HAI? its me linzy baby hazela, aku tahu ini tak penting tapi biarkan aku menceritakan tentang bagaimana keadaan ku secara singkat. saat ini sedang musim panas dan aku merasa kulitku seperti wagyu steak yang akan siap disantap. dan saat ini aku menghabiskan waktu yang tak lain tidur, membaca buku, dan menghabiskan lima permen kapas dalam sehari, sstt... jangan bilang ini pada ibuku atau dia akan menutup semua tempat permen kapas disini. membicarakan tentang ibuku aku sangat merindukannya, masakannya, dongeng sebelum tidur, serta kiss and hug, hey jangan bilang aku seperti anak kecil. karena aku harus jauh dari keluarga ku saat aku sekolah dasar disaat itu juga aku tidak begitu siap untuk berjauhan darinya. ayahku yang menyuruhku untuk bersekolah disini new york dan kini aku baru menginjak satu sekolah menengah pertama. ibuku selalu tak berhenti menanyakan kabar ku serta keadaanku disini. seharusnya tak ada yang perlu dikhawatirkan dari ku. aku merasa sangat baik baik saja bahkan semua orang terasa friendly dan humble padaku. ah tangan ku sangat pegal mungkin aku akan melanjutkan menulis blog ku nanti. see u aku harap kalian juga bahagia..
❀✿ ❀✿
''ngapain masih disini zy? kita udah mesenin kamu makanan dikantin, tapi kamu gak dateng dateng,'' ujar salah satu dari mereka
dan kini ia mulai menghampirinya dengan beberapa makanan ditangannya serta satu botol minum air mineral
''Kamu belum makan zy, makanya aku bawain buat kamu,'' ujar gadis berambut sebahu dengan menyerahkan makanannya dimeja miliknya, melihat hal itu linzy mengucapkan terimakasih serta mengulas senyumnya lebar himgga terlihat lesung pipinya. sejujurnya ini bukan sekali atau dua kali mereka memperlakukannya seperti ini. ia merasa menghangat saat berada bersama merekadan salah satu pria yang terlihat baru mengganti baju basketnya dengan seragamnya kini merangkulnya hingga linzy telihat sedikit meronta meronta. dan mereka pun ikut tertawa melihat tingkah keduanya, serta gadis disebelahnya pun mengambil makanan yang ia bawa dari kantin tersebut dan memasukanya kedalam mulut linzy ''lain kali kalo bosen jalan bilang, gue sangat siap kok seret lo kekantin. '' godanya yang mengundang tawa teman teman yang lain
linzy mengerucutkan bibirnya, dan memukulnya pelan
''theo! Yang ada pas sampe kantin zy bisa jadi kuyang. Sisa organ zy udah kegesek pas theo seret ke jalan aspal'' balasnya sembari mengunyah makanan dimulutnya, serta mengambil makanannya sendiri dimeja untuk disantapnya kembali. Linzy sudah terlanjur nyaman disini. Dan sangat diterima dan juga dicintai, andai, andai saja ini kota kelahirannya dan ia sedang tidak menjalani pendidikan di negeri kelahiran orang lain, ia akan memilih bersama dengan mereka saja setiap detik, tak peduli jika mereka semua sudah memiliki kekasih, hey aku yang pertama mengenal mereka, itulah yang selalu linzy akan katakan jika ada yang bertanya,"Emangnya organ tubuh lo terbuat dari sterofoam apa gimana sih zy? Ya kali Kegesek dikit langsung jadi salju saljuan", ujar pria dengan permen dimulutnya
Linzy menarik tangan pria tersebut bermaksud akan menggigitnya geram namun tak mau kalah pria tersebut menarik tangannya dan juga mengikuti tingkah linzy yang mencoba menggigit lengannya.
Hingga tak berlangsung lama linzy berhasil menghabiskan makanan yang dipesannya. Walaupun ia dari awal sudah kenyang karena sudah menyantap bekal pagi yang dibawa oleh theo maupun frisly, gadis yang tadi membawa makanan untuknya saat dikantin, bayangkan saja dua porsi kotak makanan yang lumayan banyak harus ia santap sendiri apalagi linzy sangat jarang sekali sarapan dipagi hari, entah dari dulu ia memang tidak menyukai sarapan sebelum berangkat kesekolah. Sangat tidak berselera katanya.
