Beranda / Pendekar / SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API / 77. RUMOR YANG MENGHANCURKAN

Share

77. RUMOR YANG MENGHANCURKAN

Penulis: Evita Maria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Keesokan harinya, pengumuman resmi disebarkan ke seluruh penjuru Kerajaan Wu. Ratu Mei Ling mengadakan sayembara untuk mencari pendekar dengan kemampuan mengendalikan api. Hadiah yang dijanjikan sangat menggiurkan, yatu gelar kehormatan dan kedudukan tinggi di istana.

Selama berhari-hari, ratusan orang berdatangan ke istana, mengklaim diri memiliki kekuatan api. Namun, tak satu pun lolos ujian ketat yang diadakan oleh para ahli sihir istana.

Pada hari ke-30 sayembara, ketika Ratu Mei Ling mulai hilang harapan, seorang pria misterius muncul di gerbang istana. Ia memperkenalkan diri sebagai Feng Wei, seorang pendekar pengembara.

Feng Wei berdiri tegap di hadapan Ratu dengan penuh percaya diri. usianya sekitar 35 tahun, dengan postur tubuh tinggi dan berpenampilan rapi. Wajahnya cukup tampan, ia mengenakan jubah berwarna merah mencolok sementara di baliknya ia mengenakan baju dalam berwarna putih bersih terbuat dari sutra. Celananya lebar berwarna putih, dipadu sepatu boot putih dari ku
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
semakin misterius
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   78. USAHA LIMA TAHUN YANG SIA-SIA

    "Kakak Lin, kau meracuni si Tua Bangka ini sudah lima tahun lamanya, mengapa dia bukannya mati malah semakin lincah dan bertenaga?" bisik Tetua Liu, matanya menyipit curiga.Tetua Lin hanya mendengus, kerutan di dahinya menunjukkan kecurigaan yang sama. Dalam hati, ia pun tak habis pikir. Setiap pagi, selama lima tahun ia telah membubuhkan racun Jantung Bayangan ke dalam makanan Ketua Ma, seperti yang pernah ia lakukan pada ketua terdahulu, Xun Huan. Namun hasilnya sangat berbeda.'Aku hanya membutuhkan waktu beberapa bulan untuk membuat Xun Huan tewas seperti terkena serangan jantung,' pikir pria haus kekuasaan itu sambil mengelus jenggot abu-abunya, 'Tapi Ketua Ma yang berusia lebih tua dan kekuatan tenaga dalamnya masih di bawah mendiang Xun Huan, bisa bertahan selama lima tahun dan dalam kondisi semakin bugar.'"Pasti ada sesuatu yang tidak beres," gumam Tetua Lin yang hanya bisa didengar oleh adik seperguruannya, tetua Liu. Ia berpaling ke arah Tetua Liu yang duduk di sampingnya

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   79. SERBUK PENGHILANG AKAL

    Du Fei mendekat, berpura-pura menyapa dengan ramah, "Wah, bukankah ini Tuan Lin Mo yang terkenal dengan jurus Tinju Selatan? Sungguh kehormatan bisa bertemu calon ketua Bu Tong Pai di sini!"Lin Mo, yang sudah setengah mabuk, tersenyum lebar. "Hah! Kau mengenalku, anak muda? Tentu saja, siapa yang tidak mengenal Lin Mo yang hebat!"Du Fei mengangguk sopan, tangannya dengan cekatan menukar sloki arak Lin Mo dengan yang baru. "Tentu saja, Tuan. Bagaimana kalau kita bersulang untuk kehebatan Anda?"Lin Mo terkekeh mabuk, matanya menyipit saat berusaha memperhatikan wajah pemuda di hadapannya dengan lebih jelas. Ia menyandarkan lengannya pada bahu Du Fei, “Mengapa sepertinya aku pernah melihatmu sebelumnya?”Du Fei tersenyum dan menjawab cepat, “Kalau Anda pelanggan rumah bordil ini, sudah pasti pernah bertemu denganku,”Lin Mo manggut-manggut sambil menyeringai lebar, “ah ya-ya kau benar, aku sering sekali kemari mengunjungi nona-nona cantik di sini.”Tanpa curiga, Lin Mo meneguk arak ya

