Beranda / Pendekar / SERULING SAKTI SANG NAGA / 181. MENOLAK PERJODOHAN

Share

181. MENOLAK PERJODOHAN

Penulis: Evita Maria
last update Terakhir Diperbarui: 2024-08-13 21:00:17

Sang surya mulai terbit di ufuk timur, sinarnya membalut istana QI dengan cahaya keemasan. Lorong-lorong panjang berlantai marmer bersih mengkilap, sementara tirai-tirai sutra berayun pelan tertiup angin pagi yang sejuk. Para penjaga berdiri gagah di setiap titik, nyaris tak bergerak bagaikan patung-patung hidup.

Di taman, air mancur bergemericik lembut, menciptakan musik indah yang berpadu dengan kicauan burung-burung yang hinggap di dahan pohon-pohon persik. Aroma wangi bunga memenuhi udara, menambah kesan damai yang menyelimuti kompleks istana yang megah.

Namun, ketenangan itu tiba-tiba terkoyak oleh suara nyaring benda pecah yang berasal dari kamar Putri Qi Yue. Sang putri terlihat sedang uring-uringan, wajahnya memerah karena amarah yang tak terbendung. 

Dengan gerakan kasar, ia membanting piring porselen

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (2)
goodnovel comment avatar
Moch Yunus
lanjut thor ...
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   182. PENGORBANAN

    Taman istana terbentang luas, dipenuhi dengan aneka bunga warna-warni yang mekar sempurna. Pepohonan rindang menaungi jalan setapak berliku yang terbuat dari batu alam. Di tengah taman, sebuah kolam ikan yang luas memantulkan sinar mentari pagi. Ikan-ikan koi berenang dengan anggun di antara teratai yang mengambang di permukaan air yang jernih.Putri Qi Yue berdiri di tepi kolam, matanya yang indah menyapu sekeliling, menanti kedatangan seseorang. Angin berhembus membelai rambutnya yang hitam legam, menerbangkan aroma bunga-bunga di taman itu..Tak lama kemudian, sosok pelayan wanita yang mengantarkan sarapan ke kamarnya tadi pagi muncul dari balik semak-semak."Tuan Putri!" Wanita berbaju pelayan itu membungkuk hormat, suaranya terdengar lirih."Bukankah kau teman

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   183. DI MANA SUAMI KAMI?

    Keheningan kembali menyelimuti ruangan saat Raja Qi Xiang tampak menimbang-nimbang usulan berani Qi Yun.Tiba-tiba pintu masuk aula berukirkan naga emas terbuka perlahan, sosok Kasim Liu memasuki ruangan. Dengan sikap tubuh membungkuk hormat, ia berkata terbata-bata, "Maaf, Yang Mulia, Tuan Putri Qi Yue ingin ...."Belum sempat Kasim Liu menyelesaikan kalimatnya, sosok anggun Qi Yue menerobos masuk tanpa permisi. Jubah sutranya yang berwarna merah muda berkibar lembut ketika ia melangkah cepat memasuki ruangan.Raja Qi Xiang mengibaskan tangannya dengan gestur tak sabar, menyuruh Kasim Liu menyingkir. Pria tua itu, dengan patuh dan sedikit gemetar, mundur perlahan sebelum menutup kembali pintu aula."Ayah!" seru Qi Yue dengan nada riang. Ia berlari ke sisi singgasa

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   184. PANGLIMA TABAN

    Bataar menelan ludah, berusaha mengumpulkan keberanian. Dengan suara berat, ia berkata, "Ma-maaf, kami tak berhasil menyelamatkan mereka!"Ia berhenti sejenak, matanya berkaca-kaca. "Saat kami datang, mereka sudah dimangsa siluman ular.""Tidak!" Istri Nergui menjerit, tubuhnya limbung sebelum akhirnya jatuh pingsan. Tiga wanita lainnya pun segera menyusul, tubuh mereka ambruk di tanah berumput.Suasana perkemahan berubah riuh. Orang-orang bergegas membantu, mengangkat para wanita yang pingsan dan membawa mereka ke ger masing-masing. Yu Ping, yang sejak tadi hanya bisa menyaksikan, ikut membantu dengan wajah prihatin.Tak lama kemudian, suara isak tangis mulai terdengar dari beberapa ger. Ratapan duka menandai dimulainya masa berkabung bagi keluarga yang ditinggalk

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-14
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   185. MENGHANCURKAN KEANGKUHAN

