Share

Bab 112

Author: Atieckha
last update Last Updated: 2024-12-19 15:18:08

Davin tak pernah melepaskan pandangannya dari tubuh Naura yang terbaring lemah di atas ranjang hotel. Wanita itu telah tertidur, tapi wajahnya yang dipenuhi luka membuat hati Davin terasa hancur.

Tubuhnya yang kurus, tangan dan kakinya yang penuh bekas luka gores, menjadi bukti penderitaan yang dialami Naura selama tiga bulan terakhir. Bahkan wajah cantiknya kini dihiasi bekas luka yang sulit hilang, seolah menjadi pengingat kejamnya dunia terhadap wanita yang ia cintai.

Pandangan Davin terhenti pada pergelangan tangan Naura. Bekas ikatan tali yang dalam masih terlihat jelas, seperti mencengkeram hatinya erat-erat.

"Bagaimana bisa seseorang sekejam itu kepadamu, sayang?" pikir Davin dengan amarah yang membakar dada. "Demi Tuhan, aku bersumpah akan membalas semua ini. Mereka tidak akan pernah lepas dari tanganku!"

Ia mengusap wajahnya yang basah oleh air mata, mencoba menenangkan dirinya. Namun, setiap kali ia memandang Naura, luka yang terlihat seperti berbicara, berteriak meminta ke
Locked Chapter
Continue Reading on GoodNovel
Scan code to download App

Related chapters

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 113

    Davin menggenggam erat tangan Naura saat dokter kandungan mulai memeriksa perutnya menggunakan alat USG. Wajahnya tegang, sementara Naura hanya bisa tersenyum tipis untuk menenangkannya."Sayang, tenang. Aku nggak apa-apa," ucap Naura pelan, mencoba meyakinkan Davin meski ia sendiri merasa sedikit gugup."Aku cuma nggak mau ada apa-apa sama kamu, sayang" jawab Davin cepat sambil mengusap punggung tangan Naura. "Aku nggak bisa lihat kamu lemah begini."Dokter tersenyum menenangkan. "Santai saja, Bu Naura, Pak Davin. Mual-mual di trimester pertama hingga awal trimester kedua itu biasa, apalagi kalau kondisi tubuh sedang sensitif. Sekarang mari kita lihat kondisi bayi," ujarnya sambil memulai pemeriksaan.Ruangan menjadi sunyi sejenak, hanya suara alat USG yang terdengar. Beberapa detik kemudian, suara detak jantung kecil memenuhi ruangan. Naura langsung memejamkan mata, air matanya jatuh begitu saja."Itu... mereka?" bisiknya sambil melirik layar monitor."Iya, Sayang. Itu anak-anak kit

    Last Updated : 2024-12-19
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 114

    Nyonya Laura duduk di ruang kerjanya yang luas, jari-jarinya menggenggam gelas kristal berisi wine merah. Matanya yang tajam menatap kosong ke arah jendela besar yang memperlihatkan pemandangan malam kota West Country. Namun, pikirannya tidak berada di sana. Amarah yang membara di hatinya membuat tangannya sedikit gemetar saat ia meneguk minuman itu.“Wanita sialan itu...! Berani-beraninya dia masuk ke dalam hidup Davin!” geramnya pelan, hampir seperti berbicara pada dirinya sendiri.Ia meletakkan gelasnya dengan kasar di meja marmer di depannya, lalu menunduk untuk memungut ponsel yang sebelumnya ia lempar ke lantai. Ponsel itu sudah sedikit retak di bagian sudut, tapi masih menyala. Dengan jemari yang gemetar, ia menekan nomor Clara, wanita yang ia percaya untuk menjadi mata-matanya di rumah Davin.Telepon tersambung setelah nada ketiga.“Halo, Nyonya,” suara Clara terdengar hati-hati di seberang.Tanpa basa-basi, Nyonya Laura langsung meluapkan kemarahannya. “Wanita miskin itu ben

    Last Updated : 2024-12-20
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 115

    Tangan Davin terulur membuka piyama yang dikenakan Naura, lalu menjatuhkannya sembarangan. Penampilan sang istri ketika hamil justru membuat Davin semakin berhasrat.Dada Naura yang awalnya sudah besar dan menantang, kini semakin besar dan membuatnya selalu ingin menyentuh benda favorit itu. Davin dan Naura sudah mencari posisi hubungan badan yang baik dan aman untuk kedua calon anak mereka yang sedang berjuang di rahim sang ibu.Davin mengangkat tubuh Naura, dan didudukkan di atas meja besar, yang berada tak jauh dari meja rias di kamar mewah itu. Davin mulai meninggalkan jejak kepemilikan di dada sang istri. Sementara tangan Naura, meremas rambut Davin, menandakan kalau dia juga sedang menikmati permainan ini. Davin meminta Naura menaikkan kedua kakinya di atas meja. Dengan posisi Kedua kaki terbuka hingga Davin bisa menikmati bagian intim sang istri secara leluasa. Pria itu berlutut di depan Naura yang saat ini tangannya ada di belakang tubuhnya, dan posisi ini membuat Naura terlih

