Share

Bab 133

Penulis: Atieckha
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-28 19:48:29

Bukannya menjauhkan tangannya setelah mendengar bentakan dari Davin, Imelda justru memberi remasan di pangkal paha pria tersebut, hingga berhasil kembali membuat Davin membentak wanita itu.

“Imeldaaaaaa!” teriaknya lagi, disusul suara decitan ban mobil di atas aspal. Jalanan itu sangat lengang, karena masyarakat di sana sama sekali tidak pernah menggunakan jalan alternatif tersebut.

Meski jarak yang mereka tempuh akan lebih pendek daripada harus mengelilingi kota namun suasana yang sepi dengan pepohonan besar yang sangat banyak membuat masyarakat di sana enggan untuk menggunakan jalan alternatif tersebut sebagai jalan yang layak untuk dilewati.

“Daviiiin, pelankan suaramu,” pekik Imelda, “kamu ini kayak orang perjaka saja,” tambahnya kesal.

Davin mendengus, “aku bukan Davin yang dulu. Aku sekarang suami orang!” serunya tegas.

“Aku pun, istri orang. Jangan lebay deh. Cuma begini doang kamu sok marah, padahal dulu sekali kita main, kamu mau nambah terus. Ayolah, kita ini mantan, beb!”
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Eli Mirza
lma2 ngeselin sumpah..udahan aja thor.jijik bacanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 134

    Entah berapa pria yang sudah wanita ini ajak tidur, termasuk William kakak kelasnya sendiri."Kamu harus benar-benar melayaniku, seperti saat kamu bercinta dengan calon istrimu, karena hanya itulah yang bisa memuaskanku dan membiarkanmu tetap bekerja denganku. Namun, jika kamu seperti patung, maka aku tidak akan pernah merasa puas, aku tidak akan memberimu imbalan apapun, jadi jangan coba-coba bermain setengah hati saat melayaniku. Kamu paham maksudku?" tanya wanita itu berbisik, persis di depan wajah Nicole.“Iya, aku mengerti,” sahut pria itu.Laura membuka kain renda penutup dua gundukan kenyal yang pastinya akan Nicole sukai, karena Laura merawatnya dengan sangat baik.Besar, padat dan menggairahkan, itulah yang dilihat oleh Nicole. Meski sekarang kondisinya sama, Entah kenapa tubuh Nicole menerima dengan baik setiap sentuhan yang dilakukan oleh Laura.Laura berlutut di depan Nicole, lalu menyentuh aset lelaki itu, tak peduli dengan kondisi tubuhnya yang masih lemah, urusan ber

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 135

    Aku belum pernah melihat benda panjang dan besar seperti punyamu. Terima kasih ya. Aku benar-benar merasa bahagia hari ini, aku puas.Kalimat itu terus terngiang-ngiang dalam telinga Clara. Nyonya Laura berkali-kali mengucapkan terima kasih pada Nicole, membuat pikirannya berputar liar.Sebesar apa milik Nicole? pikirnya.“Apa sih yang sedang aku pikirkan? Ya ampun, kenapa rasa penasaranku begitu besar terhadap milik Nicole?” Clara menggigit bibir bawahnya, mencoba menahan gejolak rasa ingin tahu yang terus tumbuh.Tadi apa katanya? Nicole sebetulnya sudah punya calon istri dan dia sengaja menjadi budak nafsu Nyonya Laura hanya demi uang? Ya ampun, aku benar-benar ingin melihat ukuran yang sesungguhnya. Clara membatin, tapi buru-buru mengusir pikiran itu."Claraaaaaa!"Teriakan Nyonya Laura dari dalam kamar membuyarkan lamunan Clara. Ia tersentak kaget, lalu melangkah cepat menuju kamar yang ditempati oleh Nyonya Laura.Clara mengetuk pintu kamar dengan sopan."Masuk!" terdengar suara

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-29
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 136

