Share

APA LAGI?

Penulis: Rosemala
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

170

“Bos,” panggil Hamish saat dalam waktu cukup lama atasannya itu hanya mematung dengan tatapan kosong. Ia khawatir terjadi sesuatu dengan Samudra.

Samudra sendiri mengerjap dan menunduk. Kemudian mendudukkan diri di sofa. Tangannya memegang erat i-pad di tangannya. Berulang kali ia memutar video yang memperlihatkan ada Mentari di sana.

Ya, ia yakin jika wanita bergaun muslimah dan berhijab hitam itu Mentari. Meski penampilannya kini sudah jauh berbeda, tetapi ia tidak mungkin salah. Itu benar-benar Mentari. Terlebih bayi laki-laki yang digendong wanita itu ….

Berulang kali jari sang pria mem-pause dan meng-zoom video itu, hingga ia benar-benar yakin jika itu memang Mentari. Senyum wanita itu, gestur tubuhnya, juga tatapannya, semua masih melekat dalam ingatannya meski sudah satu setengah tahun mereka tidak bertemu.

Ternyata, menghilang selama itu, membuat Mentari kini muncul lagi dengan segala kemajuan. Dari keterangan dalam video yang mungkin diambil Hamish dari sebuah situs berit
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (36)
goodnovel comment avatar
Sri Hartini
samudera benar2 bodoh bin. goblok....
goodnovel comment avatar
Non Ifaku
Gedeg deh lihat kebegoan Samudra...
goodnovel comment avatar
Lailatul Adawiyah
smoga akan terkuak kebenaranya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KACAU

    171“Di sana Bos.” Laki-laki muda yang duduk di belakang kemudi menunjuk sebuah gang kecil tepat di seberang mobil mereka.Samudra yang duduk di jok belakang memperhatikan gang sempit yang tidak akan muat mobil itu. Kendaraan roda dua pun harus berhati-hati jika melewati gang yang sepertinya hanya diperuntukan untuk pejalan kaki itu.“Jauh?” tanya Samudra singkat. Matanya masih memindai gang itu.“Lumayan, Bos. Sekitar dua ratus meter. Melewati satu pertigaan dan dua kali tikungan. Rumahnya triplek warna putih.”“Kamu yakin itu wanita yang aku maksud?”Laki-laki yang memegang kemudi itu mengeluarkan ponsel dari saku kemejanya, kemudian menyodorkan ke arah Samudra yang duduk di belakangnya.“Ini, kan?” tanya laki-laki itu menunjukkan sebuah foto wanita di layar benda pipihnya.Samudra mengangguk tanda mengiyakan. “Namanya Elma, kan?”“Tetangganya biasa memanggil Mbak Mima.”“Mima? Kamu yakin tidak salah orang?” Kening Samudra berkerut.“Aku yakin sama kinerja Doni, Bos. Tidak mungkin sa

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   ANAK PAPA

    171Samudra semakin meremas rambutnya. Matanya memejam lelah. Ia lupa kalau beberapa waktu lalu telah melamar seorang wanita.Berawal karena lelah dengan hidupnya, dan takut tak memiliki keturunan sama sekali di usia yang tidak lagi muda, ia mulai memikirkan untuk move on dan menikah lagi. Umur manusia tidak ada yang tahu, jika ia meninggal dalam waktu dekat sementara belum memiliki keeturunan, siapa yang akan mengurus semua asetnya dan melanjutkan garis keturunan keluarga Hanggara?Karenanya tanpa sepengetahuan siapa pun, setelah memikirkan matang-matang, ia melamar wanita itu. Ia sadar dengan statusnya yang masih menggantung. Karenanya jika wanita itu menerima lamarannya, akan segera diurus perceraiannya secara resmi.Itu semua ia lakukan sebelum tahu ternyata Mentari melahirkan sepasang bayi kembar yang memiliki kemiripan banyak dengannya. Meski belum dapat dibuktikan jika sepasang bayi itu anak kandungnya, tapi dari fisik saja 99% mengarah ke sana.Lalu, jika sudah seperti ini mau

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   JANGAN, TUAN!