    Last Updated : 2024-12-20
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 116

    Satu minggu kemudian, butik terbesar di kota West Country milik Nyonya Laura terbakar habis hingga tak bersisa. Asap hitam masih membumbung tinggi saat tim pemadam kebakaran tiba di lokasi. Bangunan yang dulunya megah, menjadi puing-puing yang berserakan. Api tidak hanya melahap struktur bangunan, tetapi juga koleksi gaun-gaun eksklusif yang bernilai fantastis, milik para pelanggan tetap butik itu. Nyonya Laura, yang datang terlambat setelah diberi kabar, berdiri terpaku di depan reruntuhan, kedua matanya merah karena menahan amarah dan tangis."Bagaimana ini bisa terjadi?" jeritnya, suaranya bergetar. Ia menoleh ke arah manajer butik yang terlihat sama hancurnya. "Kenapa tidak ada yang menjaga? Kenapa sistem keamanan tidak berfungsi?"Manajer butik itu hanya bisa menunduk dengan ekspresi penuh rasa bersalah. "Kami belum tahu penyebabnya, Nyonya. Tapi menurut petugas pemadam, kemungkinan terjadi korsleting listrik di ruang penyimpanan.""Korsleting?" seru Nyonya Laura dengan suara y

    Last Updated : 2024-12-20
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 117

    Di lobby kantor Davin, situasi kacau tak terkendali. Darah segar yang mengalir dari area kewanitaan Naura menjadi pemandangan yang menghantui. Tubuh mungil istrinya yang hamil terkulai lemah di lantai, wajahnya pucat, matanya tertutup rapat. Davin berdiri membatu sesaat, sebelum tatapan matanya yang melotot penuh kemarahan beralih pada sang Mama."Mama sudah kelewatan, Ma!" Davin menggeram, suaranya menggelegar hingga semua orang di lobby terdiam ngeri.Nyonya Laura yang sebelumnya berdiri dengan penuh rasa puas karena berhasil melukai Naura, kini terkejut melihat wajah putranya yang berubah menjadi begitu dingin. Bengis, seolah siap menikamnya kapan saja dia mau. Namun, wanita itu masih mencoba membela diri."Dia pantas mendapatkannya, Davin! Perempuan itu hanya pembawa sial!" seru Nyonya Laura dengan nada tinggi, seolah apa yang dilakukannya benar.Namun, sebelum Nyonya Laura bisa melanjutkan, Davin dengan penuh emosi mendorong tubuh sang mama. Dorongan itu begitu kuat hingga Nyony

    Last Updated : 2024-12-21
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 118

    Wajah Davin berubah tegang. Ia menghela napas berat, mencoba menenangkan gejolak di dalam dirinya. Ingatan tentang kejadian di lobby tadi membuat dadanya terasa sesak. Ia tahu mendorong Mamanya hingga terluka adalah tindakan yang salah, tetapi dalam keadaan panik seperti itu, ia merasa tak punya pilihan lain."Baiklah, antarkan aku ke sana," jawab Davin akhirnya, meski ada nada keraguan dalam suaranya.Bram memimpin jalan, sementara Davin mengikuti dengan langkah berat. Lorong-lorong rumah sakit terasa panjang dan dingin, mencerminkan suasana hati Davin yang penuh dengan konflik.Setibanya di lantai paling atas, Bram berhenti di depan pintu sebuah ruangan. "Beliau ada di dalam, Pak," ujarnya pelan.Davin mengangguk, menatap pintu itu dengan tatapan penuh keraguan. Setelah menarik napas panjang, ia mendorong pintu dan masuk.Di dalam ruangan, Nyonya Laura terbaring di tempat tidur, wajahnya terbalut perban. Meski terlihat lemah, sorot matanya tetap tajam saat melihat Davin masuk."Akhi

    Last Updated : 2024-12-21
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 119

