Pasti mudah kan karena kamu ka ya ra ya!? Kalau kamu tidak mau melakukan nya, kamu akan ku laporkan ke polisi dengan tuduhan ku m pul k e bo dengan istri orang akarena aku juga mempunyai bukti kalian ti dur bersama!" ujar Rizki tegas. Adi mendelik. "Hah, apa kamu gi la? Ha rga rumah dan mobil kamu berapa? Aku harus mem ba yar dua kali lipatnya?" ujar Adi ger am. Rizki tersenyum lalu mengedikkan bahunya. "Hm, ya sudah kalau kamu nggak mau. Kita akan bertemu di Kantor polisi."Rizki terdiam sejenak. "Oh, nggak cuma itu! Sepertinya orang tua kamu benci banget kan dengan pelakor atau pebinor? Kamu pernah cerita kalau rumah tangga orang tua kamu nyaris runtuh dan papa kamu nyaris menjadi duda karena pebinor, kamu juga nyaris menjadi seorang anak broken home. Wah, wah, dan sekarang kamu menjadi pebinor? Bagaimana perasaan orang tua kamu saat menemukan kenyataan bahwa anaknya menjadi orang yang dibencinya!?" tanya Rikzi dengan ekspresi mence m o o h. Adi meradang, tangannya terkepal
"Dia.. Dia janda tanpa anak. Dan tidak punya pekerjaan," sahut Adi takut- takut. "Astaga!" Kedua orang tua Adi seketika terkejut. "Tidak! Papa dan mama tidak setuju!"Adi menelan ludah. 'Ah, memang sudah kuduga kalau memang tidak akan mudah meminta ijin pada papa dan mama. Apa yang harus kulakukan sekarang?' batin Adi bingung. "Apa- apaan ini, Di? Dari dulu saat papa dan mama bertanya tentang pacar atau calon istri kamu, kamu selalu menjawab tidak punya pacar dan tidak punya calon istri. Tapi sekarang kamu mendadak memberitahu bahwa kamu punya pacar dan pacar kamu adalah seorang janda. Katakan ada apa ini sebenarnya? Apa ini hanya siasat kamu karena kamu masih ingin bebas dan tidak mau dijodohkan? Ingat umur, Adi! Kamu sudah berumur 27 tahun!" ujar papanya menahan kesal. Adi menatap ke arah orang tuanya.'Tidak. Aku tidak bisa jujur pada papa dan mama, bisa stres papa dan mama jika aku menceritakan yang sebenarnya,' batin Adi. 'Sepertinya aku harus berbohong agar orang tuaku ti
Beberapa saat sebelumnya, "Mana keluarga Adi? Sepertinya mulai bulan kemarin masa iddah kamu selesai. Kamu kan juga sudah mendapatkan akta cerai? Jadi seharusnya Adi juga tidak mempunyai alasan untuk tidak segera memperkenalkan kamu pada keluarga nya," ujar Irwan, sambil duduk di hadapan Nina. Nina duduk dengan meremas kedua tangan nya di pangkuan. "Mungkin dia sedang sibuk, Pi. Nanti dia juga datang," ujar Nina lirih. Padahal sejujurnya hatinya juga merasa takut jika Adi ingkar janji padanya. Karena dari kemarin saat dia menghubungi Adi, Adi segera memutuskan sambungan telepon nya begitu saja. "Telepon Adi sekarang! Papi itu juga laki- laki! Nggak ada istilah sibuk bagi laki-laki. Kalau kamu sebagai prioritas nya, kamu akan diutamakan dan selalu diberi kabar," ujar Irwan tegas.Nina mengangguk. Dia lalu meraih ponsel nya dan menekan nomor Adi. Ditunggu nya nada sambung yang berubah menjadi suara Adi. "Halo, Mas Adi," sapa Nina dengan mengaktifkan pengeras suara. "Heh, sudah kub
"Pagi, Mbak Devita," sapa Rizki ramah. Devita yang saat itu sedang mengenakan baju olahraga lengan pendek warna hitam dengan rok legging warna senada tampak cantik. "Pagi, Mas ..."Devita yang baru saja mendaftar sebagai member baru rupanya belum menghafal nama Rizki."Rizki, Mbak. Panggil saja Rizki," ujar Rizki. Devita tersenyum."Pagi mas Rizki, saya ingin memulai ngegym hari ini. Mohon bantuannya ya?" ujar Devita. "Tentu, Mbak. Bagian tubuh mana yang ingin mbak bentuk ototnya?" tanya Rizki mendekat ke arah Devita. Devita terdiam. "Saya sudah kurus. Saya ingin latihan membentuk otot lengan, pa ha dan pan tat," ujar Devita lirih. Jujur saja dia merasa malu dengan coach yang baru dikenalnya itu. Rizki mengangguk paham. Lalu menatap Devita dengan serius. "Perlu diketahui oleh setiap orang, bahwa untuk mengawali olahraga apapun, perlu melakukan pemanasan, Kak. Jadi sebelum olahraga di sini, kamu juga perlu melakukan pemanasan. Mari saya beri contoh. Silakan menirukan gerakan p
