New York city, Amerika Serikat.
Seorang pria tampan berdarah campuran itu berjalan memasuki sebuah restoran mewah bergaya klasik, dibelakangnya seorang pria yang tak kalah tampan mengekor dari belakang . Pria itu menutupi wajah tampannya menggunakan masker serta kacamata hitam yang sudah bertengger manis dihidung mancungnya. Meski wajahnya tertutup, pesonanya begitu memancar ditambah auranya yang tajam berhasil menarik beberapa pasang mata melirik kearahnya. Saat ini Hanya satu yang ia harapkan, ia berharap semoga saja ia tidak dikenali. Jika tidak, itu akan benar-benar menimbulkan kerusuhan. "Dimana pertemuannya?" Tanyanya. Suara seraknya begitu seksi dan menghanyutkan. Setiap wanita pasti akan jatuh dalam pelukannya, ketika ia mengucapkan sedikit rayuan. "Di private room nomor 15 tuan, Mr.Andrew sudah menunggu disana." Pria itu mengangguk dan melanjutkan langkah kearah ruangan yang sudah dikatakan asistennya. Akira Austin Itulah namanya. Dia adalah seorang model sekaligus aktor yang sudah bertaraf internasional. Ia juga seorang penyanyi yang berbakat. Pria itu sangat digilai wanita, dari berbagai kalangan. Tentu saja siapa yang tidak akan jatuh kedalam pesona pria itu. Wajahnya yang tampan dengan garis wajah yang tegas, kulitnya yang putih mata yang tajam berwarna coklat gelap memancarkan aura misterius yang mencurigakan. Rambutnya ikal berwarna sekelam malam, Tubuhnya tinggi dan tegap, tak lupa bibirnya yang tipis kemerahan. Wajahnya sangat tampan, banyak yang berkata Akira Austin adalah manifestasi dari kesempurnaan. "Silahkan masuk tuan, Mr. Andrew sudah menunggu didalam." Akira tidak menjawab ia diam saja membiarkan pelayan wanita itu membuka pintu. Kemudian Akira bersama asistennya, Cho juno melangkah masuk kedalam. Dan disambut oleh seorang pria tampan blasteran Asia- Italia dengan senyum manis yang menawan. Akira mengenalinya, pria itu adalah Andrew Mansell orang yang akan ia temui hari ini. "Mr.Andrew apa kabar? Sudah lama sekali aku tidak melihatmu."tanya Akira berbasa basi seraya menyambut jabatan tangan dari Andrew. "Ah aku baik, bagaimana denganmu Akira kudengar perilisan album ketiga mu sukses besar. Ditambah dengan pemotretan dengan perusahaan kami, kau pasti sibuk." Balas Andrew setelah keduanya telah duduk disofa masing-masing. "Ya, begitulah."jawab Akira singkat dengan seulas senyum tipis miliknya Kini keduanya duduk saling berhadapan dengan Juno yang duduk disamping Akira. Akira melihat Andrew dengan alis yang sedikit naik keatas, ia heran apakah pria itu sendirian? Yang ia tau biasanya orang besar sepertinya pasti akan didampingi oleh sekretaris atau setidaknya seorang asisten. Ia saja memiliki asisten, tapi mengapa pria ini sendirian. Tapi rasa-rasanya tidak mungkin jika Andrew yang seorang Ceo perusahaan besar tidak memiliki sekretaris disisinya. Tapi yasudahlah, itu bukan urusannya. Hari ini memang merupakan jadwal pertemuannya dengan pihak Joans Apparel, pertemuan kali ini tentu saja membahas kerja sama mereka. Akira terpilih sebagai brand ambasador yang akan ikut serta dalam memperkenalkan produk terbaru yang dikeluarkan perusahaan ini. Pertemuan itu terus berlangsung, sampai pada tahap dimana Akira harus menandatangani kontrak diantara kedua belah pihak. Ya tidak masalah, sebenarnya sudah lama ia menerima tawaran menjadi brand ambassador dari perusahaan ini. Hanya saja ia baru menyetujuinya sekarang dan untungnya pun ia sudah beberapa kali bertemu dengan Ceo-nya. Meskipun ia juga tidak menyangka bahwa Ceonya itu akan turun langsung seperti ini. Setelah semuanya telah selesai mereka mengobrol ringan banyak hal yang mereka