Share

Bab 125

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-25 20:41:28

Suster mendekatkan diri, mendengar suara lemah Laura yang bergetar dari ranjangnya.

“Suster,” panggil Laura, suaranya nyaris tak terdengar.

“Ada yang bisa saya bantu, Nyonya?” tanya suster lembut, menyadari kondisi pasiennya yang terlihat lemah.

“Tolong... hubungi anak saya, Davin. Katakan… saya ada di ruang ICU,” ucap Laura dengan susah payah.

Suara Laura terdengar sangat lemah, suster sampai harus mendekatkan telinganya ke wajah Laura agar tidak ada hal yang ia lewatkan dari permintaan pasien tersebut. Pihak rumah sakit sangat bersyukur akhirnya Laura bisa melewati masa kritisnya akibat racun yang ia konsumsi, dan pihak rumah sakit juga sangat menyayangkan sekali terjadi hal seperti ini.

“Baik, Nyonya. Akan segera saya hubungi,” jawab suster sigap.

Suster segera mencatat nomor ponsel Davin, dengan suara bergetar Laura menyebutkan setiap angka yang harus dihubungi oleh suster. Setelah semuanya selesai suster pun mengangguk. Beliau meminta izin untuk keluar sebentar menghubungi Davin
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 126

    Setelah selesai mandi bersama, Davin mengganti pakaian, sementara Naura duduk di atas ranjang. Ia menyisir rambutnya dengan santai, tetapi Davin terus mengingatkan dengan tegas. “Ingat ya, sayang. Jangan melanggar apapun yang aku pesan. Kamu hanya boleh turun kalau mau ke kamar mandi,” ujar Davin lembut namun serius, seperti seorang komandan yang memberi perintah. Naura tersenyum tipis, merasa sedikit lucu namun juga senang atas perhatian suaminya. “Iya, sayang. Aku nggak akan ke mana-mana. Lagian, semua sudah kamu siapin. Aku mau nonton TV atau apapun juga tinggal klik. Tenang aja, udah, sana pergi ke rumah sakit.” Davin mendekati Naura, mencium kening dan bibir istrinya dengan penuh cinta. Ia bahkan tak lupa mengusap perut Naura yang sudah membesar, seolah sedang berkomunikasi dengan kedua janin kembarnya. “Anak Papa, jangan nakal ya. Sehat-sehat terus. Papa nggak sabar nunggu kalian hadir di dunia ini,” ucapnya, memandang Naura dengan penuh cinta. Setelah memastikan semuanya b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-25
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 127

    “Pak Davin, saya benar-benar minta maaf pada Anda. Saya tidak bermaksud diam-diam atau menyakiti Mama Anda. Saya tahu saya bersalah, tapi saya hanya ingin memberi pelajaran. Saya hanya mencampurkan sedikit racun itu supaya beliau merasakan bagaimana pengaruh racun itu apabila benar-benar dimakan oleh Naura. Saya tidak habis pikir, beliau tidak pernah berhenti menyakiti Naura dan bahkan tangan cucunya sendiri," ujar Bram dengan nada serius setelah mereka berada dalam satu mobil. Sopir pribadi Davin melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju lokasi pertemuan dengan klien baru mereka.Davin menghela napas panjang. Wajahnya menunjukkan rasa lelah dan frustrasi. “Justru aku harus mengucapkan terima kasih pada kamu, Bram. Kalau bukan karena kamu, mungkin istri dan calon anak-anak kami dalam bahaya. Tapi aku tidak habis pikir, Mama masih berjuang untuk berbuat jahat pada Naura dan juga calon anakku. Sampai kapan Mama akan seperti ini?” jawabnya dengan suara berat sambil menatap kelu

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 128

    “Pak Davin, selamat datang,” sapa Tuan Alexander, pemimpin dari Immanuel Group, sambil berdiri dan mengulurkan tangannya. Davin segera menghampiri pria paruh baya itu dan menjabat tangannya dengan sopan.“Terima kasih atas kesempatan ini, Tuan Alexander,” balas Davin sambil tersenyum ramah, berusaha untuk tetap profesional meski pikirannya masih terganggu oleh kehadiran Imelda.Setelah memperkenalkan diri secara singkat, Tuan Alexander menunjuk ke arah Imelda. “Oh ya, saya lupa memperkenalkan. Ini adalah putri saya, Imelda. Dia yang akan memimpin proyek ini jika kerja sama kita disepakati.”Davin menoleh ke arah Imelda yang kini berdiri dan mengulurkan tangannya. “Senang bertemu dengan Anda lagi, Davin,” ujar Imelda dengan nada tenang, seolah tidak ada sejarah panjang di antara mereka.Davin menyambut uluran tangan itu tanpa banyak bicara. “Senang bertemu Anda, Nona Imelda,” jawabnya singkat, menjaga nada suaranya tetap netral.Setelah perkenalan selesai, mereka pun mulai membahas int

