Share

Meeting

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-09 13:02:53

Naura memasuki ruang meeting bersama ahli IT perusahaan, memastikan segala persiapan teknis untuk pertemuan pagi ini sudah sempurna.

Dengan cekatan, dia mengatur catatan kecil yang telah disusunnya untuk Davin, sang pemimpin rapat, yang berisi poin-poin utama yang akan disampaikan kepada seluruh karyawan. Proyektor sudah menyala, dan layar besar di depan ruangan menampilkan grafik pencapaian perusahaan, siap untuk digunakan.

Beberapa karyawan mulai berdatangan dan duduk di tempat yang telah disediakan. Aldo, bersama para manajer lainnya, mengambil tempat di barisan depan, tepat di hadapan Naura.

Aldo menatap tajam ke arahnya, pandangan yang sulit diartikan. Meski perasaan tidak nyaman sedikit muncul di dalam dirinya, Naura berusaha tetap tenang. Dia mengalihkan perhatiannya pada catatan dan materi presentasi, mencoba fokus pada tugasnya.

Ketika Davin memasuki ruangan, suasana seketika berubah. Seluruh karyawan memberikan hormat kepadanya. Kehadirannya yang berwibawa membawa energi t
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tatik Wahmawati
ngebayangin ganteng dan memepsonaya Aldo kyk apa ya...?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Yang Kedua

    Naura berjalan mendekati meja kerjanya. Anna yang sedang sibuk melihat ponsel sesaat menoleh ke arah Naura dengan ekspresi puas. Setelah beberapa saat, Anna meletakkan ponselnya dan tersenyum tipis."Naura, saya mau pergi dengan tunangan saya saja, ya. Kamu tolong tangani semua pekerjaan Davin," ucap Anna santai sambil merapikan tasnya, siap meninggalkan kantor.Naura merasa lega mendengar itu, jantungnya yang sempat berdebar kini mulai tenang. Jika Anna memang ingin pergi bersama Davin, itu artinya dia tidak menyaksikan momen ketika Davin tiba-tiba mencium pipinya saat mereka keluar dari lift tadi pagi. Naura tersenyum kecil sambil menjawab dengan tenang."Baik, nona," jawab Naura dengan sopan.Anna melambaikan tangan dan berjalan menuju ruang kerja Davin, tampaknya siap untuk pergi. Tak berselang lama, Davin keluar dari ruangannya dengan jas rapi dan langsung menghampiri Anna."Ayo pergi,” ucap Davin dengan ketus membuat Anna terlihat semakin kesal dan jengah dengan sikap dingin san

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-09
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tidak Tahu Malu

    "Naura…. Tungguuuu!" teriak Aldo dengan suara lantang, memburu Naura yang berjalan cepat menuju lobi kantor, berusaha menjauh dari pria yang kini justru membuntutinya.Naura menghentikan langkahnya seketika dan berbalik dengan wajah ketus. "Apaaa?" tanyanya dengan nada kesal, sorot matanya penuh amarah.Aldo mencoba mendekat dan tersenyum lebar, seolah tidak menyadari sikap dingin Naura. "Kamu bilang sudah tak mencintai aku?" tanyanya, nada suaranya meremehkan. "Tapi kenapa kamu malah membuntutiku saat jam makan siang, ha? Kalau cinta, bilang saja. Jangan pura-pura marah," ujar Aldo dengan nada menggoda. Tangannya berusaha menyentuh dagu Naura, mencoba meraih sentuhan yang dulu sering ia lakukan, tapi Naura cepat-cepat menepisnya dengan gerakan penuh penolakan."Jangan kepedean, Aldo!" Naura berseru, matanya menyipit menahan kejengkelan. "Kalau aku tahu kamu makan di sana, aku mending pesan makanan lewat online saja," jawabnya tegas, seolah menguatkan dinding dingin di antara mereka.

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Candu Asi

    Naura menuju ruang kerjanya, sesekali ia menarik nafas berat. Sepertinya Naura harus menghindari untuk bertemu Aldo, Naura harus minta Davin membuatnya sibuk.Tiba-tiba pintu ruang kerja Davin terbuka, membuat Naura seketika mengalihkan pandangannya ke sana. Naura berdiri di meja kerjanya, sedikit membungkuk memberi hormat pada Anna.Anna tersenyum manis menatap Naura."Naura, saya nanti mau bicara denganmu. Apa sore ini kamu punya waktu untuk saya? Sebentar saja," ucap tunangan Davin, dengan nada lembut namun penuh permohonan. Tatapan matanya yang tenang membuat Naura merasa tak nyaman untuk menolak.Naura mengangkat wajahnya dan mengangguk pelan. "Baik, Nona, saya akan usahakan untuk tidak lembur hari ini," jawabnya dengan sopan. Ada sedikit keraguan dalam suaranya, tapi ia tak ingin menunjukkan ketidaknyamanannya di depan Anna.Anna tersenyum, tampak lega. "Terima kasih, Naura. Nanti saya tunggu kamu di cafe Lion ya, jam 17.30," lanjutnya. Nada suaranya hangat, tetapi Naura menangk

