Share

Tidur denganmu

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-07 18:15:49

"Aku harus pergi ke mal sekarang," ucap Naura pada dirinya sendiri sambil melihat bayangannya di cermin.

Ia menilai penampilannya dari ujung kepala hingga ujung kaki, memastikan setiap detail tampak sempurna. Kali ini, Naura ingin tampil memukau. Ia menghela napas, lalu mengambil tas tangannya dan bergegas keluar, hatinya dipenuhi campuran semangat dan sedikit kegelisahan. Ia tahu bahwa malam ini harus terlihat cantik untuk Davin.

Dalam perjalanan, ponselnya bergetar beberapa kali, menampilkan nama Aldo di layar. Naura hanya memandangi ponsel tersebut, lalu mengabaikannya.

"Untuk apa lagi dia menghubungiku?" pikirnya.

Hubungannya dengan Aldo sudah ia anggap selesai, tak ada lagi yang tersisa selain kenangan yang tak ingin ia ingat. Bagi Naura, Aldo adalah pria egois yang hanya muncul ketika ia ingin bersenang-senang, tanpa pernah sungguh-sungguh peduli.

Sesampainya di mal, Naura langsung menuju butik berkelas yang biasa menjual pakaian mewah. Tanpa ragu, ia melangkah masuk dan menata
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (6)
goodnovel comment avatar
Ratih Fitriya
bagus Naura habis kan uangnya Davin beli apa yng kamu suka,waduh Anna murahan juga ya
goodnovel comment avatar
Eva Natalia Anjalenaque
kenapa selalu .ada iklannya si
goodnovel comment avatar
Eva Natalia Anjalenaque
aduh gawat...tu cewe
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tidak Perawan

    "Serendah itukah dirimu sampai menyerahkan diri untuk disentuh sebelum kita menikah? Jangan-jangan kamu sudah tak perawan lagi?" Davin melontarkan kalimat itu dengan nada dingin, memecah keheningan yang sejenak menyelimuti mereka. Suara Davin terdengar menusuk, membuat suasana di dalam mobil mendadak mencekam. Anna menatapnya dengan sorot mata terluka, namun ia berusaha menahan emosinya."Bukan begitu, sayang," jawab Anna dengan lembut, berusaha menormalkan nada suaranya meskipun hatinya terasa sedikit perih."Tapi tak ada salahnya, kan? Kita sudah bertunangan. Siapa tahu, kalau aku bisa segera hamil, kamu tidak punya alasan lagi untuk menunda pernikahan kita." Ucapannya terdengar penuh harapan, namun ia sadar bahwa kalimatnya mungkin tak cukup untuk mengubah hati Davin yang sekeras batu.Davin menyeringai sinis. "Jadi kamu sudah punya niat untuk menjebakku agar aku mau buru-buru menikahimu?" tanyanya dengan nada meremehkan. Tatapannya tajam, menusuk ke arah Anna yang kini menunduk p

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-07
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Seksi

    Mamanya, yang tampak anggun dengan pakaian rapi dan perhiasan mewah, menatap Aldo dengan dingin. "Kamu itu seorang manajer keuangan, Aldo. Gaji kamu besar, karier kamu sangat bagus di perusahaan itu. Kamu seharusnya bisa memilih wanita yang lebih berkelas, bukan perempuan yang hidupnya hanya untuk mengurus ibunya. Bayangkan, Aldo, entah sampai kapan ibunya akan hidup atau mungkin segera meninggal. Mama tidak ingin kamu menyia-nyiakan waktumu hanya untuk perempuan yang asal-usulnya tidak jelas," ia berkata penuh penekanan, sorot matanya tajam.Aldo menghela napas berat, menahan diri agar tidak terpancing lebih jauh."Tapi, Ma, Aldo sangat mencintai Naura. Aldo cuma mau dia yang menjadi istri Aldo, bukan yang lain," jawab Aldo dengan suara lembut namun penuh keyakinan.Mamanya tampak tidak terpengaruh, bahkan semakin mengeraskan suaranya. "Dia tidak akan pernah mencintai kamu dengan sungguh-sungguh, Aldo. Kalau saja kamu bukan seorang manajer keuangan, Mama yakin Naura itu tidak akan m

