San Diego, Amerika Serikat.
"Ka Sera, bagaimana dengan produk yang akan kita Launching bulan ini?" Seraphina Michell, wanita cantik yang tengah sibuk membaca berkas-berkas yang berserakan diatas meja itu mendongkak ketika mendengar pria yang kini duduk berhadapan dengannya mengeluarkan suara. Wanita itu membaca sebentar berkas yang ada ditangannya sebelum menganggukan kepalanya pelan. "Aku rasa progresnya berjalan cukup baik, kita tinggal menghubungi artis yang akan menjadi brand ambassador kita kali ini." Andrew mengganggukan kepalanya paham, pria tampan berwajah khas campuran filipina dan italia itu nampak serius membaca berkas-berkas ditangannya. Melihat Andrew yang tengah serius membuat Sera tersenyum kecil. Ia tidak pernah menduga pria didepannya ini bisa begitu serius mengurus urusan perusahaan. Saat ini keduanya berada disebuat hotel mewah yang letaknya tidak terlalu jauh dari bandara Udara Internasional San diego, Amerika Serikat. Keduanya tengah mengurusi proses kerja sama dengan salah satu client mereka yang ada di sana. Pria didepannya ini adalah Andrew Joan Mansell seorang pria tampan yang kini menjabat sebagai atasannya. Dan Sera selaku sekretaris tentu saja harus ikut membantu pekerjaan Andrew disini. Sebenarnya, selain menjabat sebagai CEO. Andrew juga merupakan adik dari suaminya yang telah tiada satu tahun lalu. Joans Apparel Sebuah perusahaan besar yang bergerak dalam industri Fashion yang didirikan oleh sosok Arthur joan mansell. Arthur adalah suami Sera yang berhasil mengembangkan perusahaannya hanya dalam waktu kurang dari 2 tahun semenjak didirikan. Namun sayangnya sebuah kecelakaan naas merengut nyawa Arthur satu tahun lalu. Sehingga kini kepemimpinan perusahaan ini diturunkan pada adiknya Andrew atas dasar amanat kakaknya. Sera selalu berterima kasih pada Andrew karena pria itu rela meninggalkan profesinya sebagai dokter bedah disebuah rumah sakit besar dikota New York yang sangat pria itu cita-citakan demi mengurus perusahaan Arthur agar perjuangan Arthur tidak sia-sia. Karena itulah tak lama setelah Arthur meninggal, Sera memutuskan untuk bekerja diperusahaan sebagai sekretaris dari Andrew. Meski awalnya adik iparnya itu melarang, tapi Sera tetaplah Sera. Ia tetap kekeh, Sera pikir mengurus perusahaan adalah salah satu tanggung jawabnya sebagai istri dari Arthur. Dia tidak mungkin hanya duduk dan menikmati uang yang diperoleh Andrew dengan susah payah. Ia tidak mau hanya menikmatinya sedangkan Andrew bersusah payah sampai merelakan profesi yang sangat ia cita-citakan. Walau Andrew dengan senang hati melakukannya, tapi ia tetap tak ingin. Lagi pula ia juga membutuhkan sesuatu yang bisa mengalihkan pikirannya dari kesedihan. Sera tak mau kesedihan membuat hidupnya menjadi berantakan. Dia masih memiliki dua malaikat yang harus ia besarkan. Anak-anaknya masih membutuhkan perannya sebagai ibu. Ya, Sera telah memiliki dua orang anak. Satu berumur 5 tahun seorang anak laki laki bernama Reganta Joan Mansell sedangkan satu lagi adalah seorang gadis kecil umurnya masih 3 tahun. 