    Davin menghentikan langkahnya ketika dia mendengar sang istri menyebut kata "mantan." Padahal, tadinya Davin hendak menaruh jas kerjanya di keranjang pakaian kotor.“Maksudmu apa, sayang?” tanya Davin dengan suara lembut. Wajahnya mencoba mempertahankan ekspresi tenang meski hatinya mulai menduga sesuatu. Menghadapi Naura selama masa kehamilannya memang menuntut kesabaran ekstra. Hormon ibu hamil yang tidak stabil sering membuat wanita itu mudah tersulut emosi.Naura menatapnya dengan sorot mata tajam. “Jangan pura-pura nggak tahu. Jawab saja pertanyaanku. Bagaimana rasanya bertemu dengan mantan terindah? Senang? Puas? Bahagia sampai tertawa lepas di tempat umum?” Nada suara Naura naik satu oktaf, dan matanya mulai memerah.Davin menghela napas berat, mencoba mengatur emosinya agar tidak terpancing. Ia sudah cukup tahu arah pembicaraan ini.“Katakan, siapa yang sudah menyebar fitnah?” tanya Davin, tetap dengan nada lembut meskipun hatinya mulai mendidih.“Jawab dulu pertanyaanku!” po

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 137

    Setelah pulang dari rumah utama keluarga Abimanyu, suasana di dalam mobil begitu hening. Davin tidak mengucapkan sepatah kata pun, hanya fokus pada jalan di depannya. Tatapan matanya tajam dan dingin, membuat Naura merasa semakin kecil di kursinya. Wanita itu ingin berbicara, ingin meminta maaf atas tindakannya yang mungkin telah menyakiti Davin, tetapi keberaniannya tidak cukup untuk memecah kebekuan.Davin sengaja bersikap seperti itu. Ia tahu, jika langsung berbicara atau memaafkan Naura begitu saja, sang istri tidak akan belajar dari kesalahan. Apa yang terjadi tadi benar-benar menyadarkan Davin bahwa istrinya terlalu mudah dipengaruhi. Mama Laura jelas-jelas sengaja memprovokasi Naura dengan pesan-pesan penuh racun untuk memisahkan mereka. Tapi Naura, alih-alih mendiskusikannya dengan kepala dingin, malah memilih untuk percaya begitu saja tanpa mencari kebenarannya.Saat mereka tiba di rumah, Davin langsung keluar dari mobil dan masuk ke dalam tanpa menunggu Naura. Ia bahkan ti

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-30
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Kelahiran Si Kembar

    Waktu terus berlalu, dan kini Laura menjalani hari-hari yang penuh kepahitan setelah perceraian resminya dengan William. Pria yang selama ini menjadi suaminya kini telah divonis hukuman penjara 25 tahun atas kejahatan keuangan dan penipuan yang terungkap di pengadilan. Meski Laura tidak lagi terikat dengan William, kehancuran yang ia rasakan jauh lebih dalam daripada sekadar kehilangan pasangan hidup.Namun, kebenciannya terhadap Naura, menantunya, dan Bram, anak yang terlahir tanpa sosok ayah, semakin menjadi-jadi. Laura tidak pernah menerima kehadiran Naura dalam keluarga mereka, dan kebenciannya kian mendalam setelah Davin, satu-satunya anak yang diakuinya, memilih untuk membela Naura dan menjauh darinya.Berulang kali Laura mencoba menyakiti Naura. Mulai dari upaya menggiring opini negatif di lingkungan sosial Naura hingga usaha mengancamnya secara langsung. Namun, setiap rencana Laura selalu digagalkan oleh Bram, yang kini tumbuh menjadi sosok yang paling membenci Laura. Bram

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Raka dan Rania

    Davin terus berteriak memanggil dokter dan suster dengan panik, tidak tahan melihat istrinya yang terus meringis kesakitan. Dalam hitungan detik, dokter dan para suster masuk ke ruang persalinan dengan sigap.“Sudah bukaan akhir, Bu Naura! Kita mulai, ya,” ujar dokter dengan tenang sambil memeriksa kondisi Naura. Dokter mulai membimbing Naura.Naura yang sudah kehabisan tenaga hanya mampu mengangguk kecil, sementara tangannya mencengkeram lengan Davin dengan kuat."Sayang... sakit...," lirih Naura sambil menahan rasa sakit yang tak kunjung mereda.Davin berdiri di samping Naura, memegangi tangan istrinya dengan erat. “Aku di sini, Sayang. Aku nggak akan ke mana-mana. Kamu pasti bisa. Kamu kuat,” ucapnya lembut.Namun, rasa sakit yang semakin memuncak membuat Naura kehilangan kendali. Dengan penuh tenaga, ia menarik rambut Davin hingga pria itu sedikit terdorong ke depan.Davin meringis, tapi ia tidak berusaha menepis. Ia tahu ini adalah cara Naura menyalurkan rasa sakit yang luar bias

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-31
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 139

