Nampak sebuah panggilan dimatikan oleh seorang diseberang sana, pria yang baru saja mendapatkan panggilannya langsung meletakkan ponselnya pada meja kerjanya. Dan kini beralih menuju jendela besar kantornya memperlihatkan pemandangan malam dijalan ibu kota.
Pria tersebut menikmati pemandangan tersebut sembari memasukan kedua tangannya pada saku celana hitamnya.jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi, sudah berapa jam yang ia lalui hanya untuk mengurus beberapa berkas dokumen, serta laporan untuk pertemuannya pada rekan kerja pada perusahaan lain.
Setelah semua yang ia lewati dan kini ia baru bisa bernafas dengan lega setelah semua hal yang melelahkan kini telah usai.Ia kembali mendudukan bokongnya pada kursi kerja dan menyandarkan tubuh tegapnya, matanya yang sengaja ia pejamkan mencoba menetralkan rasa lelahnya sepanjang hari, namun seketika ia teringat perkataan seseorang yang menghubunginya tadi,"Impresive!", gumamnya pelan dengan guratan wajah datarnya
❀✿ ❀✿
Linzy, kini pagi pagi buta dengan penampilan setengah berantakan khas bangun tidurnya ia mengantar paula kedepan gerbang, sengaja ia bangun sepagi mungkin, ia tidak ingin bangun tidur sudah tidak menemukan wanita tersebut. Namun bangun pagi dan mengantarkan wanita tersebut kedepan juga sama saja membuat perasaannya sedih tak terima, pasalnya ia baru saja bertemu dengan ibunya setelah berapa lama dan kini ia harus berpisah lagi, walau pun mungkin tak akan lama sepertinya.
Wajah linzy memelas saat paula berhadapan dengannya yang terlihat ingin pamit dan segera akan berangkat,
"Baby zy jaga diri baik baik ya, maaf harus ninggalin baby zy lagi. Mama janji setelah ini kita jalan jalan berdua seharian ketempat yang seru. Mau?",
Linzy mengangguk cepat, namun lengannya masih mencengkram jari jari paula seolah tak rela untuk meninggalkannya.
Paula yang paham segera merangkul lalu memeluk tubuhnya, dan mencium keningnya lama"Jangan pergi keluar dulu sebelum paman daniel datang ya, mama udah bilang mark kok tadi mungkin paman daniel lagi di jalan sekarang. ",Sekali lagi linzy mengangguk dan kali ini melepaskan tangannya pada jari jari paula, namun kini paula yang terlihat sulit untuk masuk kedalam mobilnya saat suara supir memanggilnya untuk siap berangkat.
Saat paula bersiap untuk masuk kedalam mobil, terdengar suara yang membuat pergerakannya terhenti
"Mama nanti kabarin zy ya, zy tunggu telfon dari mama.", entah mengapa rasanya berkaca kaca mendengar perkataan puterinya, baru pertama kali ia merasa dipedulikan dan dianggap ada oleh anaknya sendiri, linzy sangat berbeda beda dari kakak kakaknya yang terlihat sangat dingin dan acuh terhadapnya maka dari itu adanya gadis itu di hidupnya bagaikan sebuah keajaiban untuknya.Paula pun tersenyum lembut, tak ada yang tahu dibalik itu ia menahan agar airmatanya tak jatuh, maka dari itu ia masuk dengan cepat kedalam mobil lalu menghela nafasnya mencoba untuk menetralkan perasaan yang bercampur aduk.selepas mobil melenggang pergi, linzy membalikan tubuhnya dan berjalan kembali kedalam mansion. yah keadaan tampak begitu beda saat paula sudah pergi tadi. tak ada pilihan lain untuknya ia memilih duduk bersandar dengan mata yang terpejam diruang keluarga. kini ia benar benar sendiri semua sibuk pada kegiatan dan urusan mereka masing masing, rasanya bingung dan bosan, bingung tak tahu harus apa jika sudah begini, biasanya dia akan bersiap siap merapihkan semua keperluannya untuk pergi sekolah, ah berbicara tentang sekolah ia benar benar merindukan sekolah dan juga teman temannya. bagaimana kabar mereka? apa mereka sudah melupakannya? ya apa sebaiknya ia menghubungi teman temannya disana? ia merasa jahat rasanya setelah pergi tak berpamit dan kini sudah tak mengabari