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 129

    Beberapa anak buah Thomas segera menarik Anna dengan kasar. Tangannya diikat, dan ia diseret keluar dari ruangan meski ia meronta dan memohon. Wajah Thomas tetap dingin, tanpa sedikitpun rasa iba.Di ruang bawah tanah, Anna dilempar ke lantai kasar yang dingin. Thomas menyusul tak lama kemudian, diikuti oleh beberapa anak buahnya yang membawa alat-alat yang membuat nyali siapa pun ciut.“Mulai sekarang, kau bukan lagi bagian dari tempat ini,” ucap Thomas dengan nada dingin. “Tapi sebelum kau pergi, aku akan memastikan kau mengingat bahwa aku adalah seseorang yang tak boleh kau tantang.”Ia memberi isyarat pada anak buahnya. Mereka mulai memukul, menendang, dan menyiksa Anna tanpa ampun. Jeritannya memenuhi ruang bawah tanah, namun tidak ada yang menunjukkan belas kasihan. Thomas hanya berdiri, menonton dengan ekspresi dingin, seolah itu hanyalah sebuah hukuman yang pantas untuk tindakan nekat Anna.Setelah beberapa saat yang terasa seperti seumur hidup bagi Anna, Thomas mengangkat tan

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-26
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 130

    “Ayo habiskan!” seru Naura sambil melipat tangan di depan dada. Tatapannya tajam seperti ingin membakar dua pria kekar yang saat ini tampak takut pada tumpukan buah mangga muda yang sudah tersaji di meja.Naura bersandar di kepala ranjang mewahnya, tubuhnya terbalut selimut. Perutnya yang membuncit menandakan usia kehamilannya sudah memasuki trimester kedua. Namun, kali ini sang calon ibu tidak sedang santai menikmati waktu, melainkan mengatur strategi untuk memberi pelajaran pada Davin dan Bram.Davin, suaminya, duduk di sofa bersama Bram, tangan kanannya yang sekaligus biang keladi dari kekacauan ini. Keduanya saling bertukar pandang penuh kecemasan. Di hadapan mereka, sepiring besar mangga muda yang sudah dipotong kecil-kecil dan ditemani sambal pedas seolah menertawakan nasib mereka.“Tapi, Sayang, ini terlalu asam untuk kami berdua. Ini kan untuk ibu hamil,” protes Davin dengan wajah memelas, mencoba mencari simpati dari istrinya.Naura hanya mengangkat alisnya, tidak peduli. “Ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 131

    “Aaaaah, Braaaaam,” desah MariaKarena keduanya sudah diliputi hawa nafsu yang tak bisa dikendalikan lagi, mereka pun mulai permainan ini. Tubuh keduanya telah polos. Nafsu Maria jauh lebih besar dari Bram.Bram benar-benar terhanyut dengan suasana di apartemennya, dan kini Maria mulai memposisikan miliknya untuk memasukkan milik Bram ke dalam bagian intimnya.Maria masih berada di atas pangkuan Bram, lalu wanita itu bergerak alami mengikuti nafsunya yang sudah begitu besar akibat sentuhan Bram, yang lama ia rindukan.Bram pun begitu ia tak sabar ingin menikmati milik Maria yang sempit dan menjepit miliknya, bahkan berkali-kali Bram melenguh karena merasakan kenikmatan yang luar biasa dari milik Maria.Perempuan di atas pangkuannya ini, benar-benar membuat Bram lupa segala.Dia larut dalam permainan panas mereka. Wanita itu terus menaik turunkan bokongnya di atas pangkuan Bram. Meski status keduanya masih singel, nyatanya Maria berhasil melakukan tugasnya layaknya seorang istri.Jarin

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-27
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Sentuhan di Paha Davin