    173“Mentari!” Samudra memanggil wanita berkerudung dan sweeter tebal yang berjalan terburu-buru menggendong bayi. Wanita itu dan wanita yang lebih tua yang sama-sama menggendong bayi, memang berjalan ke arahnya. Samudra sudah sangat yakin jika mereka akan menghentikan langkah karena sengaja ia hadang. Namun ….Samudra mengerjap dan bahkan menyurutkan langkah saat keduanya tetap berjalan menuju resepsionis. Jangankan berhenti, mereka bahkan tidak melirik dirinya sama sekali seolah ia makhluk kasat mata.Apa memang wujudnya tak terlihat? Atau ia salah orang? Karena memang wanita yang ia sangka Mentari menutup hampir sebagian wajahnya. Kerudung yang dibuat sangat turun di bagian depan dan juga masker yang menutup bibir hingga pipinya. Matanya juga tertutup kacamata gelap.Atau … apa mereka takut melihat penampilannya yang menyeramkan?Samudra mengerjap sebelum akhirnya mengejar kedua wanita yang sudah keluar dari pintu lobi.“Mentari!” Lagi ia memanggil dan mengejar. Suaranya lebih kera

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PANTASKAH MENYESAL?

    174Samudra membalikkan badan dengan cepat. Padahal tangannya sudah meraih handle pintu. Tatapannya tertuju wajah wanita berpakaian lusuh. Sumpah demi apa pun kalimat wanita itu barusan mampu membuat dunianya semakin porak poranda. Ya, walaupun belum mempercayai sepenuhnya.“Kamu bicara apa?” Suara Samudra bahkan sumbang. Tak bernyawa. Sang pria berusaha meyakinkan dirinya jika pendengarannya bermasalah.Wanita berpakaian lusuh yang berdiri di samping meja, semakin menunduk ketakutan. Tapi, semua sudah terlanjur. Toh, terus menutupi kebusukan Bastian pun tidak akan menguntungkan baginya. Laki-laki itu tidak akan menolongnya atau memberikan imbalan seperti janjinya.Kalaupun kemarin menghindari Samudra, semata karena takut pria itu melaporkannya ke polisi. Bukan karena melindungi Bastian. Siapa sangka Samudra tidak melepaskannya. Dan bodohnya ia yang terperangkap trik anak buah pria itu.Berawal merasa mendapat durian runtuh karena melihat dompet berjejal uang lembaran merah di jok bela

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MANTAN

    175“Jadi, itu mantan suami Ibu?” tanya Mbak Rumi saat mobil yang membawa mereka menjauh dari hotel sudah berbaur dengan kendaraan lain di jalanan yang belum terlalu ramai.Mbak Rumi yang menggendong Bulan sejak tadi terus memperhatikan majikannya yang terus memejamkan mata. Semenjak masuk mobil, mentari terlihat gusar dengan terus menoleh ke belakang. Baru setelah mobil jauh meninggalkan hotel sang majikan terlihat agak tenang.Sejak semalam Mentari memang sudah memberitahu pengasuhnya itu agar mereka chek out sepagi mungkin. Tentu saja untuk menghindari hal seperti ini.Mentari tahu konsekuensi tampil di muka umum dengan wajah tak tertutup, juga membawa anak-anak yang notabene mewarisi kemiripan dengan Samudra. Mantan suaminya itu memiliki koneksi yang luas dan anak buah yang banyak. Apalagi dengan beberapa perusahaan di bawah kendalinya saat ini. Jika pun ia tidak melihat langsung tayangan presscon kemarin, ada banyak mata lain yang mungkin menonton. Maka, bukan tidak mungkin kemun

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   AKU BUKAN SIAPA-SIAPA

    176Mentari mematung. Kakinya mendadak sulit untuk digerakkan. Pun bagian tubuhnya yang lain yang mendadak kaku. Tak ayal ia terperanjat di detik-detik pertama matanya bersitatap dengan pria yang menatapnya sayu. Namun, ia menguatkan hati agar tidak terbawa perasaan. Ia harus bisa bersikap normal seolah-olah tidak terjadi apa-apa dengan hati dan jantungnya.Mentari berkedip setelah beberapa lama tatapannya bersirobok dengan tatapan pria di luar sana. Hatinya tak ayal berdesir melihat pria itu lagi. Tak menyangka jika Samudra akan secepat ini menemukannya. Bahkan matahari belum juga menampakkan diri, tetapi pria itu sudah berada di sana.Mentari berbalik tanpa berkata-kata, ia bermaksud kembali ke dalam rumah saat suara panggilan menahan.“Tari.”Mentari menggigit bibirnya, matanya memejam. Setelah satu setengah tahun berusaha membuang jauh segala apa pun tentang sang pria, siapa sangka secepat ini akan mendengar lagi suara itu.Mentari masih berada di posisi sama saat terdengar langka