    "Pak Davin, mari kita bawa si kembar ke ruang bayi untuk dilakukan pemeriksaan," ujar Suster Rina, seorang perawat wanita yang tengah mendorong boks bayi berwarna merah muda milik Rania.Davin mengangguk, lalu mengecup lembut kening sang istri. “Aku antar anak-anak kita dulu, ya, Sayang,” ucapnya dengan nada lembut.Naura, yang masih terbaring lemah di ranjang persalinan, membalasnya dengan senyuman tipis. Wajahnya masih pucat, namun kebahagiaan yang terpancar dari matanya cukup untuk membuat Davin merasa lega. Meski tubuhnya lemah, Naura terlihat puas telah berhasil melahirkan kedua buah hati mereka ke dunia dengan selamat.Davin melangkah sambil mendorong boks bayi berwarna biru muda milik putra sulungnya, Raka Abimanyu. Di sampingnya, Suster Rina mendorong boks bayi perempuan, Rania Abimanyu. Saat melangkah keluar dari ruang persalinan, hati Davin dipenuhi rasa perih yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Tidak ada kerabat atau keluarga yang menunggu mereka di luar. Tidak ada

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-01
  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bab 141

    “Permisi, Pak Davin, kami mohon izin untuk membawa Ibu Naura ke ruang perawatan,” ucap salah satu perawat yang tadi membantu dokter kandungan saat Naura melahirkan. “Oh, ya, baiklah. Saya akan ke sana sekarang,” jawab Davin. Tatapannya tetap fokus pada perawat tersebut, memastikan bahwa Naura akan diperlakukan dengan baik. Perawat itu mengangguk, lalu melangkah terlebih dahulu menuju ruang persalinan untuk memindahkan Naura ke ruang perawatan di sebelahnya.Davin menghela napas sejenak. Hari ini adalah hari yang melelahkan, namun penuh kebahagiaan. Ia sengaja menyewa ruang VVIP untuk persalinan Naura. Dalam satu lantai khusus, tersedia fasilitas lengkap: ruang rawat inap, ruang persalinan, ruang ICU, dan ruang bayi. Semua fasilitas terbaik itu disiapkan agar Naura dan bayi-bayi mereka mendapatkan perawatan maksimal. Baginya, keselamatan dan kenyamanan keluarganya adalah prioritas utama.Davin menoleh ke arah Bram dan Maria yang masih berdiri di dekatnya. “Aku serahkan semuanya sama

    Terakhir Diperbarui : 2025-01-02

Bab terbaru

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Peka

    Laura duduk dengan tenang di sofa ruang tamu. Matanya menatap Penelope yang duduk di seberangnya dengan senyum cerah. Wanita muda itu tampak begitu nyaman di rumah ini, seolah tempat ini adalah bagian dari dunianya."Tante, bagaimana kalau kita shopping sekarang? Biar Penelope yang traktir Tante hari ini," ucapnya riang setelah mereka duduk santai.Laura hanya tersenyum tipis. Sekilas, tawaran itu terdengar tulus, tetapi setelah kejadian makan siang tadi, pikirannya mulai dipenuhi dengan pertanyaan. Ini pertama kalinya dia melihat Penelope bersikap terlalu ‘perhatian’ pada keluarganya, terutama pada Davin dan anak-anaknya.Sementara itu, suara tawa samar terdengar dari ruang belajar. Laura tahu Davin sedang menemani kedua anaknya di sana, mungkin membantu mereka dengan tugas sekolah atau sekadar bercanda melepas penat.Laura mengalihkan pandangannya kembali pada Penelope. Ia harus segera mengambil sikap sebelum semuanya semakin tidak terkendali."Maaf ya, Penelope, sepertinya Tante t

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Pantas Marah

    Dua jam berikutnya, makanan pun sudah siap tersaji di atas meja. Aroma masakan yang sedari tadi menguar dari dapur kini memenuhi seluruh ruangan, menciptakan suasana hangat di tengah rumah itu. Laura menepuk tangannya pelan, memastikan semua sudah tertata rapi sebelum akhirnya melangkah ke taman belakang, tempat putranya masih berada."Davin, Sayang, makan siangnya sudah siap. Coba kamu panggil Naura, biar Mama ke atas memberitahu Raka dan Rania," ucapnya lembut.Davin yang sejak tadi duduk termenung di bangku taman hanya mengangguk pelan. Wajahnya tampak letih, pikirannya masih terbayang perdebatan dengan sang istri beberapa waktu lalu."Iya, Ma," sahutnya singkat, mencoba menyembunyikan kegelisahan dalam hatinya.Laura tidak bertanya lebih lanjut. Ia hanya menepuk bahu putranya dengan lembut sebelum berbalik menuju lantai atas. Setibanya di lantai dua, ia mengetuk pintu kamar Raka dan Rania, lalu membukanya pelan.Di dalam, kedua cucunya sedang duduk di tempat tidur masing-masing, a

