Share

BAB 3

"Apa yang kau cari?" tanya ibuku melihatku membongkar tempat surat-surat penting kami.

"Surat-suratku," jawabku sambil memasukkan semua surat yang diminta pria bernama Dante itu ke dalam map.

"Untuk apa surat-surat ini kau ba-"

"Ma, aku pergi dulu. Nanti setelah pulang, aku akan menjelaskan semuanya," potongku sambil menepuk pelan tangan ibuku yang sudah keriput itu.

Aku menghindari pertanyaannya dengan berlari keluar dan langsung masuk ke dalam mobil milik Dante. Sementara ibuku berdiri di depan pintu rumah reyot kami dengan bingung. Aku tidak berani berlama-lama di dekatnya, dia akan mengetahui kalau aku menyembunyikan sesuatu. Aku tidak pernah bisa menutupi apapun darinya, karena dia adalah satu-satunya orang yang aku percayai dan andalkan dalam hidupku.

Aku mengembuskan napas sambil menatap iba wanita yang sudah melahirkanku itu. Usianya baru saja memasuki 45 tahun tapi wajahnya sudah tampak renta. Padahal seingatku dia adalah wanita yang sangat cantik, entah sejak kapan dia mulai menua dan melemah. 

Aku pernah berjanji dalam hatiku, suatu hari nanti akan kubuat senyuman terus tersungging di bibirnya. Akan kubuat dia lupa rasanya menderita karena setiap hari hanya akan merasakan kebahagiaan. Tapi sepertinya aku tidak akan bisa memenuhi janji itu.

Pria yang menghadirkanku ke dunia ini, membuatku menikah dengan seorang iblis dan menghancurkan semua impian masa depanku. Menjadi istri pria itu adalah akhir perjalanan hidupku.

Aku segera menyeka air mata yang tanpa sadar menetes ke pipiku.

***

"Silakan tandatangan di sini," ucap petugas catatan sipil kepadaku.

Aku mengambil pena yang dia berikan dan segera menandatangani lembaran dokumen yang ada di hadapanku. 

Pasrah.

"Kalau begitu Tuan Dante Alexander dan Nona Ruby Amanda, kalian berdua sudah sah menjadi suami istri di hadapan hukum. Selamat."

Aku mengangguk tanpa senyuman.

"Sekarang apa yang harus aku lakukan?" tanyaku di depan kantor catatan sipil, setelah kami keluar.

Dante menyerahkan sebuah map tipis kepadaku.

"Ini adalah peraturan yang harus kau patuhi. Baca sekarang dan ajukan pertanyaan bila tidak mengerti!"

Aku membuka map itu. Ada belasan nomor peraturan, tapi nomor satu saja sudah membuatku marah.

"Mengapa aku tinggal di rumahmu? Aku tidak ingin meninggalkan ibuku sendirian. Aku akan datang ke rumahmu setiap hari atau kapanpun kau minta, tapi ibuku-"

"Ibumu akan pindah bersama ayahmu yang akan aku kirim ke luar kota untuk bekerja!"

Aku menyipitkan mataku.

"Apa kau sungguh-sungguh? Bagaimana kalau itu cuma akal busukmu dan ternyata kau membunuh mereka?" tanyaku tanpa berpikir.

"Sepertinya kau terlalu banyak menonton film. Kau bisa menemui mereka sebulan sekali, untuk memastikan mereka masih hidup."

Aku menghela napas dalam dan melanjutkan membaca peraturan yang lain.

"Tidak boleh mendekatimu, tidak boleh mencampuri urusanmu, tidak boleh ada kontak fisik kecuali bila sangat diperlukan dan tidak boleh jatuh cinta kepadamu, ha?" 

Aku tertawa keras membaca peraturan konyolnya itu. Sebagai seorang iblis sepertinya dia agak bodoh, padahal setahuku iblis adalah mahluk yang sangat pintar. Tapi ini cukup menguntungkanku, jadi aku akan menyertujuinya dengan senang hati.

"Jangan khawatir bahkan kalau kau satu-satunya pria di dunia ini, aku tidak akan pernah jatuh cinta kepadamu," ucapku sambil tertawa sinis.

"Bercerai setelah delapan bulan? Ber ... cerai? Apa maksudmu?"

"Seperti yang sudah kukatakan, aku membutuhkan istri untuk sebuah tujuan yang tidak perlu aku jelaskan kepadamu. Aku hanya membutuhkan istri selama 7 bulan, tapi untuk amannya sebaiknya kita bercerai setelah 8 bulan."

Aku rasa mataku pasti berbinar-binar membaca peraturan ini. Berarti aku masih memiliki masa depan. Aku tidak akan terjebak seumur hidup dengan pria ini. Oh, rasanya aku ingin melompat kegirangan. Mama, tunggu saja, setelah selesai membayar hutang suami brengsekmu itu, aku akan membahagiakanmu. Tidak, kita berdua akan hidup bahagia.

"Tidak boleh memberitahu siapapun kalau kita sudah menikah?"

"Hanya aku yang boleh memberitahu kalau kita sudah menikah. Kau harus tetap diam dan tidak boleh mengatakannya kepada sembarangan orang!"

Aku mengangguk setuju. Aku juga tidak ingin teman-temanku tahu kalau aku akan menikah dengan pria sepertimu.

Tapi, mengapa semua peraturan ini terasa sangat membantu hidupku, seakan-akan aku yang membuatnya agar hidupku aman dan nyaman. Aku tertawa dalam hati, tapi tetap menunjukkan wajah dingin. Aku tidak boleh memperlihatkan kegembiraanku, agar pria ini tidak berubah pikiran.

"Harus tetap melakukan kegiatan dan aktifivitas seperti sebelumnya dan tidak boleh menimbulkan kecurigaan. Berarti aku akan tetap berangkat kuliah seperti biasanya?"

Pria itu mengangguk dengan wajah dingin.

Baiklah, sepertinya ini tidak terlalu buruk, sebaliknya ini sangat bagus. Ini tidak terasa seperti hukuman tapi lebih seperti liburan selama 8 bulan. Kecuali bagian aku akan tinggal dengannya dan hanya bisa bertemu ibuku sebulan sekali. 

"Meski tidak seorangpun boleh tahu kita menikah, tapi kau tidak boleh menjalin hubungan dengan pria manapun sebelum kita bercerai. Jadi kalau kau memiliki kekasih, putuskan sekarang juga!"

"A .. apa?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status