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KATA MAAF

    177“Maafkan Mas, Tari ….”Mentari menahan napas saat terdengar permintaan lirih yang berbaur dengan tangis. Wanita itu membuang muka. Menjatuhkan pandangan ke deretan pot tanaman yang bunga serta daunnya masih digelayuti embun.Tidak seperti bunga dan dedaunan itu yang sejuk dibalut embun, hatinya panas membara. Bertemu lagi dengan pria yang sudah menorehkan luka hati, tentu membuka lagi luka itu. Luka yang seharusnya sudah kering karena mati-matian dibalutnya oleh waktu, kini terasa kembali basah karena sang pemberi luka mengorek-ngorek lagi.“Maafkan Mas, Tari. Sungguh Mas terlalu bodoh untuk melihat kebenaran sejati. Katakan apa yang Mas harus lakukan untuk menebusnya? Mas rela melakukan apa pun asal bisa bertemu dan memeluk si kembar.”Mentari menelan ludah. Dadanya terasa sesak. Matanya panas. Bukan karena tersentuh dengan permintaan maaf Samudra, tetapi karena luka itu kembali berdarah-darah.“Mas bodoh. Sangat bodoh. Padahal sebelum kejadian pun sudah sering melihat tatapan Ba

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   SAYA BERSEDIA

    178Mentari tidak ingin menanggapi. Terlalu muak. Wanita itu hanya menatap tanpa kata, sebelum membuka pintu, masuk ke dalam rumah dan secepat kita menutup pintunya lagi. Lama-lama bicara dengan pria itu selain membuka luka lama, hanya membuat kepala panas dan tensi naik. Seperti yang sudah diduganya, mantan suaminya itu pasti menginginkan si kembar.Mentari mengunci pintu. Menutup lagi gorden yang tadi sudah dibuka semua. Setelahnya menuju kamar anak-anaknya yang tengah didandani Mbak Rumi.“Ibu punya indera keenam, ya?” tanya Mbak Rumi begitu Mentari datang dan langsung membantunya mendandani salah satu bayi.“Kenapa nggak nunggu aku dulu, Mbak? Pasti susah memandikan si kembar sekaligus.” Sambil menggelitik perut Bulan yang baru dipakaikan diapers, Mentari melirik pengasuh bayinya.“Nggak apa-apa, Bu. Sudah kerjaan Mbak. Eh, Ibu sepertinya keturunan cenayang, ya?”Mentari menarik napas. Ternyata wanita kurus itu tak melupakan rasa penasarannya meski ia sudah mengalihkan obrolan.“A

Bab terbaru

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEJUTAN

    376Sore hari Nuri dikejutkan dengan kedatangan Rendra yang menjemputnya ke rumah baru mereka. Rendra meminta Nuri segera bersiap karena akan diantar ke suatu tempat. Katanya atas permintaan Bastian. Sementara Bastian sendiri tidak mengatakan apa pun, padahal waktu istirahat siang tadi mereka sempat bicara di telepon.Walaupun heran, tak ayal Nuri menurut karena sudah sangat mengenal orang kepercayaan Samudra yang dulu selalu melindungi dirinya dan Bastian itu.Rendra mengatakan ini kejutan, dan sebenarnya Bastian melarangnya untuk mengatakan lebih dulu, tapi terpaksa ia katakan karena awalnya Nuri menolak ikut. Dan benar saja, pengawal merangkap sopir itu pertama membawanya ke sebuah salon kecantikan. Di sana Nuri didandani sangat cantik. Gaun malam indah berwarna hitam membalut tubuh sintalnya. Nuri sampai pangling melihat bayangan dirinya sendiri di cermin.“Sebenarnya kita mau ke mana, Pak? Aa Bastian di mana?” tanya Nuri saat mereka sudah kembali berada di dalam mobil. Rendra memb

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KERESAHAN NURI

    375Kehidupan kembali berjalan normal setelah mereka pulang ke tanah air. Mereka melanjutkan hidup masing-masing dengan tetap membawa kehangatan keluarga yang semakin terjalin erat. Waktu seminggu liburan seolah menjadi isi ulang energi agar lebih bersemangat dalam menjalani hidup yang sesungguhnya. Antusiasme efek isi ulang itu sangat berdampak dirasakan Mentari dan Samudra. Rasa cinta mereka pun bertambah berkali-kali lipat. Rasanya tidak ada lagi yang mereka inginkan dalam hidup selain tetap bersama.Pagi ini, seperti biasa Mentari mengantar suaminya yang akan berangkat ke kantor, hingga ke mobil yang menunggu di halaman. Tangannya yang mengait erat di lengan Samudra, juga kepalanya yang menyandarm anja selama berjalan hingga halaman, menandakan jika ikatan itu tak akan terpisahkan. Beberapa kecupan di wajah mentari menjadi salam perpisahan setiap kali Samudra akan berangkat ke kantor. Baginya, satu kecupan saja tidak cukup.Mentari melambaikan tangan saat mobil mulai bergerak meni