2 tahun lebih muda dari kakaknya, bernama Ellvara Joan Mansel. Meskipun ia bekerja, sebisa mungkin ia tidak mengabaikan perannya sebagai ibu. Ia berusaha sebisa mungkin agar anaknya tidak kekurangan kasih sayang. Sera berusaha menjadi ayah sekaligus ibu untuk anaknya. "Sepertinya proyek ini akan menjadi proyek besar untuk kemajuan perusahaan kita An. Target market kita pun berkembang lebih besar dari sebelumnya." Andrew mengangguk membenarkan, peluncuran produk perusahaannya kali ini diharapkan dapat menggaet konsumen dari kalangan atas seperti politikus dan para artis internasional. Apalagi biaya produksi untuk iklan kali ini pun tidak lah kecil nominalnya. Karena kali ini Andrew memilih seorang top artist yang sangat terkenal diseluruh dunia sebagai brand ambassador-Nya. Karena itulah diharapkan keuntungan yang didapatkan pun bisa jauh lebih besar dari sebelumnya. Selama Andrew mengurus perusahaan, ia cukup kesulitan. Karena mengurus perusahaan ternyata tidak semudah yang ia pikirkan. Beberapa kali ia gagal, beberapa kali ia ketakutan. Ia takut menghancurkan perusahaan kakaknya. Tapi untungnya ada Sera sang kakak ipar, orangtua serta dua keponakan yang selalu menyemangatinya dan beberapa orang kepercayaan kakaknya yang membantu. Akhirnya Andrew berhasil membuat perusahaan ini berkembang meski tak secepat dan sepesat saat dipimpin oleh Arthur. Andrew sangat kagum dengan kakanya yang bisa membesarkan nama perusahaan hanya dalam waktu beberapa tahun. Meski awalnya kakaknya itu ditentang oleh kedua orang tuanya, tapi akhirnya ia berhasil meyakinkan dengan membuktikan bahwa ia telah berhasil dan bisa sukses. Karena itulah Andrew selalu berusaha keras agar ia tidak menghancurkan perusahaan yang telah dibangun susah payah oleh kakaknya. "Bukankah kita harus kembali An? Kurasa pekerjaan disini sudah selesai." Andrew tersenyum, ia tau Sera pasti merindukan anak-anaknya "Ia kak, lusa kita akan pulang. Kita hanya tinggal menunggu peresmian kerja sama dengan Dr.corporation." Sera tersenyum senang, sudah hampir seminggu ia meninggalkan kedua anaknya. Tentu saja, ia benar benar merasakan rindu pada dua malaikatnya yang menggemaskan. *** New York city, Amerika Serikat. Sera tersenyum, raut bahagia sangat terpancar diwajahnya ketika pesawat yang ia tumpangi telah mendarat dikota New York dengan selamat. Hari yang ia tunggu-tunggu akhirnya tiba juga. Sera sudah sangat tidak sabar menemui Regan dan Ellvara. Sera jadi penasaran, bagaimana reaksi keduanya saat melihat ia telah kembali. Pasalnya ia sengaja tidak memberitahu mereka tentang kepulangannya. Biarlah ini menjadi sebuah kejutan. "Ayo kak, aku sudah sangat merindukan keponakanku." Sera tertawa melihat keantusiasan Andrew, Andrew itu sangat dekat dengan Regan dan Vara jadilah begitu, ia sudah seperti ayah saja untuk mereka. Padahal ia bahkan belum menikah. Sera mengekori Andrew dari belakang dan ikut mask kedalam mobil yang memang sengaja ditugaskan untuk menjemput mereka dibandara. Perjalanan dari Bandara kerumahnya cukup memerlukan waktu yang lama. Jadi selama itu ia menghabiskan waktu di perjalanan dengan tertidur. Sera baru terbangun ketika Andrew membangunkannya. Ia baru sadar bahwa mereka telah sampai didepan pintu rumahnya yang sederhana. Rumah berlantai dua yang memikili halaman tidak terlalu luas namun juga tidak kecil. Meski Arthur terbilang kaya, tapi Sera tidak tinggal dirumah yang besar bak istana. Baginya rumah kecil maupun besar itu tidak ada bedanya. Ia tidak membutuhkan rumah besar, yang penting kehangatan dan kebahagiaan didalam keluarganya. Itu saja. Meski awalnya mertua dan suaminya itu protes tapi akhirnya mereka mengalah dan menuruti keinginan Sera. "Hallo anak anak mommy, do you miss me?" Regan dan Vara yang tengah bermain diruang keluarga itu mendongkak, mata keduanya berbinar ketika melihat siapa yang datang. Mereka bahkan meletakan begitu saja mainan yang tadi mereka