Beberapa hari setelah pembicaraan dengan Ibu mertuanya Arumi yang kembali di sibukkan dengan segudang aktivasi. Tidak jauh berbeda dengan Arumi, Bu Laras justru merasa tidak enak hati, bukan hanya Yoga yang marah tapi juga Duta. Mereka tidak habis pikir dengan pola pikir ibu mereka."Rum, Bayu mana?""Ada di belakang mas sama anak-anak. Wah bawa apa itu? Kayaknya aku tahu ini," ujar Arumi, tahu apa yang di bawa kakak iparnya."Tau aja sih kamu Rum. Gagal jadi kejutan, huh!""Sini mas, kopi apa teh?""Nggak dua-duanya,""Tumben mas!""Aku mau ajak kalian makan di luar. Kalian nggak sibuk kan? Atau kalian ada acara lain?""Nggak ada sih!""Ya udah yuk, siap-siap sekalian kita main dulu,""Siap-siap mau ke mana?""Makan di luar sekalian main. Udah lama aku nggak ajak anak-anak,"Arumi saling beradu pandang dengan Bayu tak lama Bayu mengangguk. Mereka bersiap dan bukan hanya mereka saja bude Narsih turut serta. Tiga mobil mewah beriringan meninggalkan kediaman Arumi, taman bermain yang me
Tubuh Dani menegang bersamaan dengan suaranya yang terbata. Melihat sosok wanita cantik yang menghampiri bosnya."B –baik, pak Bayu," ujar Dani, terbata. Keringat dingin membasahi seluruh tubuhnya, suasana semakin mencekam saat Bayu merangkul pinggang Arumi dengan lembut."Sayang kenalkan dia Dani, manajer yang aku ceritakan sama kamu," Arumi menoleh kearah pria yang berdiri menunduk. Meski terkejut namun tak lama Arumi kembali tenang. Bibirnya tertarik keatas membentuk sebuah senyuman indah di sana."Mas yakin kalau dia manajer? Maksud aku, apa kamu nggak kenal siapa dia mas?" tanya Arumi, tenang akan tetapi tiap kata yang terucap, penuh dengan penekanan."Ya. Kenapa sayang? Apa kamu kenal dia?" Bayu melihat sikap istrinya berbeda, paham akan perkataan dan kemarahan yang tersimpan di sana. Hanya Bayu yang tahu siapa Arumi bagaimana wanita cantik itu mencoba menahan gejolak amarah yang memuncak."Jadi dia manajer kamu? Apa kamu tahu mas pria ini adalah suami dari Sely dan dia —"Belu
"Ibu, maaf apa betul ini rumah mbak Arumi? Kebetulan saya temannya mas Yoga, tadi saya di minta datang ke sini," ujar wanita ayu di depannya."Benar nak, ayok masuk. Yoga ada di dalam," Bu Wati mengajak wanita muda itu menemui keluarga besannya. Terlihat begitu anggun wanita yang mengaku sebagai sahabat Yoga itu."Hei, kamu sudah datang? Oh, ya, kenalkan ibunya Arumi," ujar Yoga."Terima kasih buk," sambung Yoga, menyambut kedatangan wanita yang sejak tadi ia tunggu kehadirannya. Wanita yang mampu mengalihkan perhatiannya dari semua pekerjaan yang akhir-akhir ini menjadi sahabat terbaiknya. "Ibu, salam kenal, aku Salsabila sahabat mas Yoga,""Salam kenal nak, wah kamu cantik sekali. Oh, iya, ayok masuk mereka menunggu di dalam. Yoga tidak akan marah kok, kami tahu jalanan pasti macet, Yoga ajak temannya ketemu sama yang lain,""Ya, buk,""Yang di katakan ibu benar, aku nggak marah kok," sambung Yoga."Tapi aku nggak enak mas, maaf ya, aku jadi terlambat,""Udah jangan pikirin, aku