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Enak

    "Apa Naura cemburu dengan Penelope? Apa mungkin Penelope seperti itu?" tanya Laura dalam hati. Ia mencoba mengingat-ingat bagaimana sikap Penelope selama ini. Setahunya, Penelope adalah anak baik, tidak mungkin berniat merusak hubungan orang lain, apalagi hubungan suami istri.Namun, ucapan Naura tadi terlihat kalau dia begitu terganggu dengan kehadiran Penelope. Jika benar ada sesuatu yang membuatnya cemburu, Laura ingin mengetahuinya sendiri. Ia ingin memastikan apakah perasaan Naura beralasan atau hanya sekadar kecurigaan tak berdasar."Aku harus membuktikannya," gumamnya dalam hati. Ia mengurungkan niatnya membawakan buah untuk Naura dan memilih kembali ke dapur bersama Penelope. Ia akan mengamati lebih dekat, mencari tahu apakah ada hal yang selama ini luput dari perhatiannya.Sementara itu, di taman belakang, Davin masih berusaha menenangkan Naura. Mereka berdiri di dekat bangku kayu panjang yang biasa digunakan untuk bersantai. Cahaya matahari yang mulai meredup tidak cukup unt

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Permintaan Tak Masuk Akal

    Laura dan Penelope melangkah masuk ke dalam supermarket yang cukup besar, hanya beberapa blok dari rumah sementara keluarga Abimanyu. Udara dingin dari pendingin ruangan langsung menyambut mereka, memberikan kesegaran setelah berjalan di bawah terik matahari."Kita beli apa saja, Tante?" tanya Penelope dengan senyum ramah. Wajahnya tampak antusias, seolah benar-benar ingin belajar memasak.Laura melirik daftar belanja yang telah ia buat sebelum berangkat. "Tante akan memasak beberapa menu spesial hari ini. Kita butuh daging sapi, ayam, beberapa jenis sayuran, dan tentu saja bumbu-bumbu dapur," jawabnya sembari mendorong troli.Penelope mengangguk sambil menyesuaikan langkahnya dengan Laura. Dalam hati, ia tersenyum penuh kemenangan. Kesempatan ini adalah jalan terbaik untuk lebih dekat dengan keluarga Davin. Jika ia bisa mengambil hati Laura, maka ia akan punya alasan untuk datang kapan saja ke rumah mereka.Mereka mulai berkeliling supermarket, memilih bahan-bahan dengan teliti. Lau

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Tamu Tak Diundang

    Davin membawa keluarganya ke sebuah butik eksklusif yang menyediakan berbagai koleksi pakaian anak-anak. Sejak awal memasuki butik, Raka dan Rania terlihat sangat bersemangat, mata mereka berbinar melihat berbagai pilihan pakaian yang tersusun rapi."Wow, Daddy, lihat! Bajunya bagus-bagus banget! Ini keluaran terbaru deh, Nia belum punya!" seru Rania sambil menunjuk salah satu dress berwarna pastel dengan aksen renda yang elegan.Raka yang berdiri di sampingnya juga tak kalah antusias. "Daddy, Aka mau yang ini!" katanya sambil menarik tangan Davin ke arah sebuah jaket keren yang dipajang di etalase.Davin tersenyum, mengusap kepala keduanya dengan penuh kasih sayang. "Tentu saja, Sayang. Tapi kita harus pilih yang cocok untuk kalian berdua. Meskipun kalian berbeda jenis kelamin, Daddy tetap ingin kalian punya baju yang serasi. Bagaimana kalau kita cari couple outfit?""Keren! Raka mau baju kembaran sama Rania!" sahut Raka penuh semangat.Naura yang berdiri di samping Davin tertawa kec