dan kini ia akan membuka matanya dan berniat untuk menuju kamar, namun tak disangka ia mendapati seseorang dihadapannya dengan memamerkan barisan giginya yang rapih. linzy sedikit terkejut dibuatnya. seorang pria yang sedikit lebih tinggi darinya dan ia menyadari wajah yang ternyata lucu tanpa dibuat buat, ia baru menyadari karena sebelumnya ia tak begitu memperhatikannya
''hai selamat pagi '', sapanya dengan ramah
linzy mengerjapkan matanya serta dengan senyum kikuknya, ini pertama kali saudaranya ingin berbicara padanya jika sebelumnya mereka hanya menatapnya dengan intimidasi tanpa berbicara sepatah katapun kini salah satu darinya justru menyapanya. ya setidaknya ada yang melihat dirinya dengan tatapan normal
''eh-oh hai juga selamat pagi'', balasnya dengan kikuk''mama udah berangkat ya?'', linzy menganggukan kepalanya sebagai jawaban
pria itu beralih duduk disebelahnya dengan kaki yang berada yang disila diatas sofa, tingkahnya yang terlihat seperti anak anjing itu membuat linzy terkekeh pelan, membuat pria tersebut mengerutkan keningnya dan bertanya tentang apa yang lucu
''jisung lucu, linzy ga tau kalo jisung seimut ini,'',serunya''ah gitu, aku lucu?'', pria itu menunjukkan telunjuk kearahnya, yang lagi lagi dibalas anggukan olehnya. seketika raut wajah pria itu tampak berubah datar seketika. merasa ada yang salah dengan perubahan raut wajah pria tersebut, linzy ikut tediam dan entah mengapa ia merasa bersalah tentang yang diucapkannya tadi, ya mungkin saja jisung tidak menyukai kata itu untuknya barusan. jisung kembali tersenyum tipis lalu melenggang pergi begitu saja dengan wajah yang ia lihat saat pertama bertemu. ia merasa bodoh saat itu juga, padahal ini kesempatan untuknya untuk akrab pada saudaranya namun ia menyia nyiakannya dengan perkataan yang ia tak suka
linzy tak bisa membiarkan hal ini terjadi, ia ingat hari ini saudaranya akan menjemput kakaknya yang berada di USA, namun sebelum itu ia akan menyusuli jisung untuk meminta maaf berharap ia akan memakluminya, ya menyusulinya
❀✿ ❀✿
Dengan gerak gerik yang terlihat mencurigakan kini ia sudah berada tepat dipintu kamar pria berwajah imut itu ralat wajah kejamnya itu,
Terasa akan ragu pada keputusannya yang memilih untuk menghampirinya, seharusnya ini benar bukan? Meminta maaf karena mungkin ucapannya yang menyinggung. Namun dimana letak kesalahannya? Mengapa ia seperti ragu?.Dengan keberanian serta tekad yang ia kumpulkan, ia nekat memberanikan diri mengetuk pintu tersebut, namun dirasa tak ada sedikitpun respon akhirnya berniat membuka kenop pintu yang ternyata pintu tersebut tidak terkunci.Linzy membuka sedikit pintu tersebut dan mengintip melalui celah celah matanya sibuk mencari seseorang yang ia cari.
Entah apa yang terjadi padanya, kaki jenjangnya berjalan masuk begitu saja kedalam kamar tersebut. Hingga matanya terfokus pada kamar yang rapi dan dipenuhi oleh animasi dan beberapa karakter disney. Satu hal baru yang ia ketahui dari pria tersebut, pria tersebut memiliki sisi lain yang cukup unik, lihatlah bagaimana semua isi etalase kaca tersebut berisikan koleksi karakter kartun yang masih ia tonton bahkan sampai sekarang ini"Ngapain?",
Linzy tersadar ketika mendengar suara dari belakang, sontak saja ia membalikkan tubuhnya dengan cepat serta menampilkan senyum kikuknya saat mendapati pria yang sudah berdiri dihadapannya dengan wajah yang basah serta piyama yang kini sudah berganti dengan kaos hitam oblongnya.
