Ucapan selamat kini Arumi dan keluarga untuk Duta dan Ani, wanita pilihan terakhir duda anak satu itu. Tentu saja Arumi dan Bayu menyambut niat baik Duta dan Ani terlebih Anggita yang sudah dekat dengan calon ibu sambungnya."Kapan rencananya mas? Kalau sudah di umumkan itu artinya tidak lama lagi kan? Atau mas Duta membutuhkan sesuatu?" "Nggak ada Arumi, mas cuma nyari tempat kejutan untuk Ani. Kamu tahu sendiri pernikahan ini adalah yang pertama untuk Ani, berbeda dengan mas yang sudah pernah menikah. Aku ingin pernikahan ini adalah pernikahan yang terindah yang tidak pernah terlupakan oleh Ani dan aku sudah tahu apa yang diinginkannya meski Ani berusaha menyembunyikannya tapi aku tahu dari ibunya,""Pernikahan seperti apa yang diinginkan oleh Ani? Seperti dongeng satu malam?" tanya Arumi, sebagai adik sekaligus sahabat dari Ani dan juga bosnya. Arumi ingin memberikan yang terbaik untuk mereka berdua tentu dengan gaun pengantin yang sudah ia siapkan jauh saat Arumi sebelum mengetah
Langkah wanita bergaun merah berhenti, dengan berat hati menoleh ke arah suara. Di sana Arumi menghampirinya wanita yang kini semakin sehat meski belum lama melahirkan."Kenapa pergi? Kamu tidak ingin menemui mereka? Aku tahu, ini akan membuatmu sakit tapi apa yang di lakukan kamu sama mas Duta jauh lebih sakit saat kamu memilih pergi. Temui mereka walau cuma sebentar, di sana ada anakmu yang ingin kamu hadir," Panjang lebar Arumi mengungkapkan apa yang di inginkan Anggita. Yaitu Ibunya datang di hari bahagia ayahnya dengan Ibu barunya."Aku tidak sanggup Rum, aku nggak bisa melihat mas Duta bersanding dengan wanita lain. Di sini sangatlah sakit," lirihnya air mata mengalir deras. Arumi menempuk pundak wanita yang pernah menjadi kakak iparnya sekaligus teman sekolahnya dulu."Jika kamu merasakan sakit melihat mas Duta menikah lagi. Bagaimana sakitnya mas Duta tahu kamu selingkuh bahkan sampai hamil Andara? Jangan posisikan dirimu yang terdzalami. Ingat apa yang kamu rasakan itu tidak
"Kenapa kalian liatin Sely? Bener kok yang di bilang. Ah, aku tahu kalian pasti ngiri ya, huh. Wajar sih secara menantuku ini pekerja keras dan kalian tahu kan dia jadi orang kepercayaan bosnya. Menantuku sekarang merintis usaha sendiri. Biar apa? Biar bisa dapet dua-duanya. Anakku yang bakalan jadi bos sedangkan menantuku biarin jadi manajer! Hebat kan anakku orang kaya asli bukan kaleng-kaleng! Ya, nggak kayak ono sih! Sekarang jadi bos juga karena bantuan orang tuanya" Sindir Nila. "Rum ayok kita istirahat. Biarin pengantin baru balik ke kamar, kan ini —""Bayu! Cukup ya, bercandanya. Kasihan istriku loh!" "Ya, iya, sayang yuk kita pulang."Arumi mengikuti langkah Bayu yang lebih dulu meninggalkan hotel, mereka memutuskan untuk pulang ke rumah mengingat putranya yang masih terlalu kecil dan Bu Laras pun melarangnya. Bersama dengan Yoga dan dua anaknya meski berbeda kendaraan, namun Arumi dan kedua orang tuanya memilih pergi lebih dulu."Mbak tunggu!" Bu Laras mengurungkan dirinya
