Share

Bab 118

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-21 12:55:14
Wajah Davin berubah tegang. Ia menghela napas berat, mencoba menenangkan gejolak di dalam dirinya. Ingatan tentang kejadian di lobby tadi membuat dadanya terasa sesak. Ia tahu mendorong Mamanya hingga terluka adalah tindakan yang salah, tetapi dalam keadaan panik seperti itu, ia merasa tak punya pilihan lain.

"Baiklah, antarkan aku ke sana," jawab Davin akhirnya, meski ada nada keraguan dalam suaranya.

Bram memimpin jalan, sementara Davin mengikuti dengan langkah berat. Lorong-lorong rumah sakit terasa panjang dan dingin, mencerminkan suasana hati Davin yang penuh dengan konflik.

Setibanya di lantai paling atas, Bram berhenti di depan pintu sebuah ruangan. "Beliau ada di dalam, Pak," ujarnya pelan.

Davin mengangguk, menatap pintu itu dengan tatapan penuh keraguan. Setelah menarik napas panjang, ia mendorong pintu dan masuk.

Di dalam ruangan, Nyonya Laura terbaring di tempat tidur, wajahnya terbalut perban. Meski terlihat lemah, sorot matanya tetap tajam saat melihat Davin masuk.

Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Shelly ina Pawan
segera jga Anna sma tua bngka tu si mafia di than plisi
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 119

    Thomas meraih pakaiannya, dia menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Hasratnya seketika hilang setelah mendapat kabar buruk. Dia menuju ke lantai paling atas, semua anak buahnya menunggu di sana. Tanpa berpamitan pada Anna pria itu melengos pergi begitu saja.Anna berdecak sebal, “belum tuntas main, dia memilih pergi gitu aja. Ya ampun mana aku kebelet banget,” ujarnya kesal. Tak ada orang yang bisa dia mintai tolong, untuk melayani hasratnya itu. Karena semua anak buah Thomas, langsung menuju ruangan khusus di rumah ini.“Huuuuffff menyebalkan. Andai aku tak tinggal di sini, bisa saja aku pergi ke club malam buat bersenang-senang,” gumamnya lagi.**Ruangan remang-remang di lantai atas sebuah rumah megah itu dipenuhi aroma asap rokok yang tebal. Thomas, duduk di kursi kulit besar di tengah ruangan. Tangannya mengetuk-ngetuk meja kayu solid di depannya, sementara wajahnya tampak lebih gelap dari biasanya. Di hadapannya, seorang pria muda, salah satu anak buahnya, berdiri deng

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 120

    Tak lama kemudian, seorang dokter dan perawat masuk ke ruangan. Dokter dengan tenang mendekati Naura, memeriksa kondisinya sambil berbicara dengan suara lembut, "Bu Naura, coba tenang dulu, ya. Saya akan memeriksa apa yang terjadi."Davin berdiri di samping dokter, memperhatikan setiap gerakan dengan penuh perhatian. Wajahnya tegang, tangannya mengepal erat di samping tubuhnya.Setelah beberapa menit melakukan pemeriksaan, dokter akhirnya berkata, "Pak Davin, Bu Naura, ini hal yang biasa terjadi setelah ibu hamil jatuh. Nyeri ini kemungkinan akibat otot perut yang tegang. Selama beberapa hari ke depan, rasa nyeri mungkin akan datang dan pergi."Davin mengerutkan kening. "Apa itu tidak berbahaya, Dok?"Dokter tersenyum tipis, mencoba menenangkan. "Tidak, selama Bu Naura benar-benar mengikuti saran kami. Yang penting, beliau tidak banyak bergerak. Hanya boleh bangun untuk ke kamar mandi. Selain itu, istirahat total di tempat tidur. Tidak boleh jalan-jalan atau melakukan aktivitas yang b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 121