Jisung tak mengatakan sepatah katapun lagi, dan hanya merubah posisinya yang kini duduk dipinggir ranjang seakan menunggu linzy untuk berbicara maksud dan tujuannya memasuki kamar miliknya" ji-jisung maaf, linzy bukannya lancang. Tadi linzy cari jisung, linzy udah coba ngetuk juga pintunya tapi jisung ga bukain", jisung mendengar penjelasannya yang terdengar gugup dan kini menatapnya dengan memicingkan matanya sekilas.
Linzy terdiam dengan rasa salahnya bahkan sesekali ia memukul pelan kepalanya seolah merutuki kebodohannya, apalagi dengan wajah pria tersebut yang menatapnya seakan curiga.Hingga tak disangka pria tersebut tertawa lepas setelah menampilkan ekspresi datarnya, sungguh perubahan yang menakutkan
"Hahaha santai aja baby zy, sini duduk. Ada perlu apa?",Linzy membulatkan matanya, terdengar aneh saat saudaranya ini memanggil namanya seperti paula memanggilnya. Entah ia pun tak mengerti ia menyukainya atau tidak.
Linzy bergerak maju dan ikut duduk di sisi ranjang disamping pria tersebut dengan senyum lebar kearahnya."Jisung, soal tadi linzy minta maaf bukan maksud linzy nyinggung jisung. Linzy ga tau kalo jisung ga suka dibilang gitu", ujarnyaJisung mengerutkan keningnya
"Tersinggung, soal apa?","Jisung lucu,"
Jisung benar benar terdiam lagi seperti yang dilakukannya tadi, namun beberapa detik kemudian lekukan senyumnya kembali muncul tanpa diduga
"Oh, makasih,"Kini giliran linzy yang bingung, bagaimana bisa jisung mengatakan terimakasih padahal ia tak memuji sama sekali atau mungkin ia yang salah pada ucapannya tadi?, namun sepertinya jisung tidak mempermasalahkan tentang hal dan itu membuat linzy sedikit bernafas lega.
Namun ketenangan itu tak lama saat ketika seorang membuka pintu kamar dengan tiba tiba menampilkan seseorang dengan kaos longgar dengan celana training hitam bermerk yang dikenakannya."Jisung lo--", pria tersebut berhenti berbicara saat mendapati linzy yang tengah berada disana, seketika atsmophire ruangan terasa mencekam untuknya, ditambah kini pria tersebut menatapnya dengan menilai, oh god entah mengapa tubuhnya terasa kaku disaat ia ingin melarikan diri dari sana seakan ia disihir untuk tak bisa lari kemana mana lagi."Oh pantes, lo gue telpon ga diangkat angkat, lo lagi sibuk, gue ganggu lo ya jisung?",
Linzy mengerjapkan matanya serta memainkan jari jari miliknya, pria tersebut yang seakan semakin mengintimidasinya
"Ka-ka chanie, tadi linzy cuma ada urusan sebentar sama jisung, yaudah linzy mau kekamar dulu","urusan ya", batinnya
Saat linzy berusaha beranjak dari duduknya dan berniat keluar dari kamar tersebut, namun chanie pria tersebut seolah memblokir pintu keluar dengan tubuhnya diambang pintu. Dan pria tersebut nampak tak peduli atas niat gadis dihadapannya yang ingin pergi dari sini.
