SETELAH KITA BERPISAH 24.**PoV Author.Ucapan Zaki barusan bagaikan sebuah ejekan untuk Rizka, dia tertawa mendengarnya."Kamu mau bertanggung jawab kepadaku, Bang. Kamu ini ngejek ya? Hidupku lagi sulit. Tolong jangan dipersulit dengan ucapanmu yang nggak masuk akal!" kata Rizka."Rizka, Abang serius. Abang serius ingin bertanggung jawab kepadamu. Bagaimanapun anak yang ada di kandunganmu memerlukan sosok ayah. Abang tidak akan menjadi seperti Hans. Abang benar-benar akan bertanggung jawab kepada Rizka dan anak yang ada dalam kandungan Rizka dan memberikan yang terbaik.""Kenapa? Kenapa kamu mau melakukan itu. Tidak mungkin tanpa alasan kan, Bang. kalau kamu bertanggung jawab padaku dan kamu ingin menikah denganku. Otomatis masa depanmu juga akan dipertaruhkan dalam hal ini." Rizka heran dengan pikiran Zaki."Masa depan Abang nggak pernah dipertaruhkan karena abang berniat menikahi Rizka."Rizka tertawa getir mendengar ucapan Zaki."Aku tanya lebih spesifik. Kenapa Bang? Kenapa kam
"Bang aku mohon beri aku waktu. Aku tidak bisa memutuskan sekarang dan terima kasih karena kamu sudah mengungkapkan perasaanmu. Cuma aku nggak tahu mau berbicara dan membalas apa. Saat ini bukan itu fokusku. Aku hanya ingin melahirkan anak ini. Meskipun benar yang Abang katakan kalau aku membutuhkan pendamping dan juga Ayah untuk anak ini. Anak ini akan kehilangan dan kekurangan kasih sayang ayahnya. Tapi aku sekarang tidak ingin memikirkan itu. Aku ingin sehat dan aku ingin tahu siapa orang yang tega melakukan kejahatan ini padaku."Rizka memberikan penjelasan. Dia tak tahu harus apa dengan ungkapan perasaan Zaki yang tiba-tiba."Iya Rizka. Abang hanya ingin kamu memikirkannya saja. Semoga ada jalan yang terbaik untuk kita semuanya.""Aku hanya menginginkan Abang tidak mengatakan apa-apa ke Bang Hans soal anak yang ada dalam kandunganku. Aku nggak tahu apa yang terjadi kalau dia tahu. Mungkin aja dia ingin melenyapkan ku dan bayi ini untuk kedua kalinya. Aku memang tak punya bukti in
SETELAH KITA BERPISAH 25.**Ketika kedua orang tuanya sudah tidak ada lagi di ruang perawatan. Zaki mencoba bangkit. Dia berusaha sekuat tenaga agar bisa duduk saat berbicara dengan adiknya, Hans.Setelah berusaha susah payah. Zaki bisa duduk di bangsal istirahatnya. Rasanya lebih nyaman ketika berbicara dalam posisi duduk daripada berbaring.Berbaring, maka dia akan terlihat sangat lemah. Zaki harus kuat. Bukankah Zaki berjanji ke Rizka akan menjaga Rizka dan bahkan berjanji kepada Rizka mau menikahi wanita itu."Apa yang ingin kamu bicarakan, Bang? Sampai kamu tidak menginginkan Bapak dan ibu mendengarkan pembicaraan kita!" Hans berkata santai."Kenapa ada manusia terburuk seperti kamu? Sudah diberikan Istri setia, baik tapi kamu menggantinya dengan perempuan lain. Di mana pikiran kamu?!" kata Zaki di awal pembicaraannya sebelum dia mengintimidasi lebih lanjut."Aku tahu kamu yang menyelamatkan perempuan itu! Kenapa juga ada lelaki bodoh sepertimu yang sudah tahu dia bekas orang la
Saat sudah mulai terjadi pertikaian sengit di antara mereka. Ibu dan bapaknya Zaki datang. Bu Nining sedikit kaget ketika kedua anaknya bersiteru. Bapaknya juga."Ada masalah apa, Zaki, Hans?" tanya Bapaknya.Bu Nining meletakkan obat yang tadi diambil dari apotek. Wanita paruh baya itu duduk di sisi anaknya, Zaki."Nggak ada masalah apa-apa kok, Pak. hanya masalah kecil saja. Aku keluar dulu!"Karena malas membahasnya dan juga Hans tidak ingin ketahuan. Dia harus segera keluar dari ruang perawatan Zaki. Tidak ingin terlibat konflik lebih lanjut."Zaki kamu ceritakan sama Ibu apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Bu Nining ingin tahu setelah Hans keluar. "Ibu tahu nggak kalau aku ada di rumah sakit karena menyelamatkan Rizka. Dia hampir tertabrak. Dia hampir kecelakaan akibat ulah orang yang gak dikenal."Bapaknya serta Bu Nining merasa kasus ini serius. Mereka lebih dekat lagi mendengarkan cerita Zaki. Sebenarnya ada kabar kalau Zaki dan seorang perempuan tertabrak tetapi Bu Nining ti