bicarakan. Sesekali Juno pun ikut menimpali. Sebenarnya Akira bukanlah tipe orang yang senang berbicara. Dia lebih senang diam, karena menurutnya berbicara itu sangat melelahkan. Tapi karena orang didepannya ini mengajaknya berbicara. Ia hanya ikut menimpali, sebagai bentuk sopan santun. Lagi pula sepertinya kedepannya mereka akan sering bertemu. Setelah berbincang selama setengah jam, Andrew terlihat melihat jam yang ia kenakan. Pria itu menghela nafas. "Sepertinya saya harus pergi, senang bekerja sama dengan anda." Mereka pun berjabat tangan, dan setelah itu Andrew berlalu meninggalkan Akira dan Juno yang masih terduduk ditempatnya. "Maaf tuan, nyonya Cynthia menyuruh tuan untuk pulang." Akira menoleh, ia menghela nafas malas ketika mendengar apa yang diucapkan asistennya. Dalam hati ia malas sekali untuk pulang kerumah besar itu, tapi akhirnya ia hanya bisa pasrah dan mengangguk saja. *** "Abang Egan jelek oh abang Egan jelek." Regan berdecak sebal ketika Vara terus bernyanyi seraya mengejeknya, sedari tadi adik perempuannya itu tidak pernah mau diam. Selalu berkicau dan mengganggu Mommynya yang tengah beristirahat. Terkadang ingin sekali Regan mengikat Vara atau paling tidak mengurungnya dikamar agar diam. Tapi sayangnya ia tak bisa, mommy-Nya akan marah jika ia melakukan itu. Dan lagi ia juga tak akan tega melakukannya. "Vara, kenapa si kamu seperti kelinci, tidak pernah mau diam." Gerutu Regan yang sudah kesal karena Vara yang melompat-lompat diatas tempat tidur mommy-Nya. Vara melirik Regan sekilas, lalu melengos tak peduli dan kembali melanjutkan aksinya yaitu melompat-lompat dengan riang. "Suka-suka Vala dong, Vala yang lompat bukan Kak Egan blee." Regan mendengus pelan, awas saja adiknya itu jika ia terjatuh dan menangis ia tidak akan pernah mau menenangkannya. Jika sudah terjatuh dia pasti akan menangis dan mengeluh karena merasa sakit. Sera yang sedari tadi menonton terkikik geli mendengar perdebatan keduanya. Percayalah jika Regan dan Vara disatukan mereka tidak akan pernah tidak berdebat. Regan dan Vara itu sama sama keras kepala dan tidak mau mengalah. Dan sepertinya, Sera tau berasal dari mana sifat buruk mereka yang satu itu. Tentu saja dari dirinya. Hei, Sera memang keras kepala dan ia menyadari hal itu, jadi jangan mengungkit-ungkit sifatnya yang satu itu oke. By the Way, saat ini Sera, Regan dan Vara tengah berada dikamar Sera yang berada dilantai dua. Ketika Sera tengah bersantai dan menikmati hari liburnya, mereka tiba tiba saja datang dan menyelonong masuk kedalam kamarnya. "Mommy, bukankah dua hari lagi ulang tahun daddy?" Tanya Regan dan sepertinya pertanyaan Regan membuat Vara tertarik. Itu terbukti karena Vara yang tiba tiba menghentikan kegiatannya dan mendekat kearah Regan yang tengah bermanja ria dipelukan ibunya. "Benarkah? Benarkah itu mom?" Vara bertanya memastikan dengan wajahnya yang sangat menggemaskan. Regan berdecak pelan "Vara, kenapa Vara melupakan ulangtahun daddy?" Tanya Regan kesal. Vara menunduk, sepertinya gadis itu merasa bersalah. "Maafkan Vala, Vala masih kecil otak Vala juga pasti masih kecil. Hanya sebesar ini."Ujar Vara menunjukkan jarinya yang mungil yang gadis itu bentuk bagai sedang mengukur bentuk otaknya sendiri. Sera tertawa pelan, ia mencubit pipi Vara yang chubby karena gemas. "Tak apa Regan, adikmu itu masih kecil." Regan mendengus, namun Regan akhirnya mengangguk saja. Regan mengalah karena ujungnya Vara pasti akan menangis jika ia kalah dan pasti ia yang akan disalahkan. Untuk saat ini ia tidak tertarik membuat Vara menangis, Regan lebih tertarik dengan ulangtahun daddynya. "Apakah kita akan