Share

BAB 11

Penulis: Ede Thaurus
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Itu ... aku-"

"Siapa yang mengantarmu? Mengapa berhenti begitu jauh dari kampus?"

Benar dugaanku, dia melihatku keluar dari mobil Dante.

"Itu pamanku. Dia harus segera berangkat ke kantor, jadi dia hanya bisa mengantarku sampai di sini," jawabku berbohong.

"Apakah kau akan berjalan kaki lagi ke kampus? Atau mau ikut denganku?" tanya Joshua yang sepertinya percaya dengan jawabanku.

"Kalau kakak tidak keberatan aku akan ikut, karena sepertinya aku akan terlambat kalau berjalan kaki," ucapku malu-malu.

"Pakai helm ini dan naiklah!"

Aku mengangguk dan segera naik sambil tersenyum bahagia. Setidaknya dibalik semua persoalanku ada pelangi tipis yang muncul dan memberikanku harapan dan sukacita. Joshua, dialah pelangiku.

"Ruby!" teriak Dora dan Rahul bersamaan saat mereka melihatku turun dari motor Joshua.

"Terima kasih untuk tumpangannya, ka," ucapku begitu turun lalu segera berlari menemui Dora dan Rahul.

"Apa aku tidak salah lihat? Kau naik motor Joshua? Apa yang terjadi?" cecar Dora
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 12

    "Nona Ruby, makan malam sudah siap," panggil Myrna sambil mengetuk pintu kamarku. Aku tidak menjawabnya. Aku sudah duduk diam di atas tempat tidurku sejak aku mengeluarkan amarahku, mungkin sekitar dua jam yang lalu. Aku tidak tahu nasib apa yang menungguku di luar.Mulutku ini memang tidak bisa kompromi, dia akan langsung mengeluarkan apa saja yang ada di dalam hatiku. Kenapa dia mendengarkan hatiku dan bukan otakku? Bukankah seharusnya otak yang memerintahkan bagian-bagian tubuh untuk melakukan sesuatu? "Nona Ruby, apakah anda akan makan malam?" tanya Myrna sekali lagi. Aku rasa dia akan terus disana kalau aku tidak menjawabnya. Aku berjalan ke pintu dan membukanya."Aku belum mandi, jadi aku tidak bisa makan malam sekarang," jawabku sambil menunjukkan pakaianku."Biarkan saja mereka makan malam duluan. Kalau lapar, aku akan makan sendiri nanti," lanjutku sebelum menutup pintu.Aku kembali duduk di atas tempat tidur sambil memukuli dada dan mulutku."Bodoh! Kalian benar-benar bod

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 13

    "Pelajaran hari ini jam 5 sore setelah anda sampai di rumah. Gurunya akan datang ke rumah. Saya akan mengatur semua jadwal anda dan memberikannya secepatnya kepada anda, Nona," ujar Pedro setelah meminta jadwal kuliahku."Baiklah, terima kasih Pedro. Ngomong-ngomong, siapa yang akan mengantarku kuliah hari ini?""Supir, Nona. Dia sudah menunggu anda," jawab Pedro sambil membereskan kertas yang dia bawa.Aku segera keluar setelah berpamitan dengan Pedro. Tidak ada orang lain yang bangun di rumah ini pada jam-jam seperti ini. Hanya Pedro, Myrna, para pelayan dan supir yang sudah bangun dan beraktivitas.Aku berangkat ke kampus dengan berbagai pertanyaan yang muncul di kepalaku. Sebenarnya siapa Pedro? Apakah dia asisten Dante? Lalu dimana dua orang lain yang biasanya bersama Dante, mengapa mereka tidak pernah muncul lagi? Sepertinya aku harus menyisihkan waktu untuk bertanya kepada Pedro. Pria itu terlihat sangat ramah jadi dia pasti akan menjawab semua pertanyaanku."Nona, apakah anda

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 14

    "Sepertinya pertanyaan Naomi terlalu personal. Tapi saya serahkan kepada Tuan Dante, apakah ingin menjawab pertanyaan itu atau tidak," ucap moderator sambil memberikan tanda menggunakan tangannya agar semua orang tenang.Aku menahan napas dengan tegang. Dante menatapku sebelum akhirnya beralih menatap Naomi. Dia tersenyum tenang lalu menjawab dengan suara basnya."Saya tidak akan menjawab pertanyaan seperti itu," jawab Dante membuatku langsung bernapas lega."Syukurlah," ucapku tenang."Ada apa?" tanya Joshua bingung."Ah tidak apa-apa," jawabku cepat."Maaf kak, kali ini aku harus pergi. Masih ada kelas yang harus aku hadiri," ucapku tanpa memedulikan lagi apa jawaban Joshua.Aku segera berjalan keluar sambil membawa materi yang diberikan Joshua tadi. Aku tidak tahan berada di sana, bisa-bisa aku mati karena tegang.Aku memeriksa jam, masih ada sejam lagi sebelum kelas berikutnya. Dimana Dora dan Rahul, aku menelepon mereka tapi tidak diangkat. Aku memutari kampus selama lebih dari l