    Dengan mulut terus menggerutu, Davin membuka pintu ruang rawat inap sang istri. Setelah pintu dibuka, pandangannya tertuju pada perawat jaga yang bertugas malam itu."Selamat malam, Pak Davin. Maaf saya mengganggu. Saya ingin memperkenalkan dokter pengganti untuk Ibu Naura, sekaligus untuk melakukan pemeriksaan terakhir hari ini," ujarnya."Ya," jawab Davin datar.Setelah suster mempersilakan dokter itu masuk, betapa kesalnya Davin ketika menyadari bahwa dokter pengganti tersebut adalah Dion, sahabat kecilnya yang kini menjadi dokter kandungan."Loh, kok ada kamu?" tanya Dion, terkejut."Ya, iyalah, istriku yang sakit," jawab Davin ketus.Bukannya marah, Dion malah terkekeh. "Mana istrimu? Aku mau lihat secantik apa sih orangnya yang berhasil membuat seorang Davin Abimanyu tergila-gila padanya."Dion sedikit mendorong tubuh Davin untuk mencari sosok Naura. Begitu pandangannya tertuju pada wanita yang tersenyum kepadanya, wajah Dion langsung berubah. Ia mengenali Naura."Loh, Naura?" s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 122

    "Kamu benar-benar sedang membutuhkan uang untuk melunasi hutang-hutang suamimu, bukan?" tanya Nyonya Laura.Lagi dan lagi, petugas ahli gizi di rumah sakit itu terkejut. Dari mana wanita ini bisa mengetahui urusan pribadinya?"Kalau kamu memang ingin hutang itu segera lunas dalam satu kali pembayaran, dan saya juga bisa menjamin hidup kamu dan keluargamu tidak kekurangan apa pun, maka kerjakan apa yang saya perintahkan," tegas Nyonya Laura lagi."Baik, Nyonya. Saya akan melakukannya besok," jawab wanita itu, membuat Nyonya Laura tersenyum puas.Tak lama kemudian, datang empat orang pria bertubuh tinggi besar mendekati Nyonya Laura dan wanita petugas rumah sakit tersebut."Saya harap kamu nggak macam-macam dengan janjimu ini. Karena kalau kamu berbohong, maka kamu akan lenyap dari dunia ini," ancam Nyonya Laura lagi, lalu menyerahkan amplop cokelat berisi segepok uang kepada petugas rumah sakit tersebut.Tunggu saja, Naura. Sebentar lagi kamu lenyap dari dunia ini, Nyonya Laura membati

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 123

    Setelah tiga hari menjalani pemulihan di rumah sakit, akhirnya hari ini Naura diizinkan pulang. Sejak keluar dari ruang rawat inap, Davin tidak membiarkan istrinya melangkah sedikit pun. Dia menggendong tubuh Naura dengan hati-hati, seolah istrinya adalah sesuatu yang begitu rapuh dan harus dijaga dengan sepenuh jiwa.“Sayang, aku bisa jalan sendiri, kok. Aku nggak selemah itu,” ucap Naura sambil tersenyum kecil di pelukan Davin.Davin memeluknya lebih erat. “Nggak perlu, Sayang. Aku mau kamu benar-benar istirahat. Jalan pun nggak usah. Sekarang, tugasmu cuma diam dan menikmati pelayananku.”Naura terkekeh kecil, merasa begitu hangat dengan perhatian yang ditunjukkan suaminya. “Tapi kan kamu capek kalau terus begini.”“Capekku hilang kalau lihat kamu tersenyum seperti ini. Jadi jangan khawatir, ya.”Naura hanya bisa tersipu, merasa hatinya semakin meleleh oleh kata-kata Davin. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Davin tetap memeluknya erat. Sesampainya di rumah, Davin langsung menggen

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 124

    “Aku mulai ya, sayang,” pinta Davin pelan.Naura mengangguk, karena dia juga butuh sentuhan lebih dari sekedar pemanasan.Naura mengambil posisi miring ke kiri, satu kakinya naik dan bertengger di bahu pria tersebut sementara kaki lainnya berada di bawah tubuh pria kekar tersebut, Davin mulai memasukkan bagian intimnya ke bagian intim milik Naura, dia mulai bergerak perlahan menghentak Naura secara pelan namun penuh kenikmatan. Tangannya meremas dada sang istri secara bergantian, desahan demi desahan meluncur dari mulut keduanya memenuhi kamar mewah mereka di rumahnya yang baru, meski Naura dalam keadaan hamil namun miliknya masih tetap menjepit milik Davin sehingga membuat pria tampan tersebut terus mendesah dan merancau parau.“Aaaaah, sayaaaaaaaang,” desah Davin. “Iissssssshhh,” ringis Naura.Davin menghentikan gerakannya, “sakit, sayang?” tanya Davin sambil mengusap perut sang istri.“Enaaaaaaak,” jawab Naura parau.Davin mengulum senyum, kembali melanjutkan kegiatan yang membuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 125