merayakannya?" Tanya Regan lagi nadanya sangat terdengar antusias. Sera menaikan sudut bibirnya lengannya ia gunakan untuk mengusap lembut kepala Regan dengan sayang. "Apa Egan ingin merayakannya?" Regan terlihat berfikir, tapi sedetik kemudian mata Regan yang tajam itu kembali menatap Sera dengan pandangan yang sulit Sera pahami. "Mommy, kalau kita merayakan ulang tahun Daddy. Apa Daddy akan bahagia?" Sera sedikit tertegun mendengarnya, ia terdiam cukup lama namun ia mencoba untuk menyadarkan dirinya. Ia tersenyum dan mencoba menjawab pertanyaan Regan dengan setenang mungkin. "Tentu saja, tapi daddy akan lebih bahagia kalau Egan bahagia." Ujarnya menarik Regan kedalam pelukannya, begitupun dengan Vara yang tampak tak mengerti. Vara masih terlalu kecil. Sera justru khawatir kepada Regan. Umur Regan bahkan masih lima tahun. Jika di negara asalnya mungkin saat ini ia masih duduk dibangku taman kanak-kanak. "Kalau begitu Regan akan bahagia jika daddy bahagia mommy." Sera semakin mengeratkan pelukannya pada Regan dan Vara, matanya menengadah berusaha menahan bulir air mata yang bisa jatuh kapan saja. Ia tak mau jika Regan dan Vara melihatnya menangis. "Begitupula dengan Daddy sayang. Daddy pun akan bahagia jika Regan dan Vara bahagia."*** Elvara sedari tadi terus berputar dihadapan cermin besar yang ada dikamar milik Sera. Ia terus saja bersikap narsis dengan mengatakan bahwa dia begitu cantik, padahal ia masih kecil tapi kenarsisannya itu sudah melebihi apapun. Sera yang tengah memasang anting ditelinganya pun hanya tertawa melihat tingkah putri bungsunya. Sedangkan Regan jangan tanya bocah laki-laki itu terus saja mencibir sikap narsis adiknya. "Hello cucu-cucu oma, apa kalian sudah siap?" Vara dengan riang melihat kearah Nellies yang sudah berdiri diambang pintu dengan penampilan menawan, dengan narsisnya ia bertanya, "Oma Vara cantikkan? gak kaya kak Egan jelek." Regan memutar bola matanya jengah, yaiyalah dia tidak cantik ia kan tampan. Pikirnya dalam hati. "Lagipula siapa yang ingin jadi cantik, aku kan tampan." Nellies hanya tertawa geli mendengar gumaman cucu laki-lakinya. Apalagi ketika melihat cucu perempuannya yang bersikap sangat narsis. Ia jdi mengingat Arthur dan Andrew yang sama narsis
***Akira menghembuskan nafasnya bosan, menyandarkan punggungnya dikursi yang memang disediakan untuknya, matanya berkeliling melihat sekeliling yang begitu ramai dan membuatnya muak. Karena para orang-orang kaya itu terus saja saling memuji dan menyindiri satu sama lain.Tentu saja ia tau pujian pujian yang dilontarkan mereka tidak semuanya tulus dari hati, melainkan hanya untuk membangun citra antar pembisnis. Saling menjilat satu sama lain dan memerkan kekayaan yang mereka punya. Sungguh hal itu adalah kegiatan yang paling memuakkan untuknya.Sebenarnya ia tak terlalu suka dengan acara seperti ini. Tapi karena pekerjaannya, ia terpaksa bergabung dalam kumpulan orang-orang munafik itu.Saat ini Akira tengah berada disebuah hotel mewah ditengah kota New York. Akira diundang sebagai bintang tamu untuk memeriahkan acara. Ia tidak sendirian dimeja bundar tempatnya duduk ada beberapa artis yang juga sama-sama diundang sebagai bintang tamu.Seperti Ariana Paula seorang penyanyi internasio
***Akira dan Regan masih betah duduk ditaman, ralat tidak untuk Regan yang sedari tadi sibuk menggerutu didalam hati. Regan berpikir bahwa uncle didepannya ini terlalu lebay sampai harus mengobati yang menurut Regan hanya luka kecil. Ya meskipun jika mommy-Nya tau, ia pasti akan diceramahi habis-habisan.Sesekali Akira terlihat meringis ketika mengobati luka berdarah yang ada dikaki