Arumi membayar mobil untuk mengangkut semua barang milik keluarga Tante dari suaminya. "Buk sudah semua, apa ada lagi yang mau di bawa?" "Sudah semua, tolong kamu masukkan semua ke dalam. Nanti ada ibu yang menunggu di sana, ini bayarannya,""Terima kasih buk, nanti saya rapikan,""Terima kasih pak."Arumi meninggalkan rumah yang selama ini di tempati oleh Dani, 'seandainya kejadian di restoran itu tidak terjadi. Maka hidup kalian akan tenang di sini, aku pasti akan membantu kalian untuk berbicara dengan Mas Bayu," batin Arumi.Setelah kejadian kemarin, Arumi tak lagi bertemu dengan saudara dari suaminya. Kali ini ia ingin menemui Nila dan Sely yang berada di kantor polisi. Belum sempat masuk ke dalam mobil seorang wanita yang rumahnya tidak jauh dari rumah Dani menghampiri."Assalamualaikum Bu Arumi,""Waalaikumsalam," Wanita itu tersenyum melihat kebingungan Arumi, ia kembali bersuara. "Buk, suami saya salah satu karyawan di toko pak Bayu," ujarnya menjelaskan."Maaf, Bu Arumi, men
Suara teriakan Arumi mengejutkan Bayu yang sedang berada di ruang makan. Pria tampan itu berlari keluar menghampiri sang istri, alangkah terkejutnya Bayu saat melihat wanita yang sangat ia cintai tengah ketakutan yang luar biasa terlihat wajahnya yang begitu pucat tubuhnya bergetar. "Sayang ada apa? Paket apa yang sudah kamu terima sampai kamu seperti ini?' Bayu memeluk tubuh Arumi, wanita itu begitu ketakutan sehingga tak mampu untuk mengatakan apapun."I–itu mas, aku takut," lirih Arumi, menunjuk kearah kotak yang posisinya terbalik."Kamu tenang ya, mas akan lihat," Meski takut, Arumi menurut ia duduk menjauh dari Bayu. Sama dengan Arumi, Bayu pun mengalami hal yang sama, ia terkejut bukan main.[Tiga tahun sudah kalian hidup dengan tenang, tapi aku tidak begitu saja membiarkan kalian terus bahagia. Kapan waktunya tiba, anak-anak kalian akan mengalami hal yang sama seperti boneka yang aku kirimkan padamu.] Bayu meremas kertas dalam genggaman tangannya. "Sial siapa yang sudah mel
"Besan astaghfirullahaladzim, apa segitu bencinya sama anak saya, sampai cucu kita saja kamu perlakukan begitu?" geram Irma."Kenapa? Memang kamu tidak suka. Apa lagi anak kamu pengangguran, mana mantan napi lagi!""Ibu masuk aja ya, biarin Dani yang bicara sama mama," ujar Dani, berharap apa yang akan mereka bicara tidak akan menemui kesulitan."Ya, sudah ibu kedalam dulu. Kamu bicara dengan kepala dingin ya,""Mama duduklah dulu, kita bicara,""Halah, ngapin ngajak ngomong. Sudah sekarang katakan mau apa kamu?""Mah, duduklah tidak pantas kita bicara sambil berdiri," Nila mencebik melihat sikap Dani padanya, Nila akui kalau Dani begitu sopan dan sayang padanya. Tapi itu tidak cukup, Nila ingin lebih. Hidupnya bukan cuma butuh cinta, uang yang akan menunjang kehidupan mereka."Mah, aku sayang sama Sely. Terlebih ada anak di antara kami, mana mungkin aku menceraikannya.""Omong kosong soal cinta. Sebaiknya kamu segera ceraikan anakku, biarkan dia menikah dengan laki-laki yang lebih k
Keesokan harinya Nila dan Sely pergi ke pengadilan agama untuk menggugat cerai Dani. Namun sayang, sebelum mereka sampai ke sana mereka harus bertemu dengan Arumi yang baru saja keluar dari salah satu restoran ternama dengan seorang pria, hal itu tidak dilewatkan oleh mereka berdua. "Mah, ini adalah senjata untuk kita, menekan dan memeras Arumi. Kalau Mereka menolak maka kita ini adukan pada Bayu dan juga kita viralkan!"Mereka mengangguk, sepanjang menuju restoran senyum terukir di bibir mereka berdua. Tidak sampai di sana ibu dan anak itu menghampiri wanita yang melangkah dengan elegan menuju parkiran.Prok Prok!!"Wah! Lihat wanita yang disebut sholehah yang sering menutupi auratnya, justru keluar dari restoran dengan laki-laki yang bukan mahramnya. Lalu sebutan apa yang pantas untuk perempuan seperti dia mah!" tunjuk Sely, mengenai wajah Arumi."Wanita murahan berkedok," Nila, mengetuk kening dengan ibu jarinya. Seolah tengah memikirkan sesuatu."Eh, wanita alim mau ke mana? Kita
