Share

Bab 119

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-22 13:01:23

Thomas meraih pakaiannya, dia menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Hasratnya seketika hilang setelah mendapat kabar buruk. Dia menuju ke lantai paling atas, semua anak buahnya menunggu di sana. Tanpa berpamitan pada Anna pria itu melengos pergi begitu saja.

Anna berdecak sebal, “belum tuntas main, dia memilih pergi gitu aja. Ya ampun mana aku kebelet banget,” ujarnya kesal. Tak ada orang yang bisa dia mintai tolong, untuk melayani hasratnya itu.

Karena semua anak buah Thomas, langsung menuju ruangan khusus di rumah ini.

“Huuuuffff menyebalkan. Andai aku tak tinggal di sini, bisa saja aku pergi ke club malam buat bersenang-senang,” gumamnya lagi.

**

Ruangan remang-remang di lantai atas sebuah rumah megah itu dipenuhi aroma asap rokok yang tebal. Thomas, duduk di kursi kulit besar di tengah ruangan. Tangannya mengetuk-ngetuk meja kayu solid di depannya, sementara wajahnya tampak lebih gelap dari biasanya. Di hadapannya, seorang pria muda, salah satu anak buahnya, berdiri deng
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 120

    Tak lama kemudian, seorang dokter dan perawat masuk ke ruangan. Dokter dengan tenang mendekati Naura, memeriksa kondisinya sambil berbicara dengan suara lembut, "Bu Naura, coba tenang dulu, ya. Saya akan memeriksa apa yang terjadi."Davin berdiri di samping dokter, memperhatikan setiap gerakan dengan penuh perhatian. Wajahnya tegang, tangannya mengepal erat di samping tubuhnya.Setelah beberapa menit melakukan pemeriksaan, dokter akhirnya berkata, "Pak Davin, Bu Naura, ini hal yang biasa terjadi setelah ibu hamil jatuh. Nyeri ini kemungkinan akibat otot perut yang tegang. Selama beberapa hari ke depan, rasa nyeri mungkin akan datang dan pergi."Davin mengerutkan kening. "Apa itu tidak berbahaya, Dok?"Dokter tersenyum tipis, mencoba menenangkan. "Tidak, selama Bu Naura benar-benar mengikuti saran kami. Yang penting, beliau tidak banyak bergerak. Hanya boleh bangun untuk ke kamar mandi. Selain itu, istirahat total di tempat tidur. Tidak boleh jalan-jalan atau melakukan aktivitas yang b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-22
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 121

    Dengan mulut terus menggerutu, Davin membuka pintu ruang rawat inap sang istri. Setelah pintu dibuka, pandangannya tertuju pada perawat jaga yang bertugas malam itu."Selamat malam, Pak Davin. Maaf saya mengganggu. Saya ingin memperkenalkan dokter pengganti untuk Ibu Naura, sekaligus untuk melakukan pemeriksaan terakhir hari ini," ujarnya."Ya," jawab Davin datar.Setelah suster mempersilakan dokter itu masuk, betapa kesalnya Davin ketika menyadari bahwa dokter pengganti tersebut adalah Dion, sahabat kecilnya yang kini menjadi dokter kandungan."Loh, kok ada kamu?" tanya Dion, terkejut."Ya, iyalah, istriku yang sakit," jawab Davin ketus.Bukannya marah, Dion malah terkekeh. "Mana istrimu? Aku mau lihat secantik apa sih orangnya yang berhasil membuat seorang Davin Abimanyu tergila-gila padanya."Dion sedikit mendorong tubuh Davin untuk mencari sosok Naura. Begitu pandangannya tertuju pada wanita yang tersenyum kepadanya, wajah Dion langsung berubah. Ia mengenali Naura."Loh, Naura?" s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 122

    "Kamu benar-benar sedang membutuhkan uang untuk melunasi hutang-hutang suamimu, bukan?" tanya Nyonya Laura.Lagi dan lagi, petugas ahli gizi di rumah sakit itu terkejut. Dari mana wanita ini bisa mengetahui urusan pribadinya?"Kalau kamu memang ingin hutang itu segera lunas dalam satu kali pembayaran, dan saya juga bisa menjamin hidup kamu dan keluargamu tidak kekurangan apa pun, maka kerjakan apa yang saya perintahkan," tegas Nyonya Laura lagi."Baik, Nyonya. Saya akan melakukannya besok," jawab wanita itu, membuat Nyonya Laura tersenyum puas.Tak lama kemudian, datang empat orang pria bertubuh tinggi besar mendekati Nyonya Laura dan wanita petugas rumah sakit tersebut."Saya harap kamu nggak macam-macam dengan janjimu ini. Karena kalau kamu berbohong, maka kamu akan lenyap dari dunia ini," ancam Nyonya Laura lagi, lalu menyerahkan amplop cokelat berisi segepok uang kepada petugas rumah sakit tersebut.Tunggu saja, Naura. Sebentar lagi kamu lenyap dari dunia ini, Nyonya Laura membati