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bergairah

    Davin memandang Naura dari ujung kepala hingga ujung kaki, memperhatikan setiap detail dengan tatapan yang tak bisa disembunyikan."Kamu sangat cantik dan seksi, sayang. Aku suka melihatmu seperti ini," ucap Davin dengan suara rendah dan dalam, mengandung kekaguman sekaligus godaan. Tatapan matanya membuat Naura tersenyum malu, lalu ia menundukkan kepala sejenak, mencoba menenangkan dirinya meski jantungnya berdegup kencang.Naura menatap Davin, lalu dengan perlahan mengangkat tangannya, melingkarkan kedua lengannya di leher pria itu. Mereka saling bertukar pandang sejenak, seolah-olah waktu terhenti. Davin merasakan dorongan yang tak tertahankan untuk mendekap Naura lebih dekat, dan perlahan, ia menarik pinggang Naura, mempertemukan tubuh mereka dengan lembut namun intens.Ciuman yang mereka bagi terasa mendalam, seolah-olah dunia di sekeliling mereka lenyap. Setiap sentuhan seolah menceritakan hasrat yang mereka simpan selama ini. Ciuman keduanya terlepas untuk menghirup udara, me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-08
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Asi untuk CEO

    Naura menatap Aldo dengan tatapan penuh ketegasan. Nafasnya teratur, tapi suaranya terdengar dingin dan mantap. "Aku tidak peduli, Aldo. Mau kamu menganggap kita sudah putus atau tidak, terserah. Yang jelas, aku merasa hubungan kita ini sudah tidak layak untuk dilanjutkan. Aku dan kamu sekarang punya visi dan misi yang berbeda. Jadi, saranku, sebaiknya kamu cari perempuan yang lebih baik dariku."Aldo hanya bisa menatap Naura dengan ekspresi terkejut. Kata-katanya begitu menusuk, dan hatinya tak siap mendengar ketegasan Naura yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Namun, sebelum Aldo sempat merespons, Naura sudah berbalik dan melangkah cepat meninggalkannya. Dia berjalan tanpa menoleh, seolah memastikan bahwa setiap langkahnya adalah tanda keputusannya yang bulat.Aldo memandangi punggung Naura yang semakin menjauh, hingga akhirnya sosoknya menghilang di balik pintu lift di kantor. Amarah dan kekecewaan menggelegak dalam dirinya. Rahangnya mengeras, dan jemarinya mengepal kuat.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meeting

    Naura memasuki ruang meeting bersama ahli IT perusahaan, memastikan segala persiapan teknis untuk pertemuan pagi ini sudah sempurna. Dengan cekatan, dia mengatur catatan kecil yang telah disusunnya untuk Davin, sang pemimpin rapat, yang berisi poin-poin utama yang akan disampaikan kepada seluruh karyawan. Proyektor sudah menyala, dan layar besar di depan ruangan menampilkan grafik pencapaian perusahaan, siap untuk digunakan.Beberapa karyawan mulai berdatangan dan duduk di tempat yang telah disediakan. Aldo, bersama para manajer lainnya, mengambil tempat di barisan depan, tepat di hadapan Naura. Aldo menatap tajam ke arahnya, pandangan yang sulit diartikan. Meski perasaan tidak nyaman sedikit muncul di dalam dirinya, Naura berusaha tetap tenang. Dia mengalihkan perhatiannya pada catatan dan materi presentasi, mencoba fokus pada tugasnya.Ketika Davin memasuki ruangan, suasana seketika berubah. Seluruh karyawan memberikan hormat kepadanya. Kehadirannya yang berwibawa membawa energi t

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Yang Kedua

    Naura berjalan mendekati meja kerjanya. Anna yang sedang sibuk melihat ponsel sesaat menoleh ke arah Naura dengan ekspresi puas. Setelah beberapa saat, Anna meletakkan ponselnya dan tersenyum tipis."Naura, saya mau pergi dengan tunangan saya saja, ya. Kamu tolong tangani semua pekerjaan Davin," ucap Anna santai sambil merapikan tasnya, siap meninggalkan kantor.Naura merasa lega mendengar itu, jantungnya yang sempat berdebar kini mulai tenang. Jika Anna memang ingin pergi bersama Davin, itu artinya dia tidak menyaksikan momen ketika Davin tiba-tiba mencium pipinya saat mereka keluar dari lift tadi pagi. Naura tersenyum kecil sambil menjawab dengan tenang."Baik, nona," jawab Naura dengan sopan.Anna melambaikan tangan dan berjalan menuju ruang kerja Davin, tampaknya siap untuk pergi. Tak berselang lama, Davin keluar dari ruangannya dengan jas rapi dan langsung menghampiri Anna."Ayo pergi,” ucap Davin dengan ketus membuat Anna terlihat semakin kesal dan jengah dengan sikap dingin san