"Nggak ada yang perlu dijelaskan lagi, semua sudah jelas. Sebaiknya kamu pergi dan tunggu surat panggilan dari pengadilan agama datang ke rumah kamu. Dan aku ingatkan padamu, untuk tidak datang ke pengadilan cukup tanda tangani saja agar semua cepat selesai. Aku sudah tidak ingin lagi menjadi istri kamu!""Istighfar Sely, kita sudah punya anak, bahkan aku belum pernah menggendongnya hanya beberapa kali kamu datang dan membawakan anak kita dan itu hanya beberapa menit. Apakah kamu tidak ingin mewujudkan impian seperti orang-orang di luar sana, sebagai orang tua yang menyayangi anak-anaknya," Dani mencoba untuk mengambil hati istrinya, yang kini dalam kemarahan yang di timbulkan oleh kesalah pahaman."Sely, kamu jangan dengarkan omongan Dani. Suami kamu yang tidak berguna ini, kamu masih cantik kamu bisa mendapatkan laki-laki yang jauh lebih daripada suami kamu. Percaya sama mama mengenai anak seperti yang mama katakan sama kamu, kalau Dani ingin merawatnya berikan saja anak itu padan
Waktu terus bergulir hari berganti minggu, lima bulan terlewati kabar dari Bu Laras tidak di ketahui. Mereka sudah berusaha untuk mencari nyatanya hingga hari ini perempuan paruh baya itu bak di telan bumi.Kesuksesan Arumi membawa namanya semakin di kenal oleh penduduk Indonesia tapi juga panca negara, berkat kerja kerasnya kini Arumi berhasil meluncurkan produk terbaru dan launching butik barunya, selain itu bertepatan Arumi mengadakan fashion show di salah satu hotel berbintang. Acara berjalan lancar hingga di pengunjung acara Arumi berdiri bersama beberapa model yang memeragakan pakaiannya. Memberikan berapa sambutan dan ucapan terima kasih pada orang-orang yang berada di belakangnya terutama suami dan keluarganya."Selamat ya sayang, mas bangga banget sama kamu," ujar Bayu, melihat kemampuan istrinya yang tersembunyi kini semakin memancarkan aura binatangnya."Aku yang makasih mas, kamu selalu mendukung apapun yang aku lakukan. Kesuksesan aku karena ridho kamu mas,""Dan kerja ke
Sampai di rumah sakit mereka di sambut tangis Nila di depan ruang UGD. Eni membiarkan suaminya menenangkan tantenya, ada berapa luka yang ia tahu itu adalah luka bakar."Sekarang tante jelaskan kenapa bisa seperti ini," tanya Duta, setelah tantenya tenang."Tadi sepulang dari restoran tiba-tiba ada orang yang menyiramkan cairan ke wajah Sely, Duta tolong tante," ucap Nila, mengiba pada Duta. Tanpa sengaja melihat Eni di belakang Duta."Puas kamu hah, kamu kan yang menginginkan hal ini. Secara kamu kan temannya Arumi." Sinis Nila."Tante sudah ya, dalam keadaan seperti ini tante masih menyalahkan orang lain, kenapa kalian tidak berpikir kalau ini adalah teguran untuk tante dan juga Selly. Mengenai orang yang menyiram air keras itu kenapa tante tidak mencari tahu siapa orangnya atau jangan-jangan dia adalah orang suruhan istri laki-laki yang menjadi simpanan Sely.""Duta tega kamu ya, istrimu itu pasti cerita sama Arumi mereka pasti bahagia kalau kami seperti ini! Dasar kamu orang miski