Duta pasrah jika dua wanita tersayangnya memutuskan untuk tidur salam satu selimut bahkan dirinya hanya bisa tidur di samping putrinya tengah malam Duta berpindah tempat yakni di belakang istrinya."Pagi ayah! Apa ayah mau ikut kami?" wajah ceria Anggita dan penampilan yang sudah bersiap dengan rambutnya yang di ikat dua."Kalian mau ke mana?""Ih, ayah. Kita kan mau ke mall ayah anterin kami ya, mau beli baju kayak ibu!" Anggita merengek hal itu membuat Duta menyerah dan mengikuti kemauan putrinya.Sampai di mall Anggita memilih baju yang di inginkan nya, berapa gamis dan kerudung pilihan Ani. Duta dari jauh memperhatikan bagaimana Ani bersikap keibuan meski belum berpengalaman, nyatanya Anggita begitu dekat bahkan lebih dekat dan nyaman dari Ibu kandungnya."Sayang ibu ke ayah dulu. Kalau sudah selesai bisa temui ibu di sana," ujar Ani sebelum meninggalkan Anggita."Mas kamu kenapa? Wajahnya di tekuk gitu?" Ani duduk di samping pria tampan yang itu."Kamu nyuruh aku puasa berapa la
Beberapa hari setelah pembicaraan dengan Ibu mertuanya Arumi yang kembali di sibukkan dengan segudang aktivasi. Tidak jauh berbeda dengan Arumi, Bu Laras justru merasa tidak enak hati, bukan hanya Yoga yang marah tapi juga Duta. Mereka tidak habis pikir dengan pola pikir ibu mereka."Rum, Bayu mana?""Ada di belakang mas sama anak-anak. Wah bawa apa itu? Kayaknya aku tahu ini," ujar Arumi, tahu apa yang di bawa kakak iparnya."Tau aja sih kamu Rum. Gagal jadi kejutan, huh!""Sini mas, kopi apa teh?""Nggak dua-duanya,""Tumben mas!""Aku mau ajak kalian makan di luar. Kalian nggak sibuk kan? Atau kalian ada acara lain?""Nggak ada sih!""Ya udah yuk, siap-siap sekalian kita main dulu,""Siap-siap mau ke mana?""Makan di luar sekalian main. Udah lama aku nggak ajak anak-anak,"Arumi saling beradu pandang dengan Bayu tak lama Bayu mengangguk. Mereka bersiap dan bukan hanya mereka saja bude Narsih turut serta. Tiga mobil mewah beriringan meninggalkan kediaman Arumi, taman bermain yang me
Tubuh Dani menegang bersamaan dengan suaranya yang terbata. Melihat sosok wanita cantik yang menghampiri bosnya."B –baik, pak Bayu," ujar Dani, terbata. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, suasana semakin mencekam saat Bayu merangkul pinggang Arumi dengan lembut."Sayang kenalkan dia Dani, manajer yang aku ceritakan sama kamu," Arumi menoleh kearah pria yang berdiri menunduk. Meski terkejut namun tak lama Arumi kembali tenang. Bibirnya tertarik keatas membentuk sebuah senyuman indah di sana."Mas yakin kalau dia manajer? Maksud aku, apa kamu nggak kenal siapa dia mas?" tanya Arumi, tenang akan tetapi tiap kata yang terucap, penuh dengan penekanan."Ya. Kenapa sayang? Apa kamu kenal dia?" Bayu melihat sikap istrinya berbeda, paham akan perkataan dan kemarahan yang tersimpan di sana. Hanya Bayu yang tahu siapa Arumi bagaimana wanita cantik itu mencoba menahan gejolak amarah yang memuncak."Jadi dia manajer kamu? Apa kamu tahu mas pria ini adalah suami dari Sely dan dia —"Belu
"Ibu, maaf apa betul ini rumah mbak Arumi? Kebetulan saya temannya mas Yoga, tadi saya di minta datang ke sini," ujar wanita ayu di depannya."Benar nak, ayok masuk. Yoga ada di dalam," Bu Wati mengajak wanita muda itu menemui keluarga besannya. Terlihat begitu anggun wanita yang mengaku sebagai sahabat Yoga itu."Hei, kamu sudah datang? Oh, ya, kenalkan ibunya Arumi," ujar Yoga."Terima kasih buk," sambung Yoga, menyambut kedatangan wanita yang sejak tadi ia tunggu kehadirannya. Wanita yang mampu mengalihkan perhatiannya dari semua pekerjaan yang akhir-akhir ini menjadi sahabat terbaiknya. "Ibu, salam kenal, aku Salsabila sahabat mas Yoga,""Salam kenal nak, wah kamu cantik sekali. Oh, iya, ayok masuk mereka menunggu di dalam. Yoga tidak akan marah kok, kami tahu jalanan pasti macet, Yoga ajak temannya ketemu sama yang lain,""Ya, buk,""Yang di katakan ibu benar, aku nggak marah kok," sambung Yoga."Tapi aku nggak enak mas, maaf ya, aku jadi terlambat,""Udah jangan pikirin, aku