    Suster mendekatkan diri, mendengar suara lemah Laura yang bergetar dari ranjangnya.“Suster,” panggil Laura, suaranya nyaris tak terdengar.“Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” tanya suster lembut, menyadari kondisi pasiennya yang terlihat lemah.“Tolong... hubungi anak saya, Davin. Katakan… saya ada di ruang ICU,” ucap Laura dengan susah payah.Suara Laura terdengar sangat lemah, suster sampai harus mendekatkan telinganya ke wajah Laura agar tidak ada hal yang ia lewatkan dari permintaan pasien tersebut. Pihak rumah sakit sangat bersyukur akhirnya Laura bisa melewati masa kritisnya akibat racun yang ia konsumsi, dan pihak rumah sakit juga sangat menyayangkan sekali terjadi hal seperti ini.“Baik, Nyonya. Akan segera saya hubungi,” jawab suster sigap. Suster segera mencatat nomor ponsel Davin, dengan suara bergetar Laura menyebutkan setiap angka yang harus dihubungi oleh suster. Setelah semuanya selesai suster pun mengangguk. Beliau meminta izin untuk keluar sebentar menghubungi Davin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 126

    Setelah selesai mandi bersama, Davin mengganti pakaian, sementara Naura duduk di atas ranjang. Ia menyisir rambutnya dengan santai, tetapi Davin terus mengingatkan dengan tegas. “Ingat ya, sayang. Jangan melanggar apapun yang aku pesan. Kamu hanya boleh turun kalau mau ke kamar mandi,” ujar Davin lembut namun serius, seperti seorang komandan yang memberi perintah. Naura tersenyum tipis, merasa sedikit lucu namun juga senang atas perhatian suaminya. “Iya, sayang. Aku nggak akan ke mana-mana. Lagian, semua sudah kamu siapin. Aku mau nonton TV atau apapun juga tinggal klik. Tenang aja, udah, sana pergi ke rumah sakit.” Davin mendekati Naura, mencium kening dan bibir istrinya dengan penuh cinta. Ia bahkan tak lupa mengusap perut Naura yang sudah membesar, seolah sedang berkomunikasi dengan kedua janin kembarnya. “Anak Papa, jangan nakal ya. Sehat-sehat terus. Papa nggak sabar nunggu kalian hadir di dunia ini,” ucapnya, memandang Naura dengan penuh cinta. Setelah memastikan semuanya b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Peka

    Laura duduk dengan tenang di sofa ruang tamu. Matanya menatap Penelope yang duduk di seberangnya dengan senyum cerah. Wanita muda itu tampak begitu nyaman di rumah ini, seolah tempat ini adalah bagian dari dunianya."Tante, bagaimana kalau kita shopping sekarang? Biar Penelope yang traktir Tante hari ini," ucapnya riang setelah mereka duduk santai.Laura hanya tersenyum tipis. Sekilas, tawaran itu terdengar tulus, tetapi setelah kejadian makan siang tadi, pikirannya mulai dipenuhi dengan pertanyaan. Ini pertama kalinya dia melihat Penelope bersikap terlalu ‘perhatian’ pada keluarganya, terutama pada Davin dan anak-anaknya.Sementara itu, suara tawa samar terdengar dari ruang belajar. Laura tahu Davin sedang menemani kedua anaknya di sana, mungkin membantu mereka dengan tugas sekolah atau sekadar bercanda melepas penat.Laura mengalihkan pandangannya kembali pada Penelope. Ia harus segera mengambil sikap sebelum semuanya semakin tidak terkendali."Maaf ya, Penelope, sepertinya Tante t

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Pantas Marah

    Dua jam berikutnya, makanan pun sudah siap tersaji di atas meja. Aroma masakan yang sedari tadi menguar dari dapur kini memenuhi seluruh ruangan, menciptakan suasana hangat di tengah rumah itu. Laura menepuk tangannya pelan, memastikan semua sudah tertata rapi sebelum akhirnya melangkah ke taman belakang, tempat putranya masih berada."Davin, Sayang, makan siangnya sudah siap. Coba kamu panggil Naura, biar Mama ke atas memberitahu Raka dan Rania," ucapnya lembut.Davin yang sejak tadi duduk termenung di bangku taman hanya mengangguk pelan. Wajahnya tampak letih, pikirannya masih terbayang perdebatan dengan sang istri beberapa waktu lalu."Iya, Ma," sahutnya singkat, mencoba menyembunyikan kegelisahan dalam hatinya.Laura tidak bertanya lebih lanjut. Ia hanya menepuk bahu putranya dengan lembut sebelum berbalik menuju lantai atas. Setibanya di lantai dua, ia mengetuk pintu kamar Raka dan Rania, lalu membukanya pelan.Di dalam, kedua cucunya sedang duduk di tempat tidur masing-masing, a

