"Menginaplah dirumah ini, Seraphina." Sera menatap Akira tak percaya, ia tak mengira bahwa Akira bisa mengatakan hal seperti itu dengan mudahnya. Mata Sera memincing, menatap Akira curiga "Apa kau gila? Kau pasti memiliki niat burukkan?" Balas Sera menatap Akira dengan tatapan menghakimi. Wanita itu mundur kebelakang, menutupi tubuhnya dengan tas. Menjadikan tasnya itu sebagai tameng, jika-jika Akira berniat melakukan hal buruk padanya. "Apa-apaan tatapanmu itu." Ucap Akira tak terima dengan tatapan waspada Sera. "Sudahlah aku tidak peduli, sana pulang. Biar saja para wartawan itu menangkapmu. Aku tidak peduli." Usir Akira kesal, pria itu kemudian berbalik memilih untuk pergi keruang tamu meninggalkan Sera yang masih berdiam dibelakang pintu. Bibir Sera turun kebawah merasa heran sekaligus geli dengan sikap Akira yang mendadak aneh. Apa ini? Mengapa pria itu yang kesal? Bukannya disini, harusnya Sera yang merasa kesal? Sudahlah biarkan saja pria gila itu. Sera kemudian kemb
Lenguhan pelan terdengar, bola mata itu berlahan terbuka menampilkan sepasang mata coklat terang yang indah. Sera mengerjapkan matanya pelan ketika cahaya masuk kedalam retina matanya.Mata itu pun terbuka, Sera menatap sekitarnya yang terasa asing. Kepalanya berdenyut karena terlalu banyak tertidur, tapi kabar baiknya perutnya sudah tidak sakit lagi seperti sebelumnya."Nona sudah sadar?"Sera mendongkakan kepalanya, dahinya mengernyit merasa tidak mengenali orang yang berdiri didepannnya. Wajahnya putih bersih dengan wajah khas seperti orang asia, sebuah kacamata hitam bertenger cantik diwajahnya."Siapa kau?" Tanya Sera.Pria itu tersenyum "Saya Juno nona, asisten tuan Akira."katanya memperkenalkan diri.Sera mengangguk, matanya kemudian berkeliling mencari sosok Akira yang tidak terlihat batang hidungnya."Tuan sedang ada urusan diluar nona. Karena itu tuan meminta saya agar nona menghabiskan makanan yang telah tuan siapkan." Ujar Juno kembali seolah tau arti tatapan Sera, pria it
"Apa yang sedang kau lihat?"Juno menoleh ketika seseorang tiba tiba menepuk pundaknya, wajahnya terlihat kaget namun dengan cepat kembali normal ketika tau siapa yang telah menepuk pundaknya."Tuan, anda sudah kembali?"Akirq berdecak "aku bertanya, kau malah balik bertanya." Ujar Akira kesal."Wanita gila itu pergi kemana? Mengapa aku tidak melihatnya? Lagipula,Apa si yang sedang kau lihat, bikin penasaran saja." Ujar Akira lagi melangkahkan kakinya untuk berdiri disamping Chakra. Mata pria itu teralih kearah posisi yang sedang dilihat oleh asistennya.Wajahnya perlahan berubah ketika menangkap pemandangan seorang wanita yang dikenalinya tengah bergandengan masuk kedalam sebuah mobil berwarna putih bersama seorang pria yang tidak dapat dilihat wajahnya.Akira langsung mengalihkan tatapannya, pria itu memilih berjalan menjauh meninggalkan Juno yang masih berdiri dibalkon."Wanita itu benar benar tidak tau terimakasih."gerutu Akira yang masih bisa didengar oleh Juno. Juno Akira kesal
.****"APA KAU SUDAH GILA!"BRUGHHHH!Akira terdiam ketika sebuah gebrakan meja terdengar, pria itu mendongkakan kepalanya untuk melihat siapa yang telah berani membuat keributan.Rautnya wajahnya tiba-tiba saja menjadi datar ketika ia menyadari siapa orang yang kini telah ada dihadapannya."Kau yang gila! Perempuan waras mana yang berani menerobos masuk kerumah orang asing seperti ini ." Balas Akira sinis.Wanita itu mengangga mendengarnya "orang asing?" Gumamnya wajahnya mengkerut tidak senang."Aku ini tunanganmu, bisa bisanya kau menyebutku orang asing.Akira berdecih, raut wajahnya langsung berubah ketika mendengar itu. Tubuh Akira menegak matanya menatap tajam kearah wanita didepannya."Tunangan?." Ucapan Akira terjeda,"Jangan melucu denganku! Jika bukan karena pria gila itu aku bahkan tidak akan pernah mau menatap wajahmu." Sambung Akira tajam, langkahnya perlahan medekat kearah Sofya membuat wanita itu termundur kebelakang.Benar, wanita didepannya ini adalah tuanangannya. T