Mendengar penuturan Bu Laras, mereka menggelengkan kepala. Bu Wati tersenyum mengejek, begitu miris bagaimana keluarga besan nya berulang kali melakukan kesalahan dan di maafkan oleh anak dan menantunya. Tetapi kembali melakukan kesalahan yang sama, dan kali ini Bu Wati menolak keras jika Arumi memaafkan lagi besannya.Geram dengan tingkah dan perkataan Bu Laras, Bu Wati memilih untuk pergi. Dengan begitu kewarasannya tetap terjaga. Namun langkahnya terhenti dan berbalik kearah Bu Laras."Sekali lagi kamu menyentuh anak dan menantuku terlebih kedua cucuku, aku pastikan tangan ini yang akan membuatmu diam selamanya! Ingat hari ini, detik ini kamu menolak mereka maka tidak ada jalan untuk mendekati mereka apa lagi mengiba. Hidup lah sediri di panti jompo, hanya tempat itu yang cocok untukmu wahai Bu Laras yang terhormat, orang yang paling kaya dan orang kota." Ucap Bu Wati sebelum meninggalkan ruangan itu.Ruangan itu seketika hening ada rasa takut yang singgah di hatinya, hanya berapa
Bayu mengajak Arumi pulang lebih dulu, mereka tidak tahu harus seperti apa lagi. Kasih sayang dan sabarnya mereka karena tingkah dan kebencian ibu pada keluarga kecilnya justru hampir saja membuat istrinya celaka. Seandainya waktu bisa di rubah mungkin tak ingin terlahir dari rahim wanita yang tidak memiliki rasa sayang. Bayu melajukan mobilnya menjauh dari restoran meninggalkan sesak yang menghimpit dadanya, Ibu adalah cinta pertama untuk anak laki-lakinya justru menorehkan luka begitu dalam, seakan ia terkahir dari rahim orang lain.Wanita yang sampai saat ini masih bertahan di samping pria yang menjadi imamnya itu turut serta rasa yang menyesakkan, ketika melihat suaminya tidak baik-baik saja. Arumi meminta untuk berhenti di salah satu taman kota yang hari ini terlihat sepi. Mungkin karena siang hari sehingga banyak kursi yang kosong, meski ada berapa pengunjung."Mas menangis lah jika itu membuat kamu tenang," lirih Arumi, mengusap lengan kokoh itu. "Salahku apa dek, ibu begitu m
Bayu tersentak mendengar penuturan Arumi, selama ini Arumi hanya bilang kalau ada maling, tapi tidak tahu jika pelakunya adalah Ibu serta mantan menantunya terlebih Tante dan keponakannya terlibat."Nggak usah liatin aku gitu banget mas! Aku nggak ikutan mereka, aku sibuk urusan aku!" Ujar Sely, sebelum tertuduh ikutan mereka."Yakin kamu?""Sangat yakin! Aku bisa buktikan kok, hei Arumi aku nggak ada hubungannya sama kejadian di gudang kamu ya!" Seru Sely, menatap tajam wanita berhijab itu."Tapi kamu terlibat di dalamnya, Sely." Arumi tidak akan membiarkan orang-orang yang sudah menzaliminya bebas begitu saja, kesempatan yang sudah ia berikan tidak akan ada lagi. "Kamu jangan mengarang cerita, aku tidak pernah terlibat apapun untuk menyakiti kalian paham!" Sely tidak terima."Baiklah kalau kalian tetap tidak mengakui perbuatan kalian maka lihatlah ini," Arumi membuka layar proyektor di sana dengan jelas video di mana wajah-wajah mereka yang begitu antusias bahkan tanpa ada sesal at
"Apa kalian juga menuduh aku terlibat? Lagi pula ini urusan kalian aku tidak ada hubungannya sama kalian, aku hanya orang luar jadi aku memutuskan untuk pergi selesaikan masalah kalian. Buk, aku pulang dulu kita akan ketemu lain waktu saja," ucap Entik yang diikuti acara."Yakin kalau kamu tidak terlibat?" Tegas Bayu, tanpa embel-embel mbak."Menurut kamu aku terlibat? Kamu jangan sembarangan menuduhku. Aku memang bertemu dengan ibu, tapi kami membicarakan masalah anak, sama seperti yang kalian dengar tadi kami menghabiskan waktu bersama. Aku ingin bersilaturahmi dengan kalian meskipun istri kalian cemburu jadi berhenti untuk mendukung atau jangan-jangan ini ulah istri kamu agar kami terlihat buruk di depan kalian terutama ibu?" Ujar Entik tidak terima."Kamu pikir aku tidak punya bukti? Kamu salah, aku tahu tentang keterlibatan kamu apalagi kamu adalah dalang dari semua kejadian yang menimpa istriku." "Kamu jangan main tuduh dulu, jangan berpikir kejadian di masa lalu akan terus te