    Thomas meraih pakaiannya, dia menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Hasratnya seketika hilang setelah mendapat kabar buruk. Dia menuju ke lantai paling atas, semua anak buahnya menunggu di sana. Tanpa berpamitan pada Anna pria itu melengos pergi begitu saja.Anna berdecak sebal, “belum tuntas main, dia memilih pergi gitu aja. Ya ampun mana aku kebelet banget,” ujarnya kesal. Tak ada orang yang bisa dia mintai tolong, untuk melayani hasratnya itu. Karena semua anak buah Thomas, langsung menuju ruangan khusus di rumah ini.“Huuuuffff menyebalkan. Andai aku tak tinggal di sini, bisa saja aku pergi ke club malam buat bersenang-senang,” gumamnya lagi.**Ruangan remang-remang di lantai atas sebuah rumah megah itu dipenuhi aroma asap rokok yang tebal. Thomas, duduk di kursi kulit besar di tengah ruangan. Tangannya mengetuk-ngetuk meja kayu solid di depannya, sementara wajahnya tampak lebih gelap dari biasanya. Di hadapannya, seorang pria muda, salah satu anak buahnya, berdiri deng

    Last Updated : 2024-12-22
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 120

    Tak lama kemudian, seorang dokter dan perawat masuk ke ruangan. Dokter dengan tenang mendekati Naura, memeriksa kondisinya sambil berbicara dengan suara lembut, "Bu Naura, coba tenang dulu, ya. Saya akan memeriksa apa yang terjadi."Davin berdiri di samping dokter, memperhatikan setiap gerakan dengan penuh perhatian. Wajahnya tegang, tangannya mengepal erat di samping tubuhnya.Setelah beberapa menit melakukan pemeriksaan, dokter akhirnya berkata, "Pak Davin, Bu Naura, ini hal yang biasa terjadi setelah ibu hamil jatuh. Nyeri ini kemungkinan akibat otot perut yang tegang. Selama beberapa hari ke depan, rasa nyeri mungkin akan datang dan pergi."Davin mengerutkan kening. "Apa itu tidak berbahaya, Dok?"Dokter tersenyum tipis, mencoba menenangkan. "Tidak, selama Bu Naura benar-benar mengikuti saran kami. Yang penting, beliau tidak banyak bergerak. Hanya boleh bangun untuk ke kamar mandi. Selain itu, istirahat total di tempat tidur. Tidak boleh jalan-jalan atau melakukan aktivitas yang b

    Last Updated : 2024-12-22

Latest chapter

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 194

    “Gak usah malu gitu. Lagian kamu udah dewasa wajar sedekat itu dengan kekasihmu. Yang penting tanggung jawab,” ujar satpam itu, karena melihat Andi tampak gugup. Andi mengangguk, berharap tak ada yang curiga kalau merah ini akibat keganasan Laura.Sementara di dalam rumah Raka dan Rani sedang menunjukan kado-kadonya yang diberikan Mommy, Daddy, dan Uncle Bram. Tiga orang itu yang memberikan kado tak kaleng-kaleng buat Raka dan Rania.“Lihatlah nek. Ini dali Mommy dan Daddy. Yang itu dali Uncle Blam. Yeeeeeew.”Keduanya berjingkrak girang. Meski acara buka kado terbilang terlambat tapi mereka puas melihatnya. Bram memberikan dua sepatu roda untuk Raka dan Rania. Satu mobil aki untuk Raka dan satu untuk Rania. Satu motor aki untuk Raka juga satu untuk Rania.Sementara sang Daddy, membelikan gundam dan tang tangan tanos jumlahnya empat. Ukurannya sangat besar dan terpajang di rak kaca. Rania mendapat Barbie keluaran terbaru juga yang besar dan berjumlah empat sesuai usianya.Sementara sa

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 192

    Hujan deras masih mengguyur, menciptakan suasana dingin dan berkabut di luar vila megah tempat Andi dan Laura berada. Setelah permainan panas yang baru saja mereka lewati, Laura berbaring santai di sofa besar yang empuk. Tubuhnya diselimuti kimono satin tipis yang nyaris transparan, sementara Andi berdiri kaku tak jauh darinya, tubuhnya sama sekali tak tertutup sehelai benang pun. Wajah Andi tampak memerah, bukan hanya karena udara dingin, tetapi juga karena rasa malu yang begitu dalam."Andi, ambilkan ponselku," perintah Laura tiba-tiba, suaranya lembut namun penuh otoritas.Andi menelan ludah, matanya menghindari pandangan langsung ke arah majikannya. "Nyonya, bolehkah saya—""Tidak perlu pakai baju," potong Laura cepat sambil tersenyum tipis, menikmati rasa canggung yang jelas tergambar di wajah Andi.Meski malu, Andi tak punya pilihan selain menuruti perintah itu. Dengan langkah ragu, ia berjalan mengambil ponsel Laura yang tergeletak di meja tak jauh dari sana. Ia menyerahkan p