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bertemu Anna

    “Sempit sekali, sayang. Setiap denyutannya membuatku gila,” ucapnya lagi.Naura meraup bibir sang atasan, menciumnya penuh hasrat. Tidak hanya Davin yang menginginkannya, tapi Naura juga sangat menginginkan Davin. Puas dengan posisi Naura di atasnya, Davin merubah posisinya. Davin menarik Naura dan diminta terlentang di atas meja kerjanya.Davin mulai bergerak maju mundur, semakin lama gerakan itu semakin cepat.“Aaaaaah,” desah Naura.“Kamu menyukainya kan, sayang?” tanya Davin.Dengan mata terpejam, Naura mengangguk membuat Davin tersenyum puas. Sampai akhirnya suara teriakan kecil dari bibir keduanya menandakan mereka sudah ada di puncak nirwana.Napas Davin dan Naura tersengal.“Terima kasih atas kenikmatan ini, sayang,” ucap Davin.“Sama-sama Pak. Terima kasih juga atas bantuan keuangan dari Bapak untuk saya,” jawabnya.Davin mengecup kening Naura. Lalu keduanya segera membersihkan diri dan menggunakan lagi pakaian mereka.Setelah rapi, Naura meminta izin untuk keluar dari dalam

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-10
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Ada Davin di Rumah Sakit

    “Aku harus segera ke rumah sakit. Takutnya nanti malam Pak Davin ke apartemen,” gumam Naura. Naura pun memesan taksi online lalu menuju ke rumah sakit.Harusnya hari ini Naura pergi ke rumah sakit bersama Davin untuk bertemu dokter yang merawat ibunya. Namun, permintaan mendadak dari tunangan Davin, membuatnya harus menunda rencana tersebut.Ia tak ingin menolak permintaan Anna, meski hatinya merasa sedikit cemas dengan kondisi ibunya. Makanya tadi setelah pertemuannya dengan Anna selesai pada pukul 18.30, Naura langsung memutuskan untuk tetap pergi ke rumah sakit.Setelah tiba di rumah sakit, Naura menuju ruang ICU, langkah Naura terasa berat. Ia mendapati pikirannya dipenuhi kekhawatiran tentang kondisi ibunya yang semakin menurun. “Bertahanlah Bu,” gumam Naura sendu.Naura menahan napas saat tiba di depan ruangan ICU. Namun, pandangannya langsung terpaku pada sosok pria yang tak asing lagi, Davin. Ia melihat Davin di dalam ruangan, berdiri di samping ranjang ibunya, seolah tengah

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Gugurkan Anak Itu

    Naura masih berdiri di depan lobi rumah sakit bersama Davin ketika suara yang familiar memanggil namanya. Ia menoleh dan melihat seorang wanita berambut pirang, berjalan ke arahnya dengan wajah yang tampak serius."Boleh aku bicara denganmu sebentar saja?" tanya Bella, suaranya sedikit lirih.Naura menatap Davin sejenak, merasa segan memintanya menunggu lagi. "Pak Davin, saya pulang naik taksi online saja. Bapak sebaiknya pulang lebih dulu. Terima kasih banyak sudah mengantarkan saya,” ujar Naura.Namun, Davin memerhatikan wajah Naura yang lelah, juga jam di tangannya yang sudah menunjukkan pukul 19.00. Kota Suncity sudah mulai gelap di jam segini, dan ia tahu Naura pasti kelelahan. Bila ia membiarkan Naura berhadapan sendiri dengan Bella, bisa jadi Naura akan terjebak dalam percakapan panjang dan tidak beristirahat."Tidak, saya akan menunggumu di sini. Silakan bicara, tapi jangan terlalu lama," jawab Davin dengan suara tegas sambil melirik Bella.Naura hanya mengangguk pelan, kemudi