San Diego, Amerika Serikat. "Ka Sera, bagaimana dengan produk yang akan kita Launching bulan ini?" Seraphina Michell, wanita cantik yang tengah sibuk membaca berkas-berkas yang berserakan diatas meja itu mendongkak ketika mendengar pria yang kini duduk berhadapan dengannya mengeluarkan suara. Wanita itu membaca sebentar berkas yang ada ditangannya sebelum menganggukan kepalanya pelan. "Aku rasa progresnya berjalan cukup baik, kita tinggal menghubungi artis yang akan menjadi brand ambassador kita kali ini." Andrew mengganggukan kepalanya paham, pria tampan berwajah khas campuran filipina dan italia itu nampak serius membaca berkas-berkas ditangannya. Melihat Andrew yang tengah serius membuat Sera tersenyum kecil. Ia tidak pernah menduga pria didepannya ini bisa begitu serius mengurus urusan perusahaan. Saat ini keduanya berada disebuat hotel mewah yang letaknya tidak terlalu jauh dari bandara Udara Internasional San diego, Amerika Serikat. Keduanya tengah mengurusi proses ke
New York city, Amerika Serikat. Seorang pria tampan berdarah campuran itu berjalan memasuki sebuah restoran mewah bergaya klasik, dibelakangnya seorang pria yang tak kalah tampan mengekor dari belakang . Pria itu menutupi wajah tampannya menggunakan masker serta kacamata hitam yang sudah bertengger manis dihidung mancungnya. Meski wajahnya tertutup, pesonanya begitu memancar ditambah auranya yang tajam berhasil menarik beberapa pasang mata melirik kearahnya. Saat ini Hanya satu yang ia harapkan, ia berharap semoga saja ia tidak dikenali. Jika tidak, itu akan benar-benar menimbulkan kerusuhan. "Dimana pertemuannya?" Tanyanya. Suara seraknya begitu seksi dan menghanyutkan. Setiap wanita pasti akan jatuh dalam pelukannya, ketika ia mengucapkan sedikit rayuan. "Di private room nomor 15 tuan, Mr.Andrew sudah menunggu disana." Pria itu mengangguk dan melanjutkan langkah kearah ruangan yang sudah dikatakan asistennya. Akira Austin Itulah namanya. Dia adalah seorang model se
*** Elvara sedari tadi terus berputar dihadapan cermin besar yang ada dikamar milik Sera. Ia terus saja bersikap narsis dengan mengatakan bahwa dia begitu cantik, padahal ia masih kecil tapi kenarsisannya itu sudah melebihi apapun. Sera yang tengah memasang anting ditelinganya pun hanya tertawa melihat tingkah putri bungsunya. Sedangkan Regan jangan tanya bocah laki-laki itu terus saja mencibir sikap narsis adiknya. "Hello cucu-cucu oma, apa kalian sudah siap?" Vara dengan riang melihat kearah Nellies yang sudah berdiri diambang pintu dengan penampilan menawan, dengan narsisnya ia bertanya, "Oma Vara cantikkan? gak kaya kak Egan jelek." Regan memutar bola matanya jengah, yaiyalah dia tidak cantik ia kan tampan. Pikirnya dalam hati. "Lagipula siapa yang ingin jadi cantik, aku kan tampan." Nellies hanya tertawa geli mendengar gumaman cucu laki-lakinya. Apalagi ketika melihat cucu perempuannya yang bersikap sangat narsis. Ia jdi mengingat Arthur dan Andrew yang sama narsis
***Akira menghembuskan nafasnya bosan, menyandarkan punggungnya dikursi yang memang disediakan untuknya, matanya berkeliling melihat sekeliling yang begitu ramai dan membuatnya muak. Karena para orang-orang kaya itu terus saja saling memuji dan menyindiri satu sama lain.Tentu saja ia tau pujian pujian yang dilontarkan mereka tidak semuanya tulus dari hati, melainkan hanya untuk membangun citra antar pembisnis. Saling menjilat satu sama lain dan memerkan kekayaan yang mereka punya. Sungguh hal itu adalah kegiatan yang paling memuakkan untuknya.Sebenarnya ia tak terlalu suka dengan acara seperti ini. Tapi karena pekerjaannya, ia terpaksa bergabung dalam kumpulan orang-orang munafik itu.Saat ini Akira tengah berada disebuah hotel mewah ditengah kota New York. Akira diundang sebagai bintang tamu untuk memeriahkan acara. Ia tidak sendirian dimeja bundar tempatnya duduk ada beberapa artis yang juga sama-sama diundang sebagai bintang tamu.Seperti Ariana Paula seorang penyanyi internasio