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 192

    “Jangan gugup,” kata Laura.Andi jantungnya berdebar kian kencang. Sementara Laura semakin bahagia. Melihat daun muda tentu membuatnya jauh lebih semangat.“Ta–tapi Nyonya, benar kan akan membiayai operasi ibu, saya?” tanya Andi.“Tentu saja benar. Puaskan dulu aku, biar kamu dapat bayaran. Ingan selama kamu berhubungan denganku, jangan sesekali bercinta dengan wanita lain, termasuk kekasihmu. Paham!”“Pa–paham Nyonya,” jawab Andi. “Ya ampun, gini amat nyari uang, aku harus main dengan nenek-nenek. Bahkan aku harus menyerahkan perjakaku padanya. Ibu harus segera pulih, demi Ibu, apapun akan Andi lakukan, Bu,” Andi membatin.Laura menarik tangan sang sopir, mengajaknya menuju kolam air panas. Mereka berdua turun ke dalam. “Kau tak ingin menghisap dadaku hmmmm?” tanya Laura saat keduanya sudah masuk dalam kolam. “Sa–saya-” Andi semakin gugup.“Puaskan aku. Hanya itu yang perlu kamu lakukan. Kalau kau tak mau biar aku pesan cowok lain dari Vila ini!” ancam Laura. “Nanti juga terbiasa,

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 191

    Menyadari laki-laki muda itu sangat gugup, Laura pun menjauhkan tangannya dari paha pria itu."Apa kamu tidak pernah berhubungan dengan perempuan? Masa sih orang seusiamu mendengar kata-kata saya ini terlihat sangat gugup?" tanya Laura.Andi benar-benar kehilangan konsentrasinya. Dia harus fokus berkendara, namun pikirannya terganggu oleh pertanyaan ambigu yang dilayangkan oleh Laura.Usianya saat ini baru 25 tahun, namun postur tubuhnya yang sangat tinggi dan besar membuat wajah tampannya terlihat lebih tua dari usianya."Kamu yakin belum pernah melakukannya dengan kekasihmu atau perempuan lain?" tanya Laura lagi ketika pria itu benar-benar semakin salah tingkah."Demi Tuhan, Nyonya. Saya tidak pernah melakukan itu dengan siapapun. Saya benar-benar hanya fokus pada penyembuhan ibu saya. Hanya beliau satu-satunya orang yang saya miliki di dunia ini," jawab Andi, semakin membuat Laura tersenyum bahagia."Kalau begitu, aku akan memanjakanmu dengan uang yang aku miliki. Aku akan membelik

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 190

    "Naura sayang," panggil sang Mama mertua."Ya, Ma," jawab Naura, lalu membuka pintu kamarnya untuk menanyakan apa sebenarnya yang dibutuhkan oleh sang Mama mertua.Si kembar ikut keluar dan menyembulkan kepala mereka di balik pintu untuk melihat sang nenek. Saat ini, Naura dan si kembar baru saja selesai mandi setelah panen buah di kebun.Bahkan Raka dan Rania tubuhnya masih terlilit handuk, dan rambutnya masih setengah basah."Mama mau pergi sebentar ya, sayang," pamit sang Mama mertua pada Naura. Ia juga mengusap rambut kedua cucunya."Kenapa nenek tidak di lumah saja? Padahal kami mau pamel kado ulang tahun, loh. Nenek jangan pergi ya," bujuk Raka."Iya, nih! Nenek halus temenin kami buka kado!" Rania ikut merengek."Kalau kalian mau ditemani nenek, berarti Mommy yang akan pergi ke kantor. Gimana?" Naura memberi tawaran sambil menaik-turunkan alisnya ketika kedua anak kembarnya menatap ke arah Naura."Oh, tidak bisa, Nyonya!" jawab keduanya kompak, lalu memeluk sang Mommy."Ya udah