mainkan, "mommy..." Sera terkekeh melihat mereka yang tergopoh-gopoh berlari dan memeluknya. Apalagi melihat Vara yang sedikit kesulitan karena langkah kakinya yang kecil. Gadis kecil itu bahkan menangis, karena kalah dari sang kakak yang sudah lebih dulu memeluk sang ibu. "Iiihhhh kakk Legan culang hiks." Tangis Vara semakin menjadi ketika melihat Regan yang digendong oleh sang mommy. Bocah kecil itu iri karena hanya bisa memeluk kaki Sera dengan tangan mungilnya. "Vala-Nya aja yang lambatt blee." Vala kembali mengeraskan suara tangisnya ketika mendapat ejekan. "Momyyyy..... hiks." Sera tertawa lagi, lucu saja rasanya melihat Vara yang merengek dan mengadu dengan wajah yang penuh dengan air mata. Gerakan gadis kecil itu saat mengusap air matanya terlihat begitu menggemaskan. "Egan gak boleh gitu, masa adeknya dibuat nangis." Nasehatnya pada Regan. Regan melirik kearah Vara yang masih mengusap-usap matanya, berusaha menghapus air mata yang keluar dari mata kecilnya. Regan mendusel-dusel meminta Sera untuk menurunkannya. "Maapin kakak ya, janji deh gak gitu lagi." Vara mendongkak, matanya yang sembab menatap kearah Regan. "Janji?" ujarnya mengangkat jari kelingkingnya yang mungil. Regan tersenyum ia mengangguk dan menautkan kelingkingnya yang sedikit lebih besar dari milik adiknya. "Janji." Sera menyaksikan keduanya seraya tersenyum, senang rasanya melihat kedua anaknya yang saling menyayangi satu sama lain. Meski terkadang bersikap usil, jail dan membuat Vara menangis Sera tau anak sulungnya itu sangat menyayangi adiknya. Setelah aksi berbaikan itu, mereka kembali duduk dan bermain diruang keluarga. Jika Regan dan Vara bermain bersama Nicolas, ayah mertuanya. Sera lebih memilih untuk menghampiri Nellies ibu mertuanya setelah menyalimi sang ayah mertua. Kebiaaaan dari negara asalnya yang satu itu memang sangat sulit sekali untuk dihilangkan. Awal-awalnya Nicolas dan Nellies kaget, namun lama kelamaan mereka terbiasa dan menganggap itu adalah cara Sera untuk menghormati mereka. "Sebaiknya kamu istirahat nak, bukankah kamu sudah melakukan perjalanan jauh." Sera tersenyum mendengar perhatian dari ibu mertuanya, wajah Nellies masih terlihat sangat cantik meski usianya sudah tidak lagi muda. Sera merasa hidupnya beruntung sekali karena dipertemukan dengan sosok Arthur dan keluarganya, jika saat itu dia tidak bertemu dengannya entah apa yang terjadi pada hidupnya. Mungkin kini ia telah meninggalkan dunia dalam keadaan mati konyol. Baginya Arthur adalah sebuah pelangi setelah hujan yang indah. Bahkan disaat Sera dan Arthur memutuskan untuk menikah. Nellies dan Nicolas tidak mempermasalahkannya sama sekali. Awalnya ia takut apalagi ketika melihat kondisinya saat itu. Dia hanya gadis yatim piatu yang tidak jelas asal usulnya. Tapi ternyata ketakutannya sama sekali tidak terjadi, orang tua Arthur sangat baik mereka bahkan menganggapnya seperti anak kandung sendiri. "Tidak bu, aku sangat merindukan kedua anakku" Nellies awalnya hendak protes, tapi kemudian ia sadar bahwa itu tidak berguna sama sekali. Menantunya ini sangat keras kepala jika memutuskan sesuatu. Merekapun bermain bersama, sebenarnya Sera merasa lelah. Tapi ketika melihat anak-anaknya. Lelahnya hilang begitu saja. Ngomong-ngomong rumah ini hanya diisi oleh Sera, mertua, Regan dan Vara serta beberapa pembantu saja. Sedangkan Andrew ia sudah lama tinggal diapartemennya memilih mandiri. Pria tampan namun masih melajang itu selalu membuat orangtuanya khawatir. Andrew tidak pernah