Arumi membayar mobil untuk mengangkut semua barang milik keluarga Tante dari suaminya. "Buk sudah semua, apa ada lagi yang mau di bawa?" "Sudah semua, tolong kamu masukkan semua ke dalam. Nanti ada ibu yang menunggu di sana, ini bayarannya,""Terima kasih buk, nanti saya rapikan,""Terima kasih pak."Arumi meninggalkan rumah yang selama ini di tempati oleh Dani, 'seandainya kejadian di restoran itu tidak terjadi. Maka hidup kalian akan tenang di sini, aku pasti akan membantu kalian untuk berbicara dengan Mas Bayu," batin Arumi.Setelah kejadian kemarin, Arumi tak lagi bertemu dengan saudara dari suaminya. Kali ini ia ingin menemui Nila dan Sely yang berada di kantor polisi. Belum sempat masuk ke dalam mobil seorang wanita yang rumahnya tidak jauh dari rumah Dani menghampiri."Assalamualaikum Bu Arumi,""Waalaikumsalam," Wanita itu tersenyum melihat kebingungan Arumi, ia kembali bersuara. "Buk, suami saya salah satu karyawan di toko pak Bayu," ujarnya menjelaskan."Maaf, Bu Arumi, men
Waktu terus bergulir hari berganti minggu, lima bulan terlewati kabar dari Bu Laras tidak di ketahui. Mereka sudah berusaha untuk mencari nyatanya hingga hari ini perempuan paruh baya itu bak di telan bumi.Kesuksesan Arumi membawa namanya semakin di kenal oleh penduduk Indonesia tapi juga panca negara, berkat kerja kerasnya kini Arumi berhasil meluncurkan produk terbaru dan launching butik barunya, selain itu bertepatan Arumi mengadakan fashion show di salah satu hotel berbintang. Acara berjalan lancar hingga di pengunjung acara Arumi berdiri bersama beberapa model yang memeragakan pakaiannya. Memberikan berapa sambutan dan ucapan terima kasih pada orang-orang yang berada di belakangnya terutama suami dan keluarganya."Selamat ya sayang, mas bangga banget sama kamu," ujar Bayu, melihat kemampuan istrinya yang tersembunyi kini semakin memancarkan aura binatangnya."Aku yang makasih mas, kamu selalu mendukung apapun yang aku lakukan. Kesuksesan aku karena ridho kamu mas,""Dan kerja ke
Sampai di rumah sakit mereka di sambut tangis Nila di depan ruang UGD. Eni membiarkan suaminya menenangkan tantenya, ada berapa luka yang ia tahu itu adalah luka bakar."Sekarang tante jelaskan kenapa bisa seperti ini," tanya Duta, setelah tantenya tenang."Tadi sepulang dari restoran tiba-tiba ada orang yang menyiramkan cairan ke wajah Sely, Duta tolong tante," ucap Nila, mengiba pada Duta. Tanpa sengaja melihat Eni di belakang Duta."Puas kamu hah, kamu kan yang menginginkan hal ini. Secara kamu kan temannya Arumi." Sinis Nila."Tante sudah ya, dalam keadaan seperti ini tante masih menyalahkan orang lain, kenapa kalian tidak berpikir kalau ini adalah teguran untuk tante dan juga Selly. Mengenai orang yang menyiram air keras itu kenapa tante tidak mencari tahu siapa orangnya atau jangan-jangan dia adalah orang suruhan istri laki-laki yang menjadi simpanan Sely.""Duta tega kamu ya, istrimu itu pasti cerita sama Arumi mereka pasti bahagia kalau kami seperti ini! Dasar kamu orang miski
