Suasana terasa sunyi, hanya derap langkah beberapa petugas yang tengah melayani penumpang serta suara mesin saat sedang akan take off.
Keadaan memang terlihat lebih tenang. Namun tidak dengan perasaan serta raut wajahnya yang terasa bimbang dan gelisah. Dengan gorden jendela yang terbuka memperlihatkan dari balik kaca langit biru dan awan awan yang seperti kapas, sejenak ia merasa tenang karena sedari tadi pipi mulusnya dibanjiri oleh airmata dari awal saat keberangkatannya. Linzy, sejak menuju kebandara saat pagi pagi buta pun linzy melangkah dengan tak bergairah,Dengan koper besar serta tas abu abu miliknya yang ia bawa hingga mengenakan jaket denim hitam yang sedikit kebesaran ditubuhnya, jaket pemilik si pria membenci belajar. joe, sejak ia meminjamkannya jaket saat malam itu. Linzy sengaja tak mengembalikan pada pemiliknya, ia ingin memiliki barang terakhir untuk mengingat mereka nanti, linzy memeluk jaket tersebut menghirup aroma khas dari laki laki tersebut yang tidak hilang meski semalam ia sudah mengenakannya.
Ia kembali teringat saat pagi pagi buta dengan gerakan cepat namun tidak membuat keributan agar sahabatnya tidak terbangun, mengemas barangnya kedalam koper. Sebelum pergi linzy menempelkan dua lembar sticky note pada pintu kamar. Lalu sebentar menolehkan kepalanya jam dinding mengingat sudah waktunya untuk jam berangkatnya."Frisly, sharon, theo, joe, althaf, zweitson. Maafin zizy. Zizy janji nanti ketemu kalian lagi, semoga kalian gak marah sama zizy", gumamnya menahan dirinya agar tidak tumbang kembali
❀✿ ❀✿
" udah fris, lo tenangin diri dulu. ", ujar althaf yang mencoba menenangkan dirinya, namun yang terjadi justru ia terus menangis tanpa berhenti
Pagi pagi ini mereka sedang berada di kafe milik althaf yang tak jauh dari bandara, sejak linzy sudah pergi meninggalkan mereka hingga saat terbangun sharon menemukan sticky note yang ditempelkan dipintu. Tanpa berfikir panjang keduanya membangun keempat temannya dan bergegas mengejar linzy kebandara. Hingga semuanya terlambat ia sudah pegi, ya sudah pergi meninggalkan mereka.
Hingga saat ini mereka semua membolos untuk kesekolah, karena sudah terlambat selain itu sangat tidak mood rasanya untuk menyerap pelajaran disaat hari menyedihkan seperti iniSharon pun tak berhentinya memeluk frisly yang sama sama sedang tersendu. Sedangkan keempat lainnya hanya memasang wajah datar terlihat menahan rasa tak rela yang dipendamnya, tentu saja linzy adalah sahabat kesayangannya yang dianggap sebagai adik karena dari segi usia pun linzy yang paling muda dari keenamnya. Meskipun hanya sharon dan joe adalah teman kelas dan seangkatannya.
Joe seketika mengerutkan keningnya mencoba mengingat sesuatu
"Gue sadar sih kemaren malem tingkahnya linzy aneh banget. ", kelima temannya sontak menoleh kearahnya. Dan mereka juga ikut mengingat sesuatu tadi malam."Iya, kemaren si linzy juga ngeliatin gue lagi ngabisin puding sisa kemaren tuh, gue sempet mikir dia abis minum ditempat temennya. Kalo bener niatnya selesai makan pengen gue kasih shower biar sadar, tapi dia malah meluk gue, sampe makan gue abis dia baru balik kekamar kayanya. ", masing masing dari mereka mengingat tingkat aneh dari linzy termasuk frisly dan sharon yang melihat linzy menangis dan memeluk mereka saat tidur. Mereka sadar hanya saja tak sanggup membuka matanya dengan penuh, entah mereka hanya bingung dan hanya melihat apa yang dilakukan olehnya.