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEHANGATAN KELUARGA

    374Keesokan paginya, sinar matahari menyelinap melalui celah tirai, menerangi kamar hotel dengan cahaya keemasan. Mentari membuka matanya perlahan dan melihat Samudra masih tertidur lelap di sampingnya. Ia tersenyum kecil, merasa beruntung bisa menikmati momen ini.Perlahan, ia mengulurkan tangan, menyelipkan jemarinya di antara rambut Samudra yang acak-acakan, merasakan kelembutan helai-helainya yang sudah mulai memutih di beberapa bagian. Tanpa sadar, hatinya berdesir melihat wajah damai yang semakin hari semakin menambah kadar cintanya.Ia teringat perjalanan cinta mereka yang penuh liku—berawal dari nikah dadakan karena pergantian mempelai laki-laki, salah paham, kecurigaan, dipisahkan fitnah, hingga akhirnya berlabuh dalam cinta yang mendalam. Sekarang, mereka punya segalanya yang ia impikan: pernikahan yang harmonis, anak kembar yang lucu, dan waktu berharga berdua seperti pagi ini. Ia merasa amat bersyukur."Mas …" bisiknya penuh kelembutan, meski ia tahu suaminya belum benar-b

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   MENGENANG

    373“Akhirnya ….” Samudra menjatuhkan tubuhnya di atas kasur empuk berukuran besar di kamar hotelnya. Pria itu telentang dengan kedua tangan terbuka lebar dan kedua kaki menjuntai ke lantai. Entah ada keajaiban apa, tiba-tiba saja Bastian memaksa membawa si kembar ke kamarnya, katanya ingin mengajak mereka menginap di sana.Seperti mendapat durian runtuh, tentu saja Samudra merasa lega. Bagaimana tidak? Dua anaknya ingin bermain naik kuda-kudaan di punggungnya. Dua sekaligus.“Makanya, nikah jangan terlalu tua. Biar anak pas aktif-aktifnya, papanya masih strong ngajak mainnya,” ledek Mentari sambil melihat Samudra yang ngos-ngosan melayani kedua anaknya.“Kalau Mas nikah muda, pasti bukan sama kamu.”Mentari mengernyitkan keningnya.“Iya, kan? Kalau Mas nikah umur dua puluhan, pasti bukan sama kamu, karena saat itu kamu masih bau kencur. Mungkin masih ingusan. Belum bisa dinikahi.”Mentari memutar bola mata, tapi ucapan Samudra ada benarnya. Selisih usia mereka cukup jauh. Kalau Samudr

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEBAHAGIAAN SEMPURNA

    372Pagi itu, matahari Paris menyentuh lembut jendela kamar hotel tempat Nuri dan Bastian menginap. Begitu Nuri membuka jendela, aroma bunga musim semi menyeruak ke dalam kamar, membawa sensasi kebahagiaan yang sempurna.Paris di musim semi adalah lukisan hidup: pohon-pohon sakura bermekaran di taman-taman kota, bunga-bunga aneka warna menghiasi jalanan, dan angin yang sejuk membelai wajahnya, membuat wanita itu tersenyum.Nuri berbalik menghadap ranjang tempat Bastian masih terlelap. Pertarungan panas mereka tadi malam memang menyisakan kelelahan yang teramat. Pantas jika sang suami masih nyenyak. Namun, agenda hari ini padat, dan Nuri tidak mau melewatkannya.Terlebih, hari ini mereka akan menikmatinya bersama keluarga Samudra.Nuri berjalan menuju pintu, lalu keluar dan mendatangi kamar sebelah tempat Samudra dan keluarganya menginap.Ia langsung mengetuk pintu. Tidak menunggu lama, Mentari membukanya.“Hai, Nur. Sudah cantik aja, nih. Sepertinya kamu sudah siap ya, jalan-jalan.” M