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tidak Tahu Malu

    "Naura…. Tungguuuu!" teriak Aldo dengan suara lantang, memburu Naura yang berjalan cepat menuju lobi kantor, berusaha menjauh dari pria yang kini justru membuntutinya.Naura menghentikan langkahnya seketika dan berbalik dengan wajah ketus. "Apaaa?" tanyanya dengan nada kesal, sorot matanya penuh amarah.Aldo mencoba mendekat dan tersenyum lebar, seolah tidak menyadari sikap dingin Naura. "Kamu bilang sudah tak mencintai aku?" tanyanya, nada suaranya meremehkan. "Tapi kenapa kamu malah membuntutiku saat jam makan siang, ha? Kalau cinta, bilang saja. Jangan pura-pura marah," ujar Aldo dengan nada menggoda. Tangannya berusaha menyentuh dagu Naura, mencoba meraih sentuhan yang dulu sering ia lakukan, tapi Naura cepat-cepat menepisnya dengan gerakan penuh penolakan."Jangan kepedean, Aldo!" Naura berseru, matanya menyipit menahan kejengkelan. "Kalau aku tahu kamu makan di sana, aku mending pesan makanan lewat online saja," jawabnya tegas, seolah menguatkan dinding dingin di antara mereka.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Candu Asi

    Naura menuju ruang kerjanya, sesekali ia menarik nafas berat. Sepertinya Naura harus menghindari untuk bertemu Aldo, Naura harus minta Davin membuatnya sibuk.Tiba-tiba pintu ruang kerja Davin terbuka, membuat Naura seketika mengalihkan pandangannya ke sana. Naura berdiri di meja kerjanya, sedikit membungkuk memberi hormat pada Anna.Anna tersenyum manis menatap Naura."Naura, saya nanti mau bicara denganmu. Apa sore ini kamu punya waktu untuk saya? Sebentar saja," ucap tunangan Davin, dengan nada lembut namun penuh permohonan. Tatapan matanya yang tenang membuat Naura merasa tak nyaman untuk menolak.Naura mengangkat wajahnya dan mengangguk pelan. "Baik, Nona, saya akan usahakan untuk tidak lembur hari ini," jawabnya dengan sopan. Ada sedikit keraguan dalam suaranya, tapi ia tak ingin menunjukkan ketidaknyamanannya di depan Anna.Anna tersenyum, tampak lega. "Terima kasih, Naura. Nanti saya tunggu kamu di cafe Lion ya, jam 17.30," lanjutnya. Nada suaranya hangat, tetapi Naura menangk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Happy Ending

    Daniel Dominic Montgomery dan Darren Damian Montgomery adalah nama yang dipilih oleh kedua orang tua mereka dan sudah disepakati oleh keluarga untuk si kembar. Kedua bayi itu kini berada di ruang perawatan sang Mama. Setelah dilahirkan kemarin, mereka sempat dibawa ke ruang perawatan bayi, tetapi pagi ini mereka sudah dipindahkan ke ruang perawatan Rania. "Selamat ya, Nia! Aku senang banget akhirnya punya keponakan," ucap Raka. "Untung saja wajahnya kayak kamu," tambahnya lagi sambil melirik ke arah sang adik ipar yang usianya jauh di atasnya. Edward hanya tersenyum mendengar ucapan iparnya. "Kamu kapan menyusul, Raka?" tanyanya. "Menyusul? Bisa-bisa aku digantung sama Mommy dan Daddy. Pacaran saja nggak boleh, apalagi nyusul kalian nikah dan punya anak. Mommy bisa mati berdiri," kata Raka sambil melirik ke arah sang Mommy. "Bener kan, Mom?" tanyanya lagi. "Bukan cuma digantung, tapi Mommy akan ikat seluruh tubuh Raka biar nggak bisa bergerak," jawab Naura, membuat seluruh or

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Baby Twins

    Sementara itu, di dalam mobil, Rania terus menangis. Tangannya mencengkeram erat kursi, napasnya terengah-engah menahan rasa sakit yang begitu menyiksa. Perutnya terasa melilit hebat, sakit yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Setiap gelombang kontraksi yang datang membuat tubuhnya menegang, dan air mata semakin deras mengalir di pipinya."Sabar ya, sayang… sabar… kita sebentar lagi sampai," ucap Edward, suaranya bergetar, namun ia berusaha tetap tenang untuk istrinya. Tangannya terulur, mengusap kening Rania yang penuh peluh. Ia ingin melakukan sesuatu untuk mengurangi rasa sakit istrinya, tetapi ia tahu tidak ada yang bisa benar-benar membantu selain memastikan mereka segera tiba di rumah sakit.Rania menggigit bibirnya, tubuhnya sudah mulai gemetar. "Sakit, sayang… sakit banget…" ucapnya dengan suara lemah, hampir seperti bisikan. Air ketubannya sudah pecah sejak beberapa menit yang lalu, dan kini darah mulai keluar, membasahi pahanya hingga betisnya.Melihat kondisi itu, E