terlihat bersama seorang gadis. Dan itu membuat orangtuanya khawatir takut Andrew mengalami penyimpangan seksual. Pernah sekali Nellies dan Nicollas dibantu Sera mengatur kencan buta untuk anak bungsu mereka. Tapi malah berakhir berantakan, karena Andrew yang menyamar menjadi seorang banci jalanan. Nellies dan Nicolas yang diam diam memperhatikan itu hanya menganga tak percaya. Sedangkan Sera beserta kedua anaknya yang ikut hanya tertawa terbahak-bahak. Regan bahkan sempat mendokumentasikan nya pada sebuah rekaman video yang selalu berhasil dijadikan bahan untuk meledek Andrew.New York city, Amerika Serikat. Seorang pria tampan berdarah campuran itu berjalan memasuki sebuah restoran mewah bergaya klasik, dibelakangnya seorang pria yang tak kalah tampan mengekor dari belakang . Pria itu menutupi wajah tampannya menggunakan masker serta kacamata hitam yang sudah bertengger manis dihidung mancungnya. Meski wajahnya tertutup, pesonanya begitu memancar ditambah auranya yang tajam berhasil menarik beberapa pasang mata melirik kearahnya. Saat ini Hanya satu yang ia harapkan, ia berharap semoga saja ia tidak dikenali. Jika tidak, itu akan benar-benar menimbulkan kerusuhan. "Dimana pertemuannya?" Tanyanya. Suara seraknya begitu seksi dan menghanyutkan. Setiap wanita pasti akan jatuh dalam pelukannya, ketika ia mengucapkan sedikit rayuan. "Di private room nomor 15 tuan, Mr.Andrew sudah menunggu disana." Pria itu mengangguk dan melanjutkan langkah kearah ruangan yang sudah dikatakan asistennya. Akira Austin Itulah namanya. Dia adalah seorang model se
*** Elvara sedari tadi terus berputar dihadapan cermin besar yang ada dikamar milik Sera. Ia terus saja bersikap narsis dengan mengatakan bahwa dia begitu cantik, padahal ia masih kecil tapi kenarsisannya itu sudah melebihi apapun. Sera yang tengah memasang anting ditelinganya pun hanya tertawa melihat tingkah putri bungsunya. Sedangkan Regan jangan tanya bocah laki-laki itu terus saja mencibir sikap narsis adiknya. "Hello cucu-cucu oma, apa kalian sudah siap?" Vara dengan riang melihat kearah Nellies yang sudah berdiri diambang pintu dengan penampilan menawan, dengan narsisnya ia bertanya, "Oma Vara cantikkan? gak kaya kak Egan jelek." Regan memutar bola matanya jengah, yaiyalah dia tidak cantik ia kan tampan. Pikirnya dalam hati. "Lagipula siapa yang ingin jadi cantik, aku kan tampan." Nellies hanya tertawa geli mendengar gumaman cucu laki-lakinya. Apalagi ketika melihat cucu perempuannya yang bersikap sangat narsis. Ia jdi mengingat Arthur dan Andrew yang sama narsis
***Akira menghembuskan nafasnya bosan, menyandarkan punggungnya dikursi yang memang disediakan untuknya, matanya berkeliling melihat sekeliling yang begitu ramai dan membuatnya muak. Karena para orang-orang kaya itu terus saja saling memuji dan menyindiri satu sama lain.Tentu saja ia tau pujian pujian yang dilontarkan mereka tidak semuanya tulus dari hati, melainkan hanya untuk membangun citra antar pembisnis. Saling menjilat satu sama lain dan memerkan kekayaan yang mereka punya. Sungguh hal itu adalah kegiatan yang paling memuakkan untuknya.Sebenarnya ia tak terlalu suka dengan acara seperti ini. Tapi karena pekerjaannya, ia terpaksa bergabung dalam kumpulan orang-orang munafik itu.Saat ini Akira tengah berada disebuah hotel mewah ditengah kota New York. Akira diundang sebagai bintang tamu untuk memeriahkan acara. Ia tidak sendirian dimeja bundar tempatnya duduk ada beberapa artis yang juga sama-sama diundang