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Enak

    "Apa Naura cemburu dengan Penelope? Apa mungkin Penelope seperti itu?" tanya Laura dalam hati. Ia mencoba mengingat-ingat bagaimana sikap Penelope selama ini. Setahunya, Penelope adalah anak baik, tidak mungkin berniat merusak hubungan orang lain, apalagi hubungan suami istri.Namun, ucapan Naura tadi terlihat kalau dia begitu terganggu dengan kehadiran Penelope. Jika benar ada sesuatu yang membuatnya cemburu, Laura ingin mengetahuinya sendiri. Ia ingin memastikan apakah perasaan Naura beralasan atau hanya sekadar kecurigaan tak berdasar."Aku harus membuktikannya," gumamnya dalam hati. Ia mengurungkan niatnya membawakan buah untuk Naura dan memilih kembali ke dapur bersama Penelope. Ia akan mengamati lebih dekat, mencari tahu apakah ada hal yang selama ini luput dari perhatiannya.Sementara itu, di taman belakang, Davin masih berusaha menenangkan Naura. Mereka berdiri di dekat bangku kayu panjang yang biasa digunakan untuk bersantai. Cahaya matahari yang mulai meredup tidak cukup unt

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Permintaan Tak Masuk Akal

    Laura dan Penelope melangkah masuk ke dalam supermarket yang cukup besar, hanya beberapa blok dari rumah sementara keluarga Abimanyu. Udara dingin dari pendingin ruangan langsung menyambut mereka, memberikan kesegaran setelah berjalan di bawah terik matahari."Kita beli apa saja, Tante?" tanya Penelope dengan senyum ramah. Wajahnya tampak antusias, seolah benar-benar ingin belajar memasak.Laura melirik daftar belanja yang telah ia buat sebelum berangkat. "Tante akan memasak beberapa menu spesial hari ini. Kita butuh daging sapi, ayam, beberapa jenis sayuran, dan tentu saja bumbu-bumbu dapur," jawabnya sembari mendorong troli.Penelope mengangguk sambil menyesuaikan langkahnya dengan Laura. Dalam hati, ia tersenyum penuh kemenangan. Kesempatan ini adalah jalan terbaik untuk lebih dekat dengan keluarga Davin. Jika ia bisa mengambil hati Laura, maka ia akan punya alasan untuk datang kapan saja ke rumah mereka.Mereka mulai berkeliling supermarket, memilih bahan-bahan dengan teliti. Lau

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tamu Tak Diundang

    Davin membawa keluarganya ke sebuah butik eksklusif yang menyediakan berbagai koleksi pakaian anak-anak. Sejak awal memasuki butik, Raka dan Rania terlihat sangat bersemangat, mata mereka berbinar melihat berbagai pilihan pakaian yang tersusun rapi."Wow, Daddy, lihat! Bajunya bagus-bagus banget! Ini keluaran terbaru deh, Nia belum punya!" seru Rania sambil menunjuk salah satu dress berwarna pastel dengan aksen renda yang elegan.Raka yang berdiri di sampingnya juga tak kalah antusias. "Daddy, Aka mau yang ini!" katanya sambil menarik tangan Davin ke arah sebuah jaket keren yang dipajang di etalase.Davin tersenyum, mengusap kepala keduanya dengan penuh kasih sayang. "Tentu saja, Sayang. Tapi kita harus pilih yang cocok untuk kalian berdua. Meskipun kalian berbeda jenis kelamin, Daddy tetap ingin kalian punya baju yang serasi. Bagaimana kalau kita cari couple outfit?""Keren! Raka mau baju kembaran sama Rania!" sahut Raka penuh semangat.Naura yang berdiri di samping Davin tertawa kec

