Home / Romansa / SEVEN OWNERS / Seven owners - 04

Share

Seven owners - 04

Author: Coklat greentea
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

Sudah sekitar sepuluh menit linzy melamun menatap layar ponselnya. Dilema perihal ia harus mengaktifkan atau tidak pada ponselnya. Ia sangat merindukan sahabatnya yang ia tinggal tanpa pamit namun disisi lain ia merasa ragu, bagaimana dengan respon mereka, apalagi ia tahu bagaimana dengan perasaan teman temannya terutama frisly yang pasti tidak berhentinya menangis selain itu ia takut karena hal itu ia berubah fikiran dan akan nekat kembali kesana, bagaimana bisa? Ia baru saja datang sudah sangat jelas ia tidak bisa kembali kesana. Bahkan sekarang ia dipindahkan untuk melanjutkan sekolahnya disini.

Oh god! Bagaimana ini

Dan kini ia meletakkan ponselnya di atas nakas. Kemudian beralih membongkar isi kopernya memilih untuk memindahkan semua barang barang yang ia bawa,

Saat ia akan mengambil make up miliknya seketika terdiam mengingat saat hari terakhir sebelum ia pergi, sebuah foundation mengingatnya pada zweitson mengingat hal itu entah mengapa ada rasa ingin tertawa serta mellow yang menyatu.

Linzy menghela nafasnya sejenak. Hingga terdengar deritan pintu terbuka mendapati wanita dengan senyum yang mengukir dibibirnya

"Sayang, oh kamu sedang beres beres? Ada yang perlu mama bantu?", linzy tersenyum dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.

" engga ma, tinggal baju baju doang kok",

Paula tersenyum lebih lembut dari sebelumnya, mata nya yang indah kini terlihat berkaca kaca. Linzy membulatkan matanya melihat perubahan mata dari paula.

Terlintas dibenaknya apa ia salah saat wanita itu menawarkan bantuan dan ia justru menolaknya. Apa wanita itu merasa tersinggung?

Linzy menghampiri wanita tersebut yang masih menatapnya dalam, segera ia meraih lembut wanita tersebut

"Ma, maaf tapi zy beneran bisa beres beres semuanya sendiri,  cuma beberapa baju dikoper yang harus zy gantung dilemari,"

Linzy semakin panik saat paula tak membalas perkataannya justru satu butir air mata itu lolos dengan cepat.

Linzy menoleh kembali pada koper miliknya dilantai. Dengan langkah cepat ia segera mengambil pakaiannya dari dalam koper dengan gerakkan yang cepat akhirnya semua pakaiannya tertata rapi didalam lemari.

Kemudian ia kembali menghampiri wanita yang masih melihat semua yang dilakukan oleh puterinya sedari tadi.

"Lihat ma, udah zy rapihin, zy udah besar ma zy kan harus mandiri", ujarnya dengan senyum lebarnya

Paula menatap nanar pada puterinya, ia menggigit bibirnya mencoba menahan tangisnya agar tidak pecah. Kemudian mendekap anaknya pada pelukannya

" iya zy udah besar sekarang, zy udah mandiri, tapi zy mama kangen zizy ", paula melepaskan pelukannya lalu beralih menangkup wajah lembut milik puterinya. Linzy mengerutkan keningnya bukankah ia sudah kembali kerumah ini lalu mengapa wanita tersebut masih mengatakan ia merindukannya, apa ia masih belum puas melepas rindunya?

" mama kangen bayi mama yang manja, bayi mama yang selalu ga bisa berhenti meluk mama, bayi mama sekarang udah bisa ngelakuin semuanya ya. Tapi ga salah kan zy kalau mama kangen kamu dulu?", linzy diam ia ingat saat masa masa dulu yang ia lakukan pada paula dimana saat itu ia selalu membuntuti kemanapun paula pergi

Ia pun mulai ikut berkaca kaca, saat teringat dimana dia harus dipisah paksa oleh papanya untuk pendidikannya diluar negeri, saat saat ia masih berontak tidak ingin pisah oleh ibunya, namun dengan kata penenang serta janji dari papanya bahwa ini akan sebentar dan ia akan kembali kerumah ini lagi. Akhirnya ia mulai sedikit menerimanya dan pergi bersama dengan pamannya yang mendampinginya. Namun saat baru menginjak sekolah menengah pertama pamannya pergi meninggalkannya sendiri untuk perjalanan bisnis, bahkan linzy yang menyuruhnya untuk pergi disaat pamannya sejujurnya tak tega meninggalkannya sendiri. Ia mengerti pamannya karena sejatinya orang besar akan selalu sibuk, seperti papanya yang jarang dirumah

"Maafin mama zy yang ga bisa--"