Regan. , padahal Regan yang sebenarnya terluka hanya bersikap biasa saja. Akira jadi bertanya-tanya apa sebenarnya Regan itu tidak merasakan apapun, wajahnya bukan terlihat seperti orang kesakitan lebih kepada orang yang tengah menahan kesal."Bagaimana kau bisa terluka bocah?"tanya Akira penasaran, pria itu kemudian duduk santai disamping Regan. Setelah usai mengobati luka dikaki Regan dan tak lupa memberikan Kotak obat yang tadi ia gunakan kepada Juno dan menyuruh asistennya itu pergi saja."Uncle gak boleh kepo."Akira tertegun mendengar Regan yang berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan begitu p
"Hoo, lihatlah siapa yang ku temukan ini." Sera hanya diam, raut wajahnya berubah menjadi datar ketika mengenali siapa orang didepannya ini. "Maaf anda siapa ya?" Tanya Sera berpura-pura, tangannya terkepal berusaha meredam berbagai perasaan dihatinya. "Apa ini, kau berakting tidak mengenaliku? Bukankah itu terlalu klise. Kau pikir ini drama?" Balasnya menatap Sera dengan satu alis terangkat. Pria itu terkekeh, ia menunduk menatap Sera tepat di kedua bola matanya. Sera tak menjawab wajahnya tidak berubah sama sekali, tentu saja ia sangat mengenali sosok didepannya. Sosok yang sangat ia benci, sosok yang membuat darahnya mendidih setiap otaknya memutar apa yang telah dilakukan padanya. . "Tuan apa Anda sudah selesai? Jika iya, sebaiknya Anda menyingkir, jangan menghalangi ditengah jalan." Balas sera lurus. Wanita itu kemudian berbalik mencari jalan lain untuk melarikan diri. Akan tetapi belum sempat ia melangkahkan kakinya, sebuah tangan mencengkram erat tangan Sera.
*** "MOMMY" Panggilan dari jarak yang jauh itu terdengar dengan jelas ditelinga Sera. Wanita itu menatap lurus kearah suara itu berasal. Air matanya menetes begitu saja ketika melihat Regan yang tengah tersenyum lebar seraya melambaikan tangan padanya. Dengan langkah cepat ia berlari dan memeluk Regan dengan erat. Ia bahkan tidak memperdulikan Nellies dan Nicolas yang menyapanya. Tangis Sera pecah, ia menangis tersedu-sedu dalam pelukan Regan, ia bahkan tidak sadar bahwa tangisannya membuat tuxedo yang dikenakan Regan basah. Regan yang merasakan pundaknya basah merasa heran sekaligus khawatir. Ia mendorong lembut tubuh Sera untuk melihat wajah ibunya. Dahinya mengernyit tidak suka ketika melihat ibunya mengeluarkan air mata. Regan paling tidak suka wajah cantik ibunya penuh dengan linang air mata seperti ini. Tangan mungilnya bergerak untuk mengusap mata ibunya yang berair. Apa ini salahnya karena tadi sempat hilang dan membuatnya khawatir? "Mommy kenapa? Maaf mommy, Ega
*** Seorang wanita cantik terduduk lemas diatas lantai keramik tak beralas, ‘Bagaimana ini? Apa yang harus ku lakukan dengan ini?’ Sera menatap nanar pada sebuah alat testpack yang ada di tangannya saat ini. Alat itu menunjukan hasil positif. Ingatannya akan kejadian sebulan yang lalu saat dirinya dipaksa untuk melayani Akira kembali terkenang. Perasaannya terasa campur aduk. Dirinya khawatir karena hubungannya dengan Akira sudah benar benar hancur. Hatinya kembali berdenyut nyeri ketika tatapan kebencian Akira kembali hadir dipikirannya. Akira membencinya, pria itu bahkan tidak sudi untuk melihatnya. Tapi, apa Akira juga akan membenci anak dikandungannya ini. Itu tidak mungkin kan, karena bagaimanapun anak ini adalah anaknya juga. Memikirkan hal itu Sera dengan cepat berlari keluar dari rumahnya. Ia harus mencari Akira *** Sera menarik nafasnya dalam, menatap lama kearah pintu. Dengan tangan gemetar ia menekan password apartemen itu yang sudah sangat ia hapal. Se
Sera termenunv menatap Regan yang terlelap disamping