Mendengar penuturan Bu Laras, mereka menggelengkan kepala. Bu Wati tersenyum mengejek, begitu miris bagaimana keluarga besan nya berulang kali melakukan kesalahan dan di maafkan oleh anak dan menantunya. Tetapi kembali melakukan kesalahan yang sama, dan kali ini Bu Wati menolak keras jika Arumi memaafkan lagi besannya.Geram dengan tingkah dan perkataan Bu Laras, Bu Wati memilih untuk pergi. Dengan begitu kewarasannya tetap terjaga. Namun langkahnya terhenti dan berbalik kearah Bu Laras."Sekali lagi kamu menyentuh anak dan menantuku terlebih kedua cucuku, aku pastikan tangan ini yang akan membuatmu diam selamanya! Ingat hari ini, detik ini kamu menolak mereka maka tidak ada jalan untuk mendekati mereka apa lagi mengiba. Hidup lah sediri di panti jompo, hanya tempat itu yang cocok untukmu wahai Bu Laras yang terhormat, orang yang paling kaya dan orang kota." Ucap Bu Wati sebelum meninggalkan ruangan itu.Ruangan itu seketika hening ada rasa takut yang singgah di hatinya, hanya berapa
Bayu mengajak Arumi pulang lebih dulu, mereka tidak tahu harus seperti apa lagi. Kasih sayang dan sabarnya mereka karena tingkah dan kebencian ibu pada keluarga kecilnya justru hampir saja membuat istrinya celaka. Seandainya waktu bisa di rubah mungkin tak ingin terlahir dari rahim wanita yang tidak memiliki rasa sayang. Bayu melajukan mobilnya menjauh dari restoran meninggalkan sesak yang menghimpit dadanya, Ibu adalah cinta pertama untuk anak laki-lakinya justru menorehkan luka begitu dalam, seakan ia terkahir dari rahim orang lain.Wanita yang sampai saat ini masih bertahan di samping pria yang menjadi imamnya itu turut serta rasa yang menyesakkan, ketika melihat suaminya tidak baik-baik saja. Arumi meminta untuk berhenti di salah satu taman kota yang hari ini terlihat sepi. Mungkin karena siang hari sehingga banyak kursi yang kosong, meski ada berapa pengunjung."Mas menangis lah jika itu membuat kamu tenang," lirih Arumi, mengusap lengan kokoh itu. "Salahku apa dek, ibu begitu m
Bayu tersentak mendengar penuturan Arumi, selama ini Arumi hanya bilang kalau ada maling, tapi tidak tahu jika pelakunya adalah Ibu serta mantan menantunya terlebih Tante dan keponakannya terlibat."Nggak usah liatin aku gitu banget mas! Aku nggak ikutan mereka, aku sibuk urusan aku!" Ujar Sely, sebelum tertuduh ikutan mereka."Yakin kamu?""Sangat yakin! Aku bisa buktikan kok, hei Arumi aku nggak ada hubungannya sama kejadian di gudang kamu ya!" Seru Sely, menatap tajam wanita berhijab itu."Tapi kamu terlibat di dalamnya, Sely." Arumi tidak akan membiarkan orang-orang yang sudah menzaliminya bebas begitu saja, kesempatan yang sudah ia berikan tidak akan ada lagi. "Kamu jangan mengarang cerita, aku tidak pernah terlibat apapun untuk menyakiti kalian paham!" Sely tidak terima."Baiklah kalau kalian tetap tidak mengakui perbuatan kalian maka lihatlah ini," Arumi membuka layar proyektor di sana dengan jelas video di mana wajah-wajah mereka yang begitu antusias bahkan tanpa ada sesal at
"Apa kalian juga menuduh aku terlibat? Lagi pula ini urusan kalian aku tidak ada hubungannya sama kalian, aku hanya orang luar jadi aku memutuskan untuk pergi selesaikan masalah kalian. Buk, aku pulang dulu kita akan ketemu lain waktu saja," ucap Entik yang diikuti acara."Yakin kalau kamu tidak terlibat?" Tegas Bayu, tanpa embel-embel mbak."Menurut kamu aku terlibat? Kamu jangan sembarangan menuduhku. Aku memang bertemu dengan ibu, tapi kami membicarakan masalah anak, sama seperti yang kalian dengar tadi kami menghabiskan waktu bersama. Aku ingin bersilaturahmi dengan kalian meskipun istri kalian cemburu jadi berhenti untuk mendukung atau jangan-jangan ini ulah istri kamu agar kami terlihat buruk di depan kalian terutama ibu?" Ujar Entik tidak terima."Kamu pikir aku tidak punya bukti? Kamu salah, aku tahu tentang keterlibatan kamu apalagi kamu adalah dalang dari semua kejadian yang menimpa istriku." "Kamu jangan main tuduh dulu, jangan berpikir kejadian di masa lalu akan terus te