SETELAH KITA BERPISAH 26.**Setelah kejadian itu. Rizka menjadi sedikit trauma. Dia masih terus terbayang-bayang ketika dirinya hampir ditabrak oleh orang yang tak dikenal yang saat itu lelaki tersebut membuka sedikit helmnya. Hal itu tidak pernah bisa dilupakan Rizka. Rizka merasa diincar dan ingin dicelakakan seperti malam ini. Dia terbangun dari mimpi buruknya. Keringat bercucuran di dahi wanita tersebut. Rizka segera mengambil air hangat yang ada di nakas dan meminumnya perlahan. Rizka mengelus perutnya yang sudah mulai membesar. Riska tak tahu kenapa anak dalam kandungannya ini begitu kuat. Padahal dia sudah hampir kecelakaan. Allah pasti memberi sebab mempertahankan bayi yang ada dalam kandungannya. Rizka mengambil air wudhu untuk memberi ketenangan pada dirinya. Serta rasa khawatir dalam dirinya saat ini. Saat air wudhu itu menyerap ke seluruh permukaan kulitnya. Rizka merasa syahdu dan lebih nyaman. Dia menutup matanya membiarkan kenyamanan itu menjalar ke seluruh tubuhny
Delia memang sengaja datang ke persidangan untuk mengejek Rizka. Beberapa waktu yang lalu Delia sempat down akibat Rizka yang menjatuhkannya. Di mana dia harus minta maaf dan sangat terpuruk akan hal itu. Delia tidak mau berlarut-larut. Kali ini waktunya untuk membalas Rizka. Apalagi Delia tahu kalau Rizka nyaris ditabrak orang. Dia berpikir. Kenapa Rizka tidak mati saja? Kenapa harus hidup sampai sekarang? Rasa benci Delia ke Rizka sungguh sangat besar dan menjadi-jadi. "Makasih, Sayang. Sebentar lagi kita akan menikah kamu jangan khawatir." "Aku juga dalam beberapa waktu akan ketuk palu perceraian. Setelah 3 bulan kita harus menikah secepatnya kalau bisa jangan ada lagi orang pengganggu yang merusak hubungan kita." Delia mengatakan itu dengan lantang di depan Rizka. Rizka mencibir perkataannya. Delia yang merusak rumah tangganya. Di mana-mana pelakor memang nggak tahu malu. Sudah merusak rumah tangga orang, sudah salah tapi tetap menyalahkan istri sah. "Oh, ternyata ada mantan
SETELAH KITA BERPISAH 27.**Ketika berada di dalam mobil, Zaki duduk di depan menyetir mobil. Tante Dina disampingnya dan Rizka duduk sendiri di belakang kemudi setir."Rizka, kita mau kemana?" tanya Zaki membuka percakapan, dari tadi Rizka hanya diam saja."Aku mau periksa dan kontrol. Aku mau pergi ke klinik kandungan.""Baik, Abang akan mengantar Rizka."Zaki terus melajukan mobilnya membelah jalan raya agar mereka segera sampai di klinik kandungan. Rizka menatap Zaki lewat kaca spion. Lelaki itu tampak santai mengendarai mobil."Bagaimana bisa Abang datang ke pengadilan? Apakah Yudha yang memberitahu?" tanya Rizka."Iya, Abang memang bertanya sama Yudha. Apa saja kegiatan kamu. Karena Apa yang Abang katakan benar, bukan main-main. Abang ingin jadi lelaki siaga yang melindungi kamu. Tapi saat ini terhalang oleh masa Iddah."Rizka terdiam beberapa saat mendengar ucapan Zaki. Rizka tidak menanggapi ucapannya justru memilih untuk memandang ke arah jalan raya. Rizka pecah dengan pemik
Zaki sangat senang, sekarang Rizka juga sudah tahu perasaannya. Dia tidak malu-malu lagi dan tidak perlu menutupinya. Zaki pun masuk ke mobil dan mengendarai mobil meninggalkan klinik mengantar Rizka pulang...Zaki kini sudah sampai di rumahnya. Dia sungguh bahagia karena bisa sedekat ini dengan Rizka. Meskipun sekarang sudah berbeda dan Rizka bukan yang seperti dulu lagi melainkan akan menjadi seorang janda. Tapi Zaki tetap menerima Rizka apa adanya. Dia memang mencintai Rizka dan cinta itu tidak melihat status.Zaki berpendapat, Rizka adalah perempuan spesial yang harus dilindungi. Tidak sepatutnya Rizka mendapatkan hal-hal buruk dari Hans. Apalagi Hans adalah adiknya. Jika Hans menolak bertanggung jawab. Zaki siap bertanggung jawab dan akan membuktikan kalau dirinya jauh lebih baik dari Hans.Zaki berjalan sambil tersenyum menuju ke kamarnya. Dia juga mempermainkan kunci mobilnya. Rasanya seharian cukup membahagiakan. Dia mengantar Rizka dan pekerjaan di toko bangunannya juga dis