    Di bawah langit cerah tanpa awan menggantung, dua sosok pria berdiri berhadapan di tengah lapangan tandus. Angin gurun yang kering dan panas mulai bertiup kencang, menerbangkan butiran pasir di sekeliling mereka.Taban, sang Panglima Mongolia, berdiri dengan postur mengancam. Tubuhnya yang besar dan berotot menjulang tinggi, bayangan tubuh kekarnya terbentang di atas tanah retak yang gersang. Matanya yang gelap berkilat penuh kebencian, menatap tajam ke arah lawannya."Kau, orang Qi!" geram Taban, suaranya serak dan dalam. "Hari ini kau akan merasakan kehebatan Tinju Pasir Mongolia!"Di hadapannya, Yu Ping, sang Pendekar Seruling Sakti dari negeri Qi, berdiri dengan tenang. Jubah putihnya melambai tertiup angin, wajahnya teduh tak menampakkan kegentaran sedikitpun."Panglima Taban," ucap Yu Ping, suaranya terdengar dalam penuh wibawa, "kekerasan bukanlah jalan untuk menyelesaikan perselisihan kita. Saya datang dengan maksud baik, masih ada cara lain yang lebih bijak. Izinkan saya bert

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   186. PERJANJIAN DENGAN MONGOLIA

    Yu Ping melangkah memasuki ger megah milik Raja Batu Khan, aroma dupa wangi bercampur dengan bau kulit dan wol yang khas, menyambut kedatangannya.Jubah putihnya yang bersih kontras dengan interior ger yang didominasi warna merah dan emas. Ia berhenti beberapa langkah di hadapan singgasana Raja Batu Khan, lalu membungkuk memberi hormat."Yu Ping dari negeri Qi menghadap Yang Mulia Raja Batu Khan," ucap Yu Ping dengan suara yang jernih dan tenang.Raja Batu Khan, meski usianya telah menginjak enam puluh tahun, masih terlihat gagah dan berwibawa. Janggutnya yang mulai memutih terawat rapi, matanya tajam memancarkan kebijaksanaan. Ia menatap Yu Ping dengan sorot mata penuh tanda tanya..Panglima Taban, yang berdiri di samping singgasana, bergerak mendekati Raja. Ia membungkuk hormat sebelum berbisik di telinga sang Raja, suaranya begitu pelan hingga hanya Raja yang bisa mendengarnya."Paduka, pemuda ini telah mengalahkan hamba dalam pertarungan, namun ia melakukannya tanpa melukai harga

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-15
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   187. PESTA PERNIKAHAN

    Hari yang dinantikan seluruh rakyat Mongolia telah tiba. Ribuan ger -kemah- putih berjajar rapi, membentuk lautan kanvas yang kontras dengan hijau nya rerumputan. Aroma daging panggang dan airag -minuman tradisional Mongolia- bercampur dengan wangi bunga liar, menciptakan atmosfer pesta yang meriah.Di tengah-tengah kompleks ger, berdiri sebuah ger raksasa yang dihiasi dengan kain-kain sutra berwarna merah dan emas. Inilah pusat perayaan pernikahan agung antara Yu Ping, Putra Mahkota Kerajaan Qi, dan Putri Sayana, bunga Mongolia yang cantik jelita.Di dalam ger utama, Yu Ping berdiri tegap dalam balutan jubah kebesaran berwarna merah dengan sulaman emas. Wajahnya yang tampan terlihat sedikit tegang, tetapi tetap bersikap tenang. Di sampingnya, Putri Sayana anggun dalam gaun tradisional Mongolia yang dihiasi dengan batu-batu permata, rambutnya yang hitam legam disanggul tinggi dengan hiasan mutiara.Raja Batu Khan berdiri di hadapan pasangan pengantin, senyum lebar menghiasi wajahnya ya

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   188. PERPECAHAN

    Di tengah lapangan luas, ribuan prajurit Mongolia berbaris rapi, tombak dan perisai mereka berkilau tertimpa cahaya mentari. Raja Batu Khan berdiri di atas panggung kayu yang dihiasi kain-kain sutra berwarna merah dan emas. Jubah kebesarannya melambai tertiup angin gurun yang kering. Di sampingnya, Yu Ping berlutut, mengenakan baju zirah Mongolia yang mewah namun terasa berat di tubuhnya.Dengan suara menggelegar, Raja Batu Khan berseru, "Hari ini, di hadapan para dewa langit dan bumi, aku, Batu Khan, mengangkat Yu Ping sebagai Pangeran Mongolia sekaligus Jenderal Perang!"Sorakan riuh membahana dari barisan prajurit. Yu Ping bangkit berdiri, wajahnya memancarkan keteguhan hati meski hatinya berdebar kencang. Raja Batu Khan memasangkan sebuah penutup kepala dari wool tebal ke atas kepala nya sebagai simbol kepercayaan dan tanggung jawab besar yang kini dipikulnya."Terima kasih, Yang Mulia," ucap Yu Ping, suaranya tegas dan mantap. "Aku berjanji akan memimpin pasukan Mongolia dengan