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Memanjakan Atasan

    Bella menatap Aldo dengan tatapan tajam, hatinya bergemuruh penuh kemarahan dan kekecewaan. Suaranya lirih nyaris tak terdengar ketika ia berkata, "Apa kamu bilang? Aku harus menggugurkan anak tak berdosa ini?" Bella hampir tidak percaya, seakan-akan Aldo telah memukulnya dengan kata-kata yang tak pernah ia bayangkan keluar dari mulut pria yang dulu pernah ia cintai.Suasana di ruang tamu rumah Aldo yang awalnya hening berubah menjadi tegang. Keluarga Aldo, termasuk mamanya, saling bertukar pandang, wajah-wajah mereka menampakkan keterkejutan dan ketidaksenangan. Sang mama, yang selalu terkenal dengan sikap kerasnya, menatap Aldo dengan amarah yang tak terbendung."Manusia macam apa kamu ini, Aldo?" bentak sang mama, nadanya tajam dan penuh kekecewaan. "Kamu tidak punya otak, tidak punya perasaan! Harusnya kamu bertanggung jawab! Berani berbuat, berani bertanggung jawab. Jangan jadi pengecut!" Suaranya semakin lantang dan tak terbantahkan. "Seenaknya saja kamu meminta Bella untuk me

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-11
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Kedatangan Mama

    Davin mempercepat langkahnya menuju mobil yang terparkir di basement apartemen Naura. Ia tahu benar sang mama tak suka menunggu, apalagi jika ada orang lain yang datang untuk menjemput selain dirinya. Pikirannya penuh dengan tuntutan pekerjaannya, namun ia tahu panggilan mendesak dari mamanya tak bisa diabaikan. Begitu pintu mobil tertutup, ia segera menghidupkan mesin dan meluncur ke jalan raya, berusaha menembus kemacetan menuju bandara.Setelah hampir satu jam berkutat di jalan, Davin akhirnya tiba di bandara. Melihat wajah sang mama yang tampak masam, ia segera bergegas keluar dari mobil dan tersenyum, berusaha meredam suasana tegang yang sudah ia perkirakan."Puas kamu bikin Mama dan Papa menunggu di sini, huh!" bentak sang mama begitu Davin mendekat.Davin menahan tawa kecil, sengaja menggoda mamanya untuk mencairkan suasana. "Maaf, Nyonya," jawabnya sambil memberi sedikit anggukan, seolah-olah berbicara pada atasannya, "Tadi habis meeting, terus jadi keterusan ngobrol. Sampai

    Terakhir Diperbarui : 2024-11-12

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Salah Sangka

    Fernando terus menatap ke arah Bram dan Davin yang saat ini sedang berbicara dengan Bruno, pemilik tempat hiburan malam tersebut yang juga merupakan teman baik Fernando. Dari sudut ruangan, Fernando memperhatikan dengan saksama, memperkirakan apa yang sebenarnya mereka bicarakan."Aku tak menyangka mereka suka juga ke tempat yang seperti ini. Aku pikir Davin benar-benar lelaki terbaik. Ternyata semua lelaki sama saja, mana betah kami hanya dengan satu pasangan," ucapnya pada diri sendiri, mendesah pelan sambil mengamati mereka dari kejauhan.Fernando menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengaduk minuman di tangannya dengan gerakan lambat. Matanya tidak lepas dari mereka bertiga, terutama Davin. Ada sedikit perasaan tidak percaya dalam benaknya. Selama ini, Davin dikenal sebagai pria yang setia dan tidak tertarik dengan tempat hiburan. Namun, kenyataan di depan matanya menunjukkan sesuatu yang berbeda.Sementara itu, di sudut tempat hiburan tersebut, Davin dan Bram sedang berbicara serius

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bergerak Normal

    "Apa semuanya sudah sesuai dengan yang kamu rencanakan?" tanya Penelope pada Fernando, sambil meliriknya dari sofa mewah berlapis beludru merah yang sedang didudukinya.Tangannya yang ramping menggenggam gelas anggur, menggoyangkan cairan merah di dalamnya dengan gerakan anggun. Cahaya lampu kristal di ruang tamunya yang luas memantulkan kilauan di permukaan gelas, menciptakan bayangan berkilau di meja kaca di depannya.Fernando berdiri tegap di dekat rak buku yang dipenuhi koleksi bacaan mahal dan beberapa lukisan klasik yang sengaja dipajang sebagai simbol kemewahan. Mata pria itu menatap tajam pada atasannya, memastikan tidak ada keraguan dalam Suaranya saat ia menjawab."Sudah, Bu. Anda tenang saja, semuanya sudah saya atur," jawab Fernando tanpa ragu sedikit pun.Penelope menyandarkan tubuhnya, menyilangkan kakinya dengan gerakan lambat dan sensual. Senyuman tipis tersungging di bibir merahnya yang sempurna. Dia menikmati permainan ini, sebuah permainan yang dirancangnya sendiri