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 15

    "Apa?" tanya Pedro sambil membalikkan tubuhnya."Tadi ketika kau melihatku berbicara dengan temanku, apakah Dante juga melihat semuanya? Atau apakah kau memberitahu Dante semuanya?" tanyaku pelan.Pedro mengangguk."Tuan Dante juga ada disana dan menyaksikan semuanya. Saat itu saya sedang menyerahkan dokumen kepada Tuan Dante," jelas Pedro sambil mengangguk yakin."Baiklah, terima kasih," jawabku lalu masuk ke kamar.Aku mengeluarkan uang dan kartu kredit yang diberikan Dante tadi. Apa dia memberikan ini karena mendengar pembicaraanku dengan Dora tadi? Apa dia merasa kasihan kepadaku? Apa dia ... ah, tidak bisa begini, sebaiknya aku bertanya langsung kepadanya.Aku tidak ingin dikasihani oleh orang sepertinya.Aku memutuskan untuk mandi dan menenangkan pikiranku, juga mengatur kata-kata yang akan aku sampaikan kepada Dante nanti. Aku tidak mau memprovokasi dia sehingga membahayakan ibuku.Setelah aku merasa yakin, aku keluar membawa tasku. Rasanya tidak enak bila para pegawai melihatku

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 14

    "Waktu itu aku tidak sengaja menguping asistennya meminta agar para mahasiswi menjaga jarak dengannya. Tidak ada seorang wanita pun yang boleh menyentuhnya," jelas Naomi sambil memegang dagunya seperti seorang detektif."Hal itu semakin membuat aku yakin bahwa gosip yang beredar itu benar," lanjutnya membuatku semakin penasaran."Gosip apa?" tanya Serra dan aku bersamaan."Dia paling benci disentuh oleh wanita, karena mengidap penyakit aneh.""Ha? Penyakit aneh? Penyakit apa?" desakku tidak ingin melewatkan semua informasi yang akan mengungkapkan kelemahan Dante."Katanya dia akan kehilangan kekuatannya bila disentuh oleh wanita. Semakin banyak disentuh dia akan semakin melemah."Aku terdiam."Ah, mana ada penyakit seperti itu. Memangnya dia superhero di dalam film kartun?" cibir Serra yang sepertinya tidak percaya dengan perkataan Naomi."Tapi biasanya kan film memang dibuat berdasarkan kisah nyata. Lagipula, untuk apa membuat syarat seperti itu bila gosip itu tidak benar?" bantah Na

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 15

    "Aku harus merahasiakan siapa dia, kecuali atas izinnya," kilahku tidak berani memberitahu siapa suamiku."Apa-apaan ini? Aku adalah sahabatmu, mengapa merahasiakannya dariku?" gerutu Dora kesal."Aku hanya akan memberitahumu profesinya. Dia adalah penegak hukum, dan kami memiliki perjanjian kalau aku tidak boleh membocorkan identitasnya kecuali dia mengizinkan," jelasku berharap Dora mengerti."Tapi aku tidak akan pernah membocorkannya. Aku janji," pinta Dora memohon."Bagaimana kalau kau mabuk dan tidak sadar menceritakannya? Aku tidak bisa mengambil resiko itu. Asal kau tahu saja, bayaran untuk orang yang melanggar sangat berat. Jadi tolonglah bantu aku," balasku memohon."Apakah dia Polisi? Jaksa? Hakim atau Pengacara?""Salah satunya, aku tidak akan memberikan detailnya," jawabku berkelit."Bagaimana kalau kau menghubunginya sekarang dan bertanya apakah kau boleh memberitahu sahabatmu tentang identitasnya?" bujuk Dora sambil mengedipkan kedua matanya dengan manja."Tidak, aku tid