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 189

    Esok harinya, semua sudah berkumpul di meja makan. Naura mengenakan pakaian rumahan, namun sudah wangi dan cantik. Cuti hari ini diberikan langsung oleh sang CEO, dan akan dimanfaatkan dengan baik menemani kedua buah hatinya seharian penuh di rumah.Rania dan Raka melirik menu di atas meja. Ada daging dan salad sayur, serta susu untuk keduanya. Segera mereka mengambil posisi di samping kanan dan kiri sang Daddy.Bram masuk ke rumah itu, dan melayangkan protes saat tempat duduk yang biasa ia tempati diambil oleh Raka.“Minggir,” kata Bram mengusir Raka.Segera Raka berpegangan pada lengan sang Daddy, dan kakinya melilit pada tiang meja.“Iiiih, apaan nih. Dasal tamu tak diundang, tak punya sopan, ya numpang makan di lumah olang,” omelnya.Davin hanya terkekeh, sambil mengecup wajah jagoannya, yang makin hari makin bawel.“Iiih, apaan nih. Dad, tolongin apa anaknya,” kata Raka lagi, saat Bram kembali berniat mengangkat tubuhnya.Laura bergabung dan menjewer Bram hingga membuat Rania dan

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 188

    Rania dan Raka menajamkan telinganya, mereka seolah tahu yang datang itu kedua orang tuanya. Dan mereka sangat bahagia kalau sang mommy pulang sebelum makan malam.“Ayo tulun, mommy datang,” ucap Rania.Keduanya berjalan cepat menuruni anak tangga agar bisa membukakan pintu sang mommy. Keduanya bahkan mengabaikan panggilan sang nenek yang terus memanggilnya. Laura dan Dinda menyusul ke lantai bawah.“Mommyyyyyyy, yeeeeeee Mommy aku udah pulang.” Rani dan Rak masuk dalam dekapan sang mommy. Mencium wajah wanita yang melahirkannya bertubi-tubi. Naura sampai terkekeh melihat kelakuan anak kembarnya, sementara Davin yang berdiri di sampingnya malah dicuekin.“Aku curiga, kalau mereka ini hanya anaknya Naura. Kamu hanya mengakui secara catatan saja,” ejek Bram.Davin hanya tertawa sambil menggeleng.“Penculiiii, kau culi mommy kami sampai sole balu pulang,” ucap Rania, lalu terkekeh saat sang Daddy membuat tubuhnya melayang. “Aka mau, Dad,” ujar jagoannya.Davin merengkuh kedua anaknya, l

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 187

    "Kalian doakan saja agar Uncle dan Aunty cepat berjodoh," ucap Laura.Segera, Raka, Rania, dan Dinda menoleh ke sumber suara. Raka dan Rania langsung berlari ke ambang pintu untuk memeluk sang nenek."Neneeeeeek! Kami kangen sama Nenek," ucap kedua anak yang baru saja merayakan ulang tahun kemarin. Mereka memeluk sang nenek dengan penuh antusias.Bahkan mereka belum sempat membuka kado-kado ulang tahun. Niatnya, habis makan malam kado-kado itu akan dibuka bersama, tetapi kedua orang tua mereka sudah lebih dulu menelepon, mengatakan bahwa mereka akan pulang terlambat.Dinda tersenyum melihat Raka dan Rania begitu menyayangi sang nenek.Mereka pun akhirnya berbincang tentang banyak hal. Laura mencoba mendekatkan diri pada Dinda. Kini, ia tidak peduli lagi pada latar belakang keluarga Dinda. Laura telah meninggalkan sifat egonya yang dulu, karena yang terpenting baginya saat ini adalah kebahagiaan anak-anaknya bersama wanita yang mereka cintai.Di tempat berbeda, Davin dan Naura telah t

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 186

    Saat mobil yang ditumpangi Dinda mulai memasuki gerbang kota Suncity, ponselnya tiba-tiba berdering. Nama Bram tertera jelas di layar. Dinda cepat-cepat mengangkat panggilan itu, memastikan suaranya terdengar netral agar sopir yang duduk di depannya tidak curiga.“Halo, Pak Bram,” sapanya ramah namun hati-hati. Ia tidak mau hubungan spesialnya dengan Bram terungkap, apalagi di depan sopir pribadi majikannya. Hubungan mereka adalah rahasia yang harus Dinda jaga rapat-rapat.“Halo, Baby,” suara Bram terdengar lembut di seberang telepon, namun tetap penuh perhatian. “Boleh minta tolong?” tanyanya, nadanya terdengar agak cemas.“Tentu saja, Pak. Apa yang bisa saya bantu?” Dinda berusaha menjaga formalitas dalam jawabannya.“Kamu sudah sampai di mana sekarang?” tanya Bram, suaranya terdengar khawatir.“Sebentar lagi, Pak. Kami sudah masuk kota,” jawab Dinda sambil melirik pemandangan jalan yang mulai ramai di luar jendela.“Kalau begitu, tolong jangan langsung pulang, ya. Mampir dulu ke r

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status