tubuhnya dengan lekat. Setelah mimpi buruk yang dia alami, ia sama sekali tidak bisa kembali tidur. Setiap kali ia menutup mata mimpi buruk itu datang lagi. Menghantuinya dan mengejarnya hingga alam bawah sadarnya. Tidak, itu bukanlah sekedar mimpi semata. Melainkan kenangan buruk yang pernah dialaminya dimasalalu.Penyiksaan demi penyiksaan yang ia hadapi hanya untuk melindungi bayi didalam perutnya. Sebuah konsekuensi mengerikan yang harus ia tanggung karena mengandung anak dari seorang Akira Austin.Reganta joan mansell.Anak sulungnya itu bukanlah anak kandungnya dengan Arthur. Melainkan anak dari pelaku yang menghancurkan hidupnya. Regan adalah anak kandung dari Akira.Pertemuannya kembali dengan Akira membuatnya takut. Tidak, ia tidak takut Akira akan menghancukrna hidupnya kembali, ia tidak takut Akira akan menyakitinya.Yang ia takutkan adalah, Akira menghancurkan Regan, menyakiti anaknya dan membuat Regan tau bahwa bocah
***Sera berjalan diterotoan dengan gaun hitam sebetisnya, rambutnya ia gerai membiarkan angin menerbangkan helain demi helaian rambutnya.Hari sudah menjelang sore tapi sekitarnya masih terlihat ramai, mungkin karena ia tinggal ditengah-tengah kota besar yang tidak akan pernah tertidur.Setelah dari pemakaman, Sera memilih berjalan-jalan hanya untuk sekedar menyegarkan pikirannya yang tengah kalut. Tujuannya saat ini adalah taman, ia ingin menenangkan diri. Melupakan sejenak segala perasaan resah dihatinya.Sera duduk dikursi taman menikmati secangkir coffe yang ia beli tadi. Taman ini terlihat ramai mungkin karena hari ini adalah akhir pekan.Pluk.Sera terlonjak kaget ketika seseorang menepuk pundaknya, saking terkejutnya ia sampai bangkit dari posisinya. Matanya melotot kaget ketika melihat sosok yang paling ia benci. Siapa lagi kalau bukan Akira Austin."Kau!!!"Akira tersenyum miring, pria itu kemudian berjalan hingga berdiri tepat dihadapan Sera "hallo, do you miss me?" ucapny
.****"APA KAU SUDAH GILA!"BRUGHHHH!Akira terdiam ketika sebuah gebrakan meja terdengar, pria itu mendongkakan kepalanya untuk melihat siapa yang telah berani membuat keributan.Rautnya wajahnya tiba-tiba saja menjadi datar ketika ia menyadari siapa orang yang kini telah ada dihadapannya."Kau yang gila! Perempuan waras mana yang berani menerobos masuk kerumah orang asing seperti ini ." Balas Akira sinis.Wanita itu mengangga mendengarnya "orang asing?" Gumamnya wajahnya mengkerut tidak senang."Aku ini tunanganmu, bisa bisanya kau menyebutku orang asing.Akira berdecih, raut wajahnya langsung berubah ketika mendengar itu. Tubuh Akira menegak matanya menatap tajam kearah wanita didepannya."Tunangan?." Ucapan Akira terjeda,"Jangan melucu denganku! Jika bukan karena pria gila itu aku bahkan tidak akan pernah mau menatap wajahmu." Sambung Akira tajam, langkahnya perlahan medekat kearah Sofya membuat wanita itu termundur kebelakang.Benar, wanita didepannya ini adalah tuanangannya. T
"Apa yang sedang kau lihat?"Juno menoleh ketika seseorang tiba tiba menepuk pundaknya, wajahnya terlihat kaget namun dengan cepat kembali normal ketika tau siapa yang telah menepuk pundaknya."Tuan, anda sudah kembali?"Akirq berdecak "aku bertanya, kau malah balik bertanya." Ujar Akira kesal."Wanita gila itu pergi kemana? Mengapa aku tidak melihatnya? Lagipula,Apa si yang sedang kau lihat, bikin penasaran saja." Ujar Akira lagi melangkahkan kakinya untuk berdiri disamping Chakra. Mata pria itu teralih kearah posisi yang sedang dilihat oleh asistennya.Wajahnya perlahan berubah ketika menangkap pemandangan seorang wanita yang dikenalinya tengah bergandengan masuk kedalam sebuah mobil berwarna putih bersama seorang pria yang tidak dapat dilihat wajahnya.Akira langsung mengalihkan tatapannya, pria itu memilih berjalan menjauh meninggalkan Juno yang masih berdiri dibalkon."Wanita itu benar benar tidak tau terimakasih."gerutu Akira yang masih bisa didengar oleh Juno. Juno Akira kesal