Tentang theo dan frisly, keempat teman lainnya saat ini seperti althaf, sharon, joe, serta zweitson tingkahnya juga tak kalah uniknya.Frisly yang berperan seperti kakak perempuan, theo yang selalu tak pernah berhenti menggodanya, althaf yang sering menjemput dan mengantarnya pulang dengan mobilnya ya walaupun bukan dia yang membawanya, sharon dan joe yang selalu berlomba datang pagi hanya untuk duduk di samping linzy serta zweitson pria playboy seantero sekolah, ya semua orang sudah tahu tentang itu namun entah mengapa masih banyak saja perempuan yang ingin memilikinya meskipun tahu dia bukan menjadi satu satunya. Ah mungkin karena rupanya. Karena dari keempat pria ini memang zweitson dengan pesona yang tak terbantahkan. Meskipun begitu dia menjadi orang pertama yang selalu siap membantu linzy, sahabatnya saat dibutuhkan bahkan saat linzy tak membutuhkan sesuatu zweitson selalu menawarkan diri untuk membantunya, sudah tahu tidak ada yang perlu dibantu. Namun pernah saat itu zweitson memaksa linzy untuk membantu dia apapun itu. Dan tentu saja linzy menolak karena memang tak ada yang harus dibantu. Namun zweitson tetep kekeh, hingga matanya menangkap tas abu abu miliknya dan mengeluarkan semua buku diatas meja, membuka satu persatu buku tersebut dan kalian tahu? Ya dia mengerjakan semua tugas tugas yang dilantarkan oleh linzy, ralat semua mata pelajaran. Entahlah pria ini bisa dikatakan apa, dibilang buruk pun juga tidak. Dibilang baik pun ia buruk karena tidak bisa sekali setia pada satu gadis.Entahlah.
Linzy membersihkan sampah makanannya untuk segera dibuang sebelum kegiatan belajar dimulai kembali, namun dihentikan oleh zweitson yang sudah mengambil alih sampah makanannya
"Gue aja! ", linzy menggeleng kan kepalanya ia tidak terlalu suka pria itu memperlakukannya seperti ini. Ia merasa tidak enak! Namun saat linzy bertanya hanya jawaban yang tak masuk akal yang ia dapatkan kamu anak kecil dan kamu harus dimanjakan.Pria tersebut sudah pergi dan membawa sampah makanannya keluar. Ah apa ini yang dinamakan keberuntungan yang sangat berlebihan, mereka semua bahkan tak pantas disebut teman atau sahabat melainkan keluarga"ayah gue mau ngurus bisnis kejepang, lo semua gue undang malem ini nginep ke istananya theo leonardo! ", seru theo
"Tanpa lo undang kita juga dateng. ", sela sharon
" gue juga mau ngelanjutin game kemaren, nanggung banget padahal tapi si zweitson malah nelfon gue nyuruh pulang buat belajar. Emang, dia suka banget liat gue menderita", timpah joe dengan wajah suramnya hingga sebuah ia merasakan sebuah tangan menyentuh pundaknya
"Joe! gue kasian ama lo setiap ada pengulangan materi kepala lo cosplay jadi kipas angin yang kepalanya dipencet muter kanan kiri! Bikin adem engga yang ada pengen gue tarik tombol muternya kalo bisa gue pantek tuh leher ", balas zweitson yang sudah kembali dari luar. Dan medapati joe yang sedang membicarakan dirinya
Melihat ekspresi joe yang diam seribu bahasa membuat keenam temannya tertawa termasuk sharon dengan tawanya yang nyaring, dia memang suka melihat joe ternistakan seperti ini oleh temannya.
Linzy yang mengingat ajakan theo, mengangkat suaranya dengan ragu
"Kalian duluan aja ya, zy ada tugas kelompok sama valen sama yang lain juga nanti. Tapi kalo udah selesai zy siap siap mau rapihin baju sama perlengkapan lain. Tapi zy agak telatan ga masalah kan?.Theo dengan cepat menggelengkan kepalanya tak setuju
"Gak! Nanti pulang sekolah gue ngomong sama valen buat minta bagian tugas yang harus lo kerjain. Nanti kita kerjain bareng masalah perlengkapan lo semua udah sedia dirumah gue, perlengkapan mandi, baju, pakaian dalem udah gue siapin buat lo semua. Tinggal pilih aja ukuran ukuran kalian", semua mengangguk setuju" iya apalagi appartemen kamu jauh dari kita kan zy, biar nanti zweitson bareng kamu aja ya berangkatnya ", timpah frisly yang dibalas anggukan oleh zweitson
Althaf yang mendengar hal itu membelalakan matanya, dan menatap tajam kearah frisly
