"Kalian dengarkan pernyataanku baik-baik." Jordan duduk di hadapan banyak wartawan di aula salah satu rumah sakit ternama di Jakarta untuk meluruskan kesalahpahaman. "Batalnya pernikahanku dengan Alexandra murni karena masalah internal kami berdua bukan dari pihak manapun. Bukan karena faktor orang ketiga atau lainnya. Mungkin kami yang belum saling mengenal terlalu dalam dan memutuskan cepat-cepat menikah. Jadi setelah ini aku harap tidak ada lagi pemberitaan simpang siur tentang kami dan juga Azalea sama sekali tidak ada hubungannya dengan keputusan pembatalan pernikahanku." "Seperti yang kalian ketahui, kami sudah lama berpisah dan Lea sudah menjadi kekasih Valen. Jadi jangan ada lagi pemberitaan yang menautkan kami." "Setelah ini aku memutuskan untuk menetap di London menyelesaikan urusan bisnis yang aku bangun di sana untuk jangka waktu yang tidak ditentukan. Jadi—" Jordan mengedarkan pandangan ke seluruh yang hadir. "Malam ini semuanya sudah selesai. Sekian dan terima kasih at
Bandara International Soekarno Hatta "Ada apa ini kok bandara sepertinya ramai sekali?"Lea mengamati area parkir yang ramai dengan beberapa mobil wartawan di beberapa sudut bandara. Jelas kedatangan mereka bukan meliput Lea yang akan pergi ke Singapura untuk melakukan pagelaran fashion milik Keenan Smith karena mereka memang tidak mengeluarkannya ke publik.Ricko membuka pintunya, "Aku dengar ada seorang model International yang sudah lama menetap dan berkarier di luar negeri akhirnya memutuskan untuk pulang dan liburan di Indonesia tempat kelahirannya."Lea menaikkan alisnya seraya membuka pintu mobil taksi di sampingnya. "Siapa?""Nanti aku akan cari tahu."Mereka berdua lalu keluar dari taksi dan menurunkan bawaan berupa koper dan beberapa perlengkapan pendukung Lea. Semua gaun-gaunnya sudah diurus langsung sama pihak penyelenggara dan akan di jaga agar sampai dengan baik.Keenan sudah meneleponnya beberapa kali menanyakan kabar keberangkatannya dan hanya dijawab seadanya. Entah
"Kamu mau pergi kemana?"Keenan yang tampan dengan jas hitamnya menatap Lea tidak percaya saat wanita itu keluar dari lift membawa tas berpergiannya dan mengubah penampilannya hanya mengenakan kaos yang dilapisi jaket jeans juga celana jeans hitam."Ada makan malam yang harus kita hadiri. Semuanya sudah menunggu." Keenan melipat lengannya di dada saat mereka saling berdiri berhadapan."Maaf Keenan, aku harus melihat keadaan Valen yang cidera karena konsernya di Kalimantan rusuh."Keenan berdecak, memasukkan telapak tangannya ke saku celana. "Benar-benar merepotkan. Ini sudah malam Lea dan apa kamu tidak lelah setelah acara seharian tadi?"Lea tersenyum tipis, "Tidak apa-apa. Aku akan kembali secepatnya sebelum acara penutupan.""Aku akan menemani," kata Keenan spontan. "Aku akan ganti baju dulu."Lea menghentikan langkah Keenan dengan menahan lengan laki-laki itu saat berjalan melewatinya."Kamu itu tuan rumahnya Keenan. Apa kata desainer yang lain kalau kamu tidak ada di acaramu send
"Hmm Valen--" Lea terdiam sesaat. Valen menunggunya melanjutkan perkataannya. "Aku dengar dari Zian kalau ada produser musik luar negeri--" Valen langsung berdecak dengan ekspresi kesal. "Aku belum menyelesaikan kalimatku!!""Aku sudah tahu apa maksudmu, Lea. Apa Zian memintamu untuk mengubah keputusanku?""Err ya, dia pikir ini kesempatan yang tidak boleh kamu sia-siakan.""Dengar--" Valen memajukan tubuhnya semakin dekat ke Lea yang hanya diam. "Aku punya beberapa pertimbangan kenapa aku memutuskan tidak menerima tawaran mereka. Zian terlalu ambisius ingin melihatku bergabung dengan drup musik itu tapi aku merasa kalau aku tetap akan bisa sukses meskipun tidak bersama mereka.""Valen Ackerman!!" tegas Lea. "Kamu bilang kalau kamu punya impian untuk bisa membesarkan namamu menjadi seorang drummer terkenal di luar sana tapi kenapa tiba-tiba kamu jadi seperti tidak berkemuan untuk maju dan mewujudkannya?" "Jadi kamu benar-benar mau membicarakan hal ini sekarang?""Sejujurnya, kamu mer