Zweitson mengingat saat mereka tengah sibuk untuk perawatan wajah dengan berbagai macam skincare, termasuk saat salah memakai foundation make up milik linzy yang disangka sebagai masker. Ya karena awamnya pengetahuan tentang skincare atau hal lainnya semacam itu. Sedangkan theo mengingat saat linzy yang sedang menekukkan kedua kakinya dengan ponsel yang digenggamnya, dengan rasa penasaran. Mengapa ia berada disana saat malam ini udara terasa sangat dingin yang kejam. Hingga theo tak menyangka dengan kejadian malam tersebut. Itu pertama dan terakhir kali melihat gadis itu serta melihat linzy sesedih itu. Mungkin ini tangisan yang dimaksud, karena kepergiannya. Andai ia tahu ia rela terjaga hingga matahari terbit hanya untuk menahannya, dan sama halnya dengan linzy yang sangat tidak rela untuk pergi meninggalkan orang orang tersayangnya
Hingga sudah lebih dari enam jam, linzy berdiri menunggu sebuah mobil yang dikabarkan akan menjemputnya, hingga terdengar suara yang memanggilnya. Disebuah kursi mini yang dimuati oleh dua orang terdengar suara wanita paruh baya menyuruhnya untuk duduk disebelahnya.
Linzy dengan polosnya mengangguk dan menghampiri kursi kosong tersebut sembari mobil itu datang.Wanita tersebut tersenyum dengan lembut serta menyodorkan botol minum yang masih baru
"Semuanya akan baik baik aja nak, kamu anak baik. Taqdir akan membawamu pada hal yang baik untukmu juga", linzy menatap bingung namun ia hanya tersenyum dan menganggukan kepalanya saja."Terimakasih bibi minumannya, bibi juga orang baik ", wanita tersenyum tersenyum lebar hingga terlihat beberapa kerutan diwajahnya. Wanita tersebut mengusap lembut surai rambut hitam pekat miliknya
"Jangan terlalu memikirkan segala masalah yang akan atau sudah terjadi nak. Kamu terlalu muda untuk memikirkan semua itu. Percayalah hidup itu seperti obat yang pahit yang harus kamu telan jika kamu ingin sembuh. ", linzy mengangguk kembali dengan mata bulatnya bak anak anjing yang terlihat lucu. Wanita tersebut mengusap lembut bibi gadis tersebut hingga suara bariton menyadarkan mereka
"Nona linzy?, ayo kita pulang, Mereka sudah menunggu", linzy menoleh memandangnya datar, entah mengapa ia ingin lama berada bersama dengan wanita itu. Ia segera pamit padanya sebelum akhirnya ia berjalan masuk kedalam mobil. Ah dia berharap untuk bisa bertemu dengannya lagi
Didalam linzy diam membisu matanya hanya menatap kejendela memandang jalan raya kota yang terlihat begitu ramai. Kendaraan cukup padat serta beberapa pengunjung yang tengah singgah disebuah kedai pinggir jalan,
Linzy berkhayal bagaimana suasana nanti saat ia mengajak sahabatnya ke negeranya ini. Bersenang senang dan menghabiskan waktu dengan hal konyol lainnya. Ah betapa tak sabarnya.Sudah hampir beberapa jam ia memikirkan rencana tersebut hingga tak sadar mobil sudah memasuki sebuah mansion bernuansa elegan. Dan saat mobil terhenti terlihat beberapa orang berdiri untuk menyambut kedatangannya. Hingga saat linzy membuka pintu mobil memandang penjuru sekitar yang seakan sedikit asing karena beberapa perubahan saat beberapa tahun ia pernah tinggal.Hingga ia terkejut saat seseorang secara tiba tiba memeluknya dengan erat seolah tak memberinya celah sedikitpun, dan tersadar seseorang yang kini memeluknya ialah wanita tercantik baginya, sosok lembut yang menjadi panutan untuknya. Sekaligus wanita yang sangat dia rindukan saat ia harus menempuh pendidikan di negeri asing, paula amertta. Cinta pertamanya"Mama kangen kamu dear! Mama senang papa izinin kamu pulang", sudah beberapa tahun tak bertemu jelas membuat wanita setengah baya tersebut menumpahkan segala kerinduannya.
