di
"Lah, kok malah pingsan," gumam Revan.Lelaki itu tidak terlihat panik saat sang istri jatuh pingsan. Dia dengan santainya menggendong tubuh istrinya kemudian menidurkannya di ranjang.Beberapa jam kemudian, Raina sadar. Dia melihat putra sulungnya ada di sampingnya sambil tersenyum manis."Ngapain kamu senyum-senyum?" Kesal Raina."Hehehe, akhirnya, adik Varo udah jadi. Ternyata, tak sia-sia aku kemarin meminta Papa membuat Mama hamil," celetuk remaja tampan itu.Raina pun bangkit dan menjewer telinga sang putra. "Jadi, semua ulah kamu dan Papa ya. Gara-gara kalian, Mama hamil lagi. Kalian pasti yang menukar obat yang biasa Mama minum," omelnya."Aduh Ma, ampun, sakit Ma. Bukan Varo yang melakukan itu. Varo cuma menyuruh Papa supaya Mama bisa hamil," aku remaja itu."Sama saja, kalian telah bersekongkol rupanya," kesal Raina.Wanita itu pun melepaskan tangannya. Dia juga tak tega menyakiti putranya. Mungkin, memang sudah takdirnya harus memiliki anak lagi. Namun, dia masih harus meng
"Astaga Nevan? Kenapa kamu bisa ada di kamar Papa? Kenapa tidak ketuk pintu dulu saat masuk?" amuk Revan.Bocah kecil itu langsung menundukkan kepalanya. Dia tidak pernah dibentak oleh Mamanya. Maka dari itu, dia takut saat mendengar suara Revan yang meninggi.Raina yang mengerti pikologis Revan langsung menyenggol lengan suaminya.Raina pun menarik selimut sampai menutupi tubuhnya. "Sayang, maaf, Mama belum sempat bicara sama Papa. Sekarang, kamu tunggu Papa dan Mama di luar. Setelah ini, kami akan mengantarkanmu mendaftar sekolah," ujar Raina penuh kelembutan.Bocah kecil itu pun mengangguk, lalu keluar masih dengan kepala menunduk. Raina menghela nafas panjang."Pa, jangan terlalu keras sama Nevan. Dia itu belum pernah dibentak sama Nayumi. Wanita itu mungkin terlalu menyayanginya hingga tak pernah memarahinya. Kita didik dia secara perlahan. Nayumi tidak memiliki suami, tentu dia bisa dengan bebas masuk kamar mamanya," nasehat Raina."Ahh iya, aku lupa. Nanti aku akan meminta maaf
"Siapkan alat pacu jantung," titah Revan pada perawatnya.Lelaki itu pun menempelkan alat itu pada dada sang putra. Dua kali kejut, tubuh Revan masih belum menunjukkan reaksi. Padahal, Revan sudah dua kali menaikkan tenaga listriknya."Sus, naikkan lagi," titahnya."Dok, ini sudah yang paling tinggi," ucap perawat itu.Revan pun mengangguk. "Kita coba sekali lagi," ujarnya.Revan akhirnya bernafas lega, saat terlihat garis halus di layar monitor jantung. Tubuhnya pun merosot ke lantai, karena tak sanggup lagi menahan bebannya. Andai dia bisa, dia ingin menggantikan putranya yang sedang terbaring lemah itu.Raina pun membantunya berdiri. Wanita itu terus mengusap punggung sang suami, supaya lelaki itu lebih kuat."Kita tunggu Nevan di sana ya," bujuk sang istri sambil menggiring suaminya ke sofa.Revan pun menurut, lelaki itu membenamkan kepalanya di bahu sang istri. Tangisnya kembali pecah, karena dia mengetahui, kemungkinan sembuh putranya sangat kecil."Sabar Kak, kita doakan saja y
"Hai Boy, gimana kabarmu?" tanya Revan saat dia berada di ruangan sang putra."Baik Pa," jawab bocah kecil itu dengan lesu.FlashbackBegitu mereka turun dari bandara, Revan sudah menunggunya dengan ambulan. Dan langsung dia bawa ke rumah sakit tempat Raina dirawat.Dahi lelaki itu mengerut saat membaca laporan kesehatan yang dilampirkan oleh dokter dari rumah sakit sebelumnya."Kenapa sudah sampai separah ini Nayumi tidak memberi tahunya. Apa wanita itu sudah tidak menganggapnya lagi?" batin Revan kesal.Lelaki itu pun mencari dokter terbaik untuk Nevan. Dia bahkan mencari donor hati, seandainya Nevan memerlukannya.Flashback off"Papa sangat merindukanmu Boy," ucap Revan."Nevan juga Pa. Sekarang, Nevan bahagia, bisa di sini bersama Papa," ucap bocah itu.Tak lama, pintu terbuka, datang Raina sambil menggendong putranya didorong oleh sang mami."Sayang, kenapa kemari? Apa kamu sudah baikan?" tanya Revan khawatir.Melihat raut wajah sang papa yang berubah saat kedatangan wanita canti
"Papa ….""Ayo Mami, semangat. Papa di sini menemani Mami," bisik lelaki itu.Revan terus menciumi kening istrinya sebagai penyemangat sang istri. Setelah meraup oksigen. Raina akhirnya mengejan hingga terdengarlah suara tangisan bayi yang melengking.Oweek oweek oweekRevan tersenyum bahagia saat melihat putranya lahir dalam keadaan sehat dan selamat."Mami hebat! I Love You Mami," bisiknya.Tak lama, Raina pun memejamkan matanya. Tenaganya sudah habis hingga membuat dia tak sanggup untuk membuka mata."Sus, istri saya kenapa? panik Revan saat melihat sang istri yang hanya terdiam.Dokter itu pun memeriksa keadaan Raina. Wanita itu kembali tersenyum dan berkata, "Ibu hanya kelelahan Pak. Nanti juga bangun."Revan bernafas lega. Dia sudah berpikir yang tidak tidak tadi. Sungguh, dia tak sanggup jika harus kehilangan orang yang dia cintai untuk kedua kalinya.Raina sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Revan terus menggenggam tangan sang istri. Sesekali dia menciumnya."Mi, ayo bangun!