Sebaliknya, Ricko malah menertawakannya. Lea mendengus sebal seraya mundur dan duduk di sofa. "Kamu tidak perlu repot-repot memikirkan jalan keluarnya terlalu jauh." Lea mengeryit masih belum mengerti dengan perkataan Ricko. "Kamu dan Valen menikah saja itu sudah sebentuk jalan keluar." Lea memandangi Valen dalam diam. Kalau saja keadaan mereka berdua memungkinkan saat ini. Ricko mendesah. "Aku tidak sabar menunggu hari di mana akhirnya bisa melihat wajah Keenan yang menyiratkan kekalahan karena tidak bisa memilikimu. Aku akan jadi orang pertama yang bahagia melihatnya seperti pecundang."Lea menggelengkan kepalanya mendengar ide Ricko dan ejekannya untuk Keenan. "Tidak semudah itu Ricko. Ada beberapa hal yang masih membuatku ragu dan juga--""Dari nada suaramu sepertinya ada yang tidak beres. What's wrong? Hubungan kalian baik-baik saja kan?" Ricko menyela. Azalea memang sedang gelisah memikirkan sesuatu. Lalu Lea melihat pintu rawat inap Valen perlahan terbuka memuncul sosok Zian d
Lea merasakan tubuhnya luar biasa lelah. Semalam menemani Valen, dia tidak bisa tidur nyenyak. Pembicaraannya dengan Ana membuatnya memikirkan banyak hal. Mengetahui apa arti Valen bagi wanita cantik itu.Lea sudah siap dengan gaun malamnya dan berada di dalam lift yang membawanya ke lantai atas hotel menuju ke kamar Keenan karena ada yang ingin dia bicarakan. Setelah kembali ke hotel tadi, Lea memang belum sempat bertemu dengan Keenan Smith karena lelaki itu ternyata sedang ada pertemuan penting di luar. Jadi, dia berinisiatif untuk menemui laki-laki itu sebelum pergi ke tempat acara.Satu jam lagi, acara penutupan pagelaran fashion show akan segera berlangsung. Sampai di lantai yang dituju, Lea keluar dan mengedarkan pandangan mencari kamar Keenan. Setahu Lea hanya ada dua kamar di lantai teratas gedung ini karena jelas kamar mewah ini dikhususkan untuk lelaki kaya raya itu. Lea berbelok mengikuti petunjuk arah dan secepat kilat mundur lagi lalu bersembunyi di dekat vas bunga besar
Keenan tersenyum tipis menghadapi kekesalan Lea seraya memegangi luka di lehernya lalu ke pipinya yang terkena tamparan, "Apa kamu sadar dengan apa yang kamu lakukan saat ini?" decaknya seraya merapikan lagi jasnya. "Kamu seharusnya tidak melewatkan ksempatan emas untuk menjadi pendampingku. Aku bisa memberimu banyak hal di dunia ini bahkan PFW dengan mudahnya. Kamu bodoh jika melewatkannya!!!"Lea menghela napasnya. "Aku memang bodoh." Lalu melihat ke depan. Orchad Road berada tepat di belokan depan dan sudah ramai dengan banyak orang. Lea menoleh ke Keenan. "Seharusnya sudah sejak dulu aku menjauhimu."Keenan mencekal lagi lengan Lea. "Katakan apa yang kamu inginkan agar aku bisa memilikimu? Sejujurnya tubuhmu ini begitu menggoda sejak pertama kali kita bertemu." Keenan menatap lapar keseluruhan tubuh Lea yang hanya bisa diam dan ternganga horror. Benar-benar merasa bodoh karena masih mencoba bersikap baik dengan lelaki gila dihadapanya ini. "Aku tidak akan melepaskanmu begitu saj
Lea mengikuti Valen yang berjalan bersisian dengannya menuju ke salah satu ruangan rawat inap yang berada tidak jauh di depan mereka. Beberapa orang terlihat berjaga di sana. Sudah terhitung lima hari sejak insiden pemukulan Valen ke Keenan, semuanya berjalan seperti biasanya meski ada beberapa hal yang menjadi beban pikiran Lea.Lea tidak peduli bagaimana akhir dari acara milik Keenan di sana. Lea sudah tidak mau tahu tapi sayangnya urusan mereka belum selesai begitu saja.Tentang nasibnya di ajang PFW sementara batas waktu konfirmasi peserta yang akan berpartisipasi sudah hampir habis. Masalahnya bukan hanya Lea saja yang ingin karyanya berada di sana. Sebelumnya, Lea harus menandatangani perjanjian kalau dia bersedia mengikuti dan menerima semua ketentuan, syarat dan konsekuensi saat mengikuti PFW. Sementara sponsor yang awalnya mau membantunya dalam hal ini Ariana ternyata berada di balik punggung Keenan. Lea tidak tahu lagi harus mencari sponsor di mana.Juga tentang Valen yang b