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16
  • SERULING SAKTI SANG NAGA   189. SERBUK PELEMAS OTOT

    Beberapa hari berlalu setelah aksi unjuk rasa di Perbatasan Timur.Di markas besar, Jenderal Xiao duduk dengan wajah lelah di balik meja kerjanya. Di hadapannya terhampar peta strategi pertahanan Perbatasan Timur. Xin Ru, kakak angkat Yu Ping, berdiri di sampingnya dengan raut wajah cemas.“Bagaimanakah nasib Yu Ping?” gumam Jenderal Xiao, seperti sedang berbicara kepada dirinya sendiri. “Aku sangat mengkhawatirkan keadaannya.”“Jenderal Xiao,” Xin Ru tersenyum, mencoba menghibur pria tua itu. “Saya yakin Yu Ping baik-baik saja. Dia adalah pendekar tanpa tanding, tak ada apapun yang dapat menghalangi dirinya mencapai tujuan.”Meski berkata begitu, Xin Ru sebenarnya juga sangat gelisah. Sudah berhari-hari tak ada kabar dari Yu Ping, sedangkan kondisi Perbatasan Timur sedang tidak kondusif. Penduduk kota diliputi kegelisahan dan hilangnya kepercayaan pada kebijaksanaan Jenderal mereka.Tiba-tiba pintu terbuka, Ketua Bu Tong, Xun Huan, dan Ketua Pedang Langit, Ru Chen, memasuki ruangan.

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-16

Bab terbaru

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   FINAL BONUS : PERPISAHAN

    Di puncak Gunung Kunlun yang menjulang tinggi, kabut tipis menyelimuti puncak-puncak batu yang tajam. Udara dingin pegunungan menerpa wajah dua sosok yang berdiri tegap di atas jembatan batu kuno. Yu Ping dan kakak angkatnya, Xin Ru, berdiri berdampingan, mata mereka menatap jauh ke dalam jurang yang dalam dan gelap di bawah.Yu Ping, mengenakan pakaian kerajaan dengan garis emas di sepanjang tepi kain sutra yang terjuntai hingga nyaris menyentuh tanah, menggenggam seruling emas di tangan, dan sebuah golok hitam diselipkan di belakang punggung. Di sampingnya, Xin Ru berdiri dengan postur waspada, matanya yang tajam menyapu sekeliling, siap menghadapi apapun yang mungkin terjadi."Kau yakin dia akan muncul?" tanya Xin Ru, suaranya nyaris berbisik.Yu Ping mengangguk pasti, senyum tipis tersungging di bibirnya. "Aku yakin, karena dia adalah guruku.” Dengan gerakan perlahan, Yu Ping mengangkat seruling ke bibirnya. Ia menarik napas dalam, lalu mulai meniup. Nada-nada lembut mengalir d

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   BONUS CHAPTER 3 : PELANTIKAN RAJA

    Aula kerajaan Qi dipenuhi oleh kemegahan dan kemewahan. Dinding-dinding berukir emas berkilau di bawah cahaya ribuan lilin yang menerangi ruangan. Aroma dupa yang manis mengambang di udara, menciptakan suasana sakral yang teduh.Di tengah aula, Yu Ping berdiri tegap, mengenakan jubah kerajaan berlapis emas. Wajahnya tenang berwibawa, mencerminkan seorang yang berhati lembut namun juga tegas. Kasim Liu, berlutut di hadapannya, menyodorkan mahkota dan jubah emas kerajaan di atas bantal beludru merah.Dengan gerakan perlahan, Yu Ping mengambil mahkota itu dan meletakkannya di atas kepala. Jubah emas kemudian disampirkan di bahunya, melengkapi penampilannya sebagai seorang raja. Seketika itu juga, seluruh ruangan dipenuhi oleh suara gemerisik kain—para Jenderal dan Menteri berlutut, memberikan penghormatan kepada raja baru mereka.Di samping singgasana raja, dua wanita cantik duduk dengan anggun. Di sisi kiri, Sayana, dengan pakaian mewah dan perhiasan yang gemerlap, tersenyum anggun. Mat