    Akhirnya berita meninggalnya Anna di sudut kota New Capitol berhembus kencang. Salah satu petugas medis mengenalinya. Lalu melakukan otopsi, dan benar yang meninggal adalah sang selebgram. Jenazah pun sudah dijemput oleh keluarganya dari kota West Country, dan mereka memaafkan segala kesalahan dan kejahatan serta aib yang pernah Anna buat.Di kamar utama, Naura sedang duduk bersandar di sisi ranjangnya, menggenggam erat ponsel di tangannya. Matanya terpaku pada layar, membaca ulang berita yang membuat hatinya terasa perih. Nafasnya tersengal, seolah udara di ruangan itu tiba-tiba terasa begitu berat. "Sayang, ini nggak mungkin... Anna benar-benar sudah nggak ada," ucap Naura dengan suara yang bergetar.Davin, yang sedang duduk di sofa dekat jendela, meletakan semua pekerjaannya dan menatap istrinya. "Tenang, Sayang. Jangan terlalu dipikirkan. Itu cuma berita," jawabnya mencoba menenangkan, meskipun ia tahu berita itu memang benar.Naura menggeleng pelan, air matanya mulai menetes. "A

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 133

    Bukannya menjauhkan tangannya setelah mendengar bentakan dari Davin, Imelda justru memberi remasan di pangkal paha pria tersebut, hingga berhasil kembali membuat Davin membentak wanita itu.“Imeldaaaaaa!” teriaknya lagi, disusul suara decitan ban mobil di atas aspal. Jalanan itu sangat lengang, karena masyarakat di sana sama sekali tidak pernah menggunakan jalan alternatif tersebut.Meski jarak yang mereka tempuh akan lebih pendek daripada harus mengelilingi kota namun suasana yang sepi dengan pepohonan besar yang sangat banyak membuat masyarakat di sana enggan untuk menggunakan jalan alternatif tersebut sebagai jalan yang layak untuk dilewati.“Daviiiin, pelankan suaramu,” pekik Imelda, “kamu ini kayak orang perjaka saja,” tambahnya kesal.Davin mendengus, “aku bukan Davin yang dulu. Aku sekarang suami orang!” serunya tegas. “Aku pun, istri orang. Jangan lebay deh. Cuma begini doang kamu sok marah, padahal dulu sekali kita main, kamu mau nambah terus. Ayolah, kita ini mantan, beb!”

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-28

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Peka

    Laura duduk dengan tenang di sofa ruang tamu. Matanya menatap Penelope yang duduk di seberangnya dengan senyum cerah. Wanita muda itu tampak begitu nyaman di rumah ini, seolah tempat ini adalah bagian dari dunianya."Tante, bagaimana kalau kita shopping sekarang? Biar Penelope yang traktir Tante hari ini," ucapnya riang setelah mereka duduk santai.Laura hanya tersenyum tipis. Sekilas, tawaran itu terdengar tulus, tetapi setelah kejadian makan siang tadi, pikirannya mulai dipenuhi dengan pertanyaan. Ini pertama kalinya dia melihat Penelope bersikap terlalu ‘perhatian’ pada keluarganya, terutama pada Davin dan anak-anaknya.Sementara itu, suara tawa samar terdengar dari ruang belajar. Laura tahu Davin sedang menemani kedua anaknya di sana, mungkin membantu mereka dengan tugas sekolah atau sekadar bercanda melepas penat.Laura mengalihkan pandangannya kembali pada Penelope. Ia harus segera mengambil sikap sebelum semuanya semakin tidak terkendali."Maaf ya, Penelope, sepertinya Tante t

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Pantas Marah

    Dua jam berikutnya, makanan pun sudah siap tersaji di atas meja. Aroma masakan yang sedari tadi menguar dari dapur kini memenuhi seluruh ruangan, menciptakan suasana hangat di tengah rumah itu. Laura menepuk tangannya pelan, memastikan semua sudah tertata rapi sebelum akhirnya melangkah ke taman belakang, tempat putranya masih berada."Davin, Sayang, makan siangnya sudah siap. Coba kamu panggil Naura, biar Mama ke atas memberitahu Raka dan Rania," ucapnya lembut.Davin yang sejak tadi duduk termenung di bangku taman hanya mengangguk pelan. Wajahnya tampak letih, pikirannya masih terbayang perdebatan dengan sang istri beberapa waktu lalu."Iya, Ma," sahutnya singkat, mencoba menyembunyikan kegelisahan dalam hatinya.Laura tidak bertanya lebih lanjut. Ia hanya menepuk bahu putranya dengan lembut sebelum berbalik menuju lantai atas. Setibanya di lantai dua, ia mengetuk pintu kamar Raka dan Rania, lalu membukanya pelan.Di dalam, kedua cucunya sedang duduk di tempat tidur masing-masing, a