Linzy membalas pelukannya sama sama untuk melepaskan segala kerinduannya. Hingga beberapa orang yang melihatnya pun ikut terharu. Puteri satu satunya mereka kembali.Paula melepaskan pelukannya dan beralih merangkul puteri kesayangannya. Mengajaknya untuk masuk kedalam. Linzy tak banyak bicara ia hanya tersenyum pada paula. Yang benar saja dia dipindahkan dan bersekolah di new york saat ia menduduki sekolah dasar yang masih memiliki ingatan yang samar namun ia terpaksa harus terlepas dari pelukan ibunya, hingga sekarang ia kembali pulang entah mengapa rasanya begitu canggung. Bukankah itu bukan waktu yang lama? Tapi entahlah
"Jeno udahan! Gue mau main. Kenapa lo ga d******d aja sih di hp sendiri",
Terdengar keributan saat linzy mulai mendekat kearah pintu. Ya, bukannya ini juga yang dinantikan? Ayolah kenapa ia justru merasa gugup.
"Mark, jeno, jisung, chenlee, chanie, jaemin berhenti bercandanya. Liat, adik kalian sudah pulang. Bukannya kalian menunggunya?
Yak, tepat detik ini linzy sudah berdiri didepan mereka yang semula ribut kini menjadi sunyi dan menatap kompak kearahnya. Dengan berbagai ekspresi dari datar, hingga smirk. Ekspresi apa apaan itu. Ah entah mengapa ia merasa sesuatu yang buruk akan terjadi.
"Linzy kamu ikut gabung dulu sama kakak ya. Mama siapin kue kering kesukaan kamu dulu. Duduk linzy ", titah paula
Matilah dia, bagaimana bisa ia melakukan itu dengan suasana secanggung ini. Dan yang terpenting. Mengapa mereka semua masih memandangnya bahkan tak beralih sedikitpun.
Oh god! Andai pintu ajaib kemana saja benar benar ada ia ingin lebih lama di new york saja"terlalu lama di new york sampai kamu lupa bahasa sendiri? Apa aku harus menerjemahkan arti dari kata duduk buat kamu?", sarkasnya
"Hah??"
•••
Sudah sekitar sepuluh menit linzy melamun menatap layar ponselnya. Dilema perihal ia harus mengaktifkan atau tidak pada ponselnya. Ia sangat merindukan sahabatnya yang ia tinggal tanpa pamit namun disisi lain ia merasa ragu, bagaimana dengan respon mereka, apalagi ia tahu bagaimana dengan perasaan teman temannya terutama frisly yang pasti tidak berhentinya menangis selain itu ia takut karena hal itu ia berubah fikiran dan akan nekat kembali kesana, bagaimana bisa? Ia baru saja datang sudah sangat jelas ia tidak bisa kembali kesana. Bahkan sekarang ia dipindahkan untuk melanjutkan sekolahnya disini. Oh god! Bagaimana iniDan kini ia meletakkan ponselnya di atas nakas. Kemudian beralih membongkar isi kopernya memilih untuk memindahkan semua barang barang yang ia bawa, Saat ia akan mengambil make up miliknya s
Nampak sebuah panggilan dimatikan oleh seorang diseberang sana, pria yang baru saja mendapatkan panggilannya langsung meletakkan ponselnya pada meja kerjanya. Dan kini beralih menuju jendela besar kantornya memperlihatkan pemandangan malam dijalan ibu kota. Pria tersebut menikmati pemandangan tersebut sembari memasukan kedua tangannya pada saku celana hitamnya. jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi, sudah berapa jam yang ia lalui hanya untuk mengurus beberapa berkas dokumen, serta laporan untuk pertemuannya pada rekan kerja pada perusahaan lain. Setelah semua yang ia lewati dan kini ia baru bisa bernafas dengan lega setelah semua hal yang melelahkan kini telah usai. Ia kembali mendudukan bokongnya pada kursi kerja dan menyandarkan tubuh tegapnya, matanya yang sengaja ia pejamkan mencoba menetralkan rasa lelahnya sepanjang hari, namun seketika ia teringat perkataan seseo