WARNING! TIDAK UNTUK DICONTOH! Beberapa saat sebelumnya, Mendadak wajah mama Adi memucat. Perempuan itu lalu memegangi dadanya. "Hahhh, hahhh!! Sa.. kit!" desis mama Adi sambil terjatuh dari kursi. Nina yang kaget segera menghambur ke arah nama Adi. "Astaga! Tante kenapa? Tante... ! Tolong...! Tolong!"Beberapa orang mendekat ke arah Nina dan memeriksa mama Adi. Salah seorang karyawan mengambil minyak kayu putih dan mengoleskan nya ke hidung mama Adi, tapi perempuan itu tak kunjung membuka mata. Salah satu karyawan nya menghubungi pemilik kafe. "Ada yang tahu nomor ambulance rumah sakit terdekat? Kalau tidak ada, kita antar saja ke rumah sakit terdekat dari sini! Pakai mobil saya!" ujar pemilik kafe. "Saya punya nomor ambulance rumah sakit dekat sini, Pak!" lapor salah seorang pengunjung kafe. Pengunjung kafe itu pun segera menghubungi mobil ambulance rumah sakit terdekat, lalu tak lama kemudian mobil itu datang ke kafeSementara itu Nina tampak kebingungan, dia ingin menelepo
Beberapa saat sebelumnya, Rizki sedang bersiap untuk pulang saat Devita mendekatinya. "Mas Rizki." Rizki yang sedang duduk di atas motor Honda volcano matte blacknya melepas helm dan menatap ke arah Devita. "Iya, Kak. Ada yang bisa dibantu?" tanya Rizki. Devita melihat ke arah mobilnya. "Saya nggak tahu kenapa mobil saya nggak bisa hidup. Minta tolong untuk dilihat dong, Mas," pinta Devita. "Oh, oke, Kak."Rizki turun dari motor yang dibelinya dari uang yang didapat dari Adi, lalu menuju ke mobil Devita. Lelaki itu membuka kap mobil dan muncullah asap tebal dari dalamnya. Rizki mengibas- ngibaskan tangannya di depan hidung seolah mengusir asap dari hadapan wajahnya. "Wah, kalau mobil nya seperti ini harus masuk ke bengkel, Kak. Sudah waktu nya servis," sahut Rizki sambil menunjuk ke arah mobil Devita. "Haduh, saya tidak punya kenalan bengkel langganan, mau pulang naik gocar, baterai ponsel saya habis. Duh, gimana ya pulang nya?" Rizki berpikir sejenak. "Saya antar saja, Kak
"Wah, kamu masih cinta sama Nina, Riz? Kok bisa sih sampai datang ke pernikahan ku walaupun tidak diundang? Tapi kamu enggak bisa rujuk lho. Karena aku dan Nina sudah menikah," ujar Adi pongah untuk memanas - manasi Rizki yang berdiri di hadapan nya. Baru saja Rizki hendak menjawab ucapan Nina mendadak terdengar suara beberapa perempuan dari arah belakang. "Tega- teganya kamu, Adi! Kamu sudah meng ha m il i kami! Memaksa kami meng gu gu r kan kan dung an dan sekarang kamu menikah? Kamu sungguh tidak berperi kemanusiaan Adiiii!"Semua tamu terperangah melihat empat orang perempuan yang mendadak datang sebagai tamu tak diundang. Rizki menyipitkan matanya menatap salah seorang perempuan yang memaki Adi. Dia adalah si rambut pirang yang dijumpai nya di ruangan khusus Adi saat Rizki sedang mencari kamera CCTV untuk mencari bukti tentang perselingkuhan istrinya. Wajah Adi memucat. Begitupun dengan orangtuanya dan orang tua Nina. Budi dan Rina mendelik pada Adi, seolah bertanya apa benar
Malam ini alih- alih tidur dengan kehangatan, Nina justru tidur dengan kedinginan dan memeluk bahunya sendiri. Air mata menderas di pipi. Dia menahan mulutnya dengan guling agar tak mengeluarkan suara saat terisak. "Huhuhu, tega sekali mas Adi! Dulu dia ramah sekali! Setiap tidur dengannya, aku selalu dibelikan perhiasan, atau minimal bunga. Tapi sekarang?? Dia justru seakan membuangku begitu saja!" gumam Nina. Dia merasa sangat sedih karena Adi seolah - olah jijik padanya. Entah berapa lama Nina menangis, tapi matanya terlihat bengkak dan akhirnya lama - kelamaan, Nina tertidur. ***Pagi menjelang saat Nina terbangun dengan kepala yang terasa nyeri dan mata yang panas. Dia melihat ke arah jam yang menempel di dinding kamar. "Sudah jam lima pagi. Lebih baik aku memasak untuk mas Adi saja. Aku yakin, dia akan jatuh cinta padaku lagi melalui jalur masakan," ujar Nina optimis. Dia pun ke kamar mandi untuk membersihkan diri lalu memakai make up tipis agar terlihat segar kemudian menu