Hari yang di tunggu tiba, Arumi dan Bayu pergi ke restoran yang sudah di tentukan oleh mereka. Tentu tanpa di sadari oleh Entik, Andara dan keluarga Ibu mertuanya. Arumi hanya bisa memantapkan hati agar tidak iba lagi terlebih ibu mertuanya yang tidak hentinya mengiba jika kebenaran itu itu terbukti. Selama ini buk Laras mengusiknya, terlebih satu hal yang belum ia katakan pada suaminya dan itu akan ia katakan di sana bersama dengan mereka yang terlibat.Sementara itu Andara tersenyum puas melihat ruangan khusus untuknya, meski banyak kursi disana tapi sepertinya hal itu tidak membuat Andara curiga."Wah, mas kamu siapkan ini semua?" Andara mengelilingi ruangan yang cukup besar dan mewah."Ya dong sayang eh,""Nggak apa-apa mas, aku suka kamu panggil begitu. Aku kangen saat kita –" ucapan Andara terhenti saat pintu ruangan terbuka. Bukan hanya Andara yang terkejut tapi juga Entik yang wajahnya seketika berubah."K–kamu di sini?" Tunjuk Entik, hal yang sama di lakukan oleh Andara."Mas
Arumi masih memikirkan cara untuk mempertemukan mereka di satu meja, walau bagaimanapun yang akan ia kumpulkan nanti adalah keluarga dari suaminya. Tentu akan menjadi masalah yang panjang kedepannya."Aku cuma ingin mereka sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu salah dan tidak lagi mengusik keluarga kita. Kamu adalah keluarga mereka sedangkan aku hanyalah menantu dan ipar untuk mereka, tapi apa yang mereka lakukan sama kamu ini sudah melebihi batas kesabaran yang kita miliki Mas aku cuma ingin mereka kembali seperti sebelum kejadian tiga tahun ini,""Mas tahu, mas paham apa yang menjadi tujuan kamu sayang. Kamu tetap hati-hati mas akan mendukung setiap langkah kamu, jika itu demi kebaikan keluarga kita. Maafkan semua kesalahan yang di lakukan keluarga Mas termasuk ibu,""Aku sudah memaafkan semua kesalahan mereka sekalipun mereka tidak minta maaf padaku secara langsung, tapi aku hanya ingin mereka sadar mas. Aku minta supaya kamu tetap mendukung apapun yang terjadi nanti, aku minta
Dua hari setelah pertemuan Arumi, Lusi dan Eni, selama itu pula mereka tidak lagi bertemu bahkan sekedar komunikasi antara Bayu dan ibunya seakan putus begitu saja. Mobil hitam yang membuntuti Arumi kini semakin gencar, seakan enggan untuk berjauhan dengannya. "Kamu begitu lucu manatan kakak iparku, entah apa tujuan kamu mengikutiku seperti ini. Tapi yang pasti aku bahagia karena kamu begitu peduli padaku meski tujuanmu ingin aku hancur." Gumam Arumi, memastikan dirinya untuk bersikap tenang walau entah kapan waktunya akan menjadi hal yang menakutkan.Sampai di supermarket Arumi mendorong troli, ia tahu jika wanita itu terus mengikutinya. Bibirnya tertarik keatas melihatnya hanya seorang diri, maka tidak ada yang perlu di takutkan lagi. "Apa lagi ya? Tunggu, tadi bude Narsih ngasih list belanjaan mana ya," Arumi membuka tasnya mencari secarik kertas yang di berikan oleh Bude Narsih."Nah ini dia!" Serunya tertahan, wajahnya berbinar mengingat jarang sekali Bude Narsih bersedia memin