HAI? its me linzy baby hazela, aku tahu ini tak penting tapi biarkan aku menceritakan tentang bagaimana keadaan ku secara singkat. saat ini sedang musim panas dan aku merasa kulitku seperti wagyu steak yang akan siap disantap. dan saat ini aku menghabiskan waktu yang tak lain tidur, membaca buku, dan menghabiskan lima permen kapas dalam sehari, sstt... jangan bilang ini pada ibuku atau dia akan menutup semua tempat permen kapas disini. membicarakan tentang ibuku aku sangat merindukannya, masakannya, dongeng sebelum tidur, serta kiss and hug, hey jangan bilang aku seperti anak kecil. karena aku harus jauh dari keluarga ku saat aku sekolah dasar disaat itu juga aku tidak begitu siap untuk berjauhan darinya. ayahku yang menyuruhku untuk bersekolah disini new york dan kini aku baru menginjak satu sekolah menengah pertama. ibuku selalu tak berhenti menanyakan kabar ku serta keadaanku disini. seharusnya tak ada yang perl
"Linzy, yang itu biar aku aja.."Linzy masih sibuk berkutat pada ponselnya genggamnya yang kini baru saja mendapati pesan, fikirannya kini tak fokus, dan masih menatap benda persegi panjang tersebut. Bahkan seseorang memanggil namanya pun tak membuatnya bergeming.Perasaannya kini bercampur aduk antara senang, sedih, ragu, serta tak rela yang mendominasi. Linzy menggenggam erat ponselnya gelisah hingga sebuah tangan dipundaknya menyadarkan lamunannya"Linzy bagian kamu udah selesai, theo bilang sama aku di sekolah kamu ada urusan penting, jadi ini biar aku yang ngerjain ", linzy menggelengkan kepalanya dengan cepat"Gak apa apa ko jane gak usah difikirin, kita kerjain bareng bareng aja. Biar cepet selesai, maaf ya buat kalian ga nyaman", hingga salah satu dari mereka beranjak dari duduknyaValen, pria itu menggelengkan kepalanya tak setuju "Tapi sedikit lagi selesai kok, lagian bagian tugas kamu
Nampak sebuah panggilan dimatikan oleh seorang diseberang sana, pria yang baru saja mendapatkan panggilannya langsung meletakkan ponselnya pada meja kerjanya. Dan kini beralih menuju jendela besar kantornya memperlihatkan pemandangan malam dijalan ibu kota. Pria tersebut menikmati pemandangan tersebut sembari memasukan kedua tangannya pada saku celana hitamnya. jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi, sudah berapa jam yang ia lalui hanya untuk mengurus beberapa berkas dokumen, serta laporan untuk pertemuannya pada rekan kerja pada perusahaan lain. Setelah semua yang ia lewati dan kini ia baru bisa bernafas dengan lega setelah semua hal yang melelahkan kini telah usai. Ia kembali mendudukan bokongnya pada kursi kerja dan menyandarkan tubuh tegapnya, matanya yang sengaja ia pejamkan mencoba menetralkan rasa lelahnya sepanjang hari, namun seketika ia teringat perkataan seseo