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Darurat

    "Bagaimana kalau kita menikah bulan depan saja?" tanya Bram tiba-tiba, menatap Monica dengan penuh harapan.Mereka sedang duduk di balkon kamar Monica. Awalnya, Bram berencana menemani Angelica di kamar ibunya karena gadis kecil itu ingin tidur bersama sang nenek. Namun, Laura tampaknya memahami situasinya dan justru menyuruh Bram untuk menemani Monica.Monica tersenyum lembut, tatapannya penuh kehangatan. "Aku ikut saja, sayang. Terserah kamu mau kapan, aku siap," jawabnya tulus. "Aku bahagia banget akhirnya Angelica mau menerima kehadiranku."Bram merasakan haru menyelimuti hatinya. Ia lalu meraih Monica ke dalam pelukannya, mendekapnya dengan penuh kasih sayang. "Terima kasih, sayang. Terima kasih juga karena sudah mau menerima pernyataan cinta dari seorang duda beranak satu," ucapnya dengan suara lembut.Monica tersenyum dan membalas pelukan itu. "Aku mencintaimu, Bram. Statusmu tidak pernah menjadi masalah untukku," bisiknya.Bram mengusap pelan punggung calon istrinya. "Tapi aku

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Janji sang Nenek

    Naura menghela napas panjang, matanya masih terlihat menerawang, seolah pikirannya belum bisa benar-benar menerima kenyataan yang baru saja terjadi. “Aku nggak pernah menyangka kalau Angelica bisa langsung menerima Monica sebagai calon Mama barunya,” ucapnya lirih, suaranya terdengar masih dipenuhi rasa haru.Saat ini, dia sudah berada di kamar bersama suaminya, Davin. Malam di London terasa lebih dingin dari biasanya, tetapi suasana hati Naura jauh lebih hangat setelah melihat kebahagiaan di wajah keponakannya tadi.Davin yang tengah bersandar di kepala ranjang ikut tersenyum, meskipun ada sedikit keterkejutan di matanya. “Iya, sayang. Aku juga tidak menyangka kalau Angelica secepat itu menerima kehadiran Monica. Aku pikir tadi, saat dia mencium foto Mamanya, dia tidak akan mau Mamanya digantikan oleh siapa pun.”Naura mengangguk pelan, memahami perasaan yang mungkin sempat berkecamuk di hati Angelica. Ia tahu betul seberapa besar gadis kecil itu mencintai sosok ibunya, meskipun tak

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meminta Restu

    Angelica masih sibuk menyapa teman-temannya satu per satu dengan wajah ceria. Senyumnya terus mengembang, mencerminkan kebahagiaan yang begitu tulus. Sesekali, ia tertawa kecil saat berbincang dengan sahabat-sahabatnya, menikmati momen berharga yang baru pertama kali diberikan oleh sang Papa. Sejak kecil, Angelica memang tidak pernah merasakan pesta ulang tahun sebesar ini, dan melihat banyak orang yang datang hanya untuknya membuat gadis kecil itu merasa begitu istimewa. Bram berdiri bersama ibunya, Laura, serta Monica, sekretarisnya yang selama ini selalu berada di sisinya, mendukung setiap langkahnya dalam pekerjaan maupun kehidupan pribadinya. Tidak ada banyak orang di sekitar mereka, memberikan kesempatan bagi mereka bertiga untuk berbicara lebih leluasa tanpa ada yang mendengar.Laura menatap putranya dengan penuh arti sebelum akhirnya membuka suara, "Bram, kau benar-benar akan meminta izin pada Angelica untuk menikahi Monica?" Suaranya terdengar tenang, tapi ada sedikit kekh