sebagai bintang tamu.Seperti Ariana Paula seorang penyanyi internasio
***Akira dan Regan masih betah duduk ditaman, ralat tidak untuk Regan yang sedari tadi sibuk menggerutu didalam hati. Regan berpikir bahwa uncle didepannya ini terlalu lebay sampai harus mengobati yang menurut Regan hanya luka kecil. Ya meskipun jika mommy-Nya tau, ia pasti akan diceramahi habis-habisan.Sesekali Akira terlihat meringis ketika mengobati luka berdarah yang ada dikaki Regan. , padahal Regan yang sebenarnya terluka hanya bersikap biasa saja. Akira jadi bertanya-tanya apa sebenarnya Regan itu tidak merasakan apapun, wajahnya bukan terlihat seperti orang kesakitan lebih kepada orang yang tengah menahan kesal."Bagaimana kau bisa terluka bocah?"tanya Akira penasaran, pria itu kemudian duduk santai disamping Regan. Setelah usai mengobati luka dikaki Regan dan tak lupa memberikan Kotak obat yang tadi ia gunakan kepada Juno dan menyuruh asistennya itu pergi saja."Uncle gak boleh kepo."Akira tertegun mendengar Regan yang berbicara menggunakan bahasa Indonesia dengan begitu p
"Hoo, lihatlah siapa yang ku temukan ini." Sera hanya diam, raut wajahnya berubah menjadi datar ketika mengenali siapa orang didepannya ini. "Maaf anda siapa ya?" Tanya Sera berpura-pura, tangannya terkepal berusaha meredam berbagai perasaan dihatinya. "Apa ini, kau berakting tidak mengenaliku? Bukankah itu terlalu klise. Kau pikir ini drama?" Balasnya menatap Sera dengan satu alis terangkat. Pria itu terkekeh, ia menunduk menatap Sera tepat di kedua bola matanya. Sera tak menjawab wajahnya tidak berubah sama sekali, tentu saja ia sangat mengenali sosok didepannya. Sosok yang sangat ia benci, sosok yang membuat darahnya mendidih setiap otaknya memutar apa yang telah dilakukan padanya. . "Tuan apa Anda sudah selesai? Jika iya, sebaiknya Anda menyingkir, jangan menghalangi ditengah jalan." Balas sera lurus. Wanita itu kemudian berbalik mencari jalan lain untuk melarikan diri. Akan tetapi belum sempat ia melangkahkan kakinya, sebuah tangan mencengkram erat tangan Sera.
*** "MOMMY" Panggilan dari jarak yang jauh itu terdengar dengan jelas ditelinga Sera. Wanita itu menatap lurus kearah suara itu berasal. Air matanya menetes begitu saja ketika melihat Regan yang tengah tersenyum lebar seraya melambaikan tangan padanya. Dengan langkah cepat ia berlari dan memeluk Regan dengan erat. Ia bahkan tidak memperdulikan Nellies dan Nicolas yang menyapanya. Tangis Sera pecah, ia menangis tersedu-sedu dalam pelukan Regan, ia bahkan tidak sadar bahwa tangisannya membuat tuxedo yang dikenakan Regan basah. Regan yang merasakan pundaknya basah merasa heran sekaligus khawatir. Ia mendorong lembut tubuh Sera untuk melihat wajah ibunya. Dahinya mengernyit tidak suka ketika melihat ibunya mengeluarkan air mata. Regan paling tidak suka wajah cantik ibunya penuh dengan linang air mata seperti ini. Tangan mungilnya bergerak untuk mengusap mata ibunya yang berair. Apa ini salahnya karena tadi sempat hilang dan membuatnya khawatir? "Mommy kenapa? Maaf mommy, Ega
*** Seorang wanita cantik terduduk lemas diatas lantai keramik tak beralas, ‘Bagaimana ini? Apa yang harus ku lakukan dengan ini?’ Sera menatap nanar pada sebuah alat testpack yang ada di tangannya saat ini. Alat itu menunjukan hasil positif. Ingatannya akan kejadian sebulan yang lalu saat dirinya dipaksa untuk melayani Akira kembali terkenang. Perasaannya terasa campur aduk. Dirinya khawatir karena hubungannya dengan Akira sudah benar benar hancur. Hatinya kembali berdenyut nyeri ketika tatapan kebencian Akira kembali hadir dipikirannya. Akira membencinya, pria itu bahkan tidak sudi untuk melihatnya. Tapi, apa Akira juga akan membenci anak dikandungannya ini. Itu tidak mungkin kan, karena bagaimanapun anak ini adalah anaknya juga. Memikirkan hal itu Sera dengan cepat berlari keluar dari rumahnya. Ia harus mencari Akira *** Sera menarik nafasnya dalam, menatap lama kearah pintu. Dengan tangan gemetar ia menekan password apartemen itu yang sudah sangat ia hapal. Se
Sera termenunv menatap Regan yang terlelap disamping tubuhnya dengan lekat. Setelah mimpi buruk yang dia alami, ia sama sekali tidak bisa kembali tidur. Setiap kali ia menutup mata mimpi buruk itu datang lagi. Menghantuinya dan mengejarnya hingga alam bawah sadarnya. Tidak, itu bukanlah sekedar mimpi semata. Melainkan kenangan buruk yang pernah dialaminya dimasalalu.Penyiksaan demi penyiksaan yang ia hadapi hanya untuk melindungi bayi didalam perutnya. Sebuah konsekuensi mengerikan yang harus ia tanggung karena mengandung anak dari seorang Akira Austin.Reganta joan mansell.Anak sulungnya itu bukanlah anak kandungnya dengan Arthur. Melainkan anak dari pelaku yang menghancurkan hidupnya. Regan adalah anak kandung dari Akira.Pertemuannya kembali dengan Akira membuatnya takut. Tidak, ia tidak takut Akira akan menghancukrna hidupnya kembali, ia tidak takut Akira akan menyakitinya.Yang ia takutkan adalah, Akira menghancurkan Regan, menyakiti anaknya dan membuat Regan tau bahwa bocah
.****"APA KAU SUDAH GILA!"BRUGHHHH!Akira terdiam ketika sebuah gebrakan meja terdengar, pria itu mendongkakan kepalanya untuk melihat siapa yang telah berani membuat keributan.Rautnya wajahnya tiba-tiba saja menjadi datar ketika ia menyadari siapa orang yang kini telah ada dihadapannya."Kau yang gila! Perempuan waras mana yang berani menerobos masuk kerumah orang asing seperti ini ." Balas Akira sinis.Wanita itu mengangga mendengarnya "orang asing?" Gumamnya wajahnya mengkerut tidak senang."Aku ini tunanganmu, bisa bisanya kau menyebutku orang asing.Akira berdecih, raut wajahnya langsung berubah ketika mendengar itu. Tubuh Akira menegak matanya menatap tajam kearah wanita didepannya."Tunangan?." Ucapan Akira terjeda,"Jangan melucu denganku! Jika bukan karena pria gila itu aku bahkan tidak akan pernah mau menatap wajahmu." Sambung Akira tajam, langkahnya perlahan medekat kearah Sofya membuat wanita itu termundur kebelakang.Benar, wanita didepannya ini adalah tuanangannya. T
"Apa yang sedang kau lihat?"Juno menoleh ketika seseorang tiba tiba menepuk pundaknya, wajahnya terlihat kaget namun dengan cepat kembali normal ketika tau siapa yang telah menepuk pundaknya."Tuan, anda sudah kembali?"Akirq berdecak "aku bertanya, kau malah balik bertanya." Ujar Akira kesal."Wanita gila itu pergi kemana? Mengapa aku tidak melihatnya? Lagipula,Apa si yang sedang kau lihat, bikin penasaran saja." Ujar Akira lagi melangkahkan kakinya untuk berdiri disamping Chakra. Mata pria itu teralih kearah posisi yang sedang dilihat oleh asistennya.Wajahnya perlahan berubah ketika menangkap pemandangan seorang wanita yang dikenalinya tengah bergandengan masuk kedalam sebuah mobil berwarna putih bersama seorang pria yang tidak dapat dilihat wajahnya.Akira langsung mengalihkan tatapannya, pria itu memilih berjalan menjauh meninggalkan Juno yang masih berdiri dibalkon."Wanita itu benar benar tidak tau terimakasih."gerutu Akira yang masih bisa didengar oleh Juno. Juno Akira kesal