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-23
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 123

    Setelah tiga hari menjalani pemulihan di rumah sakit, akhirnya hari ini Naura diizinkan pulang. Sejak keluar dari ruang rawat inap, Davin tidak membiarkan istrinya melangkah sedikit pun. Dia menggendong tubuh Naura dengan hati-hati, seolah istrinya adalah sesuatu yang begitu rapuh dan harus dijaga dengan sepenuh jiwa.“Sayang, aku bisa jalan sendiri, kok. Aku nggak selemah itu,” ucap Naura sambil tersenyum kecil di pelukan Davin.Davin memeluknya lebih erat. “Nggak perlu, Sayang. Aku mau kamu benar-benar istirahat. Jalan pun nggak usah. Sekarang, tugasmu cuma diam dan menikmati pelayananku.”Naura terkekeh kecil, merasa begitu hangat dengan perhatian yang ditunjukkan suaminya. “Tapi kan kamu capek kalau terus begini.”“Capekku hilang kalau lihat kamu tersenyum seperti ini. Jadi jangan khawatir, ya.”Naura hanya bisa tersipu, merasa hatinya semakin meleleh oleh kata-kata Davin. Sepanjang perjalanan menuju rumah, Davin tetap memeluknya erat. Sesampainya di rumah, Davin langsung menggen

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 124

    “Aku mulai ya, sayang,” pinta Davin pelan.Naura mengangguk, karena dia juga butuh sentuhan lebih dari sekedar pemanasan.Naura mengambil posisi miring ke kiri, satu kakinya naik dan bertengger di bahu pria tersebut sementara kaki lainnya berada di bawah tubuh pria kekar tersebut, Davin mulai memasukkan bagian intimnya ke bagian intim milik Naura, dia mulai bergerak perlahan menghentak Naura secara pelan namun penuh kenikmatan. Tangannya meremas dada sang istri secara bergantian, desahan demi desahan meluncur dari mulut keduanya memenuhi kamar mewah mereka di rumahnya yang baru, meski Naura dalam keadaan hamil namun miliknya masih tetap menjepit milik Davin sehingga membuat pria tampan tersebut terus mendesah dan merancau parau.“Aaaaah, sayaaaaaaaang,” desah Davin. “Iissssssshhh,” ringis Naura.Davin menghentikan gerakannya, “sakit, sayang?” tanya Davin sambil mengusap perut sang istri.“Enaaaaaaak,” jawab Naura parau.Davin mengulum senyum, kembali melanjutkan kegiatan yang membuat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-24
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 125

    Suster mendekatkan diri, mendengar suara lemah Laura yang bergetar dari ranjangnya.“Suster,” panggil Laura, suaranya nyaris tak terdengar.“Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” tanya suster lembut, menyadari kondisi pasiennya yang terlihat lemah.“Tolong... hubungi anak saya, Davin. Katakan… saya ada di ruang ICU,” ucap Laura dengan susah payah.Suara Laura terdengar sangat lemah, suster sampai harus mendekatkan telinganya ke wajah Laura agar tidak ada hal yang ia lewatkan dari permintaan pasien tersebut. Pihak rumah sakit sangat bersyukur akhirnya Laura bisa melewati masa kritisnya akibat racun yang ia konsumsi, dan pihak rumah sakit juga sangat menyayangkan sekali terjadi hal seperti ini.“Baik, Nyonya. Akan segera saya hubungi,” jawab suster sigap. Suster segera mencatat nomor ponsel Davin, dengan suara bergetar Laura menyebutkan setiap angka yang harus dihubungi oleh suster. Setelah semuanya selesai suster pun mengangguk. Beliau meminta izin untuk keluar sebentar menghubungi Davin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 126