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   80. TOPENG HANTU

    "Ti-tidak, aku tidak butuh pelayanan apa pun!" seru Du Fei mulai panik. Ia berusaha menelan ludah, tenggorokannya terasa kering, "A-aku harus pergi sekarang!"Du Fei mencoba untuk kabur, akan tetapi para wanita itu menghalangi jalannya. Mereka semakin mendekat, aroma wewangian mereka membuat kepala Du Fei pusing."Ayolah, Pemuda tampan," bisik wanita lain di telinganya. "Kau pasti lelah setelah menjahili si Kera Sakti itu, biarkan kami memijatmu."Suasana di Wisma Bunga Peony semakin riuh. Du Fei yang terpojok di sudut ruangan, merasakan jantungnya berdegup kencang saat mereka menggodanya habis-habisan. Keringat dingin membasahi dahi, trauma masa lalu membuatnya lumpuh ketakutan."Ayolah, Tampan," seorang gadis berbisik di telinganya. "Kami bisa membuatmu melupakan semua masalahmu."Tepat saat Du Fei merasa akan pingsan, sebuah suara tegas mengurai kerumunan."Cukup, Anak-Anak! Biarkan tamu kita bernapas!"Para gadis serentak menoleh. Di ambang pintu berdiri Ching-Ching, sang pemilik

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   81. DENDAM HANTU XUN HUAN

    "Lalu aku harus bagaimana?" tanya Ketua Ma, menggosok-gosok keningnya dengan tangan yang berkeringat. Suaranya terdengar putus asa, "Jangan khawatir, Paman!” ujar Du Fei santai, “Aku akan membantumu ... kelicikan harus dibalas dengan kelicikan!" Ia mengedipkan mata dengan jenaka, kilatan nakal terpancar dari matanya yang tajam.Mendengar ini, Ketua Ma merasa sedikit lega. Ia menatap Du Fei dengan pandangan penuh rasa terima kasih bercampur penyesalan. "Kalau saja tak ada dirimu, mungkin aku sudah lama mati. Maafkan bila dulu Paman tak pernah melindungimu hingga kau hanya jadi bulan-bulanan di perguruan kita."Du Fei terdiam sejenak, kenangan masa lalu berkelebat di benaknya. Ia teringat hari-hari sulit ketika ia pertama kali tiba di Bu Tong Pai, seorang anak yatim piatu yang tak memiliki apa-apa selain tekad untuk bertahan hidup. Ejekan, pukulan, dan perlakuan buruk dari murid-murid lain, terutama Lin Mo, masih terasa menyakitkan seperti baru terjadi kemarin."Ah sudahlah, Paman Ma.

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   82. DENDAM HANTU XUN HUAN 2

    Sesaat setelah semua penghuni perguruan tertidur lelap, sesosok bayangan hitam, dengan langkah mengendap-endap, menyusup ke dalam ruang kerja Ketua Ma. Sosok itu tak lain adalah Lin Mo, ia mendekati kotak kas dengan mata bersinar tamak. “He-he-he, si Tua Bodoh Ma lupa mengunci kotak kas. Sebaiknya kuambil saja semua uangnya, dan kubuat seolah-olah Anak Iblis itu yang melakukannya,” Lin Mo menyeringai sambil menggosok-gosok kedua telapak tangannya.Ketika tangan Lin Mo menyentuh tutup kotak yang terbuat dari logam itu, suhu ruangan tiba-tiba menurun drastis. Bulu kuduk murid tertua Bu Tong Pai itu berdiri dengan sendirinya, ia seperti merasakan ada kehadiran sosok lain di ruangan yang memiliki pencahayaan minim itu. "Lin Mo …," sayup-sayup ia mendengar suara yang sangat akrab di telinga,memanggilnya.“Ketua Xun?” Lin Mo meneguk ludah, kepanikan mulai menyerbu hingga kakinya sulit untuk digerakkan. Sekuat tenaga Lin Mo memerangi rasa panik, membalikkan badan perlahan, akan tetapi ia

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   83. MENOLONG GADIS KECIL

    Mentari siang sedang memantulkan kilau keemasan di permukaan sungai ketika Du Fei melompati bebatuan menuju tepi air untuk membasuh muka dan minum. Angin sejuk membelai wajahnya, dan mempermainkan rambutnya yang sebagian dibiarkan tergerai mencapai bahu.Du Fei melepas topeng wajah dan meletakkannya di atas bebatuan yang cukup tinggi sebelum mencuci muka. Setelah selesai, Du Fei duduk di atas batu besar, melepas lelah sambil menikmati pemandangan hijau di sekitarnya.Bibirnya membentuk senyuman puas mengingat serbuk Bayangan Dosa yang ia taburkan di sumur semalam, berhasil membuat Lin Mo berhalusinasi dan mengakui semua kejahatannya, mulai dari memfitnah Du Fei sampai mencuri uang kas perguruan sekian lama hanya untuk bersenang-senang. Kini murid Bu Tong Pai itu diusir dengan tidak hormat, untuk sementara Bu Tong Pai dalam kondisi aman. Paling tidak sampai Tetua Lin kembali.Ketika mengedarkan pandangan ke sekeliling sungai, matanya menangkap sosok mungil di atas batu di tepi sungai.