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   KEINDAHAN

    371Panik, Bastian berjalan ke arah kios tempat terakhir kali ia melihat Nuri. Ia menanyakan pada beberapa orang di sekitarnya dengan menyebutkan ciri-ciri Nuri, namun tak seorang pun mengetahui istrinya.Aneh, dalam sekejap saja, Nuri hilang seolah ditelan bumi.Pikiran Bastian mulai dipenuhi kekhawatiran. Ini negara orang, dan Nuri baru ke sini. Tidak bisa bahasa Prancis maupun Inggris. Bagaimana kalau ia tersesat?Bastian memutuskan untuk menghubungi Nuri melalui ponsel, tapi panggilannya tak tersambung.“Nomornya tidak aktif,” gumamnya, merasakan kekhawatiran yang semakin besar. Ia terus mencoba, namun hasilnya tetap sama. Napasnya mulai tak beraturan, bayangan buruk terus menghantui pikirannya.Bagaimana jika Nuri diculik? Atau tersesat jauh? Ini Paris, negara yang asing bagi istrinya.Tanpa berpikir panjang, ia mulai menyusuri setiap sudut jalan, berharap bisa menemukan sosok Nuri yang entah kenapa bisa hilang secepat ini.Langkah Bastian semakin cepat, dadanya mulai terasa sesa

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   PARIS

    370Paris menyambut dua keluarga itu dengan segala pesonanya yang melegenda. Bastian, Nuri, Samudra beserta Mentari dan juga si kembar, turun dari taksi di depan hotel bergaya klasik yang berada di jantung kota.Gedung hotel itu berarsitektur ala Eropa kuno dengan detail balkon berornamen besi tempa dan jendela besar berbingkai kayu putih. Setiap sudutnya tampak seperti lukisan, begitu indah dan romantis. Paris memang terkenal dengan pesona abadinya, dan hari itu, senyum tak pernah lepas dari bibir Nuri.Wanita mungil itu langsung membulatkan mulutnya. Tak henti-henti ia mengagumi kota mode itu semenjak menginjakkan kaki di bandara Charles de Gaulle tadi.“Aa….” Nuri memekik seraya menyatukan kedua tangannya yang terkepal di depan dada. Tubuhnya sedikit membungkuk. “Kita benar-benar di Paris, ya?” tanyanya polos tanpa melihat Bastian karena pandangannya terus menyapu seluruh sudut kota.Bastian tersenyum. Pun dengan Samudra dan Mentari yang ikut mendengar. Antara bahagia yang Bastian

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   RUMAH BARU

    369Bastian mengusap wajahnya setelah mengembuskan napas berkali-kali. Laki-laki itu duduk di sofa dengan wajah menunduk, kedua siku bertumpu di atas pahanya.Suara langkah ayah dan adiknya semakin memudar di kejauhan, membawa kelegaan sekaligus kepedihan yang menyatu dalam dadanya. Rasa lelah dan berat di dadanya mulai bergulir. Ia tahu, sejak saat ini, hubungan dengan keluarga tidak akan sama lagi.Ia yakin, meski tadi sudah menjabat tangannya karena paksaan sang ayah, Andra tidak akan begitu saja melupakan semua ini. Dan Richard? Bastian sangat yakin bahwa mulai saat ini pria itu akan membatasi diri dalam memberikan kasih sayang dan perhatian padanya karena khawatir menimbulkan kecemburuan dari anaknya yang lain.Padahal Bastian sudah sangat bahagia memiliki keluarga. Siapa sangka kebahagiaannya harus diwarnai dengan drama kecemburuan dari adiknya yang berlanjut dengan percobaan merebut istrinya.Sebuah tepukan mampir di pundak Bastian. Sentuhan itu seperti jangkar yang membawanya

  • SUAMI PENGGANTIKU (BUKAN) PRIA PAYAH   DILEMA AYAH

    368Kedua tangan Bastian kembali mengepal kuat. Wajahnya yang sempat tenang kini kembali memerah dan tegang. Andai bukan karena gelengan Nuri yang menunjukkan ketakutan dan tatapan memohon dari Samudra agar ia tetap tenang, wajah Andra yang sudah babak-belur itu mungkin akan dibuatnya semakin tak berwujud.Bastian menahan napas, padahal dadanya sudah naik-turun dengan cepat."Aa..." Nuri mendekat. "Jangan dengarkan dia. Dia hanya mengada-ngada. Itu sama sekali tidak benar. Aa tahu saya hanya menyukai Aa." Wajah Nuri pucat, sorot ketakutan terpancar jelas. Tangannya meraih tangan Bastian."Saya hanya menganggapnya sebagai adik. Tidak lebih," lanjut Nuri mengiba. "Kalaupun tadi saya menemuinya, itu karena dia bilang mau pamitan sebelum ke Yogya. Kami tidak sempat bertemu sebelum kita kembali ke sini." Suara Nuri terdengar lirih dan bergetar."Sungguh, kalau saya tahu akan seperti ini, saya akan membangunkan Aa saat dia menelepon dari depan pintu. Aa, percayalah pada saya. Dia gila kalau

DMCA.com Protection Status