"Ma udah, mama ga pernah salah sama zizy. Mama terlalu banyak berjasa buat zizy. Zizy sayang mama zizy akan terus jadi bayi kecil nya mama ", paula tertawa kecil serta mengeluarkan airmatanya yang jatuh dengan cepat

Paula mengangguk serta mengecup kening puterinya dengan lembut

" zy kesayangan mama istirahat dulu ya udah malam, kamu juga kayanya kecapean kan? ", linzy mengangguk pelan namun tangannya masih menggenggam erat lengan ibunya

Paula menatap puterinya lalu merangkul membawanya menuju ranjang kamarnya,

"Malam ini mama temenin baby zy tidur ya ", linzy terkekeh pelan bersamaan dengan usapan lembut di punggungnya

                               ❀✿ ❀✿

Cahaya matahari kini menerobos masuk membangunkan seseorang yang masih bergelayut dalam mimpinya. Cahaya yang membuat tidur terganggu, beberapa kali ia mengerjapkan matanya beradaptasi pada sinar cahaya dipagi hari serra menoleh kesebelah kiri tempat tidur kosongnya teringat seseorang menemaninya malam tadi kita tempat tersebut kosong.

Linzy, kakinya mulai bergerak dan turun menyentuh lantai, merapihkan ranjangnya sebelum berjalan turun kelantai bawah.

Saat sudah turun sebuah tangan lentik menyentuh pundaknya dengan lembut serta memberi kecupan pada dahinya,

" pagi baby zy, ayo kita makan kakak kakak kamu udah nunggu loh ", linzy mengangguk serta berjalan beriringan dengan paula yang masih merangkulnya berjalan menuju meja makan.

Tak disangka, semua kakak kakaknya sudah duduk disana seperti biasa mereka yang sedang mengobrol seru namun seketika terdiam sunyi saat dirinya datang dan ikut duduk bersama.

Linzy tak berani hanya sekedar menatap hanya sekilas penglihatannya melalui ekor matanya bahwa mereka menatapnya dengan tatapan yang sama saat ia baru datang.

Hingga suara paula menghentikan mereka yang sedari tadi menatapnya dengan kompak.

" baby zy gimana tadi malem? Nyenyak? Kamu kayanya kelelahan, mama ga tega bangunin kamu tadi pagi. Niat mama mau ajak kamu lari pagi tadi.", linzy menatap wajah paula dengan muram merasa tidak enak hati entah bagaimana biasanya linzy yang selalu bangun awal kini bisa bangun terlambat.

"Gak apa apa baby zy, masih ada hari lain kan", paula yang mengerti perubahan raut wajah puterinya memeluknya dengan gemas

Sedangkan keenam pria tersebut hanya menatap kedua wanita tersebut dengan tanda tanya

"Mama tadi malem tidur sekamar sama dia? ", tanya salah satu dari mereka, namun kelimanya ikut penasaran dan menatap kearah paula bersamaan

"Iya, mama kangen sama adik kamu, jadi mama tidur dikamarnya. Kenapa? Jisung nyari mama tadi malem?", yang ditanya hanya menggelengkan kepalanya membuat paula mengernyitkan keningnya bingung,

"Kalian besok jadi kan jemput renjun ke USA? Renjun jadi pulang kan? ", keenamnya mengangguk bersamaan sembari mengunyah sarapan mereka

Paula menghela nafasnya berat

"Mark coba tolong kamu hubungi paman daniel, ?",

"Buat apa?", tanyanya

"Besok mama harus susul papa kalian! Pagi pagi tadi papa nelfon mama. manusia itu! Kenapa dia harus bilang sedadakan ini. Gimana bisa aku ninggalin baby zy padahal dia baru aja dateng. Dia emang gak ngasih aku kesempatan buat ngabisin waktu sama baby atau apa! Aku juga gak akan bisa ninggalin baby zy sendirian juga, aku juga ga mungkin bawa baby zy ikut. Dia harus melanjutkan sekolahnya nanti disini", keenamnya seketika terdiam bahkan berhenti mengunyah makanannya sebentar, mencoba mencerna ucapan ibunya yang tengah berapi api

" ma aku besok harus ketemu klien penting, aku gak bisa ikut. biar mereka aja yang jemput renjun besok. Aku berangkat!", mark beranjak dari duduknya dan berlalu begitu saja.

