Home / Romansa / SEQUOIA / 4. Tujuan Baskara

Share

4. Tujuan Baskara

Author: Kaifaita
last update Last Updated: 2021-02-03 15:06:55

Kemarin ... adalah hari yang sudah dicap buruk oleh Joita. Sudah diberi harapan palsu, bonyok akibat tawuran, dihina, tambah pulang jalan kaki pula.

Ya, kemarin saat Joita hendak pulang, Baskara mengajaknya bersama. Tapi Joi menolak mentah-mentah, mengatakan bahwa ia tak ingin naik motor butut Baskara lagi.

Mungkin juga ikut kesal, Baskara tak lagi membujuk Joita. Dan berakhir Joita menaiki angkot karena uang yang ia punya tidak cukup untuk naik bis dan taksi. Berhubung ia tidak memalak, karena harinya dihabiskan untuk baku hantam.

Ya, kalian taulah, angkot berwarna merah yang kulit badan mobilnya agak terkelupas. 5 menit sebelum sampai di rumah Joita diturunkan, dengan alasan keluarganya ada yang terkena musibah.

Joita sangat kesal dan bahkan ingin menuntut sopir angkotnya. Tetapi sang sopir malah mengembalikan seluruh uang Joi dan pergi begitu saja.

Sungguh, Joi bersumpah serapah saat itu juga. Mengatakan bahwa tidak ada hal yang berjalan lancar di hari itu.

Ia berhasil sampai rumah setelah menempuh 20 menit lebih, padahal normalnya hanya 7 menit saja untuk pejalan kaki. 

Di jalan, Joita terus-terusan berkata kasar sambil sesekali merusak bunga yang ada di pinggiran jalan. Jika ia kepanasan dan kembali dongkol, ia berhenti dan duduk di trotoar seperti anak kecil. Setelah malu dilihat banyak orang baru ia melanjut jalan. Begitu terus, hingga akhirnya berhasil ke rumah.

Jika tahu akan seperti itu, Joita tak akan mentraktir teman-temannya sampai menguras habis uang saku. Tak akan pernah lagi.

Kini, ia duduk di dapur sambil mencincang-cincang daging. Meluapkan kekesalannya terhadap hari kemarin. Ah ... jika diingat lagi Joita jadi marah sendiri.

"Ica! Mama gak suruh kamu nyincang dagingnya." Mama Joita datang dengan kaget. 

Kesadaran Joita kembali lagi setelah teriakan sang Mama. Ia menatap daging cincangan di depan dengan sama kagetnya. Ia menutup mulut, tak percaya.

"Terus mau digimanain itu?" tanya Mama Joi setengah kesal. Daging mahal-mahal diekpektasikan enak dimakan, malah jadi cincangan kecil-kecil. Daging modelan begitu ditumis ya sayurnya masak duluan, dagingnya langsung gosong.

Joi melirik Mamanya sambil terkekeh pelan. "Maaf, Ma." Kemudian ia tertawa.

Sedangkan sang Mama mengambil cincangan Joi dengan ketus. Ia memasaknya entah dibagaimanakan. Ketahuilah, ibu-ibu pintar merekayasa.

Malam itu, Joita benar-benar memakan cincangannya sendiri yang tak terasa daging lantaran sangat kecil. Baiklah, daging selanjutnya apakah berbentuk dadu?

***

Setelah hari libur usai, datanglah lagi hari sekolah yang paling membosankan, Senin. Hari yang tidak disenangi seluruh umat pelajar. Termasuk Joita. Bukan karena apa, tapi karena pelajar di sekolahnya selalu membawa uang sedikit saat hari Senin. Tak tahu kenapa.

"ICA! Pacarmu, nih!"

Teriakan Mama yang menggelegar membuat Joi rolling eyes. Lagi-lagi orang miskin itu. Segera Joita menyelesaikan kegiatan mengikat tali sepatunya, lalu beranjak ke luar.

Ia dapat melihat jelas Baskara bersender di motor bututnya, lagi. Dan sang Mama yang asyik mengibrol dengannya. Ah, Joita tak suka.

Tanpa mood, Joita menyalimi Mama lalu naik ke motor Baskara. Begitu pula cowok itu.