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   BONUS CHAPTER 2 : BENIH PENDEKAR IBLIS

    Mentari bersinar cerah di atas Kota Xianfeng, cahayanya memantul dari atap-atap bangunan. Udara dipenuhi oleh semangat dan kegembiraan yang menggelora, seiring dengan persiapan pelantikan Yu Ping sebagai raja baru Negeri Qi.Hiruk pikuk keramaian terdengar dari setiap sudut kota, sementara di dalam istana, para pelayan berlarian kesana-kemari, sibuk dengan persiapan acara yang akan berlangsung selama tujuh hari tujuh malam.Di aula utama istana, Kepala Pelayan, seorang pria paruh baya dengan wajah serius namun berwibawa, tampak kewalahan menerima bingkisan hadiah yang terus berdatangan. Utusan dari berbagai negeri jiran dan perwakilan sekte-sekte aliran putih dari seluruh penjuru negeri silih berganti memasuki ruangan, membawa persembahan untuk raja baru mereka."Yang Mulia pasti akan sangat senang melihat sem

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   BONUS CHAPTER 1 : PEMAKAMAN

    Suasana suram menyelimuti pemakaman keluarga kerajaan. Angin semilir membelai dedaunan pohon-pohon tua yang mengelilingi area sakral itu. Di tengah keheningan, sosok Yu Ping berlutut di depan sebuah makam yang masih baru. Tangannya gemetar memegang beberapa batang hio yang telah dinyalakan, asapnya mengepul tipis ke udara. Dengan hati-hati, ia menancapkan hio-hio tersebut ke dalam hiolo -tempat dupa yang terbuat dari logam berukir indah- yang terletak tepat di depan batu nisan ibunya, Xian Lian.Yu Ping menatap lekat nama yang terukir di batu nisan itu. Matanya yang berkaca-kaca menyiratkan kesedihan mendalam. Ia menghela napas berat sebelum berbisik lirih, suaranya nyaris terbawa angin."Ibu," ucap si pemuda dengan nada bergetar, "sekian lama aku mendambakan pertemuan dengan orang tua kandungku. Tapi mengapa, ketika akhirnya kita dipertemukan, waktu begitu kejam membatasi kebersamaan kita?"Jemarinya perlahan menelusuri ukiran nama ibunya di batu nisan. "Qi Yun sungguh beruntung,"

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   204. DUEL MAUT

    Kedua pendekar muda itu berhadapan di udara, aura mereka yang bertolak belakang - keemasan milik Yu Ping dan kegelapan milik Qi Yun - bertabrakan, menciptakan gelombang energi yang membuat udara bergetar."Qi Yun," balas Yu Ping, suaranya tenang namun penuh ketegasan. "Hentikan semua ini! Terlalu banyak nyawa yang telah melayang."Qi Yun tertawa sinis. "Hentikan? Tidak akan! Hari ini, salah satu dari kita akan mati!"Bersamaan dengan itu Qi Yun mengayunkan goloknya, menciptakan gelombang energi hitam yang melesat ke arah Yu Ping. Yu Ping dengan sigap mengeluarkan seruling saktinya, bersiap menghadapi pertarungan yang akan menentukan nasib kerajaan Qi.Di bawah, pasukan kedua belah pihak menghentikan pertempuran sejenak, mata mereka tertuju ke langit di mana dua sosok pemimpin mereka akan bertarung hingga titik darah penghabisan. Mereka tahu, hasil pertarungan ini akan menentukan tidak hanya nasib mereka, tapi juga masa depan seluruh kerajaan.Langit di atas Xianfeng menjadi arena perta

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   203. PERTEMPURAN TERAKHIR

    Di atas benteng kokoh, di kotaraja Xianfeng, Qi Yun berdiri tegak, jubah perang yang berat dan berkilauan menambah kegagahannya. Matanya yang tajam menatap ke kejauhan, menanti kedatangan musuh yang ia tahu pasti akan tiba.Berita kekalahan para Jenderal Perang dan pasukannya telah sampai ke telinganya, dibawa oleh prajurit-prajurit yang berhasil meloloskan diri dari pertempuran.Suasana di atas benteng sunyi senyap, hanya deru napas para pasukan yang merasa tegang memecah keheningan. Mereka telah mendengar desas-desus tentang kesaktian Yu Ping, dan ketakutan mulai merayapi hati mereka. Namun, di bawah tatapan dingin Qi Yun, tak seorang pun berani menunjukkan keraguan."Pasukan siap, Pangeran!" lapor seorang perwira. "Pemanah, infanteri, dan pelontar batu telah mengambil posisi."Qi Yun mengangguk singkat, matanya tak lepas memandang langit. Tak lama kemudian, apa yang ditunggunya muncul. Dari kejauhan, terlihat pasukan Yu Ping yang mulai mendekat. Mereka berhenti agak jauh dari bent

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   202. PENANTIAN JENDERAL TUA

    Asap pertempuran mengepul di berbagai sudut kota, menandai jejak perjuangan pasukan Yu Ping dalam perjalanan mereka menuju Xianfeng. Satu demi satu, pertempuran dimenangkan oleh Yu Ping dan pasukannya. Namun, kemenangan demi kemenangan ini tidak membuat Yu Ping lengah. Sebaliknya, instingnya sebagai strategi perang mulai menangkap pola yang mencurigakan.Yu Ping berdiri di atas bukit kecil, memandang ke arah kota yang masih diselimuti asap pertempuran. Matanya yang tajam menyipit, menganalisis situasi dengan cermat. Perlahan, sebuah kesimpulan terbentuk di benaknya."Dia ingin pasukan kita kelelahan saat tiba di Xianfeng," gumam Yu Ping, lebih kepada dirinya sendiri. Nada suaranya lebih kepada kekaguman namun juga mengandung kejengkelan. "Dasar licik!"Panglima Sung yang berdiri di sampingnya, menangkap gumaman itu. Dengan wajah serius, ia bertanya, "Apa yang harus kita lakukan, Jenderal Yu Ping?" Suaranya penuh hormat dan kesiapan. "Kami siap melakukan apapun perintahmu!"Yu Ping ter

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   201. PUTRA MAHKOTA

    Pemandangan itu menyadarkan Qi Xiang akan kenyataan yang mengerikan: ia benar-benar berhadapan dengan Raja Iblis. Ketakutan yang luar biasa mencengkeram hatinya, membuatnya gemetar hebat."B-baik," ujar Qi Xiang terbata-bata, keringat dingin membasahi dahinya. "Akan kulakukan apapun yang kau mau asal bunuh Yu Ping dan antek-anteknya untukku."Sebuah senyum tipis tersungging di bibir Qi Yun. "Bagus," ujarnya, suaranya dingin dan tanpa emosi. "Sekarang lakukan sesuatu untukku! Bebaskan ibuku dari penjara, obati luka-lukanya dan biarkan ia menempati kamar ratu.""A-apa?" Qi Xiang terkejut, tidak menyangka permintaan semacam ini akan datang dari Qi Yun."Kau merampas itu darinya," desis Qi Yun, matanya berkilat-kilat penuh ancaman. "Aku akan mengembalikan martabatnya seperti semula!"Qi Xiang, yang kini tak lebih dari boneka di tangan Qi Yun, tak berkutik. Ia hanya bisa mengangguk pasrah, menyadari bahwa hidupnya kini bergantung pada keinginan pemuda di hadapannya ini."Baik ... baik …,"

  • SERULING SAKTI SANG NAGA   200. PERJANJIAN DENGAN RAJA IBLIS

    Di dalam penjara bawah tanah istana yang lembab dan dingin, suara rintihan tertahan memecah keheningan. Seorang wanita, dengan rambut kusut dan pakaian compang-camping, terikat dengan kedua tangan terentang di atas sebuah papan kayu yang kasar. Wajahnya yang cantik kini penuh dengan luka dan lebam, hasil dari penyiksaan brutal yang baru saja ia alami.Ma Yin, dengan senyum puas tersungging di bibirnya, berdiri di hadapan wanita itu. Cambuk di tangannya masih basah oleh darah."Yang Mulia Ratu," ujarnya dengan nada mengejek, "ternyata Anda sungguh tangguh ... sudah dicambuk dan dihajar berulang kali tetapi masih berdiri tegak!"Xian Lian, mantan Ratu yang kini diperlakukan bagai penjahat kelas berat, hanya diam. Kepalanya tertunduk, seolah tak lagi memiliki kekuatan untuk mengangkatnya.Ma Yin melangkah mendekat, suara sepatunya bergema di dinding-dinding sel. "Seandainya Anda mau bekerja sama, tentu hal ini tak akan sampai terjadi."Tangan kanan Raja itu kini berada tepat di depan Xia

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status