Lenguhan pelan terdengar, bola mata itu berlahan terbuka menampilkan sepasang mata coklat terang yang indah. Sera mengerjapkan matanya pelan ketika cahaya masuk kedalam retina matanya.Mata itu pun terbuka, Sera menatap sekitarnya yang terasa asing. Kepalanya berdenyut karena terlalu banyak tertidur, tapi kabar baiknya perutnya sudah tidak sakit lagi seperti sebelumnya."Nona sudah sadar?"Sera mendongkakan kepalanya, dahinya mengernyit merasa tidak mengenali orang yang berdiri didepannnya. Wajahnya putih bersih dengan wajah khas seperti orang asia, sebuah kacamata hitam bertenger cantik diwajahnya."Siapa kau?" Tanya Sera.Pria itu tersenyum "Saya Juno nona, asisten tuan Akira."katanya memperkenalkan diri.Sera mengangguk, matanya kemudian berkeliling mencari sosok Akira yang tidak terlihat batang hidungnya."Tuan sedang ada urusan diluar nona. Karena itu tuan meminta saya agar nona menghabiskan makanan yang telah tuan siapkan." Ujar Juno kembali seolah tau arti tatapan Sera, pria it
"Menginaplah dirumah ini, Seraphina." Sera menatap Akira tak percaya, ia tak mengira bahwa Akira bisa mengatakan hal seperti itu dengan mudahnya. Mata Sera memincing, menatap Akira curiga "Apa kau gila? Kau pasti memiliki niat burukkan?" Balas Sera menatap Akira dengan tatapan menghakimi. Wanita itu mundur kebelakang, menutupi tubuhnya dengan tas. Menjadikan tasnya itu sebagai tameng, jika-jika Akira berniat melakukan hal buruk padanya. "Apa-apaan tatapanmu itu." Ucap Akira tak terima dengan tatapan waspada Sera. "Sudahlah aku tidak peduli, sana pulang. Biar saja para wartawan itu menangkapmu. Aku tidak peduli." Usir Akira kesal, pria itu kemudian berbalik memilih untuk pergi keruang tamu meninggalkan Sera yang masih berdiam dibelakang pintu. Bibir Sera turun kebawah merasa heran sekaligus geli dengan sikap Akira yang mendadak aneh. Apa ini? Mengapa pria itu yang kesal? Bukannya disini, harusnya Sera yang merasa kesal? Sudahlah biarkan saja pria gila itu. Sera kemudian kemb
"Stt diamlah."Sera mendadak diam, dengan takut ia kemudian menoleh berusaha melihat siapakah orang yang telah membekap mulutnya. suaranya sangat familiar ditelinga Sera. Tapi Sera tidak yakin, suasana yang temaram karena mereka sekarang berada digang yang cukup gelap membuat ia kesulitan mengenali siapa sosok yang tadi menariknya.Ketika Sera berhasil melihat wajah itu, Raut wajahnya berubah. Seketika Sera menjadi geram sekaligus marah ketika tau siapakah gerangan orang itu.Dia adalah Akira, pria yang membuat ia harus kehilangan ketenangan hidupnya serta pelaku yang membuat ia harus dikejar-kejar oleh orang-orang ganas pencari informasi."Kauu!!"Akira membekap mulut Sera dengan kuat karena suaranya itu cukup keras. Ia melirik kearah tempat wartawan tadi berada. Matanya membola ketika segerombolan wartawan itu berada tak jauh dari tempat mereka sekarang. Orang-orang itu menengok kekanan dan kekiri celingukan mencari-cari sosok Sera. Untung saja tempat berdiri mereka cukup remang d