Di jalan, mereka saling diam-diaman. Kalau Joita sudah pasti bad moon sejelek-jeleknya. Wanita mana yang senang naik motor butut. Ayolah.

"Jangan datang lagi besok."

Baskara bertanya, "Kenapa?" Ia menatap Joita lewat spion motor.

"Karena gue nggak suka, nggak mau dan benci itu. Sekedar saran, buang motor tua lo ini. Sakit mata gue pas liatnya." 

Tepat pemberhentian, Joita melihat sepasang kekasih di sampingnya dengan mobil mewah dan pakaian mewah. Keduanya terlihat serasi dan elegan. Tak seperti dirinya sekarang.

"Joi, lo suka cowok kaya itu gunanya apa, sih? Kan, lo bisa berjuang sama-sama buat ngenaikin derajat kalian."

Joita kembali menatap jalanan saat lampu lalu lintas berubah hijau. "Karena Papa gue gak mau anaknya susah lagi, seperti dia yang dulu. Gue susah-susah dihidupin orang tua dan dengan gampangnya seseorang minang dengan derajat yang rendah. Orang tua capek-capek ngurus anaknya biar hidup makmur, eh dia datang ngajak susah. Becanda? Cih." Ia terkekeh kecil.

"Gue mau nerusin kekayaan orang tua gue karena gue bangga akan hasil kerja keras mereka, bukan pergi dengan laki yang derajatnya rendah buat mulai dari awal. Persetan setia, gue nggak akan kemakan sama setia."

Baskara masih diam.

"Lo tau siapa di dunia ini yang paling setia?" Joi tersenyum kecil. "Diri kita sendiri. Kita gak bakal pernah ninggalin kita, gak pernah gak ada saat dibutuhin, selalu sabar saat ada masalah."

"Itu kata Papa gue."

Mereka masuk ke gerbang sekolah. Berhenti di parkiran lalu melepas helm masing-masing. 

Joita menatap Baskara saat anak itu balik menatapnya. "Jadi, jangan ajak gue hidup susah."

Cewek itu mengedipkan sebelah matanya, lalu pergi setelah mengibas rambut dengan sombong. 

Sedangkan Baskara yang diam dari tadi hanya bengong. Ia menatap jalan Joita yang lenggak-lenggok bagai ular sawah dengan datar.

"Dia udah keramas nggak, ya?

Setelah menggertak halus Baskara, Joi masuk ke gedung kelasnya. Koridor ia lewati dengan sombong dan sok cantik. Ia masa bodoh dengan tanggapan orang lain, hidupnya Joita ya Joita yang harus peduli dengan tanggapannya. Bukan orang lain.

Di sana, Joi bertemu dengan 4 sahabat yang sama bejatnya. Mereka semua langsung berangkulan.

"Eh ... si Tiara dimarah Mamanya dong."

Semuanya menganga. "Lo pulang bonyok-bonyok, Ra?" tanya Bianca.

Jadi, saat selesai perkelahian itu mereka kembali ke sekolah. Merapikan diri dan menutup lukanya dengan krim. Kemudian pulang saat jam pulang seperti murid yang lain.

Tentang Tiara yang ketahuan bonyok, entah ia hapus make upnya atau bagaimana. Intinya, wajah mereka kembali mulus saat pulang sekolah.

"Ketahuan dia, ngab. Cupu asli." Clara asyik memanasi.

Tiara membalas, "Gue nggak munafik ya, kaya kalian contohnya."

Joita menjitak kepala Tiara langsung. "Yang ngomong abis kabur dari rumah malem-malem ke bar, njir." Semuanya tertawa, menyetujui ucapan Joi.

"Bener, heh!"

"Eh ... iya. Lo pulang pagi apa nggak dimarah sama Mama lo, Ra?" tanya Angel kembali mengingat kejadian malam mereka saat di bar.

Tiara mengibas rambut. "Nggak, lah! Orang gue manjat pager, dan Pak Mahmud molor."

Mereka tertawa lagi. "Gila Pak Mahmud. Percuma njir orang tua lo bayar mahal ke dia, kalo kerjanya molor terus," kata Bianca.

"Iya, anjir. Kapan-kapan gue maling di rumah lo aja kali ya," tutur kata Clara.