    Setelah selesai mandi bersama, Davin mengganti pakaian, sementara Naura duduk di atas ranjang. Ia menyisir rambutnya dengan santai, tetapi Davin terus mengingatkan dengan tegas. “Ingat ya, sayang. Jangan melanggar apapun yang aku pesan. Kamu hanya boleh turun kalau mau ke kamar mandi,” ujar Davin lembut namun serius, seperti seorang komandan yang memberi perintah. Naura tersenyum tipis, merasa sedikit lucu namun juga senang atas perhatian suaminya. “Iya, sayang. Aku nggak akan ke mana-mana. Lagian, semua sudah kamu siapin. Aku mau nonton TV atau apapun juga tinggal klik. Tenang aja, udah, sana pergi ke rumah sakit.” Davin mendekati Naura, mencium kening dan bibir istrinya dengan penuh cinta. Ia bahkan tak lupa mengusap perut Naura yang sudah membesar, seolah sedang berkomunikasi dengan kedua janin kembarnya. “Anak Papa, jangan nakal ya. Sehat-sehat terus. Papa nggak sabar nunggu kalian hadir di dunia ini,” ucapnya, memandang Naura dengan penuh cinta. Setelah memastikan semuanya b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 127

    “Pak Davin, saya benar-benar minta maaf pada Anda. Saya tidak bermaksud diam-diam atau menyakiti Mama Anda. Saya tahu saya bersalah, tapi saya hanya ingin memberi pelajaran. Saya hanya mencampurkan sedikit racun itu supaya beliau merasakan bagaimana pengaruh racun itu apabila benar-benar dimakan oleh Naura. Saya tidak habis pikir, beliau tidak pernah berhenti menyakiti Naura dan bahkan tangan cucunya sendiri," ujar Bram dengan nada serius setelah mereka berada dalam satu mobil. Sopir pribadi Davin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju lokasi pertemuan dengan klien baru mereka.Davin menghela napas panjang. Wajahnya menunjukkan rasa lelah dan frustrasi. “Justru aku harus mengucapkan terima kasih pada kamu, Bram. Kalau bukan karena kamu, mungkin istri dan calon anak-anak kami dalam bahaya. Tapi aku tidak habis pikir, Mama masih berjuang untuk berbuat jahat pada Naura dan juga calon anakku. Sampai kapan Mama akan seperti ini?” jawabnya dengan suara berat sambil menatap kelu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Anniversary

    Setelah selesai melakukan peninjauan proyek, Davin mengajak semua timnya untuk makan siang bersama di restoran. Bukan hanya sebagai bentuk apresiasi atas kerja keras mereka, tapi juga karena hari ini adalah hari yang istimewa—ulang tahun pernikahannya dengan Naura.Mereka memilih restoran mewah dengan suasana yang nyaman dan pelayanan eksklusif. Tim Abimanyu Group duduk di meja panjang, berbincang santai sambil menunggu pesanan mereka datang. Meskipun mereka masih dalam perjalanan dinas, suasana jauh lebih santai dibandingkan rapat atau pertemuan resmi.Naura duduk di sebelah Davin, seperti biasa. Ia tersenyum melihat suaminya tampak lebih rileks dibandingkan tadi pagi. Setelah serangkaian pembicaraan serius mengenai proyek hotel yang akan dibangun, kini mereka bisa menikmati waktu bersama dengan lebih santai.Setelah beberapa saat, makanan pun mulai dihidangkan. Semua menikmati hidangan sambil mengobrol ringan, membahas berbagai hal di luar pekerjaan. Suasana akrab membuat waktu tera

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tak Ada yang Aneh

    “Boy, boleh kami pergi duluan Kau pesan saja minuman semua aku yang akan membayarnya,” ucap Jackson menghentikan cumbuan Boy dengan salah satu wanita itu.“Kau mau kemana? Di sini saja,” ucapnya. Jackson menggeleng, “dia masih lugu,” jawabnya sambil melirik Penelope yang sudah setengah sadar akibat minuman keras yang diminum berlebihan.Boy terkekeh, “lanjutkan,” jawabnya.Jackson segera membawa Penelope ke sebuah hotel mewah yang sering ia datangi bersama para wanita penghibur. Meski Penelope sudah terlihat mabuk, namun wanita itu masih sadar kalau yang bersamanya saat ini adalah Jackson. Setelah melakukan check in, keduanya buru-buru masak ke dalam kamar. Tanpa ragu Jackson segera melepaskan pakaian yang dikenakan oleh Penelope.Pandangannya mulai berkabut saat melihat tubuh polos Penelope di depan matanya. Di balik gaun malam yang dikenakan oleh Penelope, tak ada pakaian dalam sama sekali yang dipakai oleh perempuan ini. Bahkan bagian bawahnya sudah dicukur habis bulunya, hingga

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Apa Kau Mau Sekarang?