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   84. MURID YANG BANDEL

    Debu berwarna keemasan menari-nari di dalam sebuah kuil tua yang sunyi. Sinar matahari menembus celah-celah atap genteng, jatuh di atas meja altar usang, menerangi sosok tua yang sedang tertidur dalam posisi miring dengan kepala bertumpu pada tangan kanannyaDa Ye, ketua Partai Pengemis, Kai Pang, mendengkur dengan kerasnya hingga menggema di ruangan kosong, sesekali diselingi igauan tentang ayam goreng dan arak. Jubah lusuh abu-abu penuh tambalan yang ia kenakan, bergerak naik turun mengikuti irama nafasnya yang teratur.Sekelebat bayangan hitam melintas di ambang pintu. Du Fei, mengintip dari balik pilar kayu yang lapuk. Pemuda itu menyeringai jahil di balik topeng, memperlihatkan deretan gigi putih bersih yang tertata rapi, saat melihat gurunya yang tertidur pulas. Dengan gerakan sehalus kucing, pemuda itu mengeluarkan sebuah botol kecil dari sakunya, ramuan gatal-gatal yang ia pelajari dari Chang Su."Maaf, Guru," bisiknya geli seraya meneteskan cairan itu ke ujung tongkat Penggeb

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   85. MEMILIH JALAN HIDUP

    Du Fei duduk bersila di atap kuil, memandang bulan yang bersinar terang. Topeng hitam keemasan tergeletak di sampingnya, memperlihatkan sisik-sisik naga di pipinya yang mengkilap tertimpa cahaya bulan."Mengapa tidak tidur?" Terdengar suara Chang Su menegur dari bawah. "Tidak biasanya kau melepas topengmu, Du Fei!"Du Fei tersenyum tipis. "Aku sedang berpikir, Guru. Tentang pilihan yang kalian berikan tadi pagi."Chang Su melompat dengan ringan ke atas atap, duduk di samping muridnya. "Apakah sekarang kau sudah memutuskan?""Aku merasa ... kedua pilihan itu sama-sama menarik," Du Fei menghela nafas. "Menjadi pejabat dan memberantas korupsi dari dalam, atau mencari Pedang Naga Api dan menjadi pendekar sejati.""Kau tahu," Chang Su menyalakan pipa tembakau di tangannya, "kadang pilihan tidak selalu tentang apa yang paling menarik, tapi tentang apa yang paling sesuai dengan jalan hidupmu."Du Fei mengusap sisik di pipinya. "Dulu, Guru pernah mengatakan sisik ini mungkin pertanda. Apa mak

Bab terbaru

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   121. PENYELAMAT MISTERIUS

    Empat siluman itu melompat bersamaan ke arah Du Fei. Pemuda itu memejamkan mata, mengerahkan seluruh energi di kedua tangannya, siap bertarung sampai mati. Jika ini saat terakhirnya, setidaknya ia akan mati dengan gagah.Namun raungan yang ditunggunya tak kunjung mendekat. Suasana mendadak sunyi senyap, bahkan suara angin pun seolah ikut tenggelam. Du Fei membuka mata perlahan, penasaran dengan apa yang terjadi.Di hadapannya, keempat siluman berdiri membeku dengan wajah pucat pasi. Lushe Yao yang tadi begitu congkak kini gemetar, sisik-sisiknya bergetar menciptakan bunyi gemerisik aneh. Sha Zhang yang biasanya garang kini mundur perlahan dengan lutut bergetar. Bahkan Xie Gua yang bisa menumbuhkan kepala baru pun kini menelan ludah berkali-kali."Ha!" Du Fei tertawa puas, dadanya membusung penuh percaya diri. "Rupanya kalian ini hanyalah siluman-siluman jelek pembual! Lihat, menghadapiku saja sudah gemetar seperti itu!"Ia mengacungkan ranting di tangannya dengan gaya heroik. "Bagaima