Paula mengernyitkan keningnya dan menatap kearah linzy yang sedaritadi terdiam

"Memangnya besok dia masih kerja? Anak itu kayanya ga bisa menikmati hari weekend

Related chapters

  • SEVEN OWNERS   Seven owners - 05

    Nampak sebuah panggilan dimatikan oleh seorang diseberang sana, pria yang baru saja mendapatkan panggilannya langsung meletakkan ponselnya pada meja kerjanya. Dan kini beralih menuju jendela besar kantornya memperlihatkan pemandangan malam dijalan ibu kota. Pria tersebut menikmati pemandangan tersebut sembari memasukan kedua tangannya pada saku celana hitamnya. jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi, sudah berapa jam yang ia lalui hanya untuk mengurus beberapa berkas dokumen, serta laporan untuk pertemuannya pada rekan kerja pada perusahaan lain. Setelah semua yang ia lewati dan kini ia baru bisa bernafas dengan lega setelah semua hal yang melelahkan kini telah usai. Ia kembali mendudukan bokongnya pada kursi kerja dan menyandarkan tubuh tegapnya, matanya yang sengaja ia pejamkan mencoba menetralkan rasa lelahnya sepanjang hari, namun seketika ia teringat perkataan seseo

  • SEVEN OWNERS   Seven owners - 01

    HAI? its me linzy baby hazela, aku tahu ini tak penting tapi biarkan aku menceritakan tentang bagaimana keadaan ku secara singkat. saat ini sedang musim panas dan aku merasa kulitku seperti wagyu steak yang akan siap disantap. dan saat ini aku menghabiskan waktu yang tak lain tidur, membaca buku, dan menghabiskan lima permen kapas dalam sehari, sstt... jangan bilang ini pada ibuku atau dia akan menutup semua tempat permen kapas disini. membicarakan tentang ibuku aku sangat merindukannya, masakannya, dongeng sebelum tidur, serta kiss and hug, hey jangan bilang aku seperti anak kecil. karena aku harus jauh dari keluarga ku saat aku sekolah dasar disaat itu juga aku tidak begitu siap untuk berjauhan darinya. ayahku yang menyuruhku untuk bersekolah disini new york dan kini aku baru menginjak satu sekolah menengah pertama. ibuku selalu tak berhenti menanyakan kabar ku serta keadaanku disini. seharusnya tak ada yang perl

  • SEVEN OWNERS   Seven owners - 02

    "Linzy, yang itu biar aku aja.."Linzy masih sibuk berkutat pada ponselnya genggamnya yang kini baru saja mendapati pesan, fikirannya kini tak fokus, dan masih menatap benda persegi panjang tersebut. Bahkan seseorang memanggil namanya pun tak membuatnya bergeming.Perasaannya kini bercampur aduk antara senang, sedih, ragu, serta tak rela yang mendominasi. Linzy menggenggam erat ponselnya gelisah hingga sebuah tangan dipundaknya menyadarkan lamunannya"Linzy bagian kamu udah selesai, theo bilang sama aku di sekolah kamu ada urusan penting, jadi ini biar aku yang ngerjain ", linzy menggelengkan kepalanya dengan cepat"Gak apa apa ko jane gak usah difikirin, kita kerjain bareng bareng aja. Biar cepet selesai, maaf ya buat kalian ga nyaman", hingga salah satu dari mereka beranjak dari duduknyaValen, pria itu menggelengkan kepalanya tak setuju "Tapi sedikit lagi selesai kok, lagian bagian tugas kamu

  • SEVEN OWNERS   Seven owners - 03

    Suasana terasa sunyi, hanya derap langkah beberapa petugas yang tengah melayani penumpang serta suara mesin saat sedang akan take off.Keadaan memang terlihat lebih tenang. Namun tidak dengan perasaan serta raut wajahnya yang terasa bimbang dan gelisah. Dengan gorden jendela yang terbuka memperlihatkan dari balik kaca langit biru dan awan awan yang seperti kapas, sejenak ia merasa tenang karena sedari tadi pipi mulusnya dibanjiri oleh airmata dari awal saat keberangkatannya. Linzy, sejak menuju kebandara saat pagi pagi buta pun linzy melangkah dengan tak bergairah,Dengan koper besar serta tas abu abu miliknya yang ia bawa hingga mengenakan jaket denim hitam yang sedikit kebesaran ditubuhnya, jaket pemilik si pria membenci belajar. joe, sejak ia meminjamkannya jaket saat malam itu. Linzy sengaja tak mengembalikan pada pemiliknya, ia ingin memiliki barang terakhir untuk mengingat mereka nanti, linzy memeluk jaket tersebut menghirup ar

Latest chapter

  • SEVEN OWNERS   Seven owners - 05

    Nampak sebuah panggilan dimatikan oleh seorang diseberang sana, pria yang baru saja mendapatkan panggilannya langsung meletakkan ponselnya pada meja kerjanya. Dan kini beralih menuju jendela besar kantornya memperlihatkan pemandangan malam dijalan ibu kota. Pria tersebut menikmati pemandangan tersebut sembari memasukan kedua tangannya pada saku celana hitamnya. jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi, sudah berapa jam yang ia lalui hanya untuk mengurus beberapa berkas dokumen, serta laporan untuk pertemuannya pada rekan kerja pada perusahaan lain. Setelah semua yang ia lewati dan kini ia baru bisa bernafas dengan lega setelah semua hal yang melelahkan kini telah usai. Ia kembali mendudukan bokongnya pada kursi kerja dan menyandarkan tubuh tegapnya, matanya yang sengaja ia pejamkan mencoba menetralkan rasa lelahnya sepanjang hari, namun seketika ia teringat perkataan seseo