Hari yang di tunggu tiba, Arumi dan Bayu pergi ke restoran yang sudah di tentukan oleh mereka. Tentu tanpa di sadari oleh Entik, Andara dan keluarga Ibu mertuanya. Arumi hanya bisa memantapkan hati agar tidak iba lagi terlebih ibu mertuanya yang tidak hentinya mengiba jika kebenaran itu itu terbukti. Selama ini buk Laras mengusiknya, terlebih satu hal yang belum ia katakan pada suaminya dan itu akan ia katakan di sana bersama dengan mereka yang terlibat.Sementara itu Andara tersenyum puas melihat ruangan khusus untuknya, meski banyak kursi disana tapi sepertinya hal itu tidak membuat Andara curiga."Wah, mas kamu siapkan ini semua?" Andara mengelilingi ruangan yang cukup besar dan mewah."Ya dong sayang eh,""Nggak apa-apa mas, aku suka kamu panggil begitu. Aku kangen saat kita –" ucapan Andara terhenti saat pintu ruangan terbuka. Bukan hanya Andara yang terkejut tapi juga Entik yang wajahnya seketika berubah."K–kamu di sini?" Tunjuk Entik, hal yang sama di lakukan oleh Andara."Mas
Arumi masih memikirkan cara untuk mempertemukan mereka di satu meja, walau bagaimanapun yang akan ia kumpulkan nanti adalah keluarga dari suaminya. Tentu akan menjadi masalah yang panjang kedepannya."Aku cuma ingin mereka sadar bahwa apa yang mereka lakukan itu salah dan tidak lagi mengusik keluarga kita. Kamu adalah keluarga mereka sedangkan aku hanyalah menantu dan ipar untuk mereka, tapi apa yang mereka lakukan sama kamu ini sudah melebihi batas kesabaran yang kita miliki Mas aku cuma ingin mereka kembali seperti sebelum kejadian tiga tahun ini,""Mas tahu, mas paham apa yang menjadi tujuan kamu sayang. Kamu tetap hati-hati mas akan mendukung setiap langkah kamu, jika itu demi kebaikan keluarga kita. Maafkan semua kesalahan yang di lakukan keluarga Mas termasuk ibu,""Aku sudah memaafkan semua kesalahan mereka sekalipun mereka tidak minta maaf padaku secara langsung, tapi aku hanya ingin mereka sadar mas. Aku minta supaya kamu tetap mendukung apapun yang terjadi nanti, aku minta
Dua hari setelah pertemuan Arumi, Lusi dan Eni, selama itu pula mereka tidak lagi bertemu bahkan sekedar komunikasi antara Bayu dan ibunya seakan putus begitu saja. Mobil hitam yang membuntuti Arumi kini semakin gencar, seakan enggan untuk berjauhan dengannya. "Kamu begitu lucu manatan kakak iparku, entah apa tujuan kamu mengikutiku seperti ini. Tapi yang pasti aku bahagia karena kamu begitu peduli padaku meski tujuanmu ingin aku hancur." Gumam Arumi, memastikan dirinya untuk bersikap tenang walau entah kapan waktunya akan menjadi hal yang menakutkan.Sampai di supermarket Arumi mendorong troli, ia tahu jika wanita itu terus mengikutinya. Bibirnya tertarik keatas melihatnya hanya seorang diri, maka tidak ada yang perlu di takutkan lagi. "Apa lagi ya? Tunggu, tadi bude Narsih ngasih list belanjaan mana ya," Arumi membuka tasnya mencari secarik kertas yang di berikan oleh Bude Narsih."Nah ini dia!" Serunya tertahan, wajahnya berbinar mengingat jarang sekali Bude Narsih bersedia memin