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meyakinkan sang Istri

    "Kamu kenapa, Sayang? Masih khawatir aku ketemu dengan Penelope? Makanya ayo ikut," ajak Davin saat wajah istrinya terlihat sendu, menatapnya yang sedang bersiap pergi untuk penandatanganan proyek besar Abimanyu Group di kota ini.Naura menggeleng. Untuk datang? Tentu dia tidak mungkin punya mental yang kuat, apalagi setelah Penelope menatapnya dengan tatapan seakan mengejek kondisinya yang seperti ini. Naura menjadi insecure."Nggak apa-apa kok," jawabnya, tapi sorot matanya tentu tidak membuat Davin percaya begitu saja pada sang istri.Pria itu mendekati Naura, lalu berjongkok di depan kursi roda sang istri. Dengan lembut, ia mengecup punggung tangan wanita yang sangat dia cintai. Bahkan, rasa cintanya sejak dulu hingga kini tidak berubah sama sekali."Aku tahu, di luar sana banyak sekali perempuan jahat. Tapi tidak semua laki-laki menyambut dengan baik wanita yang seperti itu. Laki-laki yang baik akan memilih perempuan yang baik pula. Laki-laki yang tidak baik mungkin akan tergoda

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Strategi

    "Kenapa sih, Mama nggak pernah berubah? Semua keputusan harus kemauan Mama! Kenapa seperti ini? Kalau memang Bram tidak mau menikah lagi, ya sudah, Bram nggak akan menikah!"Bram menatap sang Mama dengan rahang mengeras. Hatinya semakin sesak karena merasa tidak pernah diberi kebebasan menentukan hidupnya sendiri."Bram janji, Angelica tidak akan pernah kekurangan kasih sayang. Lagian, Lidya masih jadi pengasuhnya. Nanti, lama-lama Angelica juga akan tahu kalau Lidya itu hanya seorang pengasuh, hanya seorang ibu susu, bukan ibu kandungnya. Bram nggak mau ada orang yang menggantikan posisi Dinda di hati Angelica dan di hati Bram."Bram menghela napas berat. Matanya yang tajam menatap Laura dengan sorot penuh keteguhan."Sekarang terserah Mama. Yang jelas, sekuat apa pun Mama membujuk Bram untuk menikah lagi dan mencarikan jodoh, itu tidak akan pernah terjadi! Bram tidak ingin menikah lagi!" ucapnya tegas.Hening sejenak. Laura masih ingin membantah, tetapi Bram tidak memberinya kesempa

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Jodoh dari Mama

    Bram melangkah santai menuju ruang keluarga Davin. Begitu sampai, ia mendapati kedua keponakannya, Raka dan Rania, tengah duduk di meja belajar kecil mereka. Buku-buku terbuka di hadapan mereka, sementara pensil warna-warni berserakan di atas meja. Sesekali, mereka tampak berdiskusi satu sama lain, wajah mereka serius, tetapi tetap menggemaskan di mata Bram.Senyuman kecil terukir di wajah pria itu. Meskipun jauh dari rumah mereka yang sebenarnya, Raka dan Rania tetap terlihat bahagia. Bram bangga melihat mereka tumbuh menjadi anak-anak yang mandiri dan ceria.Tanpa menunggu lebih lama, ia pun berjalan mendekat, lalu menjatuhkan diri di sofa dekat mereka. "Lagi sibuk apa nih, dua anak pintar Uncle?" tanyanya dengan nada hangat.Rania menoleh lebih dulu, lalu tersenyum lebar. "Lagi ngerjain PR, Uncle!" jawabnya bersemangat."Iya, PR Matematika," tambah Raka, mengangguk antusias.Bram mengangguk-angguk paham. "Wah, Matematika ya? Dulu waktu Uncle seumuran kalian, Matematika itu pelajar