  • SEVEN OWNERS   Seven owners - 04

    Sudah sekitar sepuluh menit linzy melamun menatap layar ponselnya. Dilema perihal ia harus mengaktifkan atau tidak pada ponselnya. Ia sangat merindukan sahabatnya yang ia tinggal tanpa pamit namun disisi lain ia merasa ragu, bagaimana dengan respon mereka, apalagi ia tahu bagaimana dengan perasaan teman temannya terutama frisly yang pasti tidak berhentinya menangis selain itu ia takut karena hal itu ia berubah fikiran dan akan nekat kembali kesana, bagaimana bisa? Ia baru saja datang sudah sangat jelas ia tidak bisa kembali kesana. Bahkan sekarang ia dipindahkan untuk melanjutkan sekolahnya disini. Oh god! Bagaimana iniDan kini ia meletakkan ponselnya di atas nakas. Kemudian beralih membongkar isi kopernya memilih untuk memindahkan semua barang barang yang ia bawa, Saat ia akan mengambil make up miliknya s

  • SEVEN OWNERS   Seven owners - 03

    Suasana terasa sunyi, hanya derap langkah beberapa petugas yang tengah melayani penumpang serta suara mesin saat sedang akan take off.Keadaan memang terlihat lebih tenang. Namun tidak dengan perasaan serta raut wajahnya yang terasa bimbang dan gelisah. Dengan gorden jendela yang terbuka memperlihatkan dari balik kaca langit biru dan awan awan yang seperti kapas, sejenak ia merasa tenang karena sedari tadi pipi mulusnya dibanjiri oleh airmata dari awal saat keberangkatannya. Linzy, sejak menuju kebandara saat pagi pagi buta pun linzy melangkah dengan tak bergairah,Dengan koper besar serta tas abu abu miliknya yang ia bawa hingga mengenakan jaket denim hitam yang sedikit kebesaran ditubuhnya, jaket pemilik si pria membenci belajar. joe, sejak ia meminjamkannya jaket saat malam itu. Linzy sengaja tak mengembalikan pada pemiliknya, ia ingin memiliki barang terakhir untuk mengingat mereka nanti, linzy memeluk jaket tersebut menghirup ar

  • SEVEN OWNERS   Seven owners - 02

    "Linzy, yang itu biar aku aja.."Linzy masih sibuk berkutat pada ponselnya genggamnya yang kini baru saja mendapati pesan, fikirannya kini tak fokus, dan masih menatap benda persegi panjang tersebut. Bahkan seseorang memanggil namanya pun tak membuatnya bergeming.Perasaannya kini bercampur aduk antara senang, sedih, ragu, serta tak rela yang mendominasi. Linzy menggenggam erat ponselnya gelisah hingga sebuah tangan dipundaknya menyadarkan lamunannya"Linzy bagian kamu udah selesai, theo bilang sama aku di sekolah kamu ada urusan penting, jadi ini biar aku yang ngerjain ", linzy menggelengkan kepalanya dengan cepat"Gak apa apa ko jane gak usah difikirin, kita kerjain bareng bareng aja. Biar cepet selesai, maaf ya buat kalian ga nyaman", hingga salah satu dari mereka beranjak dari duduknyaValen, pria itu menggelengkan kepalanya tak setuju "Tapi sedikit lagi selesai kok, lagian bagian tugas kamu

  • SEVEN OWNERS   Seven owners - 01

    HAI? its me linzy baby hazela, aku tahu ini tak penting tapi biarkan aku menceritakan tentang bagaimana keadaan ku secara singkat. saat ini sedang musim panas dan aku merasa kulitku seperti wagyu steak yang akan siap disantap. dan saat ini aku menghabiskan waktu yang tak lain tidur, membaca buku, dan menghabiskan lima permen kapas dalam sehari, sstt... jangan bilang ini pada ibuku atau dia akan menutup semua tempat permen kapas disini. membicarakan tentang ibuku aku sangat merindukannya, masakannya, dongeng sebelum tidur, serta kiss and hug, hey jangan bilang aku seperti anak kecil. karena aku harus jauh dari keluarga ku saat aku sekolah dasar disaat itu juga aku tidak begitu siap untuk berjauhan darinya. ayahku yang menyuruhku untuk bersekolah disini new york dan kini aku baru menginjak satu sekolah menengah pertama. ibuku selalu tak berhenti menanyakan kabar ku serta keadaanku disini. seharusnya tak ada yang perl

DMCA.com Protection Status