"Kak? Kakak yakin akan turun disini dan mengecek cafe? Apa tidak apa apa?" Tanya Andrew, matanya berkeliling melihat keadaan sekitar yang terlihat ramai. Kemudian Andrew kembali mematap kearah Sera, raut wajahnya terlihat sekali bahwa pria itu tengah khawatir."Aku khawatir, ada yang mengenali kakak? Bagaimana jika ada wartawan yang mengejar kakak? Berita itu sedang besar-besarnya sekarang, aku yakin para wartawan itu tidak akan tinggal diam jika mereka melihat kakak." Sambung Andrew memaparkan kekhawatirannya.Ia takut berita yang beredar sekarang ini berakhir mencelakakan kakak iparnya. Ia jelas tahu betul bagaimana ganasnya wartawan mengejar seseorang ketika ingin mendapatkan berita fenomenal. Belum lagi fans Akira yang dikabarkan sangat tidak waras dan fanatik."Aku harus mengecek keadaan Cafe And, Firo bilang ada sedikit masalah disana." Balas Sera. Firo adalah manajer cafe miliknya, saat dikantor tadi Firo tiba-tiba menelevon dan berkata ada sedikit masalah dengan supplier ya
***Pagi ini seluruh jagat dunia maya dihebohkan dengan berita yang sangat penomenal. Para kaum hawa tengah merasakan patah hati secara masal. Ketika channel channel berita dan siaran gosip serta semua akses media menayangkan berita bahwa Akira Austin aktor papan atas yang digilai wanita seluruh dunia memperkenalkan kekasihnya.Akira Austin Memperkenalkan kekasihnya? Siapakah dia?Salah satu judul yang kini tengah dibaca seorang wanita cantik itu membuatnya mengeram marah. Ia dengan ganas melemparkan tablet yang dipegangnya kesembarang arah. Melampiaskan segala amarah dan rasa kesal yang mengendap didalam hatinya.Sera, wanita itu sudah menduga hal ini akan terjadi. Tapi ia tak menyangka bahwa fotonya terpampang begitu jelas disemua surat kabar, media sosial bahkan saluran televisi. Hidupnya yang tenang akan segera berakhir dan sepertinya ia harus mulai melambaikan tangan pada kehidupan tenangnya.Sera mengacak-acak rambutnya prustasi, menyenderkan punggungnya diatas sofa empuk diruan
***Sera berjalan diterotoan dengan gaun hitam sebetisnya, rambutnya ia gerai membiarkan angin menerbangkan helain demi helaian rambutnya.Hari sudah menjelang sore tapi sekitarnya masih terlihat ramai, mungkin karena ia tinggal ditengah-tengah kota besar yang tidak akan pernah tertidur.Setelah dari pemakaman, Sera memilih berjalan-jalan hanya untuk sekedar menyegarkan pikirannya yang tengah kalut. Tujuannya saat ini adalah taman, ia ingin menenangkan diri. Melupakan sejenak segala perasaan resah dihatinya.Sera duduk dikursi taman menikmati secangkir coffe yang ia beli tadi. Taman ini terlihat ramai mungkin karena hari ini adalah akhir pekan.Pluk.Sera terlonjak kaget ketika seseorang menepuk pundaknya, saking terkejutnya ia sampai bangkit dari posisinya. Matanya melotot kaget ketika melihat sosok yang paling ia benci. Siapa lagi kalau bukan Akira Austin."Kau!!!"Akira tersenyum miring, pria itu kemudian berjalan hingga berdiri tepat dihadapan Sera "hallo, do you miss me?" ucapny
Sera termenunv menatap Regan yang terlelap disamping tubuhnya dengan lekat. Setelah mimpi buruk yang dia alami, ia sama sekali tidak bisa kembali tidur. Setiap kali ia menutup mata mimpi buruk itu datang lagi. Menghantuinya dan mengejarnya hingga alam bawah sadarnya. Tidak, itu bukanlah sekedar mimpi semata. Melainkan kenangan buruk yang pernah dialaminya dimasalalu.Penyiksaan demi penyiksaan yang ia hadapi hanya untuk melindungi bayi didalam perutnya. Sebuah konsekuensi mengerikan yang harus ia tanggung karena mengandung anak dari seorang Akira Austin.Reganta joan mansell.Anak sulungnya itu bukanlah anak kandungnya dengan Arthur. Melainkan anak dari pelaku yang menghancurkan hidupnya. Regan adalah anak kandung dari Akira.Pertemuannya kembali dengan Akira membuatnya takut. Tidak, ia tidak takut Akira akan menghancukrna hidupnya kembali, ia tidak takut Akira akan menyakitinya.Yang ia takutkan adalah, Akira menghancurkan Regan, menyakiti anaknya dan membuat Regan tau bahwa bocah