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 16

    "Kau mau kemana?" tanya Dante saat kami berpapasan pagi ini.Aku baru saja selesai sarapan dan pria itu sepertinya baru selesai berolahraga. Aku tidak tahu kalau dia suka berolahraga. "Aku ada kelas pagi ini.""Kau ada kelas di hari Sabtu?" tanyanya heran."Ya, hanya satu kelas, jadi aku akan pulang cepat," jawabku tenang."Aku akan mengantarmu, karena aku baru saja meminta supirmu untuk mengambil pesananku untuk nanti malam," ucapnya sambil menyeka keringat yang ada di leher jenjangnya."Baiklah, aku akan menunggu di teras," jawabku sambil berjalan keluar.Tidak berapa lama Dante keluar. Dia sudah berganti pakaian, dengan kaus yang pas di badan dan celana jeans. Ternyata tubuhnya juga benar-benar bagus. Tapi itu wajar, pria-pria sepertinya memang selalu mengurus tubuh mereka dan memakai pakaian yang trendi."Berapa lama kuliahmu berlangsung?" tanya Dante dalam perjalanan ke kampus."Satu setengah jam." "Kalau begitu aku akan menunggumu sambil minum kopi. Aku akan mencari kafe yang

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 17

    "Aku ... Kata Myrna kakek memanggilku," bisikku sambil berusaha melepaskan genggaman tangan Dante. Dia melepaskan lenganku tapi menarik pergelangan tanganku dan memegangnya terus, agar aku tidak bisa pergi.Aku menyadari kalau orang-orang menatapku semakin intens. Ada apa dengan orang-orang ini?"Ini adalah istri Dante. Memang mereka belum mengadakan perayaan untuk pernikahannya, tapi mereka sudah resmi menikah secara hukum," ucap Kakek yang tiba-tiba muncul entah darimana.Aku berusaha tersenyum meski canggung. "Oh senangnya. Selamat ya Dante, semoga kali ini kau tidak mempermainkan kakek," ucap seorang wanita paruh baya dengan senyum palsu.Semua orang mulai mengucapkan selamat seakan-akan aku tidak menyadari kalau mereka mengucapkan dengan terpaksa. Aku juga berpura-pura senang dan tersenyum sambil mengangguk dengan sopan.Aku melihat Dante yang sama sekali tidak ingin mengambil bagian dalam drama ini. Wajahnya tetap kaku dan sama sekali tidak menutupi ketidaksukaannya kepada oran

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 45

    "Kakak tahu?" tanyaku panik. Bagaimana dia bisa tahu?"Meskipun kalian berusaha bersikap biasa-biasa saja, tapi aku sudah memergoki kalian beberapa kali!" ucapnya tegas."Aku sama sekali tidak mempermasalahkan kalau kalian punya hubungan. Yang aku permasalahkan adalah kenapa kalian tidak terbuka? Kenapa kalian membuatku tampak seperti orang bodoh?" tanya Joshua dengan wajah memelas."Kenapa kakak harus merasa seperti orang bodoh. Apa yang membuat kakak merasa seperti itu?" tanyaku bingung. Aku dan Dante tidak pernah melakukan apapun kepadanya, kenapa dia berlebihan sekali?"Aku mohon Ruby, berhentilah berakting. Kau tahu benar apa yang kalian lakukan."Aku menatap Joshua dengan sungguh-sungguh."Aku benar-benar tidak mengerti apa maksud kakak!" tegasku tanpa berkedip."Baik, akan aku beritahu. Kau dan Rahul, sebenarnya kalian adalah pasangan kekasih kan? Kalian berpura-pura menjadi sahabat padahal sebenarnya hubungan kalian lebih dari itu. Teganya kalian mengajakku makan malam dan kau

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 44

    "Dante?" gumamku heran tapi dalam hatiku melompat-lompat kegirangan. Aku berjalan ke arah mobil Dante dengan wajah datar meski aku sangat ingin tersenyum bahagia. Entah ini hanya pikiranku saja, tapi aku merasa dia sengaja pulang untuk menemuiku.Aku masuk ke dalam mobil lalu duduk diam meski mulutku sangat ingin bertanya, mengapa dia pulang dan mengantarku padahal harus segera ke bandara."Aku akan berangkat ke luar negeri sebentar lagi, jadi aku mau berpamitan kepadamu," ucap Dante seperti bisa membaca pikiranku. Berpamitan denganku? Apa ini, kenapa aku merasa senang mendengarnya. "Karena aku sudah berjanji akan membawamu menemui orangtuamu akhir pekan ini. Tapi sepertinya aku tidak akan bisa memenuhi janji itu. Tadi aku ke kantor untuk memeriksa jadwalku dan beberapa hal lain. Sepertinya aku akan berada di luar negri selama sepuluh hari."Aku membeku, sepuluh hari? Dia akan pergi selama itu? Kenapa sekarang tiba-tiba aku merasa sedih? Bukankah malah sekarang waktunya aku bahagia