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Semesta Berpihak Padaku

    "Penelope!" balas Laura, memanggil wanita yang menyapanya.Tampak Penelope melangkah mendekati Laura yang sedang duduk di salah satu meja di restoran cepat saji tersebut. Wajahnya terlihat sumringah, senyum lebarnya menghangatkan suasana. Begitu sampai di hadapan Laura, mereka langsung berpelukan erat, seolah-olah melepas rindu yang sudah lama tertahan.Sementara itu, Naura dan Davin yang duduk di sisi lain meja hanya bisa saling berpandangan. Keduanya sama sekali tak menyangka bahwa Laura mengenal Penelope. Naura terutama, masih mengingat dengan jelas bagaimana pertemuan pertamanya dengan wanita itu yang terkesan meremehkannya."Kamu apa kabar, sayang? Makin cantik aja," ucap Laura dengan nada akrab, menyapa anak dari sahabatnya tersebut."Baik, Tante. Tante sendiri gimana? Tante awet muda banget, loh!" balas Penelope dengan nada ceria, matanya berbinar menatap Laura. "Kalau nggak salah, kita bertemu sekitar sepuluh tahun yang lalu ya, Tan? Untung saja Penelope mampir ke restoran ini

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Salah Sangka

    Fernando terus menatap ke arah Bram dan Davin yang saat ini sedang berbicara dengan Bruno, pemilik tempat hiburan malam tersebut yang juga merupakan teman baik Fernando. Dari sudut ruangan, Fernando memperhatikan dengan saksama, memperkirakan apa yang sebenarnya mereka bicarakan."Aku tak menyangka mereka suka juga ke tempat yang seperti ini. Aku pikir Davin benar-benar lelaki terbaik. Ternyata semua lelaki sama saja, mana betah kami hanya dengan satu pasangan," ucapnya pada diri sendiri, mendesah pelan sambil mengamati mereka dari kejauhan.Fernando menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengaduk minuman di tangannya dengan gerakan lambat. Matanya tidak lepas dari mereka bertiga, terutama Davin. Ada sedikit perasaan tidak percaya dalam benaknya. Selama ini, Davin dikenal sebagai pria yang setia dan tidak tertarik dengan tempat hiburan. Namun, kenyataan di depan matanya menunjukkan sesuatu yang berbeda.Sementara itu, di sudut tempat hiburan tersebut, Davin dan Bram sedang berbicara serius

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bergerak Normal

    "Apa semuanya sudah sesuai dengan yang kamu rencanakan?" tanya Penelope pada Fernando, sambil meliriknya dari sofa mewah berlapis beludru merah yang sedang didudukinya.Tangannya yang ramping menggenggam gelas anggur, menggoyangkan cairan merah di dalamnya dengan gerakan anggun. Cahaya lampu kristal di ruang tamunya yang luas memantulkan kilauan di permukaan gelas, menciptakan bayangan berkilau di meja kaca di depannya.Fernando berdiri tegap di dekat rak buku yang dipenuhi koleksi bacaan mahal dan beberapa lukisan klasik yang sengaja dipajang sebagai simbol kemewahan. Mata pria itu menatap tajam pada atasannya, memastikan tidak ada keraguan dalam Suaranya saat ia menjawab."Sudah, Bu. Anda tenang saja, semuanya sudah saya atur," jawab Fernando tanpa ragu sedikit pun.Penelope menyandarkan tubuhnya, menyilangkan kakinya dengan gerakan lambat dan sensual. Senyuman tipis tersungging di bibir merahnya yang sempurna. Dia menikmati permainan ini, sebuah permainan yang dirancangnya sendiri

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meyakinkan sang Istri

    "Kamu kenapa, Sayang? Masih khawatir aku ketemu dengan Penelope? Makanya ayo ikut," ajak Davin saat wajah istrinya terlihat sendu, menatapnya yang sedang bersiap pergi untuk penandatanganan proyek besar Abimanyu Group di kota ini.Naura menggeleng. Untuk datang? Tentu dia tidak mungkin punya mental yang kuat, apalagi setelah Penelope menatapnya dengan tatapan seakan mengejek kondisinya yang seperti ini. Naura menjadi insecure."Nggak apa-apa kok," jawabnya, tapi sorot matanya tentu tidak membuat Davin percaya begitu saja pada sang istri.Pria itu mendekati Naura, lalu berjongkok di depan kursi roda sang istri. Dengan lembut, ia mengecup punggung tangan wanita yang sangat dia cintai. Bahkan, rasa cintanya sejak dulu hingga kini tidak berubah sama sekali."Aku tahu, di luar sana banyak sekali perempuan jahat. Tapi tidak semua laki-laki menyambut dengan baik wanita yang seperti itu. Laki-laki yang baik akan memilih perempuan yang baik pula. Laki-laki yang tidak baik mungkin akan tergoda

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status