" gue aja, gue yang biasa berangkat pulang bareng dia fris. Iya kan zy?", ujar althaf menatap kearah linzy dengan puppy eyesnya"Udah udah! Biarin zy selesain tugas kelompok zy dulu. Ini tanggung jawab zy. Nanti selesai zy langsung kerumah theo. Ga perlu ada yang jemput zy, kalian tunggu aja disana", semuanya mengangguk lemah serta althaf dan zweitson yang terdiam namun tidak dengan tatapan serta kaki mereka yang saling beradu. Ya mereka saling menyalahkan
•••
"Linzy, yang itu biar aku aja.."Linzy masih sibuk berkutat pada ponselnya genggamnya yang kini baru saja mendapati pesan, fikirannya kini tak fokus, dan masih menatap benda persegi panjang tersebut. Bahkan seseorang memanggil namanya pun tak membuatnya bergeming.Perasaannya kini bercampur aduk antara senang, sedih, ragu, serta tak rela yang mendominasi. Linzy menggenggam erat ponselnya gelisah hingga sebuah tangan dipundaknya menyadarkan lamunannya"Linzy bagian kamu udah selesai, theo bilang sama aku di sekolah kamu ada urusan penting, jadi ini biar aku yang ngerjain ", linzy menggelengkan kepalanya dengan cepat"Gak apa apa ko jane gak usah difikirin, kita kerjain bareng bareng aja. Biar cepet selesai, maaf ya buat kalian ga nyaman", hingga salah satu dari mereka beranjak dari duduknyaValen, pria itu menggelengkan kepalanya tak setuju "Tapi sedikit lagi selesai kok, lagian bagian tugas kamu
Suasana terasa sunyi, hanya derap langkah beberapa petugas yang tengah melayani penumpang serta suara mesin saat sedang akan take off.Keadaan memang terlihat lebih tenang. Namun tidak dengan perasaan serta raut wajahnya yang terasa bimbang dan gelisah. Dengan gorden jendela yang terbuka memperlihatkan dari balik kaca langit biru dan awan awan yang seperti kapas, sejenak ia merasa tenang karena sedari tadi pipi mulusnya dibanjiri oleh airmata dari awal saat keberangkatannya. Linzy, sejak menuju kebandara saat pagi pagi buta pun linzy melangkah dengan tak bergairah,Dengan koper besar serta tas abu abu miliknya yang ia bawa hingga mengenakan jaket denim hitam yang sedikit kebesaran ditubuhnya, jaket pemilik si pria membenci belajar. joe, sejak ia meminjamkannya jaket saat malam itu. Linzy sengaja tak mengembalikan pada pemiliknya, ia ingin memiliki barang terakhir untuk mengingat mereka nanti, linzy memeluk jaket tersebut menghirup ar
Sudah sekitar sepuluh menit linzy melamun menatap layar ponselnya. Dilema perihal ia harus mengaktifkan atau tidak pada ponselnya. Ia sangat merindukan sahabatnya yang ia tinggal tanpa pamit namun disisi lain ia merasa ragu, bagaimana dengan respon mereka, apalagi ia tahu bagaimana dengan perasaan teman temannya terutama frisly yang pasti tidak berhentinya menangis selain itu ia takut karena hal itu ia berubah fikiran dan akan nekat kembali kesana, bagaimana bisa? Ia baru saja datang sudah sangat jelas ia tidak bisa kembali kesana. Bahkan sekarang ia dipindahkan untuk melanjutkan sekolahnya disini. Oh god! Bagaimana iniDan kini ia meletakkan ponselnya di atas nakas. Kemudian beralih membongkar isi kopernya memilih untuk memindahkan semua barang barang yang ia bawa, Saat ia akan mengambil make up miliknya s
Nampak sebuah panggilan dimatikan oleh seorang diseberang sana, pria yang baru saja mendapatkan panggilannya langsung meletakkan ponselnya pada meja kerjanya. Dan kini beralih menuju jendela besar kantornya memperlihatkan pemandangan malam dijalan ibu kota. Pria tersebut menikmati pemandangan tersebut sembari memasukan kedua tangannya pada saku celana hitamnya. jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi, sudah berapa jam yang ia lalui hanya untuk mengurus beberapa berkas dokumen, serta laporan untuk pertemuannya pada rekan kerja pada perusahaan lain. Setelah semua yang ia lewati dan kini ia baru bisa bernafas dengan lega setelah semua hal yang melelahkan kini telah usai. Ia kembali mendudukan bokongnya pada kursi kerja dan menyandarkan tubuh tegapnya, matanya yang sengaja ia pejamkan mencoba menetralkan rasa lelahnya sepanjang hari, namun seketika ia teringat perkataan seseo