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 43

    "Sedang ..." Aku melirik Dante yang mengangkat tangan sambil menunjukkan telepon genggamnya. Joshua langsung berbalik ke arah Dante, dan pria itu langsung menurunkan tangannya."Tuan Dante, saya mau memperkenalkan seseorang," ucap Joshua tiba-tiba."Ini Ruby, dia adalah mahasiswi yang waktu itu anda tegur di kelas khusus anda di kampus kami," ucapnya berseri-seri.Dante hanya mengangguk dengan sopan dan canggung."Anda pasti tidak mengingatnya, karena penampilannya hari ini sangat berbeda dengan biasanya."Joshua menatapku dengan tatapan kagum."Hari ini dia tampak luar biasa cantik. Bukannya selama ini dia tidak cantik, menurut saya dia adalah gadis tercantik di kampus kami, tapi kali ini dia tampak berbeda," puji Joshua sambil menyentuh punggungku.Dante melihatnya dan tatapannya berubah. Sepertinya dia tidak suka melihat tangan Joshua menyentuhku, aku langsung bergeser dan Joshua menyadari ketidaknyamananku dan langsung menurunkan tangannya."Kalau begitu, silakan kalian lanjutkan

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 42

    Cinta sejati Dante? Perempuan tadi pasti sedang berusaha memanas-manasiku. Kalau Dante memang memiliki cinta sejati, untuk apa dia menyewa orang lain untuk berpura-pura menikah dengannya? Mengapa dia tidak menikahi cinta sejatinya saja? Gadis itu pasti berpikir aku sangat bodoh hingga akan percaya dengan omong kosongnya.Aku kembali menikmati makanan-makanan kecil yang disajikan di meja. Aku benar-benar lapar, tapi mereka hanya menyajikan makanan-makanan kecil dan minuman berwarna-warni di atas beberapa meja yang sangat panjang.Ada pangsit kecil berisi udang yang diletakkan di dalam sendok keramik, pangsitnya terlalu kecil hingga aku menghabiskan 5 potong. Lalu ada roti kecil yang diatasnya diletakkan daging asap dan sayuran yang rasanya sangat lezat, lagi-lagi aku menghabiskan 5 potong. Aku harus memakan setidaknya 50 potong makanan-makanan mini ini sebelum benar-benar kenyang.Tapi setelah kuperhatikan, hanya aku yang terus makan. Orang lain hanya mengambil satu lalu pergi. Apa mer

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 41

    Aku menatap bayangan diriku di cermin. Perias yang dikirimkan Dante benar-benar luar biasa. Aku tampak berbeda, tapi tidak berubah. Aku tetap tampak seperti diriku hanya dalam versi yang lebih cantik.Pakaian yang kukenakan juga sangat indah. Sebuah gaun sederhana berwarna gelap, bukan hitam, bukan biru, juga bukan abu-abu. Aku tidak tahu apa nama warna ini, tapi memakainya membuatku merasa seperti cinderela. Aku tidak pernah memiliki pakaian yang indah. Jadi aku tidak pernah tahu kalau ternyata memakai pakaian indah, membuat perasaan kita bahagia.Ini adalah kali kedua aku merasa bahagia hanya dengan melihat bayanganku di cermin. Pertama kali ketika Myrna meminjamkan gaun. Waktu itu saja aku sudah merasa bahagia, tapi kali ini perasaan itu menjadi dua kali lipat, karena kali ini aku benar-benar cantik.Ya! Aku cantik, dan aku sangat mengagumi bayangan yang kulihat di cermin ini."Apakah ada yang kurang, Nona?" tanya sang perias melihatku tidak berhenti menatap cermin."Oh, tidak. Ini