"Lo kebawah! Yang lain udah pada nunggu ", ujar chanie pada jisung sembari menatap sinis kearah gadis dihadapannya dengan sekilas sebelum pergi meninggalkan mereka berdua disanaHAI? its me linzy baby hazela, aku tahu ini tak penting tapi biarkan aku menceritakan tentang bagaimana keadaan ku secara singkat. saat ini sedang musim panas dan aku merasa kulitku seperti wagyu steak yang akan siap disantap. dan saat ini aku menghabiskan waktu yang tak lain tidur, membaca buku, dan menghabiskan lima permen kapas dalam sehari, sstt... jangan bilang ini pada ibuku atau dia akan menutup semua tempat permen kapas disini. membicarakan tentang ibuku aku sangat merindukannya, masakannya, dongeng sebelum tidur, serta kiss and hug, hey jangan bilang aku seperti anak kecil. karena aku harus jauh dari keluarga ku saat aku sekolah dasar disaat itu juga aku tidak begitu siap untuk berjauhan darinya. ayahku yang menyuruhku untuk bersekolah disini new york dan kini aku baru menginjak satu sekolah menengah pertama. ibuku selalu tak berhenti menanyakan kabar ku serta keadaanku disini. seharusnya tak ada yang perl
"Linzy, yang itu biar aku aja.."Linzy masih sibuk berkutat pada ponselnya genggamnya yang kini baru saja mendapati pesan, fikirannya kini tak fokus, dan masih menatap benda persegi panjang tersebut. Bahkan seseorang memanggil namanya pun tak membuatnya bergeming.Perasaannya kini bercampur aduk antara senang, sedih, ragu, serta tak rela yang mendominasi. Linzy menggenggam erat ponselnya gelisah hingga sebuah tangan dipundaknya menyadarkan lamunannya"Linzy bagian kamu udah selesai, theo bilang sama aku di sekolah kamu ada urusan penting, jadi ini biar aku yang ngerjain ", linzy menggelengkan kepalanya dengan cepat"Gak apa apa ko jane gak usah difikirin, kita kerjain bareng bareng aja. Biar cepet selesai, maaf ya buat kalian ga nyaman", hingga salah satu dari mereka beranjak dari duduknyaValen, pria itu menggelengkan kepalanya tak setuju "Tapi sedikit lagi selesai kok, lagian bagian tugas kamu
Suasana terasa sunyi, hanya derap langkah beberapa petugas yang tengah melayani penumpang serta suara mesin saat sedang akan take off.Keadaan memang terlihat lebih tenang. Namun tidak dengan perasaan serta raut wajahnya yang terasa bimbang dan gelisah. Dengan gorden jendela yang terbuka memperlihatkan dari balik kaca langit biru dan awan awan yang seperti kapas, sejenak ia merasa tenang karena sedari tadi pipi mulusnya dibanjiri oleh airmata dari awal saat keberangkatannya. Linzy, sejak menuju kebandara saat pagi pagi buta pun linzy melangkah dengan tak bergairah,Dengan koper besar serta tas abu abu miliknya yang ia bawa hingga mengenakan jaket denim hitam yang sedikit kebesaran ditubuhnya, jaket pemilik si pria membenci belajar. joe, sejak ia meminjamkannya jaket saat malam itu. Linzy sengaja tak mengembalikan pada pemiliknya, ia ingin memiliki barang terakhir untuk mengingat mereka nanti, linzy memeluk jaket tersebut menghirup ar
Sudah sekitar sepuluh menit linzy melamun menatap layar ponselnya. Dilema perihal ia harus mengaktifkan atau tidak pada ponselnya. Ia sangat merindukan sahabatnya yang ia tinggal tanpa pamit namun disisi lain ia merasa ragu, bagaimana dengan respon mereka, apalagi ia tahu bagaimana dengan perasaan teman temannya terutama frisly yang pasti tidak berhentinya menangis selain itu ia takut karena hal itu ia berubah fikiran dan akan nekat kembali kesana, bagaimana bisa? Ia baru saja datang sudah sangat jelas ia tidak bisa kembali kesana. Bahkan sekarang ia dipindahkan untuk melanjutkan sekolahnya disini. Oh god! Bagaimana iniDan kini ia meletakkan ponselnya di atas nakas. Kemudian beralih membongkar isi kopernya memilih untuk memindahkan semua barang barang yang ia bawa, Saat ia akan mengambil make up miliknya s
