Share

Akira dan Regan

***

Akira menghembuskan nafasnya bosan, menyandarkan punggungnya dikursi yang memang disediakan untuknya, matanya berkeliling melihat sekeliling yang begitu ramai dan membuatnya muak. Karena para orang-orang kaya itu terus saja saling memuji dan menyindiri satu sama lain.

Tentu saja ia tau pujian pujian yang dilontarkan mereka tidak semuanya tulus dari hati, melainkan hanya untuk membangun citra antar pembisnis. Saling menjilat satu sama lain dan memerkan kekayaan yang mereka punya. Sungguh hal itu adalah kegiatan yang paling memuakkan untuknya.

Sebenarnya ia tak terlalu suka dengan acara seperti ini. Tapi karena pekerjaannya, ia terpaksa bergabung dalam kumpulan orang-orang munafik itu.

Saat ini Akira tengah berada disebuah hotel mewah ditengah kota New York. Akira diundang sebagai bintang tamu untuk memeriahkan acara. Ia tidak sendirian dimeja bundar tempatnya duduk ada beberapa artis yang juga sama-sama diundang sebagai bintang tamu.

Seperti Ariana Paula seorang penyanyi internasional dan juga Girlsgroup blackpanther yang tak kalah menakjubkan. Ada juga Justin Alexander yang duduk disebelah kanannya, serta ada beberapa artis dan aktor yang lain yang bahkan Akira sendiri tidak tau siapa namanya. Yang menyebalkan adalah Justin selalu berusaha mengajaknya mengobrol, padahal ia selalu menjawabnya dengan jawaban singkat.

"Kau sepertinya tidak menikmati acara ini?"

Akira menoleh ia menaikan sedikit sudut bibirnya ketika lagi-lagi Justin bertanya.

"tidak begitu, aku hanya lelah," jawab Akira seadanya. Meski sebenarnya bukan itu yang menjadi alasan mengapa ia tidak menikmati acara ini.

Setelah itu suasana jadi diam, pria itu agaknya sudah kehabisan topik untuk mengajak Akira bicara dan juga bisa saja dia lelah karena Akira terus saja menjawab singkat setiap pertanyaan yang ia ajukan. Dan sayangnya Akira tidak peduli, ia justru senang jika pria itu diam.

"Ada apa Akira? Apa kau tidak nyaman?'

Seorang artis senior bertanya, Akira mengeluh dalan hati meski begitu dia berusaha sebaik mungkin untuk menjaga ekspresinya.

"Tidak, aku hanya lelah." Jawab Akira lagi lagi seadanya.

"Oh ayolah Akira, sebaiknya kau bersenang-senang. Lihatlah anggur ini bukankah ini terlihat lezat." Balas pria itu lagi seolah tak ingin membiarkan Akira begitu saja.

"Apa kau tidak ingin minum?"

Akira menoleh kesamping ketika suara rendah milik seorang wanita terdengar ditelinganya. Raut wajahnya datar menatap kearah wanita yang kini menatap kearahnya.

Tangannya memeggang segelas anggur, wanita itu sengaja menyampingkan rambutnya hingga memperlihatkan lehernya yang jenjang. Wajahnya sangat cantik ditambah wanita itu terlihat mengenakan sebuah baju berdada rendah hingga memperlihatkan belahan dadanya yang seksi.

Seingat Akira wanita ini adalah seorang pemain Box Office terkenal, namun dia sama sekali tidak ingat siapa namanya.

Akira menggeleng "aku harus tampil." Jawab Akira kembali menolehkan kepalanya kedepan.

"Oh ayolah, segelas saja tidak akan membuatmu mabuk." Bujuknya lagi, tangannya mulai bergerak kearah paha Akira. Namun Akira menyadarinya, tangan Akira dengan cepat bergerak menahan tangan lentik itu sebelum menyentuh pahanya.

"Tidak." Jawab Akira lalu berdiri dari duduknya. Dan tanpa mengatakan apapun lagi Akira berlalu meninggalkan meja berisi para artis terkenal itu.

"Sial, sombong sekali dia." Maki seseorang

Akira tidak peduli, dia tetap berjalan tanpa menengok kebelakang sama sekali.

 ***

Akira menatap wajahnya yang terpantul di cermin, tangannya terulur kearah keran air yang mengalir. Setelah beberapa menit membasuh tangannya, tangannya terulur kearah Juno yang berdiri disampingnya.

Juno yang mengerti segera memberikan apa yang Akira mau, sebotol anti septi yang selalu ia bawa kemana pun.. Akira kemudian mengeluarkan isinya dan mengoleskannya diseluruh permukaan telapak tangannya.

Juno yang melihat itu hanya terdiam maklum, ia jelas tau kebiasaan tuannya. Akira selalu seperti itu ketika ada wanita yang ingin menyentuhnya sembarangan, atau ketika dia tidak sengaja menyentuh wanita itu. Akira akan langsung membaluri tangannya dengan sabun dan antiseptik.

"Tuan, apa tuan akan terus berkarir sebagai aktor? Tanya Juno penasaran.

Pasalnya, sudah sekitar 5 tahunan Akira berkarir sebagai aktor atau lebih bisa dibilang sebagai public figure. Tapi, Akira tidak terlihat menikmatinya. Bahkan ketika karirnya semakin naik ekspresinya tetap datar. Padahal Akira sendiri sudah kaya karena dia sendiri memiliki sebuah perusahaannya sendiri. Tapi pria itu terus bergelut dengan dunia entertainment yang justru tidak dinikmatinya.