Sudah sekitar sepuluh menit linzy melamun menatap layar ponselnya. Dilema perihal ia harus mengaktifkan atau tidak pada ponselnya. Ia sangat merindukan sahabatnya yang ia tinggal tanpa pamit namun disisi lain ia merasa ragu, bagaimana dengan respon mereka, apalagi ia tahu bagaimana dengan perasaan teman temannya terutama frisly yang pasti tidak berhentinya menangis selain itu ia takut karena hal itu ia berubah fikiran dan akan nekat kembali kesana, bagaimana bisa? Ia baru saja datang sudah sangat jelas ia tidak bisa kembali kesana. Bahkan sekarang ia dipindahkan untuk melanjutkan sekolahnya disini. Oh god! Bagaimana iniDan kini ia meletakkan ponselnya di atas nakas. Kemudian beralih membongkar isi kopernya memilih untuk memindahkan semua barang barang yang ia bawa, Saat ia akan mengambil make up miliknya s
Suasana terasa sunyi, hanya derap langkah beberapa petugas yang tengah melayani penumpang serta suara mesin saat sedang akan take off.Keadaan memang terlihat lebih tenang. Namun tidak dengan perasaan serta raut wajahnya yang terasa bimbang dan gelisah. Dengan gorden jendela yang terbuka memperlihatkan dari balik kaca langit biru dan awan awan yang seperti kapas, sejenak ia merasa tenang karena sedari tadi pipi mulusnya dibanjiri oleh airmata dari awal saat keberangkatannya. Linzy, sejak menuju kebandara saat pagi pagi buta pun linzy melangkah dengan tak bergairah,Dengan koper besar serta tas abu abu miliknya yang ia bawa hingga mengenakan jaket denim hitam yang sedikit kebesaran ditubuhnya, jaket pemilik si pria membenci belajar. joe, sejak ia meminjamkannya jaket saat malam itu. Linzy sengaja tak mengembalikan pada pemiliknya, ia ingin memiliki barang terakhir untuk mengingat mereka nanti, linzy memeluk jaket tersebut menghirup ar
"Linzy, yang itu biar aku aja.."Linzy masih sibuk berkutat pada ponselnya genggamnya yang kini baru saja mendapati pesan, fikirannya kini tak fokus, dan masih menatap benda persegi panjang tersebut. Bahkan seseorang memanggil namanya pun tak membuatnya bergeming.Perasaannya kini bercampur aduk antara senang, sedih, ragu, serta tak rela yang mendominasi. Linzy menggenggam erat ponselnya gelisah hingga sebuah tangan dipundaknya menyadarkan lamunannya"Linzy bagian kamu udah selesai, theo bilang sama aku di sekolah kamu ada urusan penting, jadi ini biar aku yang ngerjain ", linzy menggelengkan kepalanya dengan cepat"Gak apa apa ko jane gak usah difikirin, kita kerjain bareng bareng aja. Biar cepet selesai, maaf ya buat kalian ga nyaman", hingga salah satu dari mereka beranjak dari duduknyaValen, pria itu menggelengkan kepalanya tak setuju "Tapi sedikit lagi selesai kok, lagian bagian tugas kamu
HAI? its me linzy baby hazela, aku tahu ini tak penting tapi biarkan aku menceritakan tentang bagaimana keadaan ku secara singkat. saat ini sedang musim panas dan aku merasa kulitku seperti wagyu steak yang akan siap disantap. dan saat ini aku menghabiskan waktu yang tak lain tidur, membaca buku, dan menghabiskan lima permen kapas dalam sehari, sstt... jangan bilang ini pada ibuku atau dia akan menutup semua tempat permen kapas disini. membicarakan tentang ibuku aku sangat merindukannya, masakannya, dongeng sebelum tidur, serta kiss and hug, hey jangan bilang aku seperti anak kecil. karena aku harus jauh dari keluarga ku saat aku sekolah dasar disaat itu juga aku tidak begitu siap untuk berjauhan darinya. ayahku yang menyuruhku untuk bersekolah disini new york dan kini aku baru menginjak satu sekolah menengah pertama. ibuku selalu tak berhenti menanyakan kabar ku serta keadaanku disini. seharusnya tak ada yang perl