Sedangkan Tiara tak membalas. Ia asyik tebar pesona pada cowok-cowok yang mereka lewati. Percayalah, bagi Tiara terlihat cantik lebih penting daripada Pak Mahmud yang makan gaji buta.

"Ngomong tentang bar, kapan-kapan kita ke sana lagi yuk. Besok gimana? Kangen banget sama alkohol," ucap Angel dengan wajah merekah.

Clara berdecih. "Jangan naif, Ngel. Bilang aja lo rindu dijamah sama salah satu bartender di sana." Mereka menggoda Angel.

"Apaan, sih? Nggak!"

Tiara yang dari tadi mendengar jadi jengah, ia rolling eyes. "Gue liat lo masuk ke kamar sama bartender ya, Ngel."

Semuanya bersorak menggoda untuk Angel. Apalagi Bianca, ia yang paling keras. Awalnya sih Angel menjaga mahkotanya, tapi sejak bertemu dengan bartender yang mereka katakan ia jadi khilaf. Perawan atau tidak perawan, itu urusan Angel.

"Joita, nih! Lo kapan pacaran lagi? Sumpek banget liat lo jomblo."

Joita mengedikkan bahu sambil smirk.

"Iya, Joi. Lagipula, lo belum pernah tidur sama laki sebelumnya, kan?" tanya Bianca.

Membuat Joi mengernyit. "Udah, anjir. Gue udah bilang kalo gue pernah tidur sama Antakali."

Clara menyahut, "Seriusan sama temen SMP lo itu? Emang kalian pernah pacaran?"

Joita menggeleng. "Tidur bareng kan nggak harus pacaran," ucapnya sambil mengedipkan satu mata.

Membuat semuanya berseru. 

Ya, mereka adalah sekumpulan anak jahat yang ramah tamah saat di rumah saja. Di luar, mereka melakukan apa saja yang mereka inginkan. 

Bermain dengan dunia luar membutuhkan uang, kan? Sedangkan mereka tak pernah meminta uang dengan orang tuanya lebih dari jatah bulanan. Yap, mereka menghasilkan uang dari main tadi itu.

Semuanya merasa itu adalah hal yang benar dan wajar dilakukan untuk anak muda. Jadi, kenapa tidak?

Pintu kamar mandi cowok dibuka oleh Baskara. Ia menatap kelompok Joita yang lewat. Ia mendengar percakapan anak-anak itu. 

Namun, Baskara tidak peduli. Menyukai Joita? Mustahil. Dari awal Baskara hanya akting, di depan Joita, temannya, atau bahkan orang tua anak itu. Yang Baskara butuhkan bukan hati Joita, tapi persetujuan Joita dalam menjalin hubungan kontrak mereka. 

Baskara hanya kesal dengan wanita-wanita yang menguntitnya. Sebab itulah Joita bisa menjadi perisai dari semua, karena kenakalan dan banyak yang segan padanya.

Related chapters

  • SEQUOIA   5. Milik Gue

    Hari ini adalah hari minggu. Karena itu Joita bangun telat tadi, bahkan menghiraukan teriakan sang Mama yang pamit hendak ke rumah saudara. Entahlah, Joi rasa ia kelelahan. Sebab tawuran hampir setiap hari. Dan setiap hari itu juga, Baskara tak lagi memunculkan diri di depan Joi. Tak menguntit, mengganggu, atau menawarkan jasa antar-jemput. Kecuali kemarin. Saat hendak pulang, Joita ditarik oleh lelaki itu ke belakang gedung. Ya, dia adalah Baskara. Anak itu tak seperti biasanya saat menemui Joi, ia kembali pada diri yang haus famous dan pujian. Lihat saja dagunya yang terangkat tinggi. "Kenapa?" Joi bertanya sambil bersedekap. Jujur, ia sedang malas berinteraksi. Terlebih pada mahkluk menyebalkan di depannya ini. "Kalo gue besok jemput lo pake mercedes benz, lo deal jadi pacar gue?" tanyanya dengan raut serius. "Kalo emang lo besok bawa mercedes benz, yaudah bagus, lo kaya. Tapi, untungnya di gue gak ada. Mau lo kaya kalo gak guna, gak bisa diporotin, ya percuma." Joita mengiku