Lenguhan pelan terdengar, bola mata itu berlahan terbuka menampilkan sepasang mata coklat terang yang indah. Sera mengerjapkan matanya pelan ketika cahaya masuk kedalam retina matanya.Mata itu pun terbuka, Sera menatap sekitarnya yang terasa asing. Kepalanya berdenyut karena terlalu banyak tertidur, tapi kabar baiknya perutnya sudah tidak sakit lagi seperti sebelumnya."Nona sudah sadar?"Sera mendongkakan kepalanya, dahinya mengernyit merasa tidak mengenali orang yang berdiri didepannnya. Wajahnya putih bersih dengan wajah khas seperti orang asia, sebuah kacamata hitam bertenger cantik diwajahnya."Siapa kau?" Tanya Sera.Pria itu tersenyum "Saya Juno nona, asisten tuan Akira."katanya memperkenalkan diri.Sera mengangguk, matanya kemudian berkeliling mencari sosok Akira yang tidak terlihat batang hidungnya."Tuan sedang ada urusan diluar nona. Karena itu tuan meminta saya agar nona menghabiskan makanan yang telah tuan siapkan." Ujar Juno kembali seolah tau arti tatapan Sera, pria it
"Menginaplah dirumah ini, Seraphina." Sera menatap Akira tak percaya, ia tak mengira bahwa Akira bisa mengatakan hal seperti itu dengan mudahnya. Mata Sera memincing, menatap Akira curiga "Apa kau gila? Kau pasti memiliki niat burukkan?" Balas Sera menatap Akira dengan tatapan menghakimi. Wanita itu mundur kebelakang, menutupi tubuhnya dengan tas. Menjadikan tasnya itu sebagai tameng, jika-jika Akira berniat melakukan hal buruk padanya. "Apa-apaan tatapanmu itu." Ucap Akira tak terima dengan tatapan waspada Sera. "Sudahlah aku tidak peduli, sana pulang. Biar saja para wartawan itu menangkapmu. Aku tidak peduli." Usir Akira kesal, pria itu kemudian berbalik memilih untuk pergi keruang tamu meninggalkan Sera yang masih berdiam dibelakang pintu. Bibir Sera turun kebawah merasa heran sekaligus geli dengan sikap Akira yang mendadak aneh. Apa ini? Mengapa pria itu yang kesal? Bukannya disini, harusnya Sera yang merasa kesal? Sudahlah biarkan saja pria gila itu. Sera kemudian kemb
"Stt diamlah."Sera mendadak diam, dengan takut ia kemudian menoleh berusaha melihat siapakah orang yang telah membekap mulutnya. suaranya sangat familiar ditelinga Sera. Tapi Sera tidak yakin, suasana yang temaram karena mereka sekarang berada digang yang cukup gelap membuat ia kesulitan mengenali siapa sosok yang tadi menariknya.Ketika Sera berhasil melihat wajah itu, Raut wajahnya berubah. Seketika Sera menjadi geram sekaligus marah ketika tau siapakah gerangan orang itu.Dia adalah Akira, pria yang membuat ia harus kehilangan ketenangan hidupnya serta pelaku yang membuat ia harus dikejar-kejar oleh orang-orang ganas pencari informasi."Kauu!!"Akira membekap mulut Sera dengan kuat karena suaranya itu cukup keras. Ia melirik kearah tempat wartawan tadi berada. Matanya membola ketika segerombolan wartawan itu berada tak jauh dari tempat mereka sekarang. Orang-orang itu menengok kekanan dan kekiri celingukan mencari-cari sosok Sera. Untung saja tempat berdiri mereka cukup remang d