"Entahlah." Jawab Akira singkat.

"Pergilah kemobil dan ambil berkas didalam map merah dibagasi. Aku akan pergi ketaman. Nanti susullah aku kesana." Sambung Akira memberi titah.

Juno menghela nafasnya panjang, seperti itulah Akira dia selalu berbicara panjang ketika berhubungan dengan pekerjaan.

"Baik tuan." Jawab Juno pada akhirnya.

Akira melambaikan tangannya kemudian ia berlalu meninggalkan Juno menuju taman untuk mencari ketenangan.

***

 

Angin malam begitu dingin menembus kulit, tapi sepertinya pria berdarah campuran itu tidak tampak kedinginan. Justru sebaliknya Akira nampak begitu menikmatinya, berjalan-jalan ditengah kegelapan seraya menikmati setiap angin yang menusuk kulitnya.

"Ahh uncle dimana si? Ini dimana lagi nyebelin."

Dahi Akira mengernyit ketika mendengar suara gerutuan, ia menajamkan matanya ketika melihat ada seongok kecil bernyawa tengah berjongkok disudut taman. Karena penasaran, Akira pun berjalan mendekat dan mendapati seorang bocah laki-laki yang tengah memeggangi kakinya.

"Ini semua karena uncle, kalo uncle gak ninggalin Regan. Regan pasti gak akan kaya gini ck."

Akira yang mendengarnya tersenyum tipis, bukannya menangis bocah ini justru menggerutu.

"Ekhemm apa kau baik-baik saja bocah?"

Bocah kecil yang Akira tebak bernama Regan itu mendongkak, dahinya mengernyit lucu ketika melihat Akira. Mungkin saja bocah itu tengah berpikir dan bertanya-tanya siapa sosok Akira yang tak ia kenali.

Ketika wajah itu menatap kearahnya, Akira sedikit terhenyak. Entah mengapa ia merasa bocah itu sangat familiar, tapi Akira tak tau dimana ia melihatnya. Atau mungkin ini hanya perasaannya atau karena cahaya taman yang remang jadi matanya sedikit bermasalah.

"Uncle siapa?" Tanya Regan matanya memincing tajam penuh waspada.

"Uncle? Uncle manusia tentu saja."

Regan berdecak ia bangkit dan hendak meninggalkan Akira yang ia tak ia kenali. Namun Akira sudah lebih dulu menghalaunya dan menariknya kearah bangku taman yang tak jauh dari mereka.

"Uncleee lepaskan Regan, kalau mau culik jangan culik Regan. Daging Regan tidak enak untuk uncle makan."

Akira memutar bola matanya malas, lagipula siapa juga yang akan memakan bocah itu. Ia masih manusia normal bukan kanibal.

"Kau ini berisik sekali."

Akira mendudukan tubuh Regan yang kecil dibangku taman, tanganya menatap kearah kedua lutut Regan yang terluka. Bibirnya sedikit meringis tak seperti biasanya. Padahal Akira cukup sering melihat luka tapi ketika melihat luka dilutut bocah dihadapannya, sudut hati Akira merasa ikut ngilu dibuatnya.

"Kau terluka bocah."Ujar Akira

Regan menggeleng tak terima, tangannya bergoyang didepan wajahnya "itu berdarah uncle bukan terluka." Balas Regan.

Akira mengernyitkan dahinya "itukan sama saja, apa lukamu ini tidak sakit?" Balas Akira kembali bertanya.

"Tidak. Papa bilang Regan harus kuat karena harus melindungi mommy." Balas Regan.

Akira tersenyum "papamu pasti orang hebat." Ujar Akira membuat senyum di bibir Regan terbuka sangat lebar.

"Tentu saja, papa Regan adalah orang terhebat didunia ini." Ujar Regan bersedekap dada merasa bangga.

Akira lagi lagi tersenyum, namun senyum kali ini tidak secerah sebelumnya entah mengapa sudut hatinya terasa nyeri.

"Tunggu sebentar."

Akira mengeluarkan ponselnya dan menelvon Juno dan memintanya untuk sekalian membawakan kotak P3K . Sepertinya bocah itu terjatuh dan cukup keras sampai membuatnya terluka.

Entah mengapa Akira tidak tega sekali melihat bocah itu terluka, Akira sendiri heran padahal biasanya ia bahkan tak peduli ketika melihat kecelakaan didepan matanya.

"Uncle Regan harus mencari Mommy?"

Baru saja hendak turun dan pergi lagi-lagi Akira menghentikan Regan dengan menahan bahunya.

"Siapa namamu bocah?"tanya Akira berbasa basi padahal ia tau bahwa bocah itu bernama Regan.

Regan berdecak namun tak ayal ia tetap menjawab pertanyaan yang diajukan orang yang tak ia kenali.

"Regan."

Seketika suasana menjadi diam karena Akira tak tau harus berbicara apalagi. Dan Regan sendiri lebih memilih memainkan ponsel untuk menghubungi uncelnya. Sampai akhirnya Juno datang membawa kotak P3K. Awalnya ia mengira bahwa itu untuk Akira, tapi ketika melihat Akira justru mengobati bocah laki-laki disampingnya. Itu membuat Juno heran dan bertanya-tanya.

Siapa bocah itu?

***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status