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   120. DI UJUNG TANDUK

    "Apa maksudmu?" Xie Gua mendengus tak sabar."Aku memiliki energi api dan kekuatan dewa naga dalam diriku," Du Fei membual dengan mengeraskan suaranya, memastikan gaungnya terdengar ke seluruh hutan. "Siluman manapun yang memangsaku pasti akan mendapatkan kekuatan berlipat seperti dewa!""Aku tak ingin kematianku sia-sia bila hanya dimangsa siluman kelas rendah," tambahnya dengan nada merendahkan.Xie Gua menyipitkan matanya yang berkilat berbahaya. "Kau berkata keras-keras karena ingin membangkitkan siluman-siluman lain agar kami saling bunuh, begitu bukan?"Du Fei tersenyum misterius, "Aku tidak sedang membual. Kau pun tahu seberapa besar energi api yang kumiliki.""Baik!” Xie Gua menghentakkan kakinya dengan tak sabar, “akan kucabut nyawamu seka—" BRAKK!Sebuah batu sebesar gajah menghantam kepala Xie Gua dari atas hingga amblas ke dalam tanah, menghancurkan tengkoraknya dalam sekejap. Darah hitam menggenangi tanah di sekitar batu, membuat Du Fei berg

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   119. SIASAT MENGHADAPI SILUMAN

    Malam semakin larut, di dalam gua hanya  terdengar suara derak kayu bakar yang terbakar perlahan. Xie Gua menatap sosok Du Fei yang berbaring miring menghadap dinding batu, nafasnya teratur seperti orang terlelap."Du Fei?" panggilnya pelan, tak ada jawaban kecuali suara dengkuran halus."Du Fei?" sekali lagi ia memanggil, lebih keras. Masih sunyi.Seringai kejam tersungging di bibir Xie Gua yang mulai berubah. Wajah ramah sang pertapa lenyap, digantikan sosok mengerikan yang selama ini tersembunyi. Kulit tangannya mengeras, bersisik seperti ular. Kuku-kukunya memanjang dan menghitam, tajam bagai belati beracun."He he he, dasar Bocah bodoh!" tawanya menggelegar hingga menggema dalam gua. Transformasinya semakin lengkap, gigi-gigi berubah menjadi taring-taring panjang yang mencuat dari mulut yang kini tersenyum semakin lebar. Hidung memanjang dan membengkok seperti paruh burung pemangsa, dan sepasang mata berkilat merah dalam kegelapan.Du Fei merasakan jant

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   118. PAMAN XIE YANG MISTERIUS

    Kabut tebal mendadak tersibak. Dari balik kegelapan, muncul sesosok nenek tua dengan rambut putih kusut dan pakaian compang-camping. Kulitnya pucat kebiruan seperti mayat, keriput-keriput di wajahnya membentuk pola mengerikan. Namun yang paling menakutkan adalah matanya, merah menyala dengan pupil vertikal seperti mata ular."Sudah lama aku tidak mencicipi daging manusia muda," suaranya serak dan dalam, tidak seperti suara manusia. "Kau pasti lezat, anak muda."Du Fei memasang kuda-kuda, tangan kanannya mencengkeram ranting. "Kau pasti siluman Sha Zhang yang haus darah manusia?"Nenek itu menyeringai, memamerkan deretan gigi tajam bernoda darah. "Oh, kau mengenalku? Aku tersanjung." Ia melompat dengan kecepatan yang mustahil untuk tubuh setuanya, cakar-cakar panjang teracung ke arah Du Fei.Trakk!Ranting kokoh Du Fei berbenturan dengan cakar Sha Zhang. Benturan itu menimbulkan percikan api ungu. Du Fei terkejut merasakan kekuatan di balik serangan itu, jauh melampaui kekuatan manus

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   117. MISTERI HUTAN ILUSI

    Panglima Liu terpojok, punggungnya membentur batang pohon besar. Keringat dingin mengucur deras di dahinya saat Du Fei semakin mendekat. Namun tiba-tiba matanya berbinar. Dari kejauhan, terdengar derap puluhan kaki kuda yang bergemuruh."Ha! Kau dalam masalah besar sekarang, Du Fei!" Panglima Liu mendadak kembali percaya diri, membusungkan dada menantang pemuda yang sempat membuatnya gentar.Du Fei menoleh ke arah suara. Di bawah awan debu yang membumbung, pasukan berkuda dalam jumlah besar bergerak cepat ke arah mereka. Mereka dilengkapi tameng di bagian dada, tombak dan pedang pun terhunus siap bertarung."Pasukan elit!" seru salah satu prajurit yang terluka.Du Fei menggertakkan gigi. Ia bisa saja menghadapi mereka, tapi pertarungan panjang hanya akan membuang waktu dan tenaga. Pikirannya melayang pada tujuan utamanya, Gunung Kunlun yang menjulang di kejauhan, tempat ia harus menyempurnakan ilmu Pedang Bayangan Bulan."Maaf mengecewakan kalian," Du Fei tersenyum mengejek, "tapi ak