"Kak? Kakak yakin akan turun disini dan mengecek cafe? Apa tidak apa apa?" Tanya Andrew, matanya berkeliling melihat keadaan sekitar yang terlihat ramai. Kemudian Andrew kembali mematap kearah Sera, raut wajahnya terlihat sekali bahwa pria itu tengah khawatir."Aku khawatir, ada yang mengenali kakak? Bagaimana jika ada wartawan yang mengejar kakak? Berita itu sedang besar-besarnya sekarang, aku yakin para wartawan itu tidak akan tinggal diam jika mereka melihat kakak." Sambung Andrew memaparkan kekhawatirannya.Ia takut berita yang beredar sekarang ini berakhir mencelakakan kakak iparnya. Ia jelas tahu betul bagaimana ganasnya wartawan mengejar seseorang ketika ingin mendapatkan berita fenomenal. Belum lagi fans Akira yang dikabarkan sangat tidak waras dan fanatik."Aku harus mengecek keadaan Cafe And, Firo bilang ada sedikit masalah disana." Balas Sera. Firo adalah manajer cafe miliknya, saat dikantor tadi Firo tiba-tiba menelevon dan berkata ada sedikit masalah dengan supplier ya
***Pagi ini seluruh jagat dunia maya dihebohkan dengan berita yang sangat penomenal. Para kaum hawa tengah merasakan patah hati secara masal. Ketika channel channel berita dan siaran gosip serta semua akses media menayangkan berita bahwa Akira Austin aktor papan atas yang digilai wanita seluruh dunia memperkenalkan kekasihnya.Akira Austin Memperkenalkan kekasihnya? Siapakah dia?Salah satu judul yang kini tengah dibaca seorang wanita cantik itu membuatnya mengeram marah. Ia dengan ganas melemparkan tablet yang dipegangnya kesembarang arah. Melampiaskan segala amarah dan rasa kesal yang mengendap didalam hatinya.Sera, wanita itu sudah menduga hal ini akan terjadi. Tapi ia tak menyangka bahwa fotonya terpampang begitu jelas disemua surat kabar, media sosial bahkan saluran televisi. Hidupnya yang tenang akan segera berakhir dan sepertinya ia harus mulai melambaikan tangan pada kehidupan tenangnya.Sera mengacak-acak rambutnya prustasi, menyenderkan punggungnya diatas sofa empuk diruan
***Sera berjalan diterotoan dengan gaun hitam sebetisnya, rambutnya ia gerai membiarkan angin menerbangkan helain demi helaian rambutnya.Hari sudah menjelang sore tapi sekitarnya masih terlihat ramai, mungkin karena ia tinggal ditengah-tengah kota besar yang tidak akan pernah tertidur.Setelah dari pemakaman, Sera memilih berjalan-jalan hanya untuk sekedar menyegarkan pikirannya yang tengah kalut. Tujuannya saat ini adalah taman, ia ingin menenangkan diri. Melupakan sejenak segala perasaan resah dihatinya.Sera duduk dikursi taman menikmati secangkir coffe yang ia beli tadi. Taman ini terlihat ramai mungkin karena hari ini adalah akhir pekan.Pluk.Sera terlonjak kaget ketika seseorang menepuk pundaknya, saking terkejutnya ia sampai bangkit dari posisinya. Matanya melotot kaget ketika melihat sosok yang paling ia benci. Siapa lagi kalau bukan Akira Austin."Kau!!!"Akira tersenyum miring, pria itu kemudian berjalan hingga berdiri tepat dihadapan Sera "hallo, do you miss me?" ucapny
Sera termenunv menatap Regan yang terlelap disamping tubuhnya dengan lekat. Setelah mimpi buruk yang dia alami, ia sama sekali tidak bisa kembali tidur. Setiap kali ia menutup mata mimpi buruk itu datang lagi. Menghantuinya dan mengejarnya hingga alam bawah sadarnya. Tidak, itu bukanlah sekedar mimpi semata. Melainkan kenangan buruk yang pernah dialaminya dimasalalu.Penyiksaan demi penyiksaan yang ia hadapi hanya untuk melindungi bayi didalam perutnya. Sebuah konsekuensi mengerikan yang harus ia tanggung karena mengandung anak dari seorang Akira Austin.Reganta joan mansell.Anak sulungnya itu bukanlah anak kandungnya dengan Arthur. Melainkan anak dari pelaku yang menghancurkan hidupnya. Regan adalah anak kandung dari Akira.Pertemuannya kembali dengan Akira membuatnya takut. Tidak, ia tidak takut Akira akan menghancukrna hidupnya kembali, ia tidak takut Akira akan menyakitinya.Yang ia takutkan adalah, Akira menghancurkan Regan, menyakiti anaknya dan membuat Regan tau bahwa bocah