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Enak

    "Apa Naura cemburu dengan Penelope? Apa mungkin Penelope seperti itu?" tanya Laura dalam hati. Ia mencoba mengingat-ingat bagaimana sikap Penelope selama ini. Setahunya, Penelope adalah anak baik, tidak mungkin berniat merusak hubungan orang lain, apalagi hubungan suami istri.Namun, ucapan Naura tadi terlihat kalau dia begitu terganggu dengan kehadiran Penelope. Jika benar ada sesuatu yang membuatnya cemburu, Laura ingin mengetahuinya sendiri. Ia ingin memastikan apakah perasaan Naura beralasan atau hanya sekadar kecurigaan tak berdasar."Aku harus membuktikannya," gumamnya dalam hati. Ia mengurungkan niatnya membawakan buah untuk Naura dan memilih kembali ke dapur bersama Penelope. Ia akan mengamati lebih dekat, mencari tahu apakah ada hal yang selama ini luput dari perhatiannya.Sementara itu, di taman belakang, Davin masih berusaha menenangkan Naura. Mereka berdiri di dekat bangku kayu panjang yang biasa digunakan untuk bersantai. Cahaya matahari yang mulai meredup tidak cukup unt

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Permintaan Tak Masuk Akal

    Laura dan Penelope melangkah masuk ke dalam supermarket yang cukup besar, hanya beberapa blok dari rumah sementara keluarga Abimanyu. Udara dingin dari pendingin ruangan langsung menyambut mereka, memberikan kesegaran setelah berjalan di bawah terik matahari."Kita beli apa saja, Tante?" tanya Penelope dengan senyum ramah. Wajahnya tampak antusias, seolah benar-benar ingin belajar memasak.Laura melirik daftar belanja yang telah ia buat sebelum berangkat. "Tante akan memasak beberapa menu spesial hari ini. Kita butuh daging sapi, ayam, beberapa jenis sayuran, dan tentu saja bumbu-bumbu dapur," jawabnya sembari mendorong troli.Penelope mengangguk sambil menyesuaikan langkahnya dengan Laura. Dalam hati, ia tersenyum penuh kemenangan. Kesempatan ini adalah jalan terbaik untuk lebih dekat dengan keluarga Davin. Jika ia bisa mengambil hati Laura, maka ia akan punya alasan untuk datang kapan saja ke rumah mereka.Mereka mulai berkeliling supermarket, memilih bahan-bahan dengan teliti. Lau

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tamu Tak Diundang

    Davin membawa keluarganya ke sebuah butik eksklusif yang menyediakan berbagai koleksi pakaian anak-anak. Sejak awal memasuki butik, Raka dan Rania terlihat sangat bersemangat, mata mereka berbinar melihat berbagai pilihan pakaian yang tersusun rapi."Wow, Daddy, lihat! Bajunya bagus-bagus banget! Ini keluaran terbaru deh, Nia belum punya!" seru Rania sambil menunjuk salah satu dress berwarna pastel dengan aksen renda yang elegan.Raka yang berdiri di sampingnya juga tak kalah antusias. "Daddy, Aka mau yang ini!" katanya sambil menarik tangan Davin ke arah sebuah jaket keren yang dipajang di etalase.Davin tersenyum, mengusap kepala keduanya dengan penuh kasih sayang. "Tentu saja, Sayang. Tapi kita harus pilih yang cocok untuk kalian berdua. Meskipun kalian berbeda jenis kelamin, Daddy tetap ingin kalian punya baju yang serasi. Bagaimana kalau kita cari couple outfit?""Keren! Raka mau baju kembaran sama Rania!" sahut Raka penuh semangat.Naura yang berdiri di samping Davin tertawa kec