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Semesta Berpihak Padaku

    "Penelope!" balas Laura, memanggil wanita yang menyapanya.Tampak Penelope melangkah mendekati Laura yang sedang duduk di salah satu meja di restoran cepat saji tersebut. Wajahnya terlihat sumringah, senyum lebarnya menghangatkan suasana. Begitu sampai di hadapan Laura, mereka langsung berpelukan erat, seolah-olah melepas rindu yang sudah lama tertahan.Sementara itu, Naura dan Davin yang duduk di sisi lain meja hanya bisa saling berpandangan. Keduanya sama sekali tak menyangka bahwa Laura mengenal Penelope. Naura terutama, masih mengingat dengan jelas bagaimana pertemuan pertamanya dengan wanita itu yang terkesan meremehkannya."Kamu apa kabar, sayang? Makin cantik aja," ucap Laura dengan nada akrab, menyapa anak dari sahabatnya tersebut."Baik, Tante. Tante sendiri gimana? Tante awet muda banget, loh!" balas Penelope dengan nada ceria, matanya berbinar menatap Laura. "Kalau nggak salah, kita bertemu sekitar sepuluh tahun yang lalu ya, Tan? Untung saja Penelope mampir ke restoran ini

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Salah Sangka

    Fernando terus menatap ke arah Bram dan Davin yang saat ini sedang berbicara dengan Bruno, pemilik tempat hiburan malam tersebut yang juga merupakan teman baik Fernando. Dari sudut ruangan, Fernando memperhatikan dengan saksama, memperkirakan apa yang sebenarnya mereka bicarakan."Aku tak menyangka mereka suka juga ke tempat yang seperti ini. Aku pikir Davin benar-benar lelaki terbaik. Ternyata semua lelaki sama saja, mana betah kami hanya dengan satu pasangan," ucapnya pada diri sendiri, mendesah pelan sambil mengamati mereka dari kejauhan.Fernando menyandarkan tubuhnya ke kursi, mengaduk minuman di tangannya dengan gerakan lambat. Matanya tidak lepas dari mereka bertiga, terutama Davin. Ada sedikit perasaan tidak percaya dalam benaknya. Selama ini, Davin dikenal sebagai pria yang setia dan tidak tertarik dengan tempat hiburan. Namun, kenyataan di depan matanya menunjukkan sesuatu yang berbeda.Sementara itu, di sudut tempat hiburan tersebut, Davin dan Bram sedang berbicara serius

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Bergerak Normal

    "Apa semuanya sudah sesuai dengan yang kamu rencanakan?" tanya Penelope pada Fernando, sambil meliriknya dari sofa mewah berlapis beludru merah yang sedang didudukinya.Tangannya yang ramping menggenggam gelas anggur, menggoyangkan cairan merah di dalamnya dengan gerakan anggun. Cahaya lampu kristal di ruang tamunya yang luas memantulkan kilauan di permukaan gelas, menciptakan bayangan berkilau di meja kaca di depannya.Fernando berdiri tegap di dekat rak buku yang dipenuhi koleksi bacaan mahal dan beberapa lukisan klasik yang sengaja dipajang sebagai simbol kemewahan. Mata pria itu menatap tajam pada atasannya, memastikan tidak ada keraguan dalam Suaranya saat ia menjawab."Sudah, Bu. Anda tenang saja, semuanya sudah saya atur," jawab Fernando tanpa ragu sedikit pun.Penelope menyandarkan tubuhnya, menyilangkan kakinya dengan gerakan lambat dan sensual. Senyuman tipis tersungging di bibir merahnya yang sempurna. Dia menikmati permainan ini, sebuah permainan yang dirancangnya sendiri

  • SENTUHAN PANAS DI RUANG KERJA SANG CEO   Meyakinkan sang Istri

    "Kamu kenapa, Sayang? Masih khawatir aku ketemu dengan Penelope? Makanya ayo ikut," ajak Davin saat wajah istrinya terlihat sendu, menatapnya yang sedang bersiap pergi untuk penandatanganan proyek besar Abimanyu Group di kota ini.Naura menggeleng. Untuk datang? Tentu dia tidak mungkin punya mental yang kuat, apalagi setelah Penelope menatapnya dengan tatapan seakan mengejek kondisinya yang seperti ini. Naura menjadi insecure."Nggak apa-apa kok," jawabnya, tapi sorot matanya tentu tidak membuat Davin percaya begitu saja pada sang istri.Pria itu mendekati Naura, lalu berjongkok di depan kursi roda sang istri. Dengan lembut, ia mengecup punggung tangan wanita yang sangat dia cintai. Bahkan, rasa cintanya sejak dulu hingga kini tidak berubah sama sekali."Aku tahu, di luar sana banyak sekali perempuan jahat. Tapi tidak semua laki-laki menyambut dengan baik wanita yang seperti itu. Laki-laki yang baik akan memilih perempuan yang baik pula. Laki-laki yang tidak baik mungkin akan tergoda

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status