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 40

    "Aku pasti akan mendapatkan uangku dan tidak akan terpengaruh dengan pesona Dante. Karena aku bukan wanita biasa!" tegasku sekali lagi. Semakin lama semakin melupakan sopan santunku."Baiklah kalau begitu. Makanlah, sebelum dagingnya dingin dan keras," perintah kakek lalu kembali makan.Aku memaksakan diriku untuk makan, meski tiba-tiba kehilangan seleraku setelah pembicaaan dengan kakek.***Sudah lewat tengah malam. Tapi aku masih duduk bersandar di atas tempat tidurku. Sudah hampir satu jam aku mencoba untuk tidur tapi tetap tidak bisa. Berbagai cara sudah aku coba, tapi sama sekali tidak berhasil. Kepalaku terus berputar, memikirkan ibuku, Dante dan perkataan kakek tadi.Tapi yang paling menggangguku, tentu saja ibuku. Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku berpisah darinya selama lebih dari sebulan. Tidak bertemu, tidak bicara dan tidak ada kabar. Berbagai hal buruk muncul, dugaan yang tidak-tidak tumbuh di pikiranku."Mungkin segelas susu hangat bisa menolong," gumamku sambil k

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 39

    "Dante?" tanya kami lagi-lagi bersamaan. Kami bertiga sangat terkejut, tapi aku yakin karena alasan yang berbeda-beda."Kenapa kalian bertiga tampak kaget?" tanya ayah Dora heran."Dia adalah dosen tamu di kampus kami. Aku mengenalnya, jadi paman tidak perlu khawatir. Aku bisa mengurusnya," jawab Rahul dengan mulut besarnya."Dante kan adalah pengacara yang sangat terkenal. Pasti biayanya akan sangat besar. Kenapa harus memakai pengacara semahal itu hanya untuk sengketa tanah?" tanya Dora khawatir.Sementara aku diam saja, karena tidak mungkin mengungkapkan alasan keterkejutanku."Jangan khawatir. Dia akan membantu ayah dengan gratis.""Ha? Kenapa?" tanya Dora terkejut."Dulu ketika masih mengajar, ayah adalah dosennya. Jadi, dia tidak mau menerima sepeserpun uang ayah.""Kenapa dia melakukan itu? Meskipun ayah dosennya, tapi ayahkan punya uang, seharusnya dia tetap meminta uang jasa.""Kau ini! Tadi kau khawatir ayah akan membayar mahal, sekarang malah kesal karena ayah tidak perlu m

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 38

    Setelah selesai Dante menempelkan koyo lain di kakiku yang satunya lagi. Aku menatap rambut Dante yang tebal dan berwarna coklat tua. Ada apa dengan pria ini? Selama ini dia sama sekali tidak memedulikanku, tapi tindakannya saat ini sangat bertentangan dengan sikapnya yang biasa. Bagaimana dia bisa berjongkok di hadapanku hanya untuk mengobati kakiku. Padahal berbicara dengan lembut kepadaku saja dia tidak pernah. Dante kau benar-benar aneh dan membingungkan!"Sudah selesai, masukkan lagi kakimu," perintahnya lalu berdiri dan menungguku menggeser posisiku. Setelah aku kembali duduk menghadap ke depan dia menutup pintu di sampingku.Dante masuk ke dalam mobil tanpa mengatakan apapun."Terima kasih," ucapku pelan. Dante tidak menanggapi ucapan terima kasihku, malah mengatakan hal lain."Obatnya akan bekerja dalam lima belas menit. Jadi sesampainya di kampus nanti, sakitnya pasti sudah berkurang. Jangan terlalu banyak berjalan atau berdiri, agar tidak terlalu sakit. Lalu setelah ujian s

  • SENTUHAN PANAS PERTAMA TUAN DANTE   BAB 37

    Kami berlari hingga benar-benar kelelahan. "Apa ... yang ... kau ... lakukan?" tanya Dante terbata-bata karena kelelahan."Aku ... mencoba ... metode ... baru," jawabku dengan napas memburu.Dante duduk di jalan dan mengatur napasnya, aku ikut duduk di sampingnya dan mencoba untuk bertahan, meski rasanya hampir mati.Aku bukan gadis yang suka berolahraga. Jadi, berlari jauh dengan kecepatan yang tidak main-main, pasti membuat jantungku hampir berhenti."Metode baru apa yang kau maksud?" tanya Dante setelah napasnya mulai teratur."Metode mencegah serangan panik. Kalau tadi kita tidak berlari, mungkin kau sudah mengalami serangan panik. Dan sepertinya metode barunya berhasil, berlari membuatmu lupa untuk panik," jawabku masih sedikit terengah-engah.Dante menatapku dengan takjub."Kau benar, aku tidak panik karena kelelahan berlari. Dari mana kau mengatahui metode ini?""Rahul, kakaknya juga mengalami serangan panik.""Apa dia tahu kalau aku-""Tidak! Tentu saja aku tidak memberitahu

DMCA.com Protection Status