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Birthday Angel

    Waktu terus berjalan, tanpa terasa minggu depan adalah jadwal kelahiran kedua anak Rania dan Edward. Perjalanan panjang yang mereka lalui bersama akhirnya membawa mereka ke titik ini—menanti hadirnya dua buah hati yang akan melengkapi keluarga kecil mereka.Sejak tiga bulan lalu, Rania telah resmi pindah ke Sun City, meninggalkan London untuk membangun kehidupan baru bersama Edward. Edward, yang sejak awal ingin memberikan kenyamanan terbaik bagi istrinya, sudah menyiapkan rumah mewah untuk Rania. Namun, meskipun Rania menerima rumah tersebut dengan penuh rasa syukur, menjelang persalinannya, dia lebih memilih tinggal di kediaman kedua orang tuanya. Bagi Rania, berada di dekat Mommy dan Daddy akan membuatnya lebih tenang.Bisnis butiknya yang kini berkembang pesat tetap berjalan dengan baik meskipun Rania sementara waktu harus istirahat dari dunia fashion. Dia mempercayakan pengelolaan butik itu kepada manajernya, tetapi setiap laporan tetap dikirimkan kepada William, asisten keper

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Butik

    Mereka baru saja turun dari mobil.Davin hanya bisa menghela napas panjang saat melihat Naura dengan cekatan mengambil black card miliknya, seolah kartu itu sudah menjadi milik pribadi istrinya. "Sayang, kamu kan udah punya kartu sendiri," protesnya, meski nada suaranya lebih terdengar seperti pasrah daripada keberatan.Naura hanya tersenyum manis, menggoyangkan kartu itu di depan wajah suaminya. "Tapi kan tetap saja uang suami adalah uang istri, sayang. Uang istri ya uang istri," sahutnya santai. "Apalagi aku mau belanjain anak-anak juga."Davin hanya bisa menggelengkan kepala sambil tersenyum. Dia tahu, pada akhirnya, apa pun yang ia miliki memang untuk istri dan anak-anaknya tercinta.Sementara itu, Angelica yang sedari tadi sibuk melihat-lihat koleksi sepatu mewah tiba-tiba menoleh pada pamannya. "Uncle, Angelica di-belanjain juga nggak?" tanyanya dengan mata berbinar.Davin menoleh ke arah gadis mungil itu, yang kini menatapnya dengan ekspresi menggemaskan. Wajah Angelica yang c

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Menang Taruhan

    Davin melangkah masuk ke ruang keluarga apartemen Edward dan Rania, mengedarkan pandangan ke sekeliling. Ia baru saja tiba bersama Naura dan Angelica, membawa beberapa koper berisi makanan dan oleh-oleh untuk putri mereka. Belum sempat duduk, Edward sudah menyambutnya dengan senyum lebar.“Duduk dulu, Daddy,” ucap Edward sambil menunjuk sofa di hadapannya.Davin mendengus geli, menatap menantunya dengan ekspresi datar. “Geli kali aku dipanggil Daddy olehmu,” sahutnya, nada suaranya masih terasa tak bersahabat.Naura yang duduk di sampingnya hanya menghela napas, sementara Edward malah cengengesan. “Masak mau dipanggil Paman?” goda Edward.Naura ikut menimpali, “Lagian kamu ini, sayang. Memang sudah sepantasnya menantu memanggilmu dengan sebutan Daddy. Kenapa protes terus setiap sama Edward?”Davin menatap istrinya dengan alis terangkat. “Makin besar kepalanya Edward. Semua dibelain. Heran deh, sama kamu dan Mamaku. Doyan sekali membela laki-laki ini,” ujarnya bercanda.Edward hanya te

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Kado Spesial

    Saat Rania dan Edward tiba di sebuah restoran, mereka bertemu dengan seseorang yang sudah lama tidak Rania jumpai."Hai, Andrew! Apa kabar?" sapa Rania dengan ramah, sambil mengulurkan tangan ke arah pria itu.Namun, sebelum tangannya sempat menyentuh tangan Andrew, Edward dengan sigap menarik tangan istrinya, menjauhkannya dari jangkauan pria lain. Andrew, yang sudah hendak menyambut salam Rania, hanya bisa menarik tangannya kembali dengan ekspresi sedikit terkejut.Rania melirik suaminya dengan kesal. "Kamu apa-apaan sih?" tanyanya, tak habis pikir dengan tindakan Edward yang begitu protektif.Edward menatapnya tanpa rasa bersalah sedikit pun. "Aku nggak suka ada yang nyentuh-nyentuh istriku, meskipun hanya sekadar salaman," ucapnya tegas.Andrew tertawa kecil melihat sikap Edward yang begitu posesif. "Nggak apa-apa, Rania. Semua pria pasti punya pemikiran seperti suamimu ini. Wajar kalau dia nggak mau istrinya yang cantik dimiliki orang lain," ujarnya santai.Edward langsung meloto

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status