    “Sepertinya temanku ada di sini, namanya Boy. Dia sangat berkuasa dalam bisnis gelap, bahkan hanya dalam waktu tiga bulan, dia sudah mulai bisa menguasai pasar. Hal itu terjadi karena dia punya keberanian untuk mengambil risiko. Kalau kamu bertemu orangnya, aku bisa menghubunginya sekarang," ucap Jackson pada Penelope.Orang ini hanya salah satu dari beberapa orang yang akan dihubungi oleh Jackson untuk mendongkrak popularitas Penelope. Jika usaha Penelope berhasil, tidak hanya perempuan itu yang sukses, tapi dirinya juga akan kecipratan kesuksesan. Tak ada yang gratis dalam setiap tindakan Jackson selama ini, bahkan tak pernah ada kata gagal dalam setiap langkahnya.Penelope mengangguk lalu menjawab, "Kalau memang dia ada di sini, bolehlah ditelepon. Siapa tahu bisa lebih akrab."Jackson pun mengangguk lalu segera menghubungi Boy, dan pria itu dengan senang hati akan segera datang. Dia meminta Jackson menunggu sepuluh menit saja.Apa pun yang diperintahkan oleh Jackson, tentu saja Bo

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tergoda

    Jackson melumat bibir Penelope. Pria itu tanpa ragu memperdalam ciumannya. Siapa sih yang nggak tertarik dengan wanita cantik dan seksi yang terkenal dengan julukan janda hot. Jackson sudah mendengar banyak tentang Penelope. Dan dia pun bekerja untuk wanita ini tidak ingin tidak mendapatkan hasil apapun. “Dadamu sangat menggodaku, Penelope,” bisik Jackson setelah ciuman mereka terlepas dan meraup oksigen sebanyak mungkin. Sebagai wanita dewasa yang sudah tidak memiliki suami, tentu dia ingin bersentuhan dengan pria dewasa juga. Tapi untuk menjalin hubungan dengan brondong yang selama ini banyak mengejar-ngejarnya, Penelope tidak mau. Dia lebih baik menyerahkan dirinya untuk kepentingan bisnis. Penelope lelah hidup menjadi orang miskin. Dia ingin membuat keluarganya bangga kalau harta titipan mandi yang suaminya jatuh ke tangan yang tepat. Penelope berambisi untuk mengalahkan kepopuleran mendiang suaminya di kota ini.Wanita itu dengan nakal, naik ke atas pangkuan Jackson. “Aaah, ka

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Rindu Sentuhan

    Malam sudah larut. Jarum jam menunjukkan pukul sepuluh ketika Davin akhirnya keluar dari kamar anak-anaknya setelah memastikan si kembar tidur dengan nyenyak. Ia menutup pintu kamar mereka dengan hati-hati, tidak ingin membangunkan buah hatinya yang baru saja terlelap.Dengan langkah tenang, ia berjalan menuju kamarnya sendiri, siap untuk beristirahat bersama Naura. Hari ini terasa panjang, dan tubuhnya mulai menuntut istirahat. Namun, sebelum sempat membuka pintu kamar, suara dering telepon menghentikan langkahnya.Davin merogoh saku celananya dan mengeluarkan ponselnya. Sebuah nomor tak dikenal muncul di layar. Dahinya sedikit berkerut. Panggilan dari nomor asing di jam segini biasanya bukan kabar baik.Ia menjawab telepon dengan suara tenang, "Halo.""Pak Davin?" Suara berat dan tegas terdengar dari seberang."Ya, saya sendiri. Dengan siapa saya berbicara?""Ini Inspektur Mark, Pak. Saya menghubungi Anda mengenai kasus Bryan."Davin langsung tegak di tempatnya. Nama itu membawa kem