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tak Akan Terganti

    Davin tiba di rumahnya bersama Bram. Begitu memasuki rumah, aroma khas kayu dan wewangian lembut yang selalu digunakan Naura menyambutnya. Rumah itu terasa hangat, tetapi juga sunyi, seakan ada sesuatu yang kurang.Tatapannya langsung tertuju ke ruang keluarga, tempat Raka dan Rania duduk bersisian di meja belajar kecil mereka. Kedua buah hatinya tampak serius mencoret-coret buku mereka, sesekali berdiskusi dengan suara pelan. Biasanya, di antara mereka ada Naura yang menemani—memberikan bimbingan atau sekadar duduk sambil membaca buku. Tapi kali ini, Naura tidak ada di sana."Loh, Mommy di mana, sayang?" tanya Davin, suaranya penuh keheranan.Rania dan Raka sontak menoleh ke arah sang ayah. Mereka saling berpandangan sebelum akhirnya menjawab dengan kompak. "Di kamar, Daddy."Davin mengernyit. "Kok tumben nggak nemenin kalian belajar? Apa Mommy sakit?" tanyanya lagi, kekhawatiran mulai muncul di benaknya.Sambil menunggu jawaban dari anak-anaknya, ia melambaikan tangan pada pengasuh

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Janda Hot

    Ballroom hotel mewah itu dipenuhi cahaya lampu, memberikan kesan eksklusif dan profesional. Meja panjang sudah tertata rapi dengan dokumen-dokumen kerja sama yang siap untuk didiskusikan. Bram dan tiga orang timnya tiba lebih dulu, memastikan semua persiapan sudah sesuai dengan kebutuhan presentasi Davin.Beberapa menit kemudian, Davin datang dengan setelan jas hitam yang sempurna, menampilkan sosoknya yang berwibawa sebagai Presiden Direktur Abimanyu Group. Matanya tajam, fokus pada pertemuan hari ini. Meskipun ia menyadari kehadiran Penelope, ia memilih untuk tidak memperhatikan wanita itu lebih dari yang diperlukan.Penelope melangkah masuk bersama Fernando dan timnya. Seperti biasa, wanita itu tampil memesona dengan gaun formal yang membingkai tubuhnya dengan anggun. Senyum tipis menghiasi bibirnya saat matanya langsung tertuju pada Davin.“Selamat siang, Pak Davin.” Suaranya terdengar lembut, tapi ada nada ketertarikan yang tak berusaha ia sembunyikan.“Selamat siang, Bu Penelope

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meyakinkannya

    Davin tidak perlu bertanya untuk tahu bahwa ada sesuatu yang mengganggu pikirannya. Sejak mereka keluar dari restoran setelah pertemuan bisnis dengan Penelope, ekspresi Naura berubah. Ada sesuatu yang mengganjal di hatinya, dan Davin tidak akan membiarkan itu berlarut-larut.Begitu sampai di rumah, Davin turun lebih dulu, lalu berjalan ke sisi pintu mobil dan membukakannya untuk Naura. Dengan lembut, ia membantu sang istri turun dan mendorong kursi rodanya masuk ke dalam rumah.Naura tetap diam.Davin menghela napas. Setelah mereka tiba di ruang keluarga, ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya duduk berhadapan dengan istrinya.“Sayang,” panggil Davin lembut.Naura tidak merespons.Davin menatapnya dalam-dalam. Ia menyentuh jemari Naura dan menggenggamnya erat. “Kamu mau cerita sesuatu?” tanyanya pelan.Naura masih tidak mengatakan apa pun.Davin menarik kedua alisnya. “Sayang, aku tahu ada sesuatu yang mengganggumu. Aku bukan orang bodoh yang bisa dibohongi dengan diam seperti

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Menginginkan Davin

    Sementara itu, sebuah mobil mewah dengan interior elegan melaju dengan kecepatan stabil di bawah langit siang yang cerah. Jalanan kota tampak sibuk, namun di dalam kendaraan tersebut, suasana terasa lebih hening dibandingkan hiruk-pikuk di luar sana. Penelope duduk di kursi belakang dengan anggun, kedua kakinya yang jenjang disilangkan, sementara Fernando dengan tenang mengemudi di depan, memastikan perjalanan mereka berjalan lancar.Meskipun suasana di dalam mobil tampak tenang, pikiran Penelope justru sedang penuh dengan satu hal—atau lebih tepatnya, satu orang. Sejak keluar dari restoran tempat pertemuan bisnisnya dengan Davin Abimanyu, benaknya dipenuhi oleh bayangan pria itu. Ketegasan dalam suaranya, cara ia membawa diri, serta tatapan tajam yang memancarkan kecerdasan dan kharisma yang begitu memikat.Dia sudah banyak bertemu pria sukses di dunia bisnis, tetapi tidak ada yang seperti Davin. Pria itu tidak hanya berwibawa dan cerdas, tetapi juga memiliki sesuatu yang lebih langk

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status