    Last Updated : 2021-03-07
  • SEQUOIA   6. Undangan

    "Lo peka, ya. Gue akui acting lo bagus." Alisnya ia naik turunkan, menyombong for life. "Apa sih yang Joi gak bisa?" ujarnya sembari bersedekap. Membuat Baskara mendengkus kecil, menyesal melontar pujian. "Karena kita udah official, malem minggu kita ngedate, ya. Gak ada penolakan." Ia tak mengalihkan atensi dari ponsel, masih mensearching tempat ngedate yang bagus. Joi mendelik. "Unofficial mungkin," ucapnya tak terima. Hey, sekaya-kayanya Baskara kalau bukan tipe Joi ya tetap tidak lampu hijau. Dia memang sepemilih itu. Sementara Baskara mengangguk-angguk tak peduli. Toh semua hanya untuk publisitas, agar cewek-cewek seperti pagi tadi tidak menganggu Baskara lagi. Lagipula ngedate yang dimaksud bukan seperti ngedate pada umumnya, paling Baskara dan Joi hanya pergi makan, berfoto, posting, lalu pulang. Tidak ada sentuh-sentuh, tidak boleh! "Hai, Bas?" Atensi Joi dan Baskara teralih bersama. Di sana, berdiri seorang gadis berambut panjang lurus dengan semburat malu. Kalau Baska

    Last Updated : 2021-03-17
  • SEQUOIA   7. Birthday Party

    Sampai dengan wajah memberengut, kini Joi melepas helm kasar. Tangannya menaruh helm juga tak pelan, seakan ingin memecahkan barang tua itu. Bagaimana tidak? Bagus sekali penampilannya sekarang, kekinian dan mewah. Tapi transportasinya motor butut biru pudar ini, bayangkan malu yang ditanggung saat semua atensi di parkiran mengarah kepadanya. "Gue pulang sendiri nanti, kita pisah di sini." Joi hendak pergi, namun Baskara keburu menahannya. "Gimana caranya lo mau pisah kalo undangannya lo dari gue?" Skakmat, Joi bingung akan membalas apa. "Gue pulang aja." Lagi-lagi saat hendak pergi, Joita ditahan oleh Baskara. Kali ini anak itu langsung merangkul Joi, meminimalisir jarak di antara mereka. "Yakali lo udah cantik gini pulang, ayolah Joi." Baskara memainkan alisnya, merayu Joi agar tinggal lebih lama. Karena risih, jadi Joi iyakan saja. Baper? Tidak akan. Asal kalian tahu bahwa banyak cowok yang mengincar Joi bahkan jauh lebih dekat dibanding Baskara, tapi apa? Nihil, kalo Joi bilang

    Last Updated : 2021-03-31
  • SEQUOIA   8. Pelukan

    "Bilang apa?" Sesudah menyodorkan helm pada sang empu, Joi malah balik bertanya, "Apa?" Baskara menghela napas. Lalu menggeleng, membiarkan pertanyaannya tadi mengambang tanpa balasan. Ia beranjak menyalakan mesin motor tuanya. Hendak pergi, ia sempat berkata, "Kalo lo ngerasa udah ngerepotin seseorang, minimal ucapin terima kasih. Kecuali lo emang gak tahu terima kasih, sih." Sindiran halus itu menjadi akhir percakapan mereka, karena Baskara menjalankan motornya, berlalu. Joita yang malas mencerna, memilih masuk saja. Rumah tampak gelap, karena memang Mama Joi belum pulang. Kalau sesuai izinnya pada Joi, kemungkinan besar pulang besok. Ruangan gelap itu terang kala Joi masuk ke dalam. Bukan otomatis, tapi karena Joi memencet tombolnya. Setelah mandi dan memakai segala kebutuhan malam seperti biasa, Joi duduk di meja dapur. Memakan sayur mayur yang berada dalam tudung saji. Asyik bengong, Joi disadarkan oleh notifikasi ponsel. Setelah ia cek, orang yang mengirim pesan adalah Bask