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Segera Terwujud

    "Ada apa?" tanya Penelope pada salah satu sahabat baiknya."Aku mau kamu memberikan kabar baik untukku," ucapnya sekali lagi, penuh penekanan, menatap pria yang duduk di hadapannya."Tentu saja ini kabar baik! Kalau bukan kabar baik, mana mungkin aku mau menghubungimu? Aku tahu kau sekarang adalah perempuan yang sangat sibuk," jawab pria itu bergurau sambil tersenyum ke arah Penelope.Penelope mengangguk lalu bertanya, "Cepat katakan, informasi apa yang kau bawa?"Pria di hadapannya menghela napas sebelum akhirnya menjawab, "Jackson sudah mau bertemu denganmu nanti malam di hotel bintang lima. Dia akan mewujudkan impianmu, dan aku yakin sebentar lagi tempat hiburan malam yang kau impikan selama ini akan segera terwujud," ucapnya penuh keyakinan, seolah berita yang ia bawa adalah kabar paling membahagiakan untuk Penelope."Kamu serius? Dia sudah mau menemuiku?" tanyanya memastikan."Seriuslah! Dia sudah datang ke kota ini. Temui dia nanti malam, berpenampilanlah yang seksi. Kalau misal

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meyakinkan Istrinya

    Naura duduk di kursi roda, menatap kosong ke arah taman belakang. Pandangannya jauh, seolah pikirannya melayang bersama angin yang berembus pelan dari celah balkon kamarnya. Sejak tadi, ia berada di sana, menyaksikan langsung perdebatan antara Davin dan Sang Mama di taman belakang. Setiap kata yang keluar dari mulut suaminya, setiap nada tegas yang ia gunakan untuk meyakinkan Laura, semuanya terdengar begitu jelas di telinganya.Naura sejujurnya merasa lega. Setidaknya, ada seseorang yang memahami perasaannya. Sang Mama yang dulu begitu dingin padanya, kini justru berdiri di pihaknya, mencoba membela kegundahan hatinya. Namun, di balik kebahagiaan kecil itu, ada luka yang menggores perasaannya.Davin tetap memilih mempertahankan kerja sama ini. Bahkan, ketika Laura menyinggung tentang kemungkinan Penelope memiliki niat tertentu terhadapnya, suaminya tetap berpegang pada logika bisnis. Seolah-olah, keputusan untuk tetap menjalin kerja sama dengan wanita itu lebih penting daripada menja

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Berdebat

    Davin menatap Sang mana dengan ekspresi penuh ketegasan. Sorot matanya tajam, mencerminkan kedewasaan dan tanggung jawab besar yang ia pikul selama ini. Ia bukan lagi anak kecil yang bisa didikte begitu saja, bukan pula seorang suami yang mudah goyah hanya karena kecemburuan pasangannya.Ia adalah seorang pemimpin, seseorang yang telah membangun impiannya dari nol hingga menjadi sebuah kerajaan bisnis yang berdiri kokoh selama puluhan tahun."Mama ini bicara apa sih? Davin bukan pimpinan perusahaan yang baru berdiri kemarin sore. Davin sudah membangun perusahaan itu selama puluhan tahun, Ma!" suaranya terdengar dalam dan mantap, memenuhi seluruh ruangan.Davin tidak main-main dengan ucapannya. Selama ini, ia telah bekerja keras siang dan malam demi memastikan bahwa perusahaan yang ia dirikan tidak hanya berkembang, tetapi juga tetap menjadi tempat bergantung bagi ribuan karyawan dan keluarganya. Ia paham betul bahwa keputusan yang diambilnya tidak bisa hanya berdasarkan emosi, apalagi

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Peka

    Laura duduk dengan tenang di sofa ruang tamu. Matanya menatap Penelope yang duduk di seberangnya dengan senyum cerah. Wanita muda itu tampak begitu nyaman di rumah ini, seolah tempat ini adalah bagian dari dunianya."Tante, bagaimana kalau kita shopping sekarang? Biar Penelope yang traktir Tante hari ini," ucapnya riang setelah mereka duduk santai.Laura hanya tersenyum tipis. Sekilas, tawaran itu terdengar tulus, tetapi setelah kejadian makan siang tadi, pikirannya mulai dipenuhi dengan pertanyaan. Ini pertama kalinya dia melihat Penelope bersikap terlalu ‘perhatian’ pada keluarganya, terutama pada Davin dan anak-anaknya.Sementara itu, suara tawa samar terdengar dari ruang belajar. Laura tahu Davin sedang menemani kedua anaknya di sana, mungkin membantu mereka dengan tugas sekolah atau sekadar bercanda melepas penat.Laura mengalihkan pandangannya kembali pada Penelope. Ia harus segera mengambil sikap sebelum semuanya semakin tidak terkendali."Maaf ya, Penelope, sepertinya Tante t

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status