Nampak sebuah panggilan dimatikan oleh seorang diseberang sana, pria yang baru saja mendapatkan panggilannya langsung meletakkan ponselnya pada meja kerjanya. Dan kini beralih menuju jendela besar kantornya memperlihatkan pemandangan malam dijalan ibu kota. Pria tersebut menikmati pemandangan tersebut sembari memasukan kedua tangannya pada saku celana hitamnya. jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi, sudah berapa jam yang ia lalui hanya untuk mengurus beberapa berkas dokumen, serta laporan untuk pertemuannya pada rekan kerja pada perusahaan lain. Setelah semua yang ia lewati dan kini ia baru bisa bernafas dengan lega setelah semua hal yang melelahkan kini telah usai. Ia kembali mendudukan bokongnya pada kursi kerja dan menyandarkan tubuh tegapnya, matanya yang sengaja ia pejamkan mencoba menetralkan rasa lelahnya sepanjang hari, namun seketika ia teringat perkataan seseo
Sudah sekitar sepuluh menit linzy melamun menatap layar ponselnya. Dilema perihal ia harus mengaktifkan atau tidak pada ponselnya. Ia sangat merindukan sahabatnya yang ia tinggal tanpa pamit namun disisi lain ia merasa ragu, bagaimana dengan respon mereka, apalagi ia tahu bagaimana dengan perasaan teman temannya terutama frisly yang pasti tidak berhentinya menangis selain itu ia takut karena hal itu ia berubah fikiran dan akan nekat kembali kesana, bagaimana bisa? Ia baru saja datang sudah sangat jelas ia tidak bisa kembali kesana. Bahkan sekarang ia dipindahkan untuk melanjutkan sekolahnya disini. Oh god! Bagaimana iniDan kini ia meletakkan ponselnya di atas nakas. Kemudian beralih membongkar isi kopernya memilih untuk memindahkan semua barang barang yang ia bawa, Saat ia akan mengambil make up miliknya s
Suasana terasa sunyi, hanya derap langkah beberapa petugas yang tengah melayani penumpang serta suara mesin saat sedang akan take off.Keadaan memang terlihat lebih tenang. Namun tidak dengan perasaan serta raut wajahnya yang terasa bimbang dan gelisah. Dengan gorden jendela yang terbuka memperlihatkan dari balik kaca langit biru dan awan awan yang seperti kapas, sejenak ia merasa tenang karena sedari tadi pipi mulusnya dibanjiri oleh airmata dari awal saat keberangkatannya. Linzy, sejak menuju kebandara saat pagi pagi buta pun linzy melangkah dengan tak bergairah,Dengan koper besar serta tas abu abu miliknya yang ia bawa hingga mengenakan jaket denim hitam yang sedikit kebesaran ditubuhnya, jaket pemilik si pria membenci belajar. joe, sejak ia meminjamkannya jaket saat malam itu. Linzy sengaja tak mengembalikan pada pemiliknya, ia ingin memiliki barang terakhir untuk mengingat mereka nanti, linzy memeluk jaket tersebut menghirup ar
"Linzy, yang itu biar aku aja.."Linzy masih sibuk berkutat pada ponselnya genggamnya yang kini baru saja mendapati pesan, fikirannya kini tak fokus, dan masih menatap benda persegi panjang tersebut. Bahkan seseorang memanggil namanya pun tak membuatnya bergeming.Perasaannya kini bercampur aduk antara senang, sedih, ragu, serta tak rela yang mendominasi. Linzy menggenggam erat ponselnya gelisah hingga sebuah tangan dipundaknya menyadarkan lamunannya"Linzy bagian kamu udah selesai, theo bilang sama aku di sekolah kamu ada urusan penting, jadi ini biar aku yang ngerjain ", linzy menggelengkan kepalanya dengan cepat"Gak apa apa ko jane gak usah difikirin, kita kerjain bareng bareng aja. Biar cepet selesai, maaf ya buat kalian ga nyaman", hingga salah satu dari mereka beranjak dari duduknyaValen, pria itu menggelengkan kepalanya tak setuju "Tapi sedikit lagi selesai kok, lagian bagian tugas kamu
HAI? its me linzy baby hazela, aku tahu ini tak penting tapi biarkan aku menceritakan tentang bagaimana keadaan ku secara singkat. saat ini sedang musim panas dan aku merasa kulitku seperti wagyu steak yang akan siap disantap. dan saat ini aku menghabiskan waktu yang tak lain tidur, membaca buku, dan menghabiskan lima permen kapas dalam sehari, sstt... jangan bilang ini pada ibuku atau dia akan menutup semua tempat permen kapas disini. membicarakan tentang ibuku aku sangat merindukannya, masakannya, dongeng sebelum tidur, serta kiss and hug, hey jangan bilang aku seperti anak kecil. karena aku harus jauh dari keluarga ku saat aku sekolah dasar disaat itu juga aku tidak begitu siap untuk berjauhan darinya. ayahku yang menyuruhku untuk bersekolah disini new york dan kini aku baru menginjak satu sekolah menengah pertama. ibuku selalu tak berhenti menanyakan kabar ku serta keadaanku disini. seharusnya tak ada yang perl