    Last Updated : 2021-06-17
  • SEQUOIA   9. Gairah Lelaki Bar

    "Bunda, aku kemarin pulang jam berapa?" Wajah masam Bunda teralihkan. Sayuran yang tengah dipotong sengaja dihentikan. "Selama Bunda hidup, gak pernah tuh Bunda ngajarin anak Bunda keluyuran jauh sampai mabuk-mabuk. Bahkan Bunda larang buat ngerjain hal bejat kayak gitu." Baskara menunduk, menyesal bertanya pada sang Bunda. Ia lupa tentang tadi malam ia mabuk berat. "Maafin, Baskara, Bunda." "Bunda maafin kalo ini yang terakhir. Bunda gak suka kedepannya Baskara ngelakuin hal yang kayak gini atau lebih." Bunda Baskara kembali memotong-motong sayurnya. "Kamu udah dewasa, tahu yang bener dan salah. Bunda emang gak pernah ngajarin anak Bunda untuk gak berbuat salah, tapi Bunda ngelarang keras kalo anak Bunda ngulangin kesalahan yang sama." "Tahu, kan, kalo kesalahan adalah bahan pembelajaran?" "Iya, Bunda. Baskara khilaf." Keduanya diam setelah itu. Atensi Baskara beralih pada sang Bunda yang berjalan mendekat. Duh, bahaya kalau Bunda sampai melapor pada sang Raja, alias Tuan Baskar

    Last Updated : 2022-03-21
  • SEQUOIA   10. Candu

    Mata Baskara membulat lagi dan lagi. Ia menatap Joita tak percaya. Sementara yang ditatap malah mendekat hingga hidung mereka bersentuhan. "Gue emang secantik itu, Baskara sayang." Joi mengecup pelan bibir Baskara, persis seperti semalam. Lalu tersenyum puas menuju ke sisi lain pinggir sungai. Badan anak itu masih terpaku, entah karena ia ingat kejadian memalukan itu atau karena kecupan Joi barusan. Astaga, ini baru dua hari dan Baskara telah melakukan dosa besar begitu banyak. Kini otak Baskara terus memutar kejadian itu, seperti kaset rusak. Kotor! Tapi Baskara tak mampu menepisnya. Dan, kenapa jantung Baskara terus menerus berdentum bak dijatuhi ribuan meteor? "Sialan." "Baskara!" panggil Joita dari sisi lain agak jauh. Ia mengisyaratkan agar Baskara mendekat. "Sini!" Sembari mengernyit, Baskara berjalan pelan ke arah Joita. Mati-matian ia tahan kakinya agar tak lemas. Bayangkan saja, ciuman pertama seorang Baskara jatuh kepada seorang Joita Rastanti. Bahkan yang kedua, ketiga

    Last Updated : 2022-03-23
  • SEQUOIA   11. Perasaan Hangat

    Dengan tangan asyik memukul-mukul bantal, Joita juga menghantamkan kepalanya berkali-kali ke kasur. Ia terus mengulang kejadian di rumah sakit dua hari yang lalu. Dan sebelum ini juga ia terus memikirkannya, ia tak bisa menepis ingatan itu.Sensasi Antakali mendekapnya dalam benar-benar suatu karya paling indah, namun Joita tak seharusnya berpikir seperti itu. Antakali hanyalah masa lalu yang berperan kecil dalam masa depannya. Tapi, kenapa Joita terus-terusan memikirkannya?Ia yakin bahwa ia sudah melupakan segala hal tentang mantan terakhirnya itu. Bahkan tak pernah ia merasa galau karenanya, tapi kenapa akhir-akhir ini berjalan menyimpang. Suara notifikasi membuyar segala tingkah Joita. Ia memeriksa ponsel dan melihat pemberitahuan pesan dari Baskara. Cowok itu memberitahukan bahwa boneka kangguru yang ia minta sedang di perjalanan. Ya, beberapa hari setelah insiden mercedes benz itu Joita hanya meminta boneka kangguru sebagai permintaannya. Karena kalau kangguru asli ia belum me