Nampak sebuah panggilan dimatikan oleh seorang diseberang sana, pria yang baru saja mendapatkan panggilannya langsung meletakkan ponselnya pada meja kerjanya. Dan kini beralih menuju jendela besar kantornya memperlihatkan pemandangan malam dijalan ibu kota. Pria tersebut menikmati pemandangan tersebut sembari memasukan kedua tangannya pada saku celana hitamnya. jam sudah menunjukkan pukul tiga pagi, sudah berapa jam yang ia lalui hanya untuk mengurus beberapa berkas dokumen, serta laporan untuk pertemuannya pada rekan kerja pada perusahaan lain. Setelah semua yang ia lewati dan kini ia baru bisa bernafas dengan lega setelah semua hal yang melelahkan kini telah usai. Ia kembali mendudukan bokongnya pada kursi kerja dan menyandarkan tubuh tegapnya, matanya yang sengaja ia pejamkan mencoba menetralkan rasa lelahnya sepanjang hari, namun seketika ia teringat perkataan seseo
Sudah sekitar sepuluh menit linzy melamun menatap layar ponselnya. Dilema perihal ia harus mengaktifkan atau tidak pada ponselnya. Ia sangat merindukan sahabatnya yang ia tinggal tanpa pamit namun disisi lain ia merasa ragu, bagaimana dengan respon mereka, apalagi ia tahu bagaimana dengan perasaan teman temannya terutama frisly yang pasti tidak berhentinya menangis selain itu ia takut karena hal itu ia berubah fikiran dan akan nekat kembali kesana, bagaimana bisa? Ia baru saja datang sudah sangat jelas ia tidak bisa kembali kesana. Bahkan sekarang ia dipindahkan untuk melanjutkan sekolahnya disini. Oh god! Bagaimana iniDan kini ia meletakkan ponselnya di atas nakas. Kemudian beralih membongkar isi kopernya memilih untuk memindahkan semua barang barang yang ia bawa, Saat ia akan mengambil make up miliknya s
Suasana terasa sunyi, hanya derap langkah beberapa petugas yang tengah melayani penumpang serta suara mesin saat sedang akan take off.Keadaan memang terlihat lebih tenang. Namun tidak dengan perasaan serta raut wajahnya yang terasa bimbang dan gelisah. Dengan gorden jendela yang terbuka memperlihatkan dari balik kaca langit biru dan awan awan yang seperti kapas, sejenak ia merasa tenang karena sedari tadi pipi mulusnya dibanjiri oleh airmata dari awal saat keberangkatannya. Linzy, sejak menuju kebandara saat pagi pagi buta pun linzy melangkah dengan tak bergairah,Dengan koper besar serta tas abu abu miliknya yang ia bawa hingga mengenakan jaket denim hitam yang sedikit kebesaran ditubuhnya, jaket pemilik si pria membenci belajar. joe, sejak ia meminjamkannya jaket saat malam itu. Linzy sengaja tak mengembalikan pada pemiliknya, ia ingin memiliki barang terakhir untuk mengingat mereka nanti, linzy memeluk jaket tersebut menghirup ar
"Linzy, yang itu biar aku aja.."Linzy masih sibuk berkutat pada ponselnya genggamnya yang kini baru saja mendapati pesan, fikirannya kini tak fokus, dan masih menatap benda persegi panjang tersebut. Bahkan seseorang memanggil namanya pun tak membuatnya bergeming.Perasaannya kini bercampur aduk antara senang, sedih, ragu, serta tak rela yang mendominasi. Linzy menggenggam erat ponselnya gelisah hingga sebuah tangan dipundaknya menyadarkan lamunannya"Linzy bagian kamu udah selesai, theo bilang sama aku di sekolah kamu ada urusan penting, jadi ini biar aku yang ngerjain ", linzy menggelengkan kepalanya dengan cepat"Gak apa apa ko jane gak usah difikirin, kita kerjain bareng bareng aja. Biar cepet selesai, maaf ya buat kalian ga nyaman", hingga salah satu dari mereka beranjak dari duduknyaValen, pria itu menggelengkan kepalanya tak setuju "Tapi sedikit lagi selesai kok, lagian bagian tugas kamu
HAI? its me linzy baby hazela, aku tahu ini tak penting tapi biarkan aku menceritakan tentang bagaimana keadaan ku secara singkat. saat ini sedang musim panas dan aku merasa kulitku seperti wagyu steak yang akan siap disantap. dan saat ini aku menghabiskan waktu yang tak lain tidur, membaca buku, dan menghabiskan lima permen kapas dalam sehari, sstt... jangan bilang ini pada ibuku atau dia akan menutup semua tempat permen kapas disini. membicarakan tentang ibuku aku sangat merindukannya, masakannya, dongeng sebelum tidur, serta kiss and hug, hey jangan bilang aku seperti anak kecil. karena aku harus jauh dari keluarga ku saat aku sekolah dasar disaat itu juga aku tidak begitu siap untuk berjauhan darinya. ayahku yang menyuruhku untuk bersekolah disini new york dan kini aku baru menginjak satu sekolah menengah pertama. ibuku selalu tak berhenti menanyakan kabar ku serta keadaanku disini. seharusnya tak ada yang perl