Masih jelas di ingatannya senyum ceria saat lelaki itu berlutut di hadapannya untuk kembali melamarnya."Maafkan Mami Dad. Hanya saja, Mami takut dan trauma dengan kehilangan. Dan sekarang, Daddy malah pergi meninggalkan Mami, Selamat Jalan Dad. Cinta Mami untuk Daddy akan tetap ada di sini," batin Raina.Sementara gadis kecil itu, hanya menangis sesenggukan di samping makam sang ayah."Daddy, maafkan Ay. Ay sayang sama Daddy. Meski kebersamaan kita tidak lama. Namun kasih sayang Ay pada Daddy sangat besar. I Love You Dad," lirihnya.Saat Rayyan hendak membantu tubuh Raina berdiri, wanita itu mendadak limbung dan tak sadarkan diri.Rayyan lalu menggendong tubuh adiknya ke dalam mobil. Ryu memeriksanya, setelah sang ayah mengangguk. Mereka pun membawanya pulang ke rumah.Raina sudah membuka matanya, tangisnya kembali pecah kala mengingat apa yang dia alami saat ini. Rasanya, baru kemarin lelaki itu tersenyum bersamanya. Kini, dia harus kehilangan senyum itu.Raina baru menyadari kalau c
"Daddy, berdiri," ujar Raina setengah berbisik."Tidak, aku tidak akan berdiri sebelum kamu menerimaku," kekeh Rehan.Raina berdecak. "Baiklah, aku menerimamu, sekarang berdirilah," ujar Raina.Sorak sorai bergema di taman kolam renang itu. Senyum menghiasi wajah Rehan. Namun, senyum itu pudar saat mendengar ucapan dari mantan istrinya."Daddy, aku menerimamu hanya karena tidak ingin kamu merasa malu di hadapan mereka. Daddy kan tahu, aku tidak ingin menikah lagi."Rehan hanya mengangguk saja. Benar kata Raina, dia pasti akan malu kalau wanita itu menolaknya mentah-mentah.Acara pun dilanjutkan kembali. Yang laki-laki memilih membakar daging, ayam, sosis dan juga pentol. Sementara yang wanita menyiapkan saus dan makanan lainnya.Semua bahagia hari itu, kecuali Rehan. Lelaki yang hari ini bertambah usia itu hanya bisa menghela nafas panjang mengingat ucapan Raina tadi. Ayra duduk di samping sang ayah. Gadis itu seolah tahu kegundahan hati ayah kandungnya."Dad, kenapa murung gitu?" tany
Entah berapa lama Raina tak sadarkan diri. Wanita itu bangun kala adzan subuh telah terdengar. Raina segera melaksanakan kewajibannya sebagai seorang muslim.Selepas salam, dia ingin membantu sang mama membuat sarapan. Namun tiba-tiba tubuhnya mendadak limbung. Dunia terasa berputar-putar. Hingga wanita itu pun kembali tak sadarkan diri.Wanita itu terbangun, dia menghembuskan nafas kasar kala melihat dirinya berada di rumah sakit kembali. Raina melirik ke samping. Makin kesal lagi saat dia melihat mantan suaminya ada di samping."Apa tidak ada orang lain? Kenapa mesti menyuruh dia menungguku di sini?" gerutu Raina dalam hati.Wanita itu pun membalikkan tubuhnya. Melihat ranjang yang bergetar membuat Rehan membuka matanya."Rai, kamu sudah sadar?" tanyanya."Huumm," jawab Raina singkat."Ada yang kamu inginkan?" tanya Rehan lagi."Aku ingin pulaaang. Kenapa aku dibawa kesini lagi? Kalau di rumah, kan aku bisa melihat semua barang peninggalan kak Revan, hiks, hiks," tangis Raina."Rai,