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Semesta Berpihak Padaku

    "Penelope!" balas Laura, memanggil wanita yang menyapanya.Tampak Penelope melangkah mendekati Laura yang sedang duduk di salah satu meja di restoran cepat saji tersebut. Wajahnya terlihat sumringah, senyum lebarnya menghangatkan suasana. Begitu sampai di hadapan Laura, mereka langsung berpelukan erat, seolah-olah melepas rindu yang sudah lama tertahan.Sementara itu, Naura dan Davin yang duduk di sisi lain meja hanya bisa saling berpandangan. Keduanya sama sekali tak menyangka bahwa Laura mengenal Penelope. Naura terutama, masih mengingat dengan jelas bagaimana pertemuan pertamanya dengan wanita itu yang terkesan meremehkannya."Kamu apa kabar, sayang? Makin cantik aja," ucap Laura dengan nada akrab, menyapa anak dari sahabatnya tersebut."Baik, Tante. Tante sendiri gimana? Tante awet muda banget, loh!" balas Penelope dengan nada ceria, matanya berbinar menatap Laura. "Kalau nggak salah, kita bertemu sekitar sepuluh tahun yang lalu ya, Tan? Untung saja Penelope mampir ke restoran ini

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Salah Sangka

    Fernando terus menatap ke arah Bram dan Davin yang saat ini sedang berbicara dengan Bruno, pemilik tempat hiburan malam tersebut yang juga merupakan teman baik Fernando. Dari sudut ruangan, Fernando memperhatikan dengan saksama, memperkirakan apa yang sebenarnya mereka bicarakan."Aku tak menyangka mereka suka juga ke tempat yang seperti ini. Aku pikir Davin benar-benar lelaki terbaik. Ternyata semua lelaki sama saja, mana betah kami hanya dengan satu pasangan," ucapnya pada diri sendiri, mendesah pelan sambil mengamati mereka dari kejauhan.Fernando menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengaduk minuman di tangannya dengan gerakan lambat. Matanya tidak lepas dari mereka bertiga, terutama Davin. Ada sedikit perasaan tidak percaya dalam benaknya. Selama ini, Davin dikenal sebagai pria yang setia dan tidak tertarik dengan tempat hiburan. Namun, kenyataan di depan matanya menunjukkan sesuatu yang berbeda.Sementara itu, di sudut tempat hiburan tersebut, Davin dan Bram sedang berbicara serius

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bergerak Normal

    "Apa semuanya sudah sesuai dengan yang kamu rencanakan?" tanya Penelope pada Fernando, sambil meliriknya dari sofa mewah berlapis beludru merah yang sedang didudukinya.Tangannya yang ramping menggenggam gelas anggur, menggoyangkan cairan merah di dalamnya dengan gerakan anggun. Cahaya lampu kristal di ruang tamunya yang luas memantulkan kilauan di permukaan gelas, menciptakan bayangan berkilau di meja kaca di depannya.Fernando berdiri tegap di dekat rak buku yang dipenuhi koleksi bacaan mahal dan beberapa lukisan klasik yang sengaja dipajang sebagai simbol kemewahan. Mata pria itu menatap tajam pada atasannya, memastikan tidak ada keraguan dalam Suaranya saat ia menjawab."Sudah, Bu. Anda tenang saja, semuanya sudah saya atur," jawab Fernando tanpa ragu sedikit pun.Penelope menyandarkan tubuhnya, menyilangkan kakinya dengan gerakan lambat dan sensual. Senyuman tipis tersungging di bibir merahnya yang sempurna. Dia menikmati permainan ini, sebuah permainan yang dirancangnya sendiri

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meyakinkan sang Istri

    "Kamu kenapa, Sayang? Masih khawatir aku ketemu dengan Penelope? Makanya ayo ikut," ajak Davin saat wajah istrinya terlihat sendu, menatapnya yang sedang bersiap pergi untuk penandatanganan proyek besar Abimanyu Group di kota ini.Naura menggeleng. Untuk datang? Tentu dia tidak mungkin punya mental yang kuat, apalagi setelah Penelope menatapnya dengan tatapan seakan mengejek kondisinya yang seperti ini. Naura menjadi insecure."Nggak apa-apa kok," jawabnya, tapi sorot matanya tentu tidak membuat Davin percaya begitu saja pada sang istri.Pria itu mendekati Naura, lalu berjongkok di depan kursi roda sang istri. Dengan lembut, ia mengecup punggung tangan wanita yang sangat dia cintai. Bahkan, rasa cintanya sejak dulu hingga kini tidak berubah sama sekali."Aku tahu, di luar sana banyak sekali perempuan jahat. Tapi tidak semua laki-laki menyambut dengan baik wanita yang seperti itu. Laki-laki yang baik akan memilih perempuan yang baik pula. Laki-laki yang tidak baik mungkin akan tergoda

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status