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   116. TANGKAP HIDUP ATAU MATI

    Debu beterbangan saat Du Fei dan Liu Heng menerobos kerumunan pasar yang padat. Teriakan "Tangkap buronan!" bergema di belakang mereka, diikuti derap langkah puluhan prajurit yang mengejar.Begitu melampaui gerbang kota, Du Fei menghentikan langkahnya. "Kakek, kita berpencar!" ia berkata cepat.,"aku akan mengalihkan perhatian mereka. Kakek pergilah sejauh mungkin!""Tapi, Du Fei ….""Cepat pergi!" Du Fei mendorong Liu Heng ke arah hutan. "Aku bisa mengatasi mereka.”Setelah memastikan Liu Heng menghilang di balik pepohonan, Du Fei berbalik menghadapi para pengejarnya. Ia berdiri tegak di tengah jalan, berkacak pinggang dengan sikap menantang. Angin semilir bertiup, menggoyangkan jubahnya yang berwarna coklat muda .Panglima Liu menghentikan pasukannya beberapa langkah dari Du Fei. Matanya berkilat penuh kebencian ke arah lawan. "Dasar pembunuh!" seru sang Panglima dengan nada bengis. "Kau telah membunuh orang-orangku. Kau harus dihukum mati!"Senyum sinis tersungging di bibir Du Fei

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   115. BURONAN

    Mentari pagi mengintip malu-malu dari balik pepohonan saat Du Fei dan Liu Heng menyelesaikan pemakaman terakhir. Sepuluh gundukan tanah berjajar rapi, menjadi saksi bisu tragedi semalam. Du Fei memadatkan timbunan tanah dengan cangkul, keringat mengalir di dahi segera ia hapus dengan lengan bajunya.Liu Heng mengamati teman seperjalanannya dengan seksama. Sejak fajar menyingsing, pemuda itu nyaris tak bersuara, sangat tidak biasa untuk seorang Du Fei yang biasanya sering bercanda dan menjahilinya."Anak Nakal, mengapa dari semalam tidak banyak bicara?" Liu Heng bertanya sambil meneliti raut wajah Du Fei yang terlihat muram. Yang ditanya hanya menggeleng pelan, tangannya terus bekerja memadatkan tanah seolah berusaha mengubur sesuatu lebih dari sekedar jenazah."Kakek, mari lanjutkan perjalanan!" Du Fei bangkit setel

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   114. PEMBUNUH MISTERIUS 2

    "Wanita ini sangat kejam dan berbahaya," batin Du Fei. Meski begitu, gerakannya yang mematikan terlihat anggun dan indah, seperti bunga azalea yang cantik meski beracun.Sadar bahwa pertarungan ini harus segera diakhiri, Du Fei meraih sebatang ranting pohon. Jemarinya bergerak cepat, mengalirkan energi chi hingga ranting itu sekokoh pedang pusaka."Maafkan aku, Nona … tapi ini saatnya kau menyerah!" Du Fei memasang kuda-kuda yang berbeda. "Bayangan Bulan Menari!"Tubuhnya seolah terbelah menjadi delapan, bergerak dalam formasi yang membingungkan. Ranting di tangannya menari dalam gerakan spiral, menciptakan ilusi bulan purnama yang berputar. Setiap gerakan mengandung serangan mematikan, namun Du Fei dengan cermat mengendalikan tenaganya, cukup untuk melumpuhkan, tidak untuk membunuh.

  • SSSN 2 : LEGENDA PEDANG NAGA API   113. PEMBUNUH MISTERIUS

    "Percayalah, mereka pantas untuk mati!" desis sosok bertubuh ramping dalam pakaian serba hitam, kain penutup sebagian wajah menambah kesan kemisteriusannya."Apa yang kau lakukan menunjukkan bahwa dirimu tak jauh beda dengan mereka, bahkan lebih kejam!" Du Fei melangkah mendekat dengan sikap waspada, langkahnya terhenti saat jarak mereka tinggal sejengkal.Sinar bulan purnama menerangi sebagian wajah sosok lawan, memperlihatkan sepasang alis yang melengkung bagai bulan sabit. Du Fei tertegun. Di bawah alis, sepasang mata sekelam malam balas menatap pria itu tajam, mata yang menyimpan kepedihan mendalam namun tetap tak mampu menutupi keindahannya.Wangi tubuhnya menguar lembut terbawa angin, wangi bunga plum yang berbaur dengan aroma hutan pinus, menciptakan keharuman yang memabukkan.

DMCA.com Protection Status