    Last Updated : 2022-06-23
  • SEQUOIA   12. Dejavu

    "Lo yang suruh jawab mau!""Lo kenapa mau, bego?""Ya karena lo suruh, bajingan.""Lo gak harus mau dan asal terima, Joita.""Kalo gue emang mau gimana?"Keduanya lagi-lagi diam. Nyatanya, setelah peristiwa di puncak, saat perjalanan pulang mereka cekcok saling menyalahkan. Tidak ada yang mau mengalah. Padahal kalau memang hal yang mereka lakukan salah, maka mereka berdua bersalah."Apa? Gak bisa jawab kan lo?" Joita berdecih sambil bersedekap dan menyandar ke kursi mobil. Ia menatap terang jalan lewat kaca spion mobil.Sementara Baskara meremat-remat bibirnya. Ia tak tahu harus membalas apa kali ini. Sebenarnya dia mengaku bahwa dia yang memulai, tapi ia tak bisa menjelaskan detail tentang maksud perkataannya karena gengsi."Maafin gue, deh," ucap Baskara akhirnya. Ia menyerah, tak akan ada habisnya jika adu mulut dengan Joita."Tapi ... gue serius."Atensi Joi teralih ke samping. Ia menatap Baskara yang meliriknya sebentar. "Gue juga."Setelah itu, tak ada lagi perbincangan di mobil

    Last Updated : 2022-11-09

Latest chapter

  • SEQUOIA   12. Dejavu

    "Lo yang suruh jawab mau!""Lo kenapa mau, bego?""Ya karena lo suruh, bajingan.""Lo gak harus mau dan asal terima, Joita.""Kalo gue emang mau gimana?"Keduanya lagi-lagi diam. Nyatanya, setelah peristiwa di puncak, saat perjalanan pulang mereka cekcok saling menyalahkan. Tidak ada yang mau mengalah. Padahal kalau memang hal yang mereka lakukan salah, maka mereka berdua bersalah."Apa? Gak bisa jawab kan lo?" Joita berdecih sambil bersedekap dan menyandar ke kursi mobil. Ia menatap terang jalan lewat kaca spion mobil.Sementara Baskara meremat-remat bibirnya. Ia tak tahu harus membalas apa kali ini. Sebenarnya dia mengaku bahwa dia yang memulai, tapi ia tak bisa menjelaskan detail tentang maksud perkataannya karena gengsi."Maafin gue, deh," ucap Baskara akhirnya. Ia menyerah, tak akan ada habisnya jika adu mulut dengan Joita."Tapi ... gue serius."Atensi Joi teralih ke samping. Ia menatap Baskara yang meliriknya sebentar. "Gue juga."Setelah itu, tak ada lagi perbincangan di mobil

  • SEQUOIA   11. Perasaan Hangat

    Dengan tangan asyik memukul-mukul bantal, Joita juga menghantamkan kepalanya berkali-kali ke kasur. Ia terus mengulang kejadian di rumah sakit dua hari yang lalu. Dan sebelum ini juga ia terus memikirkannya, ia tak bisa menepis ingatan itu.Sensasi Antakali mendekapnya dalam benar-benar suatu karya paling indah, namun Joita tak seharusnya berpikir seperti itu. Antakali hanyalah masa lalu yang berperan kecil dalam masa depannya. Tapi, kenapa Joita terus-terusan memikirkannya?Ia yakin bahwa ia sudah melupakan segala hal tentang mantan terakhirnya itu. Bahkan tak pernah ia merasa galau karenanya, tapi kenapa akhir-akhir ini berjalan menyimpang. Suara notifikasi membuyar segala tingkah Joita. Ia memeriksa ponsel dan melihat pemberitahuan pesan dari Baskara. Cowok itu memberitahukan bahwa boneka kangguru yang ia minta sedang di perjalanan. Ya, beberapa hari setelah insiden mercedes benz itu Joita hanya meminta boneka kangguru sebagai permintaannya. Karena kalau kangguru asli ia belum me

  • SEQUOIA   10. Candu

    Mata Baskara membulat lagi dan lagi. Ia menatap Joita tak percaya. Sementara yang ditatap malah mendekat hingga hidung mereka bersentuhan. "Gue emang secantik itu, Baskara sayang." Joi mengecup pelan bibir Baskara, persis seperti semalam. Lalu tersenyum puas menuju ke sisi lain pinggir sungai. Badan anak itu masih terpaku, entah karena ia ingat kejadian memalukan itu atau karena kecupan Joi barusan. Astaga, ini baru dua hari dan Baskara telah melakukan dosa besar begitu banyak. Kini otak Baskara terus memutar kejadian itu, seperti kaset rusak. Kotor! Tapi Baskara tak mampu menepisnya. Dan, kenapa jantung Baskara terus menerus berdentum bak dijatuhi ribuan meteor? "Sialan." "Baskara!" panggil Joita dari sisi lain agak jauh. Ia mengisyaratkan agar Baskara mendekat. "Sini!" Sembari mengernyit, Baskara berjalan pelan ke arah Joita. Mati-matian ia tahan kakinya agar tak lemas. Bayangkan saja, ciuman pertama seorang Baskara jatuh kepada seorang Joita Rastanti. Bahkan yang kedua, ketiga

  • SEQUOIA   9. Gairah Lelaki Bar

    "Bunda, aku kemarin pulang jam berapa?" Wajah masam Bunda teralihkan. Sayuran yang tengah dipotong sengaja dihentikan. "Selama Bunda hidup, gak pernah tuh Bunda ngajarin anak Bunda keluyuran jauh sampai mabuk-mabuk. Bahkan Bunda larang buat ngerjain hal bejat kayak gitu." Baskara menunduk, menyesal bertanya pada sang Bunda. Ia lupa tentang tadi malam ia mabuk berat. "Maafin, Baskara, Bunda." "Bunda maafin kalo ini yang terakhir. Bunda gak suka kedepannya Baskara ngelakuin hal yang kayak gini atau lebih." Bunda Baskara kembali memotong-motong sayurnya. "Kamu udah dewasa, tahu yang bener dan salah. Bunda emang gak pernah ngajarin anak Bunda untuk gak berbuat salah, tapi Bunda ngelarang keras kalo anak Bunda ngulangin kesalahan yang sama." "Tahu, kan, kalo kesalahan adalah bahan pembelajaran?" "Iya, Bunda. Baskara khilaf." Keduanya diam setelah itu. Atensi Baskara beralih pada sang Bunda yang berjalan mendekat. Duh, bahaya kalau Bunda sampai melapor pada sang Raja, alias Tuan Baskar

  • SEQUOIA   8. Pelukan

    "Bilang apa?" Sesudah menyodorkan helm pada sang empu, Joi malah balik bertanya, "Apa?" Baskara menghela napas. Lalu menggeleng, membiarkan pertanyaannya tadi mengambang tanpa balasan. Ia beranjak menyalakan mesin motor tuanya. Hendak pergi, ia sempat berkata, "Kalo lo ngerasa udah ngerepotin seseorang, minimal ucapin terima kasih. Kecuali lo emang gak tahu terima kasih, sih." Sindiran halus itu menjadi akhir percakapan mereka, karena Baskara menjalankan motornya, berlalu. Joita yang malas mencerna, memilih masuk saja. Rumah tampak gelap, karena memang Mama Joi belum pulang. Kalau sesuai izinnya pada Joi, kemungkinan besar pulang besok. Ruangan gelap itu terang kala Joi masuk ke dalam. Bukan otomatis, tapi karena Joi memencet tombolnya. Setelah mandi dan memakai segala kebutuhan malam seperti biasa, Joi duduk di meja dapur. Memakan sayur mayur yang berada dalam tudung saji. Asyik bengong, Joi disadarkan oleh notifikasi ponsel. Setelah ia cek, orang yang mengirim pesan adalah Bask

  • SEQUOIA   7. Birthday Party

    Sampai dengan wajah memberengut, kini Joi melepas helm kasar. Tangannya menaruh helm juga tak pelan, seakan ingin memecahkan barang tua itu. Bagaimana tidak? Bagus sekali penampilannya sekarang, kekinian dan mewah. Tapi transportasinya motor butut biru pudar ini, bayangkan malu yang ditanggung saat semua atensi di parkiran mengarah kepadanya. "Gue pulang sendiri nanti, kita pisah di sini." Joi hendak pergi, namun Baskara keburu menahannya. "Gimana caranya lo mau pisah kalo undangannya lo dari gue?" Skakmat, Joi bingung akan membalas apa. "Gue pulang aja." Lagi-lagi saat hendak pergi, Joita ditahan oleh Baskara. Kali ini anak itu langsung merangkul Joi, meminimalisir jarak di antara mereka. "Yakali lo udah cantik gini pulang, ayolah Joi." Baskara memainkan alisnya, merayu Joi agar tinggal lebih lama. Karena risih, jadi Joi iyakan saja. Baper? Tidak akan. Asal kalian tahu bahwa banyak cowok yang mengincar Joi bahkan jauh lebih dekat dibanding Baskara, tapi apa? Nihil, kalo Joi bilang

  • SEQUOIA   6. Undangan

    "Lo peka, ya. Gue akui acting lo bagus." Alisnya ia naik turunkan, menyombong for life. "Apa sih yang Joi gak bisa?" ujarnya sembari bersedekap. Membuat Baskara mendengkus kecil, menyesal melontar pujian. "Karena kita udah official, malem minggu kita ngedate, ya. Gak ada penolakan." Ia tak mengalihkan atensi dari ponsel, masih mensearching tempat ngedate yang bagus. Joi mendelik. "Unofficial mungkin," ucapnya tak terima. Hey, sekaya-kayanya Baskara kalau bukan tipe Joi ya tetap tidak lampu hijau. Dia memang sepemilih itu. Sementara Baskara mengangguk-angguk tak peduli. Toh semua hanya untuk publisitas, agar cewek-cewek seperti pagi tadi tidak menganggu Baskara lagi. Lagipula ngedate yang dimaksud bukan seperti ngedate pada umumnya, paling Baskara dan Joi hanya pergi makan, berfoto, posting, lalu pulang. Tidak ada sentuh-sentuh, tidak boleh! "Hai, Bas?" Atensi Joi dan Baskara teralih bersama. Di sana, berdiri seorang gadis berambut panjang lurus dengan semburat malu. Kalau Baska

  • SEQUOIA   5. Milik Gue

    Hari ini adalah hari minggu. Karena itu Joita bangun telat tadi, bahkan menghiraukan teriakan sang Mama yang pamit hendak ke rumah saudara. Entahlah, Joi rasa ia kelelahan. Sebab tawuran hampir setiap hari. Dan setiap hari itu juga, Baskara tak lagi memunculkan diri di depan Joi. Tak menguntit, mengganggu, atau menawarkan jasa antar-jemput. Kecuali kemarin. Saat hendak pulang, Joita ditarik oleh lelaki itu ke belakang gedung. Ya, dia adalah Baskara. Anak itu tak seperti biasanya saat menemui Joi, ia kembali pada diri yang haus famous dan pujian. Lihat saja dagunya yang terangkat tinggi. "Kenapa?" Joi bertanya sambil bersedekap. Jujur, ia sedang malas berinteraksi. Terlebih pada mahkluk menyebalkan di depannya ini. "Kalo gue besok jemput lo pake mercedes benz, lo deal jadi pacar gue?" tanyanya dengan raut serius. "Kalo emang lo besok bawa mercedes benz, yaudah bagus, lo kaya. Tapi, untungnya di gue gak ada. Mau lo kaya kalo gak guna, gak bisa diporotin, ya percuma." Joita mengiku

  • SEQUOIA   4. Tujuan Baskara

    Kemarin ... adalah hari yang sudah dicap buruk oleh Joita. Sudah diberi harapan palsu, bonyok akibat tawuran, dihina, tambah pulang jalan kaki pula. Ya, kemarin saat Joita hendak pulang, Baskara mengajaknya bersama. Tapi Joi menolak mentah-mentah, mengatakan bahwa ia tak ingin naik motor butut Baskara lagi. Mungkin juga ikut kesal, Baskara tak lagi membujuk Joita. Dan berakhir Joita menaiki angkot karena uang yang ia punya tidak cukup untuk naik bis dan taksi. Berhubung ia tidak memalak, karena harinya dihabiskan untuk baku hantam. Ya, kalian taulah, angkot berwarna merah yang kulit badan mobilnya agak terkelupas. 5 menit sebelum sampai di rumah Joita diturunkan, dengan alasan keluarganya ada yang terkena musibah. Joita sangat kesal dan bahkan ingin menuntut sopir angkotnya. Tetapi sang sopir malah mengembalikan seluruh uang Joi dan pergi begitu saja. Sungguh, Joi bersumpah serapah saat itu juga. Mengatakan bahwa tidak ada hal yang berjalan